Chapter II - 3 PDF
Chapter II - 3 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Air
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi
sekarang maupun generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumber
daya air harus ditanam pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan, terutama penyakit perut. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan
mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum
dengan mutlak diperlukan. Oleh karena itu dalam praktek sehari-hari maka
pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan
apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak.
Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran
yang dinamakan Cyclus Hydrologie. Dengan adanya penyinaran matahari,
maka semua air yang ada di permukaan bumi akan bersatu dan berada ditempat
yang tinggi yang sering dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan
terbawa makin lama makin tinggi dimana temperatur diatas semakin rendah, yang
menyebabkan titik-titik air dan jatuh kebumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian
mengalir kedalam tanah, jika menjumpai lapisan rapat air, maka perserapan akan
berkurang, dan sebagian air akan mengalir diatas lapisan rapat air ini. Jika air ini
keluar pada permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai-sungai dan jika melalui
suatu tempat rendah (cekung) maka air akan berkumpal, membentuk suatu danau
atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir ke laut kembali dan
kemudian akan mengikuti siklus hidrologi ini (Sutrisno, 1994).
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin turun. Kegiatan industri,
domestik, dan kegiatan yang lain berdampak negatif terhadap sumber daya air,
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber
daya air. Oleh karena itu, pengolahan sumber daya air sangat penting agar
dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah
satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interprestasi
data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air mendefenisikan kualiatas air sebagai sifat air dan
kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain didalam air. Kualitas
air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu,
kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, BOD, COD,
kadar logam, dan sebagainya). Dan parameter biologi (keberadaan plankton,
bakteri, dan sebagainya).
Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2.
Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3.
Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertenakan.
4.
2.1.1
Sumber Air
Menurut Sutrisno (1994), secara garis besar dapat dikatakan air
bersumber dari:
1. Air Laut
2. Air Atmosfir
3. Air Permukaan
4. Air Tanah
1. Air Laut
Air yang dijumpai di dalam alam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan
sisanya berupa air tanah/daratan, es, salju, dan hujan. Air laut mempunyai sifat
asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar NaCl dalam air laut 3%. Dengan
keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum.
2. Air Atmosfir
a. Air sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.
b. Air rawa/danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat
organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang
menyebabkan warna kuning coklat.
4. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berasal dari permukaan yang merembes ke dalam
tanah, yang terdapat di dalam ruang-ruang butir antara butir-butir tanah di dalam
lapisan bumi. Suatu saat air ini akan memenuhi lapisan tanah yang keras dan kuat,
maka air ini akan keluar permukaan sebagai mata air.
Air tanah terbagi antara:
a. Air tanah dangkal
b. Air tanah dalam
c. Mata air
a. Air tanah dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan
tanah. Lumpur akan bertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga
air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam
yang larut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia
tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah ini berfungsi sebagai
saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung,
terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah lapisan rapat air,
air yang terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini
dimanfaatkan sebagai air minum melalui sumur-sumur dangkal.
b. Air tanah dalam
Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam,
tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan
memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara
100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air.
Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena
penyaringanya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan dari unsur-unsur
kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur,
maka air itu akan menjadi sadah, karena mengandung Ca(HCO3)2 dan
Mg(HCO3)2.
c. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam.
2.1.2
dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen
dan segala yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia
yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat
merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan
endapan pada seluruh jaringan distribusinya.
Atas dasar pemikiran tersebut dibuat suatu standar air minum yaitu suatu
peraturan yang memberi petunjuk tentang konsentrasi sebagai parameter yang
sebaiknya diperbolehkan di dalam air minum (Slamet, 1994).
Menurut Sutrisno (1994), dari segi kualitas air minum harus memenuhi:
a. Syarat Fisik
1) Air tidak boleh berbau
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya, bau amis
dapat disebabkan oleh tumbuhnya Algae.
