Anda di halaman 1dari 33

4

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Produk
Produk adalah merupakan hasil dari kegiatan produksi yang berujud barang. Variabel
pertama dari pemasaran dan cukup penting dan yang mempengaruhi kepuasan konsumen
adalah produk, karena produk merupakan sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk mempunyai definisi yang sempit dan
luas. Definsi tersebut sebagai berikut :
a. Definisi Sempit.
Produk adalah sekumpulan atribut fisik nyata (tangible) yang terkait dalam sebuah bentuk
yang dapat diidentifikasikan.
b. Definisi Luas.
Produk adalah sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) di
dalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestive pabrik, prestive pengecer dan
pelayanan di pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu
yang bisa memuaskan keinginannya.
(http://sobatbaru.blogspot.com/2008/07/pengertianproduk.html)

Definisi produk menurut Schroeder (1996,p89) adalah hasil dari pengembangan

suatu strategi bisnis. Sebagai contoh, strategi bisnis menghendaki suatu lini produk yang
lengkapuntukmelayanisuatukelompokpelangganyangkhusus.

2.2 Proses Produksi


Menurut Render dan Heizer (2005,p4), produksi adalah proses penciptaan barang
dan jasa. Proses dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu produk(input-proses-output).
2.3 Pengertian Kualitas
Menurut Kotler (2002,p67) mutu/kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari
suatu produk yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
yang dinyatakan atau yang tersirat.
Definisi kualitas yang sebagaimana yang diambil oleh American Society for

Quality adalah

Keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu

memuaskan kebutuhan yang terlihat atau yang tersamar.


Berbagai definisi lain mutu yang telah diperkenalkan oleh para ahli antara lain,
menurut Juran yang di kutip pada buku Herjanto (2008,p392) Quality is fitness for use.
Menurut Crosby yang di kutip dari buku Herjanto (2008,p392) Quality means

conformance

to

requirement.

Menurut

Feigenbaum

di

kutip

dari

buku

Herjanto(2004,p392) Quality is the total composite product And service characteristics

of marketing, engineering, manufacture, and maintenance through which the product


and service in use will meet the expectation of the customer.
Di lain pihak, menurut Juran dikutip dari buku Mahfud dan Haming (2008,p102)
menyatakan mutu memiliki banyak makna, diantaranya ada tiga yang sering dipakai,
baik dalam khazanah keilmuan maupun dalam praktik:

1. Mutu adalah keistimewaan produk yang menjawab kebutuhan konsumen


(The excellence of product that answer the consumers need).
2. Mutu adalah bebas dari cacat atau defisiensi (quality is zero defect).
3. Mutu atau kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan pengguna (fitness for

use)
Menurut Goetsch dan Davis (2004,p47) quality is a dynamic associated with

product, service, people, process, and environment that meets or exceeds


expectation.
2.4 Pentingnya Kualitas
Menurut Nasution (2004,p3) setelah memahami arti kualitas, berikutnya Dilihat dari
manajemen operasional, kualitas produk merupakan salah satu kebijaksanaan penting
dalam meningkatkan daya saing produk yang harus member kepuasaan kepada
konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan kualitas produk dari pesaing.
Mutu mempengaruhi organisasi:(http://mkmop.wordpress.com/2009/04/01/)

Biaya dan pangsa pasar.

Reputasi perusahaan.

Pertanggung jawaan produk.

Implikasi Internasional.

2.5 Quality Asurance

Quality Assurance (QA, penjaminan mutu) merupakan aktivitas tertentu atau semua
aktiivitas, terutama aktivitas lintas departmen yang dilakukan untuk menjamin bahwa

apa yang kita lakukan itu menuju kepada perwujudan mutu keluaran yang baik, sesuai
dengan harapan konsumen. (Haming dan Mahfud,2007,p105)
QA meliputi semua aktivitas yang dilakukan untuk mengevaluasi dan meningkatkan
mutu proses pekerjaan untuk menghapuskan proses yang tidak perlu, dengan tujuan
memastikan saling terwujudnya saling pengertian dan

komunikasi efektif sepanjang

mata rantai SIPOC(supplier, inputs, process, outputs, dan customer), dan auditing serta
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan semua proses menuju kepada pemenuhan
standar atau melampauinya(Haming dan Mahfud,2007,p105)
2.6 Dimensi Kualitas
Menurut Garvin yang di kutip pada buku Diana dan Tjiptono (2003,p27) ada delapan
dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan
analisis, terutama untuk produk manufaktur. Dimensi-dimensi tersebut adalah:
1. Kinerja (performance), karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (feature), yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap.
3. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal dipakai.
4. Keseuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu sejauh mana
karakteristik desain dan

operasi memenuhi standar-standar yang telah

ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan.

