Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Perkembangan

teknologi

dimasa

kini

membuat

perkembangan teknologi permesinan sangat dibutuhkan. Mesinmesin yang dibuat untuk menggantikan tenaga manusia bertujuan
untuk mempermudah pekerjaan manusia.
Elemen mesin merupakan ilmu yang mempelajari bagianbagian mesin dilihat antara lain dari sisi bentuk komponen, cara
kerja, cara perancangan dan perhitungan kekuatan dari
komponen tersebut. Dasar-dasar yang diperlukan untuk dapat
mempelajari

dan

mengerti

tentang

elemen

mesin

dan

permasalahannya antara lain berkaitan dengan :


Sistem gaya
Tegangan dan regangan
Pengetahuan bahan
Gambar teknik
Proses produksi

SAMBUNGAN

Sebagai contoh :
dari gambar mobil di bawah ini, dapatkan diidentifikasi elemen
mesin apa saja yang
membentuk satu unit mobil secara keseluruhan ?

Mesin
Gabungan dari berbagai elemen mesin yang membentuk satu
sistem kerja.
Mesin-mesin penggerak mula
1. Turbin : air, uap, gas : (pesawat terbang, kapal laut, kereta
api, dll).
2. Motor listrik (AC, pompa air, kompresor, dll)
3. Motor Bakar Bensin dan Diesel (mobil, sepeda motor,
kereta diesel, generator
SAMBUNGAN

listrik.
4. Kincir angin (pompa, generator listrik)
Mesin-mesin lain : crane, lift, katrol, derek, alat-alat berat, mesin
pendingin, mesin
pemanas, mesin produksi, dll.
Mesin-mesin tersebut terdiri dari berbagai jenis dan jumlah
komponen pendukung yang
berbeda-beda.
Suatu mesin merupakan atau penggabungan dari banyak
elemen dimana satu elemen dihubungkan dengan elemen lainnya
dengan

cara

menggunakan

sambungan

-sambungan

yang

digunakan dengan elemen lainnya denan cara menggunakan


sambungan. Sambungan ada 3 macam yaitu sambungan las,
sambungan pake keeling dan sambungan ulir. Sambungan yang
digunakan

dapat

dalam

bentuk sliding ataupun

dalam

bentuk fixed. sambungan dalam bentuk slliding dapat berupa :


batang penggerak piston (coneccting rod), cam and follower, poros
dan bantalan. pasangan roda gigi, sabuk (belt), rantai (chain) dan
lain-lainnya. sambungan fixed biasanya berupa bentuk pengikat
antara satu elemen dengan elemen yang lainny. Pengikat elemen
dapat bersifat tetap permanen (permanent join) atau bersifat
SAMBUNGAN

sementara (detachbel joint) yang dapat dilepas saat tanpa


menimbulkan kerusakan berarti pada sambungan
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang pembahasan makalah ini, penulis
akhirnya berinisiatif membahas beberapa persoalan dalam tema ini,
yaitu :
1. Apa pengertian sambungan dalam elemen mesin ?
2.

Apa saja jenis jenis sambungan yang digunakan dalam

komponen mesin ?
3. Bagaimana menyelesaikan soal hitungan mengenai sambungan
dalam elemen mesin ?

C. TUJUAN PENULISAN
Dari latar belakang permasalahan yang dijelaskan diatas, maka
dapat ditentukan bahwa tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
1. Menyelesaikan tugas makalah Elemen mesin
2. Mengenal macam-macam sambungan yang digunakan dalam
komponen mesin serta memahami perhitungan rancangannya.

SAMBUNGAN

3. Mengenal dan memahami ujuk kerja, mendeteksi bagianbagian yang penting serta menguasai metode perhitungan kekuatan
berbagai jenis poros, kopling tetap dan pegas

