BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Produk
Produk adalah merupakan hasil dari kegiatan produksi yang berujud barang. Variabel
pertama dari pemasaran dan cukup penting dan yang mempengaruhi kepuasan konsumen
adalah produk, karena produk merupakan sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk mempunyai definisi yang sempit dan
luas. Definsi tersebut sebagai berikut :
a. Definisi Sempit.
Produk adalah sekumpulan atribut fisik nyata (tangible) yang terkait dalam sebuah bentuk
yang dapat diidentifikasikan.
b. Definisi Luas.
Produk adalah sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) di
dalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestive pabrik, prestive pengecer dan
pelayanan di pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu
yang bisa memuaskan keinginannya.
(http://sobatbaru.blogspot.com/2008/07/pengertianproduk.html)
suatu strategi bisnis. Sebagai contoh, strategi bisnis menghendaki suatu lini produk yang
lengkapuntukmelayanisuatukelompokpelangganyangkhusus.
Quality adalah
conformance
to
requirement.
Menurut
Feigenbaum
di
kutip
dari
buku
use)
Menurut Goetsch dan Davis (2004,p47) quality is a dynamic associated with
Reputasi perusahaan.
Implikasi Internasional.
Quality Assurance (QA, penjaminan mutu) merupakan aktivitas tertentu atau semua
aktiivitas, terutama aktivitas lintas departmen yang dilakukan untuk menjamin bahwa
apa yang kita lakukan itu menuju kepada perwujudan mutu keluaran yang baik, sesuai
dengan harapan konsumen. (Haming dan Mahfud,2007,p105)
QA meliputi semua aktivitas yang dilakukan untuk mengevaluasi dan meningkatkan
mutu proses pekerjaan untuk menghapuskan proses yang tidak perlu, dengan tujuan
memastikan saling terwujudnya saling pengertian dan
mata rantai SIPOC(supplier, inputs, process, outputs, dan customer), dan auditing serta
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan semua proses menuju kepada pemenuhan
standar atau melampauinya(Haming dan Mahfud,2007,p105)
2.6 Dimensi Kualitas
Menurut Garvin yang di kutip pada buku Diana dan Tjiptono (2003,p27) ada delapan
dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan
analisis, terutama untuk produk manufaktur. Dimensi-dimensi tersebut adalah:
1. Kinerja (performance), karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (feature), yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap.
3. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal dipakai.
4. Keseuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu sejauh mana
karakteristik desain dan
ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan.
specifications.
3. Availability, defines the continuity of service to the customer.
4. Reliability, refers to the length of time that a product can be used before it
fails.
5. Maintainability, refers to the length of time that a product can be used
before it fails.
6. Field service, the last dimension of quality. Represents warranty and repair
2. Product-based Approach.
Pendekatan ini menggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang
dapat
dikuantitatifkan
dan
dapat
diukur.
Perbedaan
dalam
kualitas
10
11
6. Lingkungan (Environment)
Lingkungan dimana proses produksi berada sangat mempengaruhi hasil atau
kinerja proses produksinya . Bila lingkungan kerja berubah, maka kinerjanya pun
akan berubah. Bahkan faktor lingkungan eksternal pun dapat mempengaruhi kelima
unsur tersebut di atas sehingga dapat menimbulkan variasi tugas pekerjaan.2.9
Permasalahan Kualitas
Permasalahan mutu menurut Herjanto (2008,p396) dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab. Faktor-faktor berikut ini merupakan contoh penyebab masalah mutu:
1. Bahan baku tidak sesuai/sempurna.
2. Mesin dan alat produksi lain tidak digunakan secara tepat.
3. Desain tidak sesuai dengan harapan pelanggan.
4. Inspeksi dan pengujian tidak tepat.
5. Tempat penyimpanan barang dan pengemasan tidak memadai.
6. Waktu pengiriman tidak tepat.
7. Sistem penandaan tidak jelas.
8. Tenaga ahli atau terlatih yang dapat menganalisa penyimpangan kurang.
9. Kesadaran akan mutu rendah.
10. Komunikasi tidak lancar.
11. Bimbingan dan waktu kerja yang tidak jelas.
2.10 Pengaruh Kualitas
Secara khusus menurut Herjanto (2008,p396) mutu berpengaruh pada perusahaan
dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Citra perusahaan
Mutu produk dari suatu perusahaan atau organisasi akan berpengaruh
terhadap
reputasi
perusahaan.
