Disusun Oleh :
Satriya Tjahja Hudaya
01.209.6021
01.209.6022
Pembimbing :
dr. Rokhmat Widiatma, Sp.Rad.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. M
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
tanggal lahir
: 1 Juli 1959
Status
: kawin
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
: Buruh Tani
II.
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
2. Keluhan Tambahan
nyeri punggung.
:
Sejak 1 minggu terakhir sebelum masuk RS keluhan dirasakan sering terjadi / hampir
setiap hari dengan durasi nyeri yang lebih lama hingga akhirnya pasien memeriksakan
diri ke Rumah Sakit. Pasien tidak merasakan demam, tidak mual dan muntah.
Riwayat adanya trauma pada perut bagian atas dan pinggang disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan serupa
: disangkal
: diakui
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Vital sign
Cukup
Compos mentis.
T : 140/90 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 22 x/mnt
S : 36,3 C
Kulit
Kepala
Mata
: Conjungtiva merah, sclera putih, pupil bulat, isokor, diameter 3 mm,
reflek cahaya (+/+).
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid
tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
Thorax
Jantung : Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam
batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
Paru-paru : Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri
tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang
paru, tidak ada suara tambahan.
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
massa.
Supel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba
Superior
Inferior
otot cukup.
: deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus
Ekstremitas
Status Urologis
1.
Regio Costovertebrae
Kiri
Kanan
Bulging (-)
Bulging (-)
Ginjal teraba
Ginjal teraba
Ballotement (+)
Ballotement (+)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
2.
Regio Suprasymphisis
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: Timpani.
Palpasi
3.
Inspeksi
Palpasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Abdomen (tanggal 6 Agustus 2014)
Hepar
Vesica felea
Lien
Pankreas
Ren Dextra
Ren Sinistra
Para aorta
Vesica urinaria
Kesan
V.
DIAGNOSIS BANDING
Ureterolithiasis sepertiga bagian distal
Tumor buli-buli
Nephrolithiasis
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Laboratorium:
a. GDS : 86 mg/dL
b. SGOT : 25,5
c. SGPT : 26,6
d. Ureum : 144,6
e. Creatinin : 4,22
f. Darah rutin :
Hb : 14,4 g/dL
Ht : 40,3 %
MCH : 32,4 pg
TINJAUAN PUSTAKA
HIDRONEFROSIS
A. DEFINISI
Hidronefrosis mengacu pada pada pelebaran pelvis dan kaliks ginjal, disertai
atrofi parenkim, akibat obstruksi aliran keluar urin. Obstruksi dapat terjadi mendadak
atau perlahan, dan dapat terletak di semua tingkat saluran kemih, dari uretra sampai
pelvis ginjal. Obstruksi dapat berupa batu. (Robin, 2007).
B. ETIOLOGI
1. Jaringan parut ginjal/ureter.
2. Batu
3. Neoplasma/tumor
4. Hipertrofi prostat
5. Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra
6. Penyempitan uretra
7. Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare, 2002).
C. PATOGENESIS
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan
balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
(Sjamsuhidrajat R, 1 W. 2004)
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk
di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan
oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi
dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk
abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter
berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada
pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada
kehamilan akibat pembesaran uterus. (Sjamsuhidrajat R, 1 W. 2004)
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan
distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal
sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara
bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu. (Sjamsuhidrajat R, 1
W. 2004)
D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maka
disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan
piuria mungkin juga ada. (Tanagho EA, McAninch JW. 2004)
Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul,
seperti:
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2. Gagal jantung kongestif.
3. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4. Pruritis (gatal kulit).
5. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
8. Amenore, atrofi testikuler.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran radiologi
Gambaran radiologis dari hidronefrosia terbagi berdasarkan gradenya. Ada 4 grade
hidronefrosis, antara lain :
a. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks
berbentuk blunting, alias tumpul.
b. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk
flattening, alias mendatar.
c. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor.
Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol.
d. Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor.
Serta
adanya
penipisan
korteks
Calices
berbentuk
ballooning
alias
menggembung.
F. DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik terutama pada palpasi, dokter bisa meraba dan
merasakan adanya massa diantara tulang pinggul dan tulang rusuk, terutama jika
ginjalnya membesar.
Pemeriksaan darah dapat menunjukan adanya kadar urea yang tinggi karena
ginjal tidak mampu membuang sisa metabolik.
Adapun prosedur untuk menegakan diagnosis hidronefrosis:
1. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
2. Urografi intravena, menunjukan aliran air kemih melalui ginjal
3. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih (VU) secara langsung
(Adam, 2005)
G. DIAGNOSIS BANDING
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut, misalnya
distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika dicurigai terjadi
kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan
kemungkinan kolik saluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu
pada perempuan perlu juga dipertimbangkan adneksitis. (Rusdidjas, 2002)
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan apalagi
bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran
kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya
karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Pada batu ginjal dengan
B. Nefrostomi Perkutaneus
Pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini
dilakukan untuk drainase eksternal urin dari ureter yang tersumbat, membuat suatu jalur
pemasangan stent ureter, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur, menutup
fistula, memberikan obat, memungkinkan penyisipan alat biopsy bentuk sikat dan
nefroskop atau untuk melakukan tindakan bedah tertentu.
Daerah kulit yang akan dinsisi dipersiapkan serta dianestesi, dan pasien diminta
untuk menarik nafas serta menahannya pada saat sebuah jarum spinal ditusukkan ke
dalam pelvis ginjal. Urin diaspirasi untuk pemeriksaan kultur dan media kontras dapat
disuntikkan ke dalam system pielokaliks.Seutas kawat pemandu kateter angografi
disisipkan lewat jarum tersebut ke dalam ginjal. Jarum dicabut dan saluran dilebarkan
dengan melewatkan selang atau kawat pemandu. Selang nefrostomi dimasukkan dan
diatur posisinya dalam ginjal atau ureter, difiksasi dengan jahitan kulit serta dihubungkan
dengan system drainase tertutup.
I. PROGNOSIS
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya berhasil dan jika infeksi dapat
dikendalikan dan ginjal dapat berfungsi dengan baik (Schwartzs, 2006)