6. Serviceabilty, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyaman, mudah direparasi;


penangan keluhan memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk
serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Dimensi kualitas menurut shroeder (2004,p134-p135) sebagai berikut
1. Quality of design, is determined before the product is produce.
2. Quality of conformance, means producing a product to meet the

specifications.
3. Availability, defines the continuity of service to the customer.
4. Reliability, refers to the length of time that a product can be used before it

fails.
5. Maintainability, refers to the length of time that a product can be used

before it fails.
6. Field service, the last dimension of quality. Represents warranty and repair

or replacement of the product after it has been sold.


2.7 Perspektif Kualitas
Menurut David Gravin di kutip dari buku Diana dan Tjiptono (2003,p24)
mengidentifikasikan adanya lima alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu:
1. Transcendental Approach.
Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui tetapi sulit
untuk didefinisikan dan di operasionalkan.

2. Product-based Approach.
Pendekatan ini menggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang
dapat

dikuantitatifkan

dan

dapat

diukur.

Perbedaan

dalam

kualitas

mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang


dimiliki produk. Karena pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat
menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan dan prefensi individual.
3. User-based Approach.
Pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada
orang yang memandang nya, dan produk yang paling memuaskan preferansi
seseorang merupakan produk yang berkualitas tinggi.
4. Manufacturing based Apprach.
Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktikpraktik.
5. perekayasaan dan pemanufkturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai sama
dengan
6. persyaratannya (conformance to requirements).
7. Value-based Approach.
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga.
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Terdapat 6 faktor yang mempenguhi kualitas menurut Prawirosentono (2002,p12)
yaitu:
1. Manusia
Sumber daya manusia adalah unsur utama yang memungkinkan terjadinya
proses penambahab nilai. Kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas (task)

10

adalah kemampuan (ability), pemgalaman, pelatihan (training), dan potensi


kreativitas yang beragam sehingga diperoleh suatu hasil (output).
2. Metode (Method)
Hal ini meliputi kerja dimana setiap orang harus melakukan kerja sesuai dengan
tugas yang dibebankan pada masing-masing individu. Metode ini harus merupakan
prosedur kerja terbaik agar setiap orang dapat melaksanakan tugasnya secara efektif
dan efisien. Walaupun
seseorang dapat saja menginterpretasikan tugas-tugasnya secara berbeda satu sama
lain, asalkan saja pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sesuai rencana.
3. Mesin (Machine)
Mesin atau peralatan yang digunakan dalam proses penambahan nilai menjadi
output. Dengan memakai mesin sebagai alat pendukung pembuatan suatu produk
memungkinkan berbagai variasi dalam bentuk, jumlah, dan kecepatan proses
penyelesaian kerja.
4. Bahan (Materials)
Bahan baku yang diproses, diproduksi agar menghasilkan nilai tambah menjadi
output, jenisnya sangat beragam. Keragaman bahan baku yang digunakan akan
mempengaruhi nilai
output yang beraga pula. Bahkan perbedaan bahan baku (jenisnya) mungkin dapat
pula menyebabkan proses pekerjaannya.
5. Ukuran (Measurement)
Dalam setiap tahap proses produksi, harus ada ukuran sebagai standar penilaian
agar setiap tahap proses produksi dapat dinilai kinerjanya. Kemampuan dari standar
ukuran tersebut merupakan factor penting untuk mengukur kinerja seluruh tahapan
proses produksinya, tujuannya agar hasil yang diperoleh sesuai dengan rencana.

11

6. Lingkungan (Environment)
Lingkungan dimana proses produksi berada sangat mempengaruhi hasil atau
kinerja proses produksinya . Bila lingkungan kerja berubah, maka kinerjanya pun
akan berubah. Bahkan faktor lingkungan eksternal pun dapat mempengaruhi kelima
unsur tersebut di atas sehingga dapat menimbulkan variasi tugas pekerjaan.2.9
Permasalahan Kualitas
Permasalahan mutu menurut Herjanto (2008,p396) dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab. Faktor-faktor berikut ini merupakan contoh penyebab masalah mutu:
1. Bahan baku tidak sesuai/sempurna.
2. Mesin dan alat produksi lain tidak digunakan secara tepat.
3. Desain tidak sesuai dengan harapan pelanggan.
4. Inspeksi dan pengujian tidak tepat.
5. Tempat penyimpanan barang dan pengemasan tidak memadai.
6. Waktu pengiriman tidak tepat.
7. Sistem penandaan tidak jelas.
8. Tenaga ahli atau terlatih yang dapat menganalisa penyimpangan kurang.
9. Kesadaran akan mutu rendah.
10. Komunikasi tidak lancar.
11. Bimbingan dan waktu kerja yang tidak jelas.
2.10 Pengaruh Kualitas
Secara khusus menurut Herjanto (2008,p396) mutu berpengaruh pada perusahaan
dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Citra perusahaan
Mutu produk dari suatu perusahaan atau organisasi akan berpengaruh
terhadap

reputasi

perusahaan.