Setiap
perusahaan
harus
mengusahakan
12
bagi
perusahaan itu. Perusahaan yang citranya buruk harus bekerja ekstra keras
keras untuk memperbaiki citra. Citra tidak bisa diatasi dengan sekedar promosi
tetapi harus merubah persepsi pelanggan.
2. Keuntungan
Produk yang bermutu baik akan disukai pelanggan, sehingga permintaan
meningkat, yang selanjutnya mendorong ke arah peningkatan keuntungan dan
pangsa pasar.
3. Produktivitas
Produktivitas dan mutu saling berkaitan. Produk yang bermutu rendah akan
mempengaruhi produktivitas selama proses pembuatan. Mutu yang rendah bisa
diakibatkan karena suku cadang yang cacat yang memerlukan pekerjan ulang
atau kesulitan dalam proses yang disebabkan rendahnya kualitas bahan baku.
Dengan demikian, peningkatan dan pemeliharaan mutu dapat memberikan efek
positif bagi produktivitas.
4. Liabilitas
Perusahaan yang produknya gagal atau menyebabkan masalah harus berani
bertanggung
jawab terhadap kerusakan atau kecelakaan yang terjadi atas pengguna produk
tersebut. Dalam Undang-undang Republik Indonesia no.8 tahun 1991 tentang
perlindungan konsumen, diatur bahwa salah satu kewajiban pelaku usaha ialah
memberi kompensasi, ganti rugi atau penggantian atas keruugian akibat
penggunaan, pemakai dan pemanfaatan barang atau jasa yang diperdagangkan.
13
Mengusahakan agar biaya desai produk dan proses dengan menggunakan mutu
produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
Menurut Assuri (2004,p210) pengawasan mutu adalah agar spesifikasi produk yang
ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam produk atau hasil akhir.
Pengawasan mutu merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas
produk bila di perlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah
bahan yang rusak. (Reksohadiprodjo dan Gitosudarma,2000,p210).
2.12 Pengendalian Kualitas
Menurut Gaspersz (2003,p4) pengendalian kualitas adalah aktivitas yang berorientasi
pada tindakan pencegahan kerusakan, dan bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi
kerusakan saja.
pencegahan sebelum terjadinya kerusakan dengan jalan melaksanakan aktivitas secar baik
dan benar pada waktu pertama kali mulai melaksanakan suatu aktivitas.
14
Total quality management (TQM) menurut Render dan Heizer (2006,p256) merujuk
pada penekanan kualitas yang meliputi organisasi keseluruhan, mulai dari pemasok hingga
pelanggan. TQM menekankan komitmen manajemen untuk mendapatkan arahan perusahaan
yang terus-menerus ingin mencapai keunggulan dalam semua aspek produk dan jasa yang
kesemuanya penting bagi pelanggan.
TQM penting karena keputusan kualitas mempengaruhi setiap dari 10 keputusan
yang dibuat oleh manajer operasi. Tiap 10 keputusan berhadapan dengan beberapa aspek
pengidentifikasian dan pemenuhan harpan pelanggan Pemenuhan TQM saat suatu
perusahaan bersaing untuk menjadi pemimpin pasar dunia.
Menurut
Jacobs,
Aquilano
dan Chase(2001,p260), We
15
Menurut
Nasution
(2004,p18)
TQM
merupakan
suatu
pendekatan
dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus-menerus atas produk,jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya.
2.14.2 Tujuan TQM (Total Quality Management)
Tujuan TQM menurut Luthfy dikutip dari buku Mahfud dan Haming (2007,p132) ialah
untuk mewujudkan permintaan jangka panjang dari masing-masing daerah pemasaran,
karena hal tersebut akan menciptakan uang.