2) Air tidak boleh berasa
Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa
logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya tergantung pada penyebab
timbulnya bau tersebut.
3) Air tidak boleh berwarna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna.
4) Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat
anorganik maupun organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan tanaman
dan hewan. Buangan industri juga dapat menyebabkan kekeruhan. Zat organik
dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembang biakannya.
5) Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk 250C) agar:
-
Tidak terjadi pelarutan kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan
Bakteri typshum
Vibrio colereae
Bakteri dysentriae
Entamoeba histolyhes
2.2
Kesadahan
Istilah kesadahan digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium
dengan
pendidihan,
mengandung
kalsium
dam
magnesium
bikarbonat. Air dengan tipe ini terdapat di daerah berkapur. Sejumlah kecil karbon
dioksidasi terlarut dalam air hujan membentuk asam lemah yaitu asam bikarbonat.
H2O
Air dioksida
Asam
karbonat
CO2
Karbon dioksida
secara
perlahan-lahan
H2CO3
Asam karbonat
melarutkan
kalsium
karbonat
Kalsium Bikarbonat
Kalsium Karbonat
H2O
Air
CO2
Karbon Dioksida
2CaCO +
Kalsium Karbonat
(tidak larut)
2H2O
Air
Kalsium sulfat
Natrium karbonat
Kalsium karbonat
(air sulfat)
(soda pencuci)
(tidak larut)
Na2SO4
Natrium sulfat
(larut)
Kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter
air. Dengan demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17,85
ppm CaCO3. Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen=2,8dH=
50 ppm (Anonimc, 2007).
Pendulangan Air
Pendulangan air adalah proses pemompaan air dari sumur. Air yang
berasal dari sumur bor dengan kedalamannya 200 meter dipompakan ke
dalam bak reservoar.
Aerasi
Aerasi adalah proses menjatuhkan air dari ketinggian sehingga oksigen
terlarut dalam air dan mengoksidasi besi dan mangan agar tidak terlarut di
dalam air.
Klorinasi
Klorinasi adalah proses penambahan Sodium Hypochlorid yang bertujuan
untuk mengurangi jumlah mikroorganisme di dalam air, mengendapkan
lumpur, dan sebagai oksidator untuk mengurangi kadar besi atau mangan.
Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel yang ada dalam
air.
Filtrasi
Filtrasi adalah proses penyaringan dengan menggunakan media Sand
Filter dan Carbon Filter, sehingga diperoleh air yang jernih, tidak berasa,
tidak berbau dan tidak berwarna.
a. Penyaringan Pada Tangki Sand Filter
Tangki Sand Filter berisi pasir kuarsa kasar dan pasir kuarsa halus
yang masing-masing 750 kg. Sand Filter berfungsi untuk menyaring
kotoran atau untuk menjernihkan air dan untuk menurunkan kadar Fe.
b. Penyaringan Pada Tangki Carbon Filter
Air yang digunakan pada tangki ini berasal dari Tangki sand Filter.
Tangki ini berfungsi untuk menghilangkan rasa, bau, warna, dan sisa
sodium hipoklorit.
Demineralisasi
Demineralisasi adalah proses pelunakkan air untuk menghilangkan zat
kapur yang terlarut didalam air.
a. Penyaringan Pada Tangki Softener
Air yang dari karbon filter dilunakkan dalam Tangki Softener. Tangki
Softener yang berisi resin dan pasir kuarsa. Pemberian resin berfungsi
untuk mengikat kapur yang terlarut didalam air dan menghilangkan
kesadahan air sampai 0.
2.
Tangki Buffer IV, berasal dari Tangki Softener yang digunakan untuk
pencucian botol dan pelarutan gula.
3.
Tangki Buffer III, berasal dari campuran Tangki Buffer I dan Tangki
Buffer IV yang digunakan untuk menyeduh teh dan bahan baku
AMDK atau disebut Air Minum Dalam Kemasan (Anonima, 2006).