PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu organ tubuh yang amat vital bagi manusia.
Walaupun mata mempunyai sistem perlindungan yang cukup baik, seperti rongga
orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam
dan mengedip mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Di nilai dari
kepentingannya yang besar bagi manusia maka harus selalu dijaga dan dicegah dari
hal-hal yang dapat merusaknya. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola
mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat
mengakibatkan
atau
memberikan
penyulit
sehingga
mengganggu
fungsi
penglihatan.6,2
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam
laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian,
dan peperangan memakai bahan bahan kimia di abad modern. Trauma kimiawi pada
mata sangat mengkhawatirkan karena berkemampuan untuk menyerang berbagai
struktur ocular dan berpotensi menyebabkan kebutaan. Bahan kimia yang dapat
mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk: trauma asam, dan
trauma basa ( lampiran 1). Dibandingkan bahan kimia asam, bahan kimia basa adalah
yang paling merusak karena bahan kimia ini memiliki sifar baik hydrophilic dan
lipophilic dan mampu menembus membran sel dengan cepat. Bahkan mungkin
mampu untuk menembus bilik mata depan. Pengaruh bahan kimia sangat tergantung
pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata. Kerusakan
okular terjadi akibat saponifikasi membran sel dan kematian sel bersamaan dengan
hancurnya matriks ekstraselular. 6,2
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah
terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Semua luka
bakar akibat bahan kimia harus diterapi sebagai kedaruratan mata. Harus segera
dilakukan lavase di lokasi cedera dengan air keran sebelum pasien dikirim. Semua
benda asing yang jelas tampak harus diirigasi apabila mungkin. Di ruang darurat,
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan singkat serta irigasi permukan kornea,
termasuk forniks konjungtiva, dengan cairan dalam jumlah besar. Salin isotonik steril
(beberapa liter untuk satu mata yang cedera) diteteskan dengan selang intravena
standar. Mungkin diperlukan spekulum kelopak mata dan infiltrasi anestetik lokal
untuk mengatasi blefarospasme. 6
Karena bahan basa cepat menembus jaringan mata dan akan terus
menimbulkan kerusakan jauh setelah cedera terhenti, maka diperlukan lavase jangka
panjang dan pemantauan pH. Asam membentuk suatu sawar presipitat jaringan
nekrotik yang cenderung membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut. 6
Luka bakar akibat bahan alkalis menyebabkan peningkatan segera tekanan
intraokular akibat kontraksi sklera dan kerusakan jaringan trabekular. Peningkatan
tekanan sekunder 2-4 jam kemudian terjadi akibat pelepasan prostaglandin,yang
mendorong memberatnya uveitis. Hal ini sulit dipantau melalui kornea yang opak.
Pengobatan adalah dengan steroid topikal, obat-obat antiglaukoma, dan sikloplegik
selama 2 minggu pertama. Setelah 2 minggu, pemakaian steroid harus berhati-hati
krena obat ini menghambat reepitelisasi. Kemudian dapat terjadi perlunakan kornea
dan kemungkinan perforasi akibat berlanjutnya aktivitas kolagenase. 16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata
Bola mata berbentuk hampir bulat dengan diameter anteroposterior sekiar 24
mm. Terdapat 6 otot penggerak bola mat dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak
didaerah temporal atas didalam rongga orbita.2 Bola mata dibagian depan (kornea)
mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2
kelengkungan yang berbeda mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali
perubahan sinar dan warna. Secara keseluruhan struktur mata terdiri dari bola mata,
termasuk otot-otot penggerak bola mata, rongga tempat mata berada, kelopak dan
bulu mata.2
2.
Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea dibatasi
oleh ruang yang mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda
paksa di sebut juga perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea terdiri atas iris,
badan sillier dan koroid.
3.
Lapis ketiga bola mata adalah retina yang mempunyai susunan 10 lapis.
Retina dapat terlepas dari koroid yang disebut Ablasio retina.
Kornea
Kornea (latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, menempati pertengahan dari rongga bola mata
anterior yang terletak diantara sclera. Kornea ini merupakan lapisan avaskuler dan
menjadi salah satu media refraksi ( bersama dengan humor aquos membentuk lensa
positif sebesar 43 dioptri ). Kornea memiliki permukaan posterior lebih cembung
daripada anterior sehingga rata-rata mempunyai ketebalan sekitar 11,5 mm ( untuk
orang dewasa). lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan terdiri atas
lapis :2
1. Epitel
Tebalnya 50m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih, yaitu sel basal, sel poligonal, sel gepeng.
Sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel poligonal
didepannya melalui dermosom dan makula okluden, ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
2. Membran Bowman
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen. Pada permukaan terlihat
seperti anyaman yang teratur. Keratosit merupakan sel stroma kornae yang
merupakan fibroblast
4. Membrane Descemet
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, melekat pada membrane descement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden.