2.14.3 Metode Deming
2.14.3.1 PDCA (plan-do-check-action)
Deming
mengembangkan
konsep
siklus
PDCA
(plan-do-check-action),
yaitu
dan
mempertahankan
suatu
proses
manajemen
mutu
yang
unggul.(Herjanto,2008,p400)
Penjelasan:
1. Tahap plan : Meliputi identifikasi masalah untuk dipecahkan, memperoleh data,
melakukan analisis data, dan mengembangkan rekomendasi.
2. Tahap do: Mencakup penerapan solusi berbasiskan percobaan.
3. Tahap check: Berupa pengamatan setelah penerapan untuk memastikan apakah
hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.
16
4. Tahap act: Melibatkan kegiatan perubahan permanen jika hasilnya efektif bagi
pengkatan
atau
kembali
pada
kondisi
sebelumnya
jika
penerapannya
bermasalah.
Act
Plan
Check
Do
17
18
13. Fokuskan berbagai program pendidikan dan pelatihan tentang metode perbaikan
mutu di seluruh tingkatan organisasi, mulai dari level manajemen puncak sampai
level bawahan , sehingga perbaikan yang berkelanjutan dapat dilaksanakan.
14. Bangun
komitmen
yang
tinggi
dari
manajemen
puncak
untuk
seven tools) yang dapat digunakan untuk melakukan pengendalian mutu. Alat-alat
untuk pengendalian mutu antara lain:
1. Diagram alir/Flow Chart.
Diagram balok yang secara grafis menerangkan sebuah proses atau
sistem.
2. Diagram pareto
Sebuah cara menggunakan diagram untuk mengelola kesalahan,
masalah, atau cacat untuk membantu memusatkan perhatian pada usaha
penyelesaian masalah.
3. Check sheet
Suatu
formulir
yang
didesain
secara
sederhana
untuk
19
5. Histogram
Diagram balok yang menunjukan cakupan nilai sebuah perhitungan dan
frekuensi dari setiap nilai yang terjadi.
6. Bagan kendali
Gambaran grafis data sejalan dengan waktu yang menunjukan batas atas
dan bawah proses yang ingin kita kendalikan.
7. Diagram sebar/Scatter diagram
Grafik yang menunjukan hubungan dua perbandingan.
2.14.5 Pengawasan Mutu(Inspeksi)
Untuk memastikan bahwa sistem menghasilkan kualitas yang diharapkan
maka perlu dilakukan pengendalian proses yang seringkali dengan cara pengawasan
atau inspeksi yaitu jalan untuk memastikan bahwa sebuah operasi menghasilkan
tingkat kualitas yang diharapkan. (Render dan Heizer,2006,p269)
Dua masalah dasar yang berkaitan dengan inspeksi adalah kapan dan
dimana inspeksi dilakukan, biasanya terjadi pada salah satu titik berikut:
1. Pada pabrik suplier saat sedang memproduksi.
2. Di tempat penerimaan produk dari supplier.
3. Sebelum dilakukan proses yang mahal dan tidak dapat dirubah.
4. Selama tahap proses produksi.
5. Saat proses akhir atau selesai.
6. Sebelum produk diantar.
7. Pada titik kontak konsumen.
20
21
dilanjutkan, jika mereka jatuh diluar jangkauan tertentu, maka proses dihentikan, dan
biasanya penyebab akan diteliti dan dihilangkan.2.15.3 Tujuan SPC
Tujuan dari SPC menurut Gerald Smith (1998,p4) ialah untuk menunjukan
tingkat reliabilitas sampel dan bagaimana cara mengawasi resiko. Pengawasan kualitas
secara statistik (SPC) mengandung dua kegunaan umum, yaitu:
1. Untuk mengawasi pelaksanaan kerja sebagai operasi-operasi individual selama
pekerjaan sedang berlangsung.