Setiap

perusahaan

harus

mengusahakan

12

produknya memenuhi syarat mutu sehingga membawa citra positif

bagi

perusahaan itu. Perusahaan yang citranya buruk harus bekerja ekstra keras
keras untuk memperbaiki citra. Citra tidak bisa diatasi dengan sekedar promosi
tetapi harus merubah persepsi pelanggan.
2. Keuntungan
Produk yang bermutu baik akan disukai pelanggan, sehingga permintaan
meningkat, yang selanjutnya mendorong ke arah peningkatan keuntungan dan
pangsa pasar.
3. Produktivitas
Produktivitas dan mutu saling berkaitan. Produk yang bermutu rendah akan
mempengaruhi produktivitas selama proses pembuatan. Mutu yang rendah bisa
diakibatkan karena suku cadang yang cacat yang memerlukan pekerjan ulang
atau kesulitan dalam proses yang disebabkan rendahnya kualitas bahan baku.
Dengan demikian, peningkatan dan pemeliharaan mutu dapat memberikan efek
positif bagi produktivitas.
4. Liabilitas
Perusahaan yang produknya gagal atau menyebabkan masalah harus berani
bertanggung
jawab terhadap kerusakan atau kecelakaan yang terjadi atas pengguna produk
tersebut. Dalam Undang-undang Republik Indonesia no.8 tahun 1991 tentang
perlindungan konsumen, diatur bahwa salah satu kewajiban pelaku usaha ialah
memberi kompensasi, ganti rugi atau penggantian atas keruugian akibat
penggunaan, pemakai dan pemanfaatan barang atau jasa yang diperdagangkan.

13

2.11 Pengertian dan Tujuan Pengawasan Mutu


Pengawasan mutu adalah suatu cara agar spesifikasi produk yang ditetapkan sebagai
standar dapat tercermin dalam produk atau hasil akhir. (Assauri, 2004, p210).
Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas
produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah
bahan yang rusak.
Tujuan pengawasan mutu menurut Assuri (2004, p210) adalah:
a. Agar barang yang dihasilkan dapat mencapai standar mutu yang telah ditetapkan.
b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat sekecil mungkin.
c.

Mengusahakan agar biaya desai produk dan proses dengan menggunakan mutu
produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
Menurut Assuri (2004,p210) pengawasan mutu adalah agar spesifikasi produk yang

ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam produk atau hasil akhir.
Pengawasan mutu merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas
produk bila di perlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah
bahan yang rusak. (Reksohadiprodjo dan Gitosudarma,2000,p210).
2.12 Pengendalian Kualitas
Menurut Gaspersz (2003,p4) pengendalian kualitas adalah aktivitas yang berorientasi
pada tindakan pencegahan kerusakan, dan bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi
kerusakan saja.

Usaha untuk pengendalian kualitas lebih difokuskan pada tindakan

pencegahan sebelum terjadinya kerusakan dengan jalan melaksanakan aktivitas secar baik
dan benar pada waktu pertama kali mulai melaksanakan suatu aktivitas.

14

2.13 Definisi Cacat


Menurut Herjanto (2008,p434) Cacat ialah suatu ketidak sesuaian individuala dalam
suatu proses/produk yang disebabkan kegagalan dalam memenuhi satu atau lebih spesifikasi
yang ditetapkan. Suatu produk dikatakan cacat (defective) ialah jika tidak memenuhi
spesifikasi. Dengan demikian, suatu produk yang cacat akan mengandung paling tidak satu
cacat individual.
2.14 TQM (Total Quality Management)
2.14.1 Pengertian TQM (Total Quality Management)

Total quality management (TQM) menurut Render dan Heizer (2006,p256) merujuk
pada penekanan kualitas yang meliputi organisasi keseluruhan, mulai dari pemasok hingga
pelanggan. TQM menekankan komitmen manajemen untuk mendapatkan arahan perusahaan
yang terus-menerus ingin mencapai keunggulan dalam semua aspek produk dan jasa yang
kesemuanya penting bagi pelanggan.
TQM penting karena keputusan kualitas mempengaruhi setiap dari 10 keputusan
yang dibuat oleh manajer operasi. Tiap 10 keputusan berhadapan dengan beberapa aspek
pengidentifikasian dan pemenuhan harpan pelanggan Pemenuhan TQM saat suatu
perusahaan bersaing untuk menjadi pemimpin pasar dunia.
Menurut

Jacobs,

Aquilano

dan Chase(2001,p260), We

define total quality

management(TQM) asmanaging the entire organization so that is excels on all dimensions


of products and services that are important to the customer.

15

Menurut

Nasution

(2004,p18)

TQM

merupakan

suatu

pendekatan

dalam

menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus-menerus atas produk,jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya.
2.14.2 Tujuan TQM (Total Quality Management)
Tujuan TQM menurut Luthfy dikutip dari buku Mahfud dan Haming (2007,p132) ialah
untuk mewujudkan permintaan jangka panjang dari masing-masing daerah pemasaran,
karena hal tersebut akan menciptakan uang.
2.14.3 Metode Deming
2.14.3.1 PDCA (plan-do-check-action)
Deming

mengembangkan

konsep

siklus

PDCA

(plan-do-check-action),

yaitu

merupakan suatu proses untuk peningkatan berkesinambunganm tidak memiliki awal


maupun akhir. Melalui langkah yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1. suatu organisasi dapat
mencapai

dan

mempertahankan

suatu

proses

manajemen

mutu

yang

unggul.(Herjanto,2008,p400)
Penjelasan:
1. Tahap plan : Meliputi identifikasi masalah untuk dipecahkan, memperoleh data,
melakukan analisis data, dan mengembangkan rekomendasi.
2. Tahap do: Mencakup penerapan solusi berbasiskan percobaan.
3. Tahap check: Berupa pengamatan setelah penerapan untuk memastikan apakah
hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.

16

4. Tahap act: Melibatkan kegiatan perubahan permanen jika hasilnya efektif bagi
pengkatan

atau

kembali

pada

kondisi

sebelumnya

jika

penerapannya

bermasalah.

Act

Plan

Check

Do

Gambar 2.1 Siklus PDCA-Deming


Sumber : Eddy Herjanto. 2008. Manajemen Operasional, Grasindo.
2.14.3.2 Prinsip Deming
Menurut Russel dan Taylor yang dikutip dari buku Mahfud dan Haming
(2007,p133) mengemukakan empat belas prinsip Deming yang perlu diaplikasikan
perusahaan untuk memperbaiki mutu produk yang dihasilkan. Ke empat belas prinsip
tersebut disajikan di bawah ini:
1. Tetapkan tujuan inovasi dan perbaikan terus-menerus yang dilakukan oleh
perusahaan.
2. Ambil filosofi baru, kita tidak dapat mentolerir kekurangan dan kesalahan lama.

17

3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi secara massal, persyaratan bukti statistik


untuk memperbaiki mutu dan desain produk.
4. Pilih beberapa pemasok yang memiliki atas mutu bukan atas harga bersaing.
5. Lakukan perbaikan proses produksi secara berkesinambungan dan berkelanjutan
dengan berfokus pada dua sumber penyebab utama masalah mutu, yaitu sistem
dan pekerja.
6. Fokuskan pelatihan pekerja pada pencegahan pemicu masalah mutu, dan
gunakan metode statisti untuk pengendalian mutu.
7. Perbaiki kepemimpinan penyelia (supervisor) untuk membantu para pekerja agar
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
8. Bangkitkan rasa keterlibatan pekerja dan usir rasa takut mereka sehingga para
pekerja merasa aman untuk mengajukan pertanyaan atau meminta klarifikasi
mengenai masalah mutu.
9. Hilangkan halangan antar departmen dan tingkatkan kerja sama yang berbasis
tim di antara pekerja.
10. Hapuskan slogan atau dan target numerikal yang akan memaksa pekerja untuk
mencapai volume keluaran yang tinggi tanpa melihat lebih dulu bagaiman
tugasnya dikerjakan dengan baik.
11. Hilangkan kuota numerikal yang ditargetkan harus dicapai oleh pekerja dengan
biaya tertentu tanpa meperdulikan mutu keluaran yang dihasilkan.
12. Bangkitkan rasa bangga para pekerja, keterampilan dan rasa percaya diri melalui
perbaikan supervisi dan proses pengerjaan yang ada sehingga para pekerja
mampu mencurahkan seluruh kompetensi yang dimilikinya.

18

13. Fokuskan berbagai program pendidikan dan pelatihan tentang metode perbaikan
mutu di seluruh tingkatan organisasi, mulai dari level manajemen puncak sampai
level bawahan , sehingga perbaikan yang berkelanjutan dapat dilaksanakan.
14. Bangun

komitmen

yang

tinggi

dari

manajemen

puncak

untuk

mengimplementasikan ke tiga belas butir terdahulu.


2.14.4 Alat-alat Pengendalian Mutu
Menurut Nasution (2006,p304) pada dasarnya kita mengenal tujuh alat (the

seven tools) yang dapat digunakan untuk melakukan pengendalian mutu. Alat-alat
untuk pengendalian mutu antara lain:
1. Diagram alir/Flow Chart.
Diagram balok yang secara grafis menerangkan sebuah proses atau
sistem.
2. Diagram pareto
Sebuah cara menggunakan diagram untuk mengelola kesalahan,
masalah, atau cacat untuk membantu memusatkan perhatian pada usaha
penyelesaian masalah.
3. Check sheet
Suatu

formulir

yang

didesain

secara

sederhana

untuk

mengumpulkan dan mencatat data.


4. Diagram sebab akibat
Di sebut diagram kaoru Ishikawa adalah teknik yang digunakan
untuk menemukan lokasi yang mungkin pada permasalahan kualitas.

19

5. Histogram
Diagram balok yang menunjukan cakupan nilai sebuah perhitungan dan
frekuensi dari setiap nilai yang terjadi.
6. Bagan kendali
Gambaran grafis data sejalan dengan waktu yang menunjukan batas atas
dan bawah proses yang ingin kita kendalikan.
7. Diagram sebar/Scatter diagram
Grafik yang menunjukan hubungan dua perbandingan.
2.14.5 Pengawasan Mutu(Inspeksi)
Untuk memastikan bahwa sistem menghasilkan kualitas yang diharapkan
maka perlu dilakukan pengendalian proses yang seringkali dengan cara pengawasan
atau inspeksi yaitu jalan untuk memastikan bahwa sebuah operasi menghasilkan
tingkat kualitas yang diharapkan. (Render dan Heizer,2006,p269)
Dua masalah dasar yang berkaitan dengan inspeksi adalah kapan dan
dimana inspeksi dilakukan, biasanya terjadi pada salah satu titik berikut:
1. Pada pabrik suplier saat sedang memproduksi.
2. Di tempat penerimaan produk dari supplier.
3. Sebelum dilakukan proses yang mahal dan tidak dapat dirubah.
4. Selama tahap proses produksi.
5. Saat proses akhir atau selesai.
6. Sebelum produk diantar.
7. Pada titik kontak konsumen.

20

Inspeksi terbaik selalu dilakukan pada sumbernya sehingga dikenal inspeksi


sumber yaitu pengendalian atau pengawasan pada titik produksi atau pada titik
pembelian pada sumbernya.
2.14.5.1 Atribut Inspeksi
Pada saat melakukan inspeksi karakteristik kualitas menurut Heizer dan Render
(2006,p271) dibagi dalam dua hal yaitu:
1. Inspeksi atribut: menggolongkan barang baik dan barang cacat.
2. Inspeksi variable: menghitung dimensi seperti berat, kecepatan, tinggi,
kekuatan untuk melihat apakah produk masuk criteria batas yang dapat
diterima.
2.15 SPC (Statistical Pocess Control)
2.15.1 Pengertian SPC

Statical process control menurut Render dan Heizer (2006,p286) adalah


sebuah teknik statistic yang digunakan secara luas untuk memastikan bahwa proses
memenuhi standar. Dalam pengertian lain SPC adalah semua jenis yang inspeksi yang
ditujukan untuk mengetahuiapakah barang yang dikontrol sesuai dengan kriteri yang
ditentukan.
2.15.2 Fungsi SPC

Statistical process control menurut Render dan Heiszer (2006,p287)


melakukan pengawasan standar , membuat pengukuran, dan mengambil tindakan
perbaikan selagi sebuah produk atau jasa sedang diproduksi. Sampel output proses
diuji: jika mereka berada dalam batas yang diperbolehkan, maka proses boleh

21

dilanjutkan, jika mereka jatuh diluar jangkauan tertentu, maka proses dihentikan, dan
biasanya penyebab akan diteliti dan dihilangkan.2.15.3 Tujuan SPC
Tujuan dari SPC menurut Gerald Smith (1998,p4) ialah untuk menunjukan
tingkat reliabilitas sampel dan bagaimana cara mengawasi resiko. Pengawasan kualitas
secara statistik (SPC) mengandung dua kegunaan umum, yaitu:
1. Untuk mengawasi pelaksanaan kerja sebagai operasi-operasi individual selama
pekerjaan sedang berlangsung.
2. Untuk memutuskan apakah diterima atau ditolak sejumlah produk yang telah
diproduksi.
Penggunaan metode SPC dapat diketahui seperti gambar di bawah ini:

INPUT

TRANSFORMATION
ACTIVITIES

OUTPUT

CONTROL CHART
ACCEPTED SAMPLING
Gambar 2.2 Interaksi antara Pengawasan Kualitas dan Produk
Sumber: Nur Naution(2004,0135)

22

2.15.4 Pengendalian Proses Statistic (SPC)


Pengendalian proses Statistik (SPC) menurut Ariani (2004, p61) merupakan teknik
penyelesaian masalah yang digunakan sebagai pemonitor, pengendali, penganalisis,
pengelola, dan memperbaiki proses menggunakan metode-metode statistik. Pengendalian
proses

statistik merupakan penerapan metode-metode statistik untuk pengukuran dan

analisis variasi proses.


Menurut Render dan Heizer (2005,p286) Statistical Process Control merupakan sebuah
teknik statistic yang digunakan secara luas untuk memastikan bahwa proses memenuhi
standar. Dengan kata lain, SPC merupakan sebuah proses yang digunakan untuk mengawasi
standar, membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah produk
atau jasa sedang diproduksi.
2.15.5 Keuntungan SPC

Statistical process control menurut Smith (2009,p4) memiliki beberapa keuntungan


sebagai berikut:
a. Relatif murah
b. Efisiensi waktu
c.

Berdasarkan prinsip probabilitas yang di kenal luas

d. Sedikit produk yang menjadi rusak karena kecelakaan dalam inspeksi


e. Menjembatani resiko produsen dan konsumen dengan beberapa alternative
metoda penyampelan dan teknik penerimaan barang.

23

2.15.6 Implementasi SPC


Implementasi SPC menurut Sheu dan Krumwiede dalam jurnal integrated

manufacturing systems (1996,p46):


Proposed SPC implementation procedure
Obtain management support

Choose a statistical process control


leader

Determine a Production process for


the pilot study
Prepare usable production document

Provide statistical process control


training

ConstructcontrolChart
Gambar 2.3 Implementasi SPC
Sumber: Sheu dan Krumwiede (1996,p46)

24

2.15.7 Teknik Yang Digunakan Dalam Penerapan SPC


a) Check Sheet
Menurut Heizer dan Render (2006,p263) check sheet adalah sebuah lembar
pengecekan (check sheet) adalah suatu formulir yang didesain untuk mencatat data.
Dalam banyak kasus, pencatatan dilakukan sehingga pada saat data diambil pola
dapat dilihat dengan mudah. Lembar pengecekan membantu analis menentukan
fakta atau pola yang mungkin dapat membantu analisis selanjutnya. Misalnya
gambar yang menunjukan suatu perhitungan jumlah daerah dimana cacat terjadi,
atau sebuah lembar pengecekan yang menunjukan tipe keluhan pelanggan.
Menurut Herjanto (2008,p422) tujuan utama dari check sheet (lembar
pengecekan) ialah untuk menjamin bahwa data dikumpulkan secara hati-hati dan
akurat oleh personel operasi untuk mengontrol proses dan untuk pengambilan
keputusan.
Check sheet Menurut Gaperz (2003,p41) adalah suati formulir dimana itemitem yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir itu dengan maksud agar data
dapat dikumpulkan secara mudah dan ringkas.
b) Diagram Pareto
Diagram pareto menurut Heizer dan Render (2006,p267) adalah sebuah
metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat untuk membantu
memusatkan perhatian pada usaha penyelesaian masalah. Diagram ini berdasarkan
pekerjaan Vilfredo Pareto, seorang pakar ekonomi diabad ke-19.

25

Joseph M. Juran mempopulerkan pekerjaan pareto dengan menyatakan


bahwa 80% permasalahan perusahaan merupakan hasil dari penyebab yang hanya
20%. Fungsi diagram pareto sebagai berikut:

Diagram pareto dapat membantu untuk memusatkan perhatian pada persoalan

utama yang harus ditangani dalam upaya perbaikan.

Menunjukkan hasil upaya perbaikan. Setelah dilakukan tindakan korektif

berdasarkan prioritas, kita dapat mengandalkan pengukuran ulang dan membuka


diagram pareto baru. Apabila terdapat perubahan dalam diagram pareto baru, maka
tondakan korektif terdapat efeknya.
Hasil diagram pareto pareto chart

digunakan diagram sebab-akibat untuk

mengetahui penyebab masalah. Setelah sebab diketahui dari diagram tersebut,


kemudian disusun untuk merasional data yang diperoleh dari diagram sebab-akibat.

Frekuensi

presentase
kumulatif

Jenis Kerusakan
Gambar 2.4 Diagram Pareto
Sumber; Gasperz,(2003,p51)

26

Diagram

pareto

menurut

Naution(2004,p114),

Diagram pareto

yang

dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada
abad ke 19. Diagram pareto di gunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori
kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang yang paling besar di sebelah
kiri ke yang paling kecil sebelah kanan. Susunan

tersebut membantu kita untuk

menentukan penting prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian


yang dikaji atau untuk mengetahui masalah utama proses. Dengan bantuan diagram
pareto tersebut, kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian pada
sebab-sebab yang mempunyai dampak paling beasar terhadap kejadian daripada
meninjau berbagai sebab pada suatu ketika.
c) Diagram Sebab Akibat
Menurut Heizer dan Render (2006,p265) Alat lain untuk mengidentifikasi
masalah kualitas dan titik inspeksi adalah diagram sebab akibat (cause and effect

diagram), yang juga dikenal sebagai diagram Ishikawa (Ishikawa diagram) atau
diagram tulang ikan (fish bone chart). Fish bone chart berbentuk menyerupai tulang
ikan, untuk masalah pengendalian kualitas sehari-hari, pelanggan perusahaan yang
tidak puas. Setiap tulang mewakili kemungkinan sumber kesalahan.
Manajer operasi memulai dengan empat kategori: material, mesin/peralatan,
manusia, dan metode. Inilah yang disebut 4M yang merupakan penyebab. Dengan
cara menyediakan sebuah daftar pengecekan yang bagus untuk analisis awal.
Penyebab masing-masing dikaitkan dalam setiap kategori yang diikat dalam tulang
yang terpisah sepanjang cabang tersebut, sering melalui proses brainstorming.

27

Material

Mesin

Masalah

Manusia

Metode

Gambar 2.5 Fish bone Chart


Sumber: (Gasperz,2003,p60)
Berikut

ini

tahapan

yang

dilakukan

dalam

menyusun

diagram

sebab

akibat(Herjanto,2008,p426):
1. Tentukan masalah atau akibat yang akan dicari penyebabnya. Tuliskan dalam
kotak yang menggambarkan kepala ikan yaitu yang berada diujung tulang
utama.
2. Tentukan grup atau kelompok faktor-faktor penyebab utama yang mungkin
menjadi penyebab masalah itu dan tuliskan masing-masing pada kotak yang
berada pada cabang. Pada umumnya, pengelompokan didasarkan unsur
material,peralatan(mesin), Metode kerja(manusia), dan pengukuran(inspeksi).
Namun , pengelompokan dapat juga dilakukan atas dasar analisis proses.
3. Pada setiap cabang, tulis faktor-faktor penyabab yang lebih rinci yang dapat
menjadi faktor penyebab masalah yang dianalisis. Faktor-faktor penyebab ini

28

berupa ranting, yang apabila diperlukan bias dijabarkan lebih lanjut ke dalam
anak ranting.
4. Lakukan analisis dengan membandingkan data dengan persyaratan untuk setiap
faktor dalam hubungannya dengan akibat, sehingga dapat diketahui penyebab
utama yang mengakibatkan terjadinya masalah mutu yang diamati.
d) Bagan Kendali
Bagan kendali menurut Herjanto (2008,p230) ialah grafik yang dipergunakan
untuk membedakan atau memisahkan hasil dari suatu proses yang berada dalam
kendali dan yang tidak. Bagan kendali memiliki garis tengah yang menunjukkan ratarata proses, sebuah garis diatasnya, disebut sebagai batas kendali atas, dan sebuah
garis di bawah yang disebut sebagai batas kendali bawah. Tujuan bagan kendali
ialah untuk memantau suatu proses dlaam rangka mengekspose kehadiran penyebab
khusus yang mempengaruhi prosesoperasi.
Bagan kendali Menurut Render dan Heizer (2006,p288) merupakan grafis
data sejalan dengan waktu yang menunjukan batas atas dan bawah proses yang
ingin kitakendalikan. Penggunaan utama dari bagan pengendalian adalah untuk
meningkatkan proses:
1. Sebagian besar proses tidak berjalan pada pengendalian proses secara
statistic yang statis.
2. Penggunaan bagan pengendalian secara rutin dan penuh perhatian dapat
mengidentifikasi penyebab tetap. Jika penyebab ini dapat dikurangi, keaneka
ragaman akan menurun dan proses dapat meningkat.

29

3. Bagan

pengendalian

hanya

mendeteksi

penyebab

tetap.

Tindakan

manajemen, operator dan rancang-bangun diperlukan untuk mengurangi


penyebab tetap.
Dalam mengidentifikasi dan mengurangi penyebab tetap, penting untuk
menemukan akar masalah (root cause) dan menyerangnya. Disamping itu, bagan
pengendalian dapat digunakan sebagai alat penaksir. Taksiran ini dapat digunakan
untuk menentukan kapabilitas proses untuk memproduksi produk yang layak. Bagan
pengendalian banyak digunakan karena:
1. Merupakan teknik terbukti untuk meningkatkan produksi.
2. Efektifitas untuk mencegah cacat.
3. Mencegah penyesuaian proses yang tidak perlu.
4. Menyediakan informasi diagnosis.
5. Menyediakan informasi tentang kapabilitas proses.
Sebuah bagan pengendalian dapat mengindikasikan kondisi tak terkontrol
ketika satu atau lebih titik jatuh diluar batas kendali. Teknik kualitas yang paling
umum dilakukan dalam pengawasan kualitas adalah dengan menggunakan diagram
control shewhart seperti yang digambarkan dibawah ini:

30

Gambar 2.6
6 Diagram kontrol
k
stew
whart
Sumber:
S
Nasu
ution Nur. (20
004). Manajem
men mutu terrpadu, ghalia Indonesia
Garis netral melukiskan
n nilai baku ya
ang menjadi dasar
d
perhitu
ungan terjadin
nya
penyiimpangan ha
asil-hasil peng
gamatan untuk tiap samp
pel. UCL atau batas conttrol
atas adalah garis yang menunjjukan penyim
mpangan palin
ng tinggi dari nilai baku. LCL
L
h batas penyiimpangan yan
ng paling rend
dah.
atau batas kontol bawah adalah
dasarkan stattistic dihitung
g dan kemudia
an digambarkkan
Nilai setiap sampel berd
d
dengan garis untuk dianallisis. Apabila titik-titik
t
bera
ada
dengan titik dan dihubungkan
dalam
m daerah yan
ng dibatasi ole
eh UCL dan LCL,
L
maka prroses produkssi berada dala
am
kontrrol. Dalam keadaan de
emikian, peru
usahaan harrus mencari hal-hal ya
ang
meny
yebabkan ba
anyaknya barang yang kualitasnya menyimpang
g dari kualittas
stand
dar, kemudian
n diperbaiki ag
gar produksi kembali dalam
m control atau kendali.