SAMBUNGAN

BAB II
STUDY PUSTAKA
2.1 SAMBUNGAN
Makna sambungan yang difahami dalam bidang pemesinan,
tidak jauh berbeda dengan

apa

yang

kita

jumpai

dalam

kehidupan sehari-hari, yaitu menghubungkan antara satu benda


dengan lainnya. Sebagaimana yang diketahui, manusia tidak
dapat memproduksi sesuatu dalam sekali kerja. Hal ini tidak
lain karena keterbatasan manusia dalam menjalani prosesnya.
Makanya benda yang dibuat manusia umumnya terdiri dari
berbagai komponen, yang dibuat melalui proses pengerjaan
dan

perlakuan

yang

berbeda. Sehingga

untuk

dapat

merangkainya menjadi sebuah benda utuh, dibutuhkanlah


elemen penyambung.
Menilik fungsinya, elemen penyambung sudah pasti
akan ikut mengalami pembebanan saat benda yang dirangkainya
dikenai beban. Ukurannya yang lebih kecil dari elemen yang
disambung mengakibatkan beban terkonsentrasi padanya. Efek
konsentrasi beban inilah yang harus diantisipasi saat merancang
sambungan, karena sudah tentu akan bersifat merusak.

SAMBUNGAN

Ada dua jenis sambungan yang dikenal secara umum :


1. Sambungan tetap (permanent joint).
Merupakan sambungan yang bersifat tetap, sehingga tidak
dapat

dilepas selamanya, kecuali dengan merusaknya

terlebih dahulu.Contohnya : sambungan paku keling (rivet joint)


dan sambungan las (welded joint).
2. Sambungan tidak tetap (semi permanent).
Merupakan sambungan yang bersifat sementara, sehingga masih
dapat dibongkarpasang selagi masih dalam kondisi normal.
Contohnya : sambungan mur-baut / ulir (screwed joint) dan
sambungan pasak (keys joint).
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam sambungan
yaitu :
1. Sambungan harus kuat, aman dan hemat
2. Sambungan harus mudah terlihat dan pemasangannya dibuat
sebaik mungkin, sehingga terlihat bagus
3. Sambungan harus mudah dilaksanakan, baik pada saat
pembuatan di pabrik maupun di lapangan
4. Sebaiknya dihindari penggunaan alat penyambung yang
berbeda-beda, karena kekakuan dari alat penyambung (paku
keling, baut dan las) adalah berbeda.
SAMBUNGAN

2.1.1 Syarat-syarat menurut PPBBI 1983 :


Tegangan-tegangan baja
1. Tegangan-tegangan leleh dan tegangan-tegangan dasar dari
bermacam-macam baja bangunan tercantum dalam tabel 3.1.
Apabila titik lelehnya tidak jelas, maka tegangan leleh tersebut
didefinisikan sebagai tegangan yang menyebabkan regangan
tetap sebesar 0,2% (lihat gambar 2.1, D=titik leleh).

Gambar 2.1 Kurva tegangan dan regangan

SAMBUNGAN

2. Untuk dasar perhitungan tegangan-tegangan diizinkan pada


suatu kondisi pembebanan tertentu, dipakai tegangan dasar
yang besarnya dapat dihitung dari persamaan : 5,1L=
3. Besarnya tegangan-tegangan dan tegangan dasar untuk mutu
baja tertentu ditunjukkan dalam tabel 3..1.
Table 3.1
maca
m

Tegangan Leleh

Tegangan dasar

baja

Kg/cm2

Bj 34

2100

Bj 37

2400

Bj 41

2500

Bj 44

2800

Bj 50

2900

Bj 52

3500

mp
a
21
0
24
0
25
0
28
0
29
0
36
0

Kg/cm2

mpa

1400

140

1600

160

1666
1867
1933
2400

166.
6
186.
7
193.
3
240

4. Harga-harga yang tercantum pada tabel 3.1 diatas adalah untuk


elemen-elemen yang tebalnya kurang dari 40 mm. Untuk
SAMBUNGAN

elemen-elemen yang tebalnya lebih dari 40 mm, tetapi kurang


dari 100 mm, harga-harga pada tabel 3.1 harus dikurangi 10%
5. Tegangan Normal yang diizinkan untuk pembebanan tetap,
besarnya sama dengan tegangan dasar.
6. Tegangan geser yang diizinkan untuk pembebanan tetap,
besarnya sama dengan 0,58 kali tegangan dasar.
2.1.2 Syarat-syarat sambungan
Sambungan-sambungan harus direncanakan sesuai dengan
beban-beban kerja pada batang-batang yang disambung
1. Pada prinsipnya sambungan direncanakan hanya memakai satu
macam alat penyambung
2. Pada sambungan-sambungan yang menghubungkan batangbatang utama, jumlah minimum baut mutu tinggi adalah dua
buah
3. Letak pusat titik berat pada sekelompok baut mutu tinggi yang
memikul gaya axial harus diusahakan berhimpit dengan garis
berat dari profil yang disambung. Apabila titik berat tersebut
tidak berimpit dengan garis berat profil maka perencanaan
sambungan