2. Untuk memutuskan apakah diterima atau ditolak sejumlah produk yang telah
diproduksi.
Penggunaan metode SPC dapat diketahui seperti gambar di bawah ini:
INPUT
TRANSFORMATION
ACTIVITIES
OUTPUT
CONTROL CHART
ACCEPTED SAMPLING
Gambar 2.2 Interaksi antara Pengawasan Kualitas dan Produk
Sumber: Nur Naution(2004,0135)
22
23
ConstructcontrolChart
Gambar 2.3 Implementasi SPC
Sumber: Sheu dan Krumwiede (1996,p46)
24
25
Frekuensi
presentase
kumulatif
Jenis Kerusakan
Gambar 2.4 Diagram Pareto
Sumber; Gasperz,(2003,p51)
26
Diagram
pareto
menurut
Naution(2004,p114),
Diagram pareto
yang
dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada
abad ke 19. Diagram pareto di gunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori
kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang yang paling besar di sebelah
kiri ke yang paling kecil sebelah kanan. Susunan
diagram), yang juga dikenal sebagai diagram Ishikawa (Ishikawa diagram) atau
diagram tulang ikan (fish bone chart). Fish bone chart berbentuk menyerupai tulang
ikan, untuk masalah pengendalian kualitas sehari-hari, pelanggan perusahaan yang
tidak puas. Setiap tulang mewakili kemungkinan sumber kesalahan.
Manajer operasi memulai dengan empat kategori: material, mesin/peralatan,
manusia, dan metode. Inilah yang disebut 4M yang merupakan penyebab. Dengan
cara menyediakan sebuah daftar pengecekan yang bagus untuk analisis awal.
Penyebab masing-masing dikaitkan dalam setiap kategori yang diikat dalam tulang
yang terpisah sepanjang cabang tersebut, sering melalui proses brainstorming.
27
Material
Mesin
Masalah
Manusia
Metode
ini
tahapan
yang
dilakukan
dalam
menyusun
diagram
sebab
akibat(Herjanto,2008,p426):
1. Tentukan masalah atau akibat yang akan dicari penyebabnya. Tuliskan dalam
kotak yang menggambarkan kepala ikan yaitu yang berada diujung tulang
utama.
2. Tentukan grup atau kelompok faktor-faktor penyebab utama yang mungkin
menjadi penyebab masalah itu dan tuliskan masing-masing pada kotak yang
berada pada cabang. Pada umumnya, pengelompokan didasarkan unsur
material,peralatan(mesin), Metode kerja(manusia), dan pengukuran(inspeksi).
Namun , pengelompokan dapat juga dilakukan atas dasar analisis proses.
3. Pada setiap cabang, tulis faktor-faktor penyabab yang lebih rinci yang dapat
menjadi faktor penyebab masalah yang dianalisis. Faktor-faktor penyebab ini
28
berupa ranting, yang apabila diperlukan bias dijabarkan lebih lanjut ke dalam
anak ranting.
4. Lakukan analisis dengan membandingkan data dengan persyaratan untuk setiap
faktor dalam hubungannya dengan akibat, sehingga dapat diketahui penyebab
utama yang mengakibatkan terjadinya masalah mutu yang diamati.
d) Bagan Kendali
Bagan kendali menurut Herjanto (2008,p230) ialah grafik yang dipergunakan
untuk membedakan atau memisahkan hasil dari suatu proses yang berada dalam
kendali dan yang tidak. Bagan kendali memiliki garis tengah yang menunjukkan ratarata proses, sebuah garis diatasnya, disebut sebagai batas kendali atas, dan sebuah
garis di bawah yang disebut sebagai batas kendali bawah. Tujuan bagan kendali
ialah untuk memantau suatu proses dlaam rangka mengekspose kehadiran penyebab
khusus yang mempengaruhi prosesoperasi.
Bagan kendali Menurut Render dan Heizer (2006,p288) merupakan grafis
data sejalan dengan waktu yang menunjukan batas atas dan bawah proses yang
ingin kitakendalikan. Penggunaan utama dari bagan pengendalian adalah untuk
meningkatkan proses:
1. Sebagian besar proses tidak berjalan pada pengendalian proses secara
statistic yang statis.