Uvea
Uvea terdiri dari iris, korpus siliar dan koroid. Bagian ini adalah lapisan
vascular . tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sclera : 2
a. Iris
Merupakan lanjutan dari badan siliar kedepan dan merupakan diafagma yang
membagi bola mata menjadi dua segmen anterior dan segmen posterior. Berbentuk
sirkular yang ditengah- tengahnya berlubang yang disebut pupil.
Secara histologi iris terdiri dari stroma yang jarang dan diantaranya terdapat
lekukan-lekukan yang berjalan radier yang disebut kripta. Di dalam stroma terdapat
sel pigmen yang bercabang, banyak pembulluh darah dan serat saraf . dipermukaan
anterior ditutup oleh endotel terkecuali kripta, dimana pembuluh darah dalam stroma
Badan siliar dimulai dari pangkal iris ke belakang sampai koroid terdiri atas
otot siliar dan prosesus siliar. Otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika otot ini
Koriokapiler
Suprakoroid
Lapisan suprakoroid terdiri dari lapisan protropoblas yang mengandung
Pembuluh darah arteri berasal dari arteri siliais brevis yang mengandung serat
elastis dan khromatofor. Koroid melekat erat pada pinggir N.II dan berakhir di
oraserata. 6
Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya kira-kira 4mm dan diameternya 9 mm. Lensa
digantung oleh zonula zinnii, yang menghubungkannya dengan korpus silier. Di
bagian anterior lensa terdapat humor aqueous, disebelah posteriornya vitreus. Kapsul
lensa adalah suatu membran yang semi permeabel (sedikit lebih permeabel dari pada
dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk. 6
Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal sebagai zonula
zinnii, yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip
ke dalam ekuator lensa. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau
melihat dekat sehingga sinar dapat di fokuskan disaerah macula lutea.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu : 6
Terletak ditempatnya.
10
Retina
Retina adalah selapis lembar tipis jaringan saraf yang semi transparan. Retina
merupakan reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan
koroid dan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan ; 6
Lapisan serat saraf yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan
menuju ke nervus optikus.
Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
11
Saraf optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa dua jenis
serabut saraf yaitu : saraf penglihatan dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik
menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung
terhadap saraf optik ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi
penyaluran aliran listrik.
Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung 4/5 permukaan mata. Sklera berjalan dari papil saraf
optik sampai kornea. 6
Sklera anterior ditutupi oleh tiga lapis jaringan ikat vaskular, sklera
mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola
mata. Walaupun sklera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusio
12
trauma tumpul. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau
merendah pada eksoftalmos goiter, miotika dan meminum air banyak.
Konjungtiva
Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis. Dapat dibagi
menjadi tiga zona : palpebra, forniks dan bulbar. Bagian bulbar mulai dari
mukokutaneus junction dari kelopak mata dan melindunginya dari permukaan dalam.
Bagian ini melekat erat pada tarsus. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum
orbikulare di fornik dan melipat berkali-kali, sehingga memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Kecuali di limbus,
konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sklera dibawahnya.2
Rongga orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang
yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sphenoid, frontal, dan dasar
orbita yang yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang
palatinum dan zigomatikus.
Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga
hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45dengan dinding medialnya.
Dinding orbita terdiri atas tulang-tulang : 6
Superior
: os. Frontal
Lateral
Inferior
Nasal
13
Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik,
arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.
Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakimal
(V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V),
abdusen (VI), dan arteri vena ophtalmik. Fisura orbita inferior terlatak didasar tengah
temporal orbita dilalui oleh saraf infra-orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita.
Fosa lakrimal terletak disebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal.
Definisi
14
Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat
terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak
struktur bola mata tersebut.Trauma kimia pada mata merupakan kedaruratan
oftalmologi, karena dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.12
Bahan kimia asam pada umumnya menyebabkan kerusakan lebih ringan daripada
basa karena kebanyakan protein di kornea akan mengikat asam dan dapat berfngsi
sebagai chemical buffer. Jaringan yang terkoagulasi karenanya, akan berperan
sebagai penghambat terhadap penetrasi lebih lanjut dari asam. Kerusakan okular
karena asam disebabkan oleh karena pengerutan serabut kolagen. 6
Akibat yang ditimbulkan juga tergantung dari jenis dan konsentrasi zat
kimia,waktu dan lamanya kontak sampai tindakan pembilasan, lamanya irigasi
(pembilasan) yang telah dilakukan dan pengobatan yang diberikan. Pemeriksaan
Oftalmologi meliputi : tonometri, slitlamp, pemeriksaan visus, pemeriksaan
fluoresensi.2
Epidemiologi
Trauma pada mata merupakan 3-4% dari seluruh kecelakaan kerja. Sebagian
besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi asam versus basa sebagai
bahan penyebabnya pada trauma kimiawi bervariasi dari 1:1 sampai 1:4, berdasarkan
beberapa penelitan. Suatu penelitian oleh Kuckelkorn dkk melaporkan bahwa
sepertiga dari 131 pasien dengan luka bakar pada mata pada akhirnya menjadi cacat;
sekitar 15% dianggap buta total. Pada tahun 1995, hampir sepertiga dari transplantasi
kornea dilakukan pada mata yang mengalami cedera akibat bahan kimia. Sayangnya,
tingkat keberhasilan dari transplantasi pada kondisi ini adalah kurang dari 50%.
Beberapa pasien memerlukan 4-5 transplntasi sebelum akhirnya berhasil.
15
Klasifikasi
Menurut bahan kimia yang menyebabkan Trauma mata, trauma kimia dapat
dibagi menjadi 2 sebagai berikut :
A. Trauma Kimia Asam
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan
ataupun penggumpalan protein permukaan sel. Asam membentuk suatu swar
16
presipitat pada jaringan yang terkena, sehingga membantasi kerusakan lebih lanjut.
Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superficial saja. Bahan asam
dengan konsentrasi tinggi bereaksi seperti terhadap basa sehingga kerusakan yang
diakibatkannya akan lebih dalam.6,11
Bahan kimia yang sering menyebabkan trauma kimia antara lain asam sulfat,
sulfurous acid, asam hidroflorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat, dan asam
hidroklorida.5
Salah satu kejadian yang mengakibatkan luka bakar asam sulfat antara lain
Ledakan accu mobil, yang mungkin merupakan penyebab tersering dari luka bakar
kimiawi pada mata. Asam hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan
penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat. Industri
tertentu menggunakan asam hidroflorida dalam pembersih dinding, glass etching
(pengukiran pada kaca dengan cairan kimia), electropolishing, dan penyamakan
kulit. Asam hidroflorida juga digunakan untuk pengendalian fermentasi pada
breweries (pengolahan bir). Toksisitas hidroflorida pada okuler dapat terjadi akibat
pajanan cairan maupun gas.5
17
Untuk segera mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan instilasi dengan
pontocaine hydrochloride (1/4%) tetapi untuk menyembuhkan pada tahap
selanjutnya lebih sulit dilakukan.
Pemeriksaan pH dari air mata dapat dilakukan dengan kertas litmus jika
tersedia setiap 5 menit dan lanjutkan sampai pH menjadi netral(warna kertas
akan berubah menjadi biru bila terkena basa dan menjadi merah bila terkena
asam)
6.
7.
18
8.
19
Pada trauma basa akan terbentuk kolagenase yang akan merubah kerusakan
kolagen kornea. Basa yang menembus ke dalam bola mata akan merusak retina,
sehingga akan berakhir dengan kebutaan si penderita.15
Tindakan bila terjadi trauma basa adalah: 15
-
Diagnosa banding
Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata,
terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjugtivitis, konjugtivitis
hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-lain.8
Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan trauma kimia mata tergantung dari 4 fase peristiwa,
yaitu :
1.
20
Tidak terjadi reaksi yang lebih lanjut bila diirigasi langsung dengan NaCl tanpa
dibersihkan dengan Aquadestilata terlebih dahulu.
Irigasi bahan kimia, meliputi : pembilasan yang dilakukan segera, dengan
anestesi topikal terlebih dahulu. Pembilasan dengan larutan non-toxic (NaCl 0,9
%, Ringer laktat dsb) sampai pH air mata kembali normal (dinilai dengan kertas
lakmus) atau minimal 500 cc sampai 1000 cc. Benda asing yang melekat dan
jaringan bola mata yang nekrosis harus dibuang (pada anak-anak, jika perlu
dalam pembiusan umum). Bila diduga telah terjadi penetrasi bahan kimia ke
dalam bilik mata depan (BMD), dilakukan irigasi BMD dengan larutan RL.15
2.
Fase akut (sampai hari ke-7). Tujuan tindakan adalah mencegah terjadinya
penyulit dengan prinsip mempercepat proses reepitelisasi kornea, mengontrol
tingkat peradangan untuk mencegah infiltrasi sel-sel radang dan pembentukan
enzim kolagenase, mencegah infeksi sekunder, mencegah peningkatan tekanan
bola mata.15
3.
Fase pemulihan dini (early repair : hari ke-7 s.d. hari ke-21). Tujuannya adalah
membatasi penyulit lanjut setelah fase 2. Yang menjadi masalah adalah :
hambatan reepitelisasi kornea, gangguan fungsi kelopak mata, hilangnya sel
Goblet, ulserasi stroma yang dapat menjadi perforasi kornea. 3
4.
Fase pemulihan akhir (late repair : setelah hari ke-21). Tujuannya adalah
rehabilitasi fungsi penglihatan dengan prinsip optimalisasi fungsi jaringan mata
(kornea, lensa dan seterusnya) untuk penglihatan.6
Komplikasi
21
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma,
dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa
pada mata antara lain 6
1. Simblefaron, adalah perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva
bulbi, dan konjungtiva forniks. Dapat disebabkan akibat trauma kecelakaan,
operasi, luka bakar oleh zat kimia, dan peradangan. Dengan gejala gerak mata
terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler
3. Sindroma mata kering
4. Katarak traumatik, merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera
pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang
terlihat sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun. Katarak traumatik ini
dapat muncul akut, subakut, atau pun gejala sisa dari trauma mata. Trauma
basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain menyebabkan
kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang masuk
mengenai mata menyebabkan peningkatan PH cairan akuos dan menurunkan
kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun
perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam, namun
karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata dibandingkan basa
maka jarang terjadi katarak traumataik akibat trauma asam.
5. Glaukoma sudut tertutup: penutupan sudut bilik mata
6. Entropion : membaliknya margo palpebra kedalam disertai trikeasis dengan
segala akibatny di kornea
22
7. Phtisis bulbi
Prognosis
Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat
jangka panjang dan rasa tidak enak pada mata. Prognosis basa di tentukan
berdasarkan klasifikasi Hughes atau klasifikasi Thoft serta tergantung derajat
kerusakannya. Prognosis asam baik bila konsentrasi asam tidak terlalu tinggi
sehingga hanya terjadi kerusakan superficial. Derajat iskemia konjungtiva dan
pembuluh darah daerah limbus adalah tingkat keparahan cedera dan prognosis
penyembuhannya. Makin besar iskemia dari konjungtiva dan pembuluh darah
limbus, luka yang terjadi akan makin parah. 6,2
BAB III
KESIMPULAN
Trauma kimia sangat berbahaya, karena dapat menyerang berbagai struktur
ocular dan berpotensi menyebebkan kebutaan. Bahan kimia yang dapat
mengakibatkan kelainan pada mata dapat di bedakan dalam bentuk : trauma asam
dan trauma basa. Dibandingkan bahan asam, maka trauma oleh bahan basa yang
memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dapat cepat merusak dan menembus
kornea. Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada pH, kecepatan dan jumlah
bahan kimia tersebut mengenai mata.6,2
Trauma pada mata merupakan 3-4% dari seluruh kecelakaan kerja. Sebagian
besar (84%) merupakan trauma kimia. 9
Gambaran klinis kelainan akibat trauma kimia di dasarkan pada klasifikasi,
pada trauma kimia asam klasifikasi Thoft sedangkan pada trauma kimia basa
klasifikasi Hughes.
23
Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi daerah
yang terkena trauma kimia memerlukan tindakan yang segera harus dilakukan untuk
mencegah penyulit yang lebih berat. Pembilasa dilakukan dengan memakai garam
fisiologik atau air bersih lainnya selama mungkindan palimg sedikut 15-30 menit.
Trauma akibat bahan kimia harus diterapi sebagai kedaruratan mata.6,2
DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson RE, Biochemistry of the eye. San Fransisco: American Academy
Ophthalmology, 1983
2. Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, dalam Vaughan Daniel G, Abury
Taylor, Eva Paul Riordan. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007. Hal: 372-78
3. Duanes Clinical Ophthalmology Volume 4, Chapter 28. Editor William Tasman,
MD, Associate Editor Edward A. Jaeger, MD. Revised Edition 2004, hal: 2-3
4. Eye
http://www.myeyecarecenter.com/content/eyeinjuries.htm
5. Hydrochloric Acid Facts, Available from URL :
http://www.epi.state.nc.us/epi/oii/hcl/hcl.pdf
6. Ilyas Sidharta, Prof, dr, DSM. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Cetakan I.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI; 2005. hal: 271-273
7. Kanski, JJ. Chemical Injuries. Clinical Opthalmology. Edisi keenam. 2008.
Philadelphia: Elseiver Limited. Hal: 864-68
8. Lang GK,
Tieme
24
http://www.emedicine.com/aaem/eye/topic102.htm
15. Surgery ot the eye injuries, By Alston Callahan, Copyright, 1950, By Charles C
Thomas, First Edition, Hal 10
16. Treatment of Anterior Segment Ocular Trauma, Rdited by, David Millier, M.D.,
Robert Stegmann, M.D., Copyright 1986, Hal 102-103
17. Wijana Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan VI. 1993
25