sebaiknya

memperhitungkan

juga

adanya

eksentrisitas. Ketentuan ini tidak berlaku untuk profil siku atau

SAMBUNGAN

1
0

dobel siku yang tidak mengalami tegangan yang bolak balik


(berubah tanda).
4. Apabila bekerja tiga atau lebih gaya axial yang sebidang pada
sambungan yang sama, maka garis kerja gaya-gaya axial harus
bertemu pada satu titik.
5. Apabila profil siku atau kanal disambung hanya pada satu sisi
dengan alat penyambung maka pada perencanaan sambungan
sebaiknya

diperhitungkan

juga

terhadap

momen

akibat

eksentrisitas.
6. Tebal plat pada sambungan yang memakai paku keling atau baut
tidak boleh lebih besar dari 5 kali diameter paku keling atau
baut. Apabila panjang lekat baut atau paku keling lebih dari 5
kali diameter baut atau paku keling maka jumlah baut atau paku
keling yang diperlukan harus ditambah dengan ketentuan setiap
kelebihan tebal 6 mm ditambah 4%. Dimana penambahan paku
keling atau baut paling sedikit satu buah. Untuk panjang lekat
yang mempunyai kelebihan tebal lebih kecil dari 6 mm, maka
jumlah baut atau paku keling tidak bertambah.
7. Diameter lubang baut sama dengan diameter baut ditambah 1
mm. Untuk baut mutu tinggi diameter lubang baut sama dengan
diameter batang baut ditambah 2 mm.

SAMBUNGAN

1
1

8. Banyaknya baut yang dipasang pada satu baris yang sejajar arah
gaya tidak boleh lebih dari 5 buah.
9. Jarak antara sumbu baut paling luar ke tepi atau ke ujung bagian
yang disambung, tidak boleh kurang dari 1,2 d dan tidak boleh
lebih besar dari 3 d atau 6 t (gambar 9.1) dimana t adalah tebal
terkecil bagaian yang disambungkan
10. Pada sambungan yang terdiri dari satu baris baut, jarak dari
sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan tidak boleh kurang
dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7d atau 14t
11. Jika sambungan terdiri dari lebih dari satu baris baut yang tidak
berseling (gambar 11.1), maka jarak antara kedua baris baut itu
dan jarak sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan pada satu
baris tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar
dari 7d atau 14t
12. Jika sambungan terdiri lebih dari satu baris baut yang dipasang
berseling (gambar 12.1), jarak antara baris-baris baut (u) tidak
boleh kurang dari 2,5d dan tidak boleh lebih besar dari 7d atau
14t, sedangkan jarak antara satu baut dengan baut terdekat pada
baris lainnya (s2), tidak boleh lebih besar dari 7d 0,5u atau
14t 0,5u.
uu S2S2S2S2SS
2,5 d u 7 d atau 14 t
SAMBUNGAN

1
2

S2 7 d 0,5 u atau 14 t 0,5u


2.2 SAMBUNGAN PAKU KELING (Rivet Joint)
Paku keling adalah batang silinder pendek dengan sebuah
kepala

di

bagian

atas, silinder tengah sebagai badan dan bagian bawahnya yang


berbentuk

kerucut

terpancung sebagai ekor, seperti gambar di bawah. Konsruksi


kepala

(head)

dan

ekor

(tail) dipatenkan agar permanen dalam menahan kedudukan


paku keling pada posisinya.
Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan
untuk menyambung dua komponen yang tidak membutuhkan
kekuatan yang besar, misalnya peralatan rumah tangga, furnitur,
alat-alat elektronika, dll.
Sambungan dengan paku keling sangat kuat dan tidak dapat
dilepas kembali dan jika dilepas maka akan terjadi kerusakan
pada sambungan tersebut.
Karena sifatnya yang permanen, maka sambungan paku keling
harus dibuat sekuat mungkin untuk menghindari kerusakan/patah.