2. Penggunaan bagan pengendalian secara rutin dan penuh perhatian dapat
mengidentifikasi penyebab tetap. Jika penyebab ini dapat dikurangi, keaneka
ragaman akan menurun dan proses dapat meningkat.
29
3. Bagan
pengendalian
hanya
mendeteksi
penyebab
tetap.
Tindakan
30
Gambar 2.6
6 Diagram kontrol
k
stew
whart
Sumber:
S
Nasu
ution Nur. (20
004). Manajem
men mutu terrpadu, ghalia Indonesia
Garis netral melukiskan
n nilai baku ya
ang menjadi dasar
d
perhitu
ungan terjadin
nya
penyiimpangan ha
asil-hasil peng
gamatan untuk tiap samp
pel. UCL atau batas conttrol
atas adalah garis yang menunjjukan penyim
mpangan palin
ng tinggi dari nilai baku. LCL
L
h batas penyiimpangan yan
ng paling rend
dah.
atau batas kontol bawah adalah
dasarkan stattistic dihitung
g dan kemudia
an digambarkkan
Nilai setiap sampel berd
d
dengan garis untuk dianallisis. Apabila titik-titik
t
bera
ada
dengan titik dan dihubungkan
dalam
m daerah yan
ng dibatasi ole
eh UCL dan LCL,
L
maka prroses produkssi berada dala
am
kontrrol. Dalam keadaan de
emikian, peru
usahaan harrus mencari hal-hal ya
ang
meny
yebabkan ba
anyaknya barang yang kualitasnya menyimpang
g dari kualittas
stand
dar, kemudian
n diperbaiki ag
gar produksi kembali dalam
m control atau kendali.
31
UCL
CL
LCL
Gambar 2.7 Peta Kontrol dalam kendali
Sumber : (Ariani,2004,p35)
UCL
CL
LCL
Gambar 2.8 Peta Kontrol diluar kendali
Sumber : (Ariani,2004,p35)
e) Peta Kendali p
Peta kendali p digunakan untuk mengukur proprsi ketidak sesuaian dari
item-item dalam kelompok yang sering diinspeksi. Dengan demikian peta kendali p
32
P=
X
N
Dimana:
P: proporsi kesalahan dalam setiap sampel
X: banyaknya produk yang salah dalam setiap sampel
n: banyaknya sampel yang diambil dalam inspeksi
CL=
nx i=1 pi i-1 xi
=
g
n.g
Dimana:
CL
Pi
33
Sedangkan pengendalian atas (UCL) dan batas pengendalian bawah (LCL) untuk
peta pengendalian proporsi kesalahan tersebut adalah:
UCL=CL+3
LCL=CL-3
CL(1-CL)
n
CL(1-CL)
n
34
Potensi
masuknya
pesaing baru
Daya tawar
pemasok
Pesaing?
Daya tawar
pembeli
Potensi
pengembangan
produk
pengganti
35
berpengaruh dapat menekan kemampuan dari suatu industri yang tidak dapat
menutup kenaikan melalui harga jualnya.
3. Kekuatan tawar menawar pembeli
Pembeli atau pelanggan juga dapat menekan harga menurut kualitas lebih tinggi
atau layanan lebih banyak dan mengadu domba semua anggota industri.
4. Potensi pengembangan produk pengganti
Produk
36
2
2.17
Kerang
gka Pemikira
an
Mulai
Bahan ba
aku (Input)
Insp
peksi
Pengendalian prroses
p
produksi
deng
gan
menggunaka
an
metode SPC
C
Proses produksi
Ke
esimpulan
apa
akah sasuai
dengan standar
kualittas atau tidakk
Standaarkualitas
terpenuhi
G
Gambar
2.10 Kerangka Pemikiran
S
Sumber
: Hassil Data Analissis, April 2009
9
Outpu
ut
selesai