31

UCL
CL
LCL
Gambar 2.7 Peta Kontrol dalam kendali
Sumber : (Ariani,2004,p35)

UCL
CL
LCL
Gambar 2.8 Peta Kontrol diluar kendali
Sumber : (Ariani,2004,p35)
e) Peta Kendali p
Peta kendali p digunakan untuk mengukur proprsi ketidak sesuaian dari
item-item dalam kelompok yang sering diinspeksi. Dengan demikian peta kendali p

32

digunakan untuk mengendalikan proporsi dari item-item yang tidak


memenuhi syarat spesifikasi kualitas atau proporsi dari produk yang cacat yang
dihasilkan dalam suatu proses.
Jadi peta atau bagan kendali ini digunakan untuk mengetahui apakah cacat
produk yang dihasilkan masih dalam batas yang disyaratkan. (Gasperz,2003, p92)
Rumus menurut Ariani (2004, p133):

P=

X
N

Dimana:
P: proporsi kesalahan dalam setiap sampel
X: banyaknya produk yang salah dalam setiap sampel
n: banyaknya sampel yang diambil dalam inspeksi

Garis pusat peta kendali proporsi kesalahan ini adalah:


g

CL=

nx i=1 pi i-1 xi
=
g
n.g

Dimana:

CL

: garis pusat peta pengendalian proporsi kesalahan

Pi

: proporsi kesalahan setiap sampel atau sub kelompok dalam setiap


observasi

: banyaknya sampel yang diambil setiap kali observasi

: banyaknya observasi yang dilakukan

33

Sedangkan pengendalian atas (UCL) dan batas pengendalian bawah (LCL) untuk
peta pengendalian proporsi kesalahan tersebut adalah:

UCL=CL+3

LCL=CL-3

CL(1-CL)
n

CL(1-CL)
n

2.16 Analisis Five-Forces Model of Competition (Porter)


Analisis persaingan menurut Porter di kutip dari buku Retno(2008,p47) merupakan
pendekatan yang banyak dipakai untuk mengembangkan strategi oleh industri. Industri
adalah sekelompok perusahaan yang menawarkan suatu produk atau kelas produk yang
merupakan subtitusi yang dekat satu sama lain. Sifat persaingan dalam suatu industri dapat
dilihat sebagai gabungan dari lima kekuatan sebagai berikut:

34

Potensi
masuknya
pesaing baru

Daya tawar
pemasok

Pesaing?

Daya tawar
pembeli

Potensi
pengembangan
produk
pengganti

Gambar 2.9 Analisis Porter


Sumber: (Retno,2008,p48)
Penjelasan dari 5 kekuatan porter menurut porter dikutip dari buku Hariadi(2003,p49):
1. Potensi masuknya pesaing baru
Pendatang baru dalam suatu indusrti membawa kapasitas yang baru. Keseriusan
ancaman pendatang baru tergantung pada hambatan yang ada reaksi dari
pesaing yang ada, yang pendatang baru dapat perkirakan.
2.

Kekuatan tawar menawar pemasok Pemasok dapat mempergunakan kakuatan


daya tawar untuk peserta dalamindustri dengan meningkatkan harga atau
mengurangi mutu barang atau jasa yang dibeli. Dengan demikian pemasok yang

35

berpengaruh dapat menekan kemampuan dari suatu industri yang tidak dapat
menutup kenaikan melalui harga jualnya.
3. Kekuatan tawar menawar pembeli
Pembeli atau pelanggan juga dapat menekan harga menurut kualitas lebih tinggi
atau layanan lebih banyak dan mengadu domba semua anggota industri.
4. Potensi pengembangan produk pengganti

Produk

perusahaan sering menghadapi persaingan yang ketat dengan produk dari


industri lain yang dapat menjadi alternatif bagi konsumen untuk memilih. Suatu
produk dapat menjadi subtitusi atau pengganti bagi produk lain jika konsumen
menganggap produk-produk tersebut mempunyai fungsi yang serupa.
5. Pesaing
Persaingan di antara pesaing yang ada mengambil bentuk yang sama dalam
memperebutkan posisi dengan menggunakan takti-taktik seperti kompetisi
harga, pengenalan produk dan persaingan advertensi.

36

2
2.17
Kerang
gka Pemikira
an

Mulai

Bahan ba
aku (Input)

Insp
peksi

Pengendalian prroses
p
produksi
deng
gan
menggunaka
an
metode SPC
C

Proses produksi

Ke
esimpulan
apa
akah sasuai
dengan standar
kualittas atau tidakk

Standaarkualitas
terpenuhi
G
Gambar
2.10 Kerangka Pemikiran
S
Sumber
: Hassil Data Analissis, April 2009
9

Outpu
ut

selesai

Anda mungkin juga menyukai