SAMBUNGAN

1
3

Bagian uatam paku keling adalah :


Kepala
Badan
Ekor
Kepala lepas
Jenis kepala paku keling antara lain adalah sebagai berikut :
a. Kepala paku keling untuk penggunaan umum dengan diameter
kurang dari 12 mm
b. Kepala paku keling untuk penggunaan umum dengan diameter
antara (12 48) mm
c. Kepala paku keling untuk boiler atau ketel uap /bejana tekan :
diameter (12 48) mm

SAMBUNGAN

1
4

Badan (body) dirancang untuk kuat mengikat sambungan


dan memenahan beban kerja yang diterima benda yang disambun
saat berfungsi.
Gambar :

Digunakan untuk membuat sambungan permanen antara pelatpelat, mulai dari konstruksi ringan sampai konstruksi berat.
Biasanya terbuat dari bahan baja, kuningan, alumunium atau
tembaga sesuai dengan bahan benda yang disambung.
Gambar :

SAMBUNGAN

1
5

2.2.1

Bahan Paku Keling


Bahan yang biasanya digunakan untuk pemakaian ringan

adalah alumunium, untuk pemakaian sedang adalah baja


klasifikasi IS : 1148 - 1957 dan IS : 1149 - 1957 untuk struktur
konstruksi dengan gaya tarik tinggi. Sedangkan untuk pemakaian
berat termasuk yang kedap cairan dan gas adalah baja klasifikasi
IS : 1990 - 1962 seperti pada boiler.
2.2.2

Metode Pengelingan
Metode pengelingan (penyambungan paku keling) yang

dilakukan

pada umumnya tergantung dari jenis pemakaian.

Yakni :
a.

Pemakaian ringan

b.

Pemakaian sedang

Ditujukan untuk mendapatkan kekuatan sambungan. Setelah


pasangan pelat dilobangi dan paku keling dipasangkan pada
lobang, ekor paku dipanaskan dibawah suhu kritis dan ditekan
dengan pukulan palu tangan pada cetakan ekor. Sehingga ekor
SAMBUNGAN

1
6

tercetak seperti bentuk kepala.


Gambar :

c.

Pemakaian berat dan kedap air


Ditujukan

untuk

mendapatkan

kekuatan

dan

kerapatan sambungan. Lobang kedudukan paku keling


dibuat lebih besar 1,5 mm

dari ukuran diameter paku, agar

saat ekor paku ditekan oleh mesin pencetak kepala, bahan


logam paku yang mulai luluh karena sebelumnya dipanaskan
sampai membara pada suhu kritis (600 - 800 oC), mengisi ruang
antara tersebut. Logam luluh yang tertekan tentu saja akan
mengisi sampai ke celah-celah terkecil yang terdapat diantara
kedua pelat. Sehingga akhirnya diperoleh sambungan yang kedap
fluida.

SAMBUNGAN

1
7

2.2.3

Tipe Paku Keling Berdasarkan Bentuk Kepala

Lembaga standarisasi India menetapkan ada beberapa bentuk


kepala paku keling yang dapat digunakan berdasarkan pada
jenis pemakaiannya :
1. Kepala bulat/payung

5. Kepala rata terbenam 90o

2. Kepala panci.

6. Kepala rata terbenam 60o

3. Kepala jamur

7. Kepala bulat terbenam 60o

4.Kepala rata terbenam 120o

8. Kepala datar

SAMBUNGAN

1
8

Pemakaiannya :

Kepala bulat dan jamur digunakan untuk mengeling

konstruksi mesin mulai dari pemakaian ringan sampai berat,


seperti pemakaian rumah tangga, jembatan, kereta api, bangunan
tingkat tinggi dan lain-lain.

Kepala rata terbenam digunakan untuk bangunan kedap

air dengan permukaan rata,seperti : kapal (laut / terbang).

Kepala bulat terbenam digunakan untuk bangunan-

bangunan kedap dan tahan tekanan tinggi fluida, seperti : ketel,


tangki dan lain-lain.

Kepala panci digunakan untuk pemasangan dengan palu

tangan.

2.2.4 Cara Pemasangan

SAMBUNGAN

1
9

Gambar 2. Cara Pemasangan Paku Keling


Plat yang akan disambung dibuat lubang, sesuai diameter paku
keling yang akan
digunakan. Biasanya diameter lubang dibuat 1,5 mm lebih besar
dari diameter paku
keling.
Paku keling dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan
disambung.
Bagian kepala lepas dimasukkan ke bagian ekor dari paku keling.
Dengan menggunakan alat/mesin penekan atau palu, tekan bagian
kepala lepas masuk
ke bagian ekor paku keling dengan suaian paksa.
Setelah rapat/kuat, bagian ekor sisa kemudian dipotong dan
dirapikan/ratakan
Mesin/alat pemasang paku keling dapat digerakkan dengan udara,
hidrolik atau tekanan
uap tergantung jenis dan besar paku keling yang akan dipasang
2.2.5 Tipe Pemasangan Paku Keling
a. Lap joint
SAMBUNGAN

2
0

Pemasangan tipe lap joint biasannya digunakan pada plat yang


overlaps satu dengan yang
lainnya.
a. single rivited lap joint
b. double rivited lap joint
c. zig zag rivited lap joint.

Gambar 3. Cara Pemasangan Lap Joint


b. Butt joint
Tipe butt joint digunakan untuk menyambung dua plat utama,
dengan menjepit
menggunakan 2 plat lain, sebagai penahan (cover), di mana plat
penahan ikut dikeling
SAMBUNGAN

2
1

dengan plat utama. Tipe ini meliputi single strap butt joint dan
double strap butt joint.

Gambar 4. Cara Pemasangan Butt Joint

3. Terminologi Sambungan Paku Keling


a. Pitch (p) : jarak antara pusat satu paku keling ke pusat
berikutnya diukur secara paralel.
b. Diagonal pitch (pd) : jarak antara pusat paku keling (antar
sumbu lubang paku keling)
pada pemasangan secara zig zag dilihat dari lajur/baris/row.

SAMBUNGAN

2
2

c. Back pitch (pb) : jarak antara sumbu lubang kolom dengan


sumbu lubang kolom
berikutnya.
d. Margin (m) : jarak terdekat antara lubang paku keling dengan
sisi plat terluar.
2.2.5 Kerusakan Sambungan Paku Keling
Kerusakan yang dapat terjadi pada sambungan paku keling
akibat menerima beban adalah sebagai berikut :
a. Tearing of the plate at an edge
Robek pada bagian pinggir dari plat yang dapat terjadi jika margin
(m) kurang dari 1,5 d,
dengan d : diameter paku keling.

Gambar 5. Kerusakan Tearing Sejajar Garis Gaya


SAMBUNGAN

2
3

b. Tearing of the plate a cross a row of rivets


Robek pada garis sumbu lubang paku keling dan bersilangan
dengan garis gaya.

Gambar 6. Kerusakan Tearing Bersilangan Garis Gaya


Jika :
p adalah picth
d : diameter paku keling,
t : tebal plat
t : tegangan tari ijin bahan, maka :
At : luas bidang tearing = (p d) . t
Tearing resistance per pitch length :
SAMBUNGAN

2
4

Ft = t . At = t (p d) t
c. Shearing of the rivets
Kerusakan sambungan paku keling karena beban geser.

Gambar 7. Kerusakan Shearing Sambungan Paku Keling


Jika :
d : diameter paku keling,
: tegangan geser ijin bahan paku keling
n : jumlah paku keling per panjang pitch,
1. Single shear (geseran tunggal)
Luas permukaan geser A = /4 . d 2
Gaya geser maksimum Fs = /4 . d 2 . . n
SAMBUNGAN

2
5

2. Double shear theoretically (geseran ganda teoritis )


A = 2 . /4 d 2
Fs = 2. /4 d 2 . . n
3. Double shear actual
A = 1.875 x /4 . d 2
Fs = 1.875 x /4 . d2 . . n
2.2.6 Efisiensi Paku Keling
Efisiensi dihitung berdasarkan perbandingan kekuatan
sambungan dengan kekuatan
unriveted. Kekuatan sambungan paku keling tergantung pada = Ft,
Fs, Fc dan diambil harga
yang terkecil.
Kekuatan unriveted, F = p . t . t
Efisiensi sambungan paku keling
dengan Ft, Fs, Fc diambil yang terkecil
p : pitch
t : tebal plat
t : tegangan tarik ijin bahan plat

SAMBUNGAN

2
6

Contoh bentuk-bentuk paku keeling

Contoh standar paku keeling

SAMBUNGAN

2
7

Dimensi paku keeling

2.3 SAMBUNGAN LAS

SAMBUNGAN

2
8

Proses pengelasan adalah proses penyambungan material


dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu dengan
atau tanpa tekanan.

Sambungan las mempunyai tingkat

kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan yang


memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi
kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan
dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional
pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif
murah.

Pengelasan dapat dilakukan dengan :


a. Pemanasan tanpa tekanan,
b. Pemanasan dengan tekanan, dan
c. Tekanan tanpa memberikan panas dari luar (panas diperoleh
dari dalam material itu sendiri).
Disamping itu pengelasan dapat dilakukan :
a. tanpa logam pengisi, dan
b. dengan logam pengisi.

SAMBUNGAN

2
9

Pengelasan

pada

umumnya

dilakukan

dalam

penyambungan logam, tetapi juga sering digunakan untuk


menyambung pelastik. Dalam pembahasan ini akan difokuskan
pada penyambungan logam.
Pengelasan merupakan proses yang penting baik ditinjau secara
komersial maupun teknologi, karena :
a. Pengelasan merupakan penyambungan yang permanen.
b. Sambungan las dapat lebih kuat daripada logam induknya, bila
digunakan logam pengisi yang memiliki kekuatan lebih besar dari
pada logam induknya;
c. Pengelasan merupakan cara yang paling ekonomis dilihat dari
segi penggunaan material dan biaya fabrikasi. Metode perakitan
mekanik yang lain memerlukan pekerjaan tambahan (misalnya,
penggurdian lubang) dan pengencang sambungan (misalnya, rivet
dan baut);
d. Pengelasan dapat dilakukan dalam pabrik atau dilapangan.
Proses pengelasan secara umum dibedakan menjadi dua kelompok
besar yaitu :
Las dengan menggunakan panas saja atau Fusion Welding
(cair/lebur) yang meliputi
thermit welding, gas welding atau las karbit/las asitelin dan
electric welding (las listrik).
SAMBUNGAN

3
0

Las dengan menggunakan panas dan tekanan atau Forge Welding


(tempa).
Cara kerja pengelasan :
Benda kerja yang akan disambung disiapkan terlebih dahulu
mengikuti bentuk
sambungan yang diinginkan.
Pengelasan dilakukan dengan memanaskan material pengisi
(penyambung) sampai
melebur (mencair).
Material pengisi berupa material tersendiri (las asitelin) atau
berupa elektroda (las listrik).
Setelah didinginkan maka material yang dilas akan tersambung
oleh material pengisi.
Walupun demikian pengelasan juga memiliki keterbatasan dan
kekurangan :
1. Kebanyakan operasi pengelasan dilakukan secara manual
dengan upah tenaga kerja yang mahal;
2.

Kebanyakan

proses

pengelasan

berbahaya

karena

menggunakan energi yang besar;

SAMBUNGAN

3
1

3. Pengelasan merupakan sambungan permanen sehingga


rakitannya tidak dapat dilepas. Jadi metode pengelasan tidak
cocok digunakan untuk produk yang memerlukan pelepasan
rakitan (misalnya untuk perbaikan atau perawatan);
4. Sambungan las dapat menimbulkan bahaya akibat adanya cacat
yang sulit dideteksi. Cacat ini dapat mengurangi kekuatan
sambungannya.

Tegangan Sambungan Las


Tegangan pada sambungan las, sulit dihitung karena variabel dan
parameter tidak
terprediksikan, misalnya :
Homogenitas bahan las/elektroda
Tegangan akibat panas dari las
Perubahan sifat-sifat fisik.
Dalam perhitungan kekuatan diasumsikan bahwa :
SAMBUNGAN

3
2

Beban terdistribusi merata sepanjang lasan


Tegangan terdistribsi merata
Faktor Konsentrasi Tegangan Las
Konsentrasi tegangan (k) untuk static loading and any type of
joint, k = 1
Konsentrasi tegangan terjadi akibat penambahan material yang
berasal dari material dasar
yang mungkin berbeda dengan material utama yang disambung.

2.3.1 Jenis Proses Pengelasan


Pengelasan dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu :
1. pengelasan lebur (fusion welding),
2. pengelasan padat (solid-state welding).
A. Pengelasan lebur
Proses pengelasan lebur menggunakan panas untuk
mencairkan logam induk, beberapa operasi menggunakan logam

SAMBUNGAN

3
3

pengisi dan yang lain tanpa logam pengisi. Pengelasan lebur


dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1)

Pengelasan busur (arc welding, AW)


Dalam proses pengelasan ini penyambungan dilakukan

dengan memanaskan logam pengisi dