Anda di halaman 1dari 4

Andi Rifiansyah - Menyulap kaca pyrex menjadi kerajinan cantik

Kaca pyrex menggoreskan pengalaman berharga bagi hidup Andi Rifiansyah. Bahkan,
dari usaha menyulap kaca pyrex menjadi kerajinan pulalah ia menghidupi keluarganya.
Perkenalan, pria kelahiran Sidoarjo ini dengan kaca pyrex berawal ketika ia ditugaskan
oleh perusahaan Kaca Kraft mengikuti pendidikan seni kaca pyrex di Malaysia Institute
of Art pada 1999. Selama tiga tahun ia menimba ilmu di sana.
"Saya diajar guru yang memang ahli di bidangnya. Berawal dari membuat model paling
mendasar, yakni kotak, hingga teknik sambung kaca," cerita Andi. Ia bilang, dari sebuah
karya kerajinan ternyata bisa juga menggambarkan karakter si pembuat.
Sayang, ketika masa pendidikannya berakhir dan pulang ke Indonesia pada 2011,
perusahaan tempat ia bekerja justru tutup. Selama tiga tahun, Andi kerja serabutan.
Hingga akhirnya, pada 2004, ia memberanikan diri mempraktekkan ilmunya, dengan
merintis
usaha
kerajinan
seni
pyrex
bernama
Netha
Art
&
Craft.
Di tangan pria 34 tahun ini, sebuah kaca pyrex padat disulap menjadi, cenderamata,
pernak-pernik
hiasan
rumah,
piala,
replika,
miniatur,
serta
patung.
Ternyata, karyanya mendapat sambutan bagus di pasar. Hasil karyanya tak hanya
diminati di dalam negeri, tetapi juga konsumen dari mancanegara. Karyanya dibanderol
mulai Rp 15.000 untuk pernik kecil, hingga Rp 300.000 untuk miniatur.
Usahanya tak selalu mulus. Bahkan, ia mengalami keterpurukan, ketika lumpur Sidoarjo
menenggelamkan rumah sekaligus bengkel kerjanya. Ia kehilangan banyak nomor
kontak
para
pelanggan.
Untunglah, Andi mendapat dukungan dari sang istri, Puji Astuti, untuk kembali memulai
usaha dari nol. Ia rajin mengikuti pameran di berbagai daerah. Alhasil, perlahan, pembeli
kembali berdatangan. Bahkan, banyak ekspatriat yang memesan untuk dijual lagi ke
negara
mereka,
seperti
Belanda,
Jerman,
dan
Australia.

Sekarang, usahanya semakin berjalan mantap. Tiap bulan, Andi bisa mengantongi omzet
Rp
65
juta.
Hampir segala bentuk dapat diwujudkannya. Bahkan, bentuk yang hanya ada di
benaknya tanpa ada contoh bendanya, dia dapat membuatnya menjadi riil.
Hanya, ia mengaku, ada bentuk yang tidak bisa dibuat dengan presisi. "Bentuk presisi
tinggi, seperti permata, hampir tidak bisa dibuat, karena bahan kaca pyrex tidak bisa
disesuaikan
dengan
bentuk
seperti
itu,"
tuturnya.
Lantaran pesanan terus bertambah, Andi pun mulai merasa tidak bisa kerja sendiri lagi.
Sayangnya, seni kaca pyrex sangat rumit, dan tidak bisa dipelajari hanya dalam 6 bulan.
Makanya, perlahan, ia mulai menurunkan ilmunya kepada tiga murid yang kerap
membantu di bengkel. "Kerajinan kaca pyrex ini buatan tangan, tidak pakai cetakan sama
sekali. Maka, beda pembuat, akan beda pula karyanya," beber Andi.
Ia berharap, di masa depan, ketiga orang itu bisa membantunya mempercepat
pengerjaan pesanan. Bahkan, jangka panjang, Andi ingin menggembleng lebih banyak
orang
lagi,
supaya
bisa
melestarikan
kerajinan
kaca
pyrex
ini.
Selain itu, ia bertekad membuat bentuk-bentuk yang lebih kreatif lagi. Maklum, ia ingin
lebih
memperluas
pasar,
terutama
ke
mancanegara.
Sumber
You might also like:
PT Usaha Anak Bangsa - Bisnis Makanan Jagung Bakar Kaca ...
Sukses usaha berkreasi dari Kaleng Rokok menjadi miniatur ...
Wayang Alumunium dan Perak ini Menembus Pasar Eropa
Agus Djamaludin - Nekat Merintis usaha kerajinan kulit

Linkwithin

pada 5/20/2013 - Labels: inspirasi usaha -

Kematangan Ukiran Kaca Sidoarjo


16th September 2014

Kerajinan ukiran kaca Sidoarjo semakin


matang. Hasilnya benar- benar sempurna meski digarap tanpa pola. Setiap ada ide muncul,
perajin langsung memprosesnya di kaca. Modelnya sama, tetapi setiap produk dipastikan
berbeda meski kecil.
Salah satu pengusaha kerajinan ukiran kaca di Sidoarjo adalah Pujiastuti (30), pemilik Netha
Art & Craft. Ia bersama suaminya, Andi Rifiansyah (31), memulai usaha sejak tahun 2007.
Dengan modal cekak, sekitar Rp 10 juta, mereka mencoba membuka usaha di Perumtas I
Blok K- 14/34 Tanggulangin, Sidoarjo.
Begitu rumah tersebut tenggelam oleh lumpur Lapindo, mereka memilih pindah dan
mengontrak di Magersari Permai Sidoarjo. Rumah kontrakan tersebut kini menjadi bengkel
kerja, termasuk ruang pamer. Mereka juga membuka gerai di Royal Plaza Surabaya untuk
mendekatkan produk mereka dengan pasar.
Hasilnya tidak kalah dengan produk ukiran kaca dari Italia, katanya sambil menunjukkan
kerajinan kaca dengan model lambang Kota Surabaya.
Hasil karya Andi mulai diterima pasar. Kualitas dan model produk yang tidak kalah dengan
produk impor menjadi salah satu alasan konsumen membelinya. Harga ukiran kaca juga
relatif murah, yakni Rp 15.000 dan Rp 1.000.000, sesuai dengan ukuran, model, serta
kerumitan pekerjaan.
Ada konsumen yang membawa model sendiri, tetapi umumnya konsumen menyerahkan
sepenuhnya kepada perajin. Khusus cendera mata pernikahan, menurut Pujiastuti, relatif
minim pesanan karena umumnya konsumen tidak melihat sisi nilai seni sebuah produk, tetapi
fokus pada harga. Biasanya harga cendera mata pernikahan tidak lebih dari Rp 5.000,
ujarnya.
Menurut Pujiastuti, yang sekaligus menjadi tenaga pemasaran, produk umumnya sudah
dipesan sehingga modelnya sesuai dengan selera konsumen. Bukan hanya berupa cendera
mata, tetapi juga trofi untuk berbagai lomba. Masyarakat mulai bosan dengan penghargaan
berupa piala, jadi mereka beralih ke ukiran kaca Pyrex tahan panas, kata ibu dari seorang

putra itu.
Ukiran di trofi disesuaikan dengan perlombaan. Untuk lomba golf, misalnya, di trofinya akan
diukir atlet sedang memukul bola golf. Pesanan tidak hanya dari Surabaya, tetapi juga dari
Istana Negara, Jakarta. Pesanannya berupa ukiran untuk diberikan kepada kepala negara lain
saat berkunjung ke Jakarta.
Trofi Putri Indonesia untuk daerah pemilihan Jawa Timur juga digarap Andi. Order tidak
pernah berhenti meski jumlahnya tidak banyak, kata Pujiastuti yang juga melayani
pemesanan melalui dunia maya.
Pengerjaan pesanan dalam jumlah besar memang membutuhkan waktu lama karena
perajinnya hanya Andi. Tidak ada tenaga lain. Sangat sulit membagi ilmu karena kerajinan
ini butuh kesabaran, ketekunan, dan ketelitian, apalagi mengukir langsung di kaca tanpa
pola, katanya.

Anda mungkin juga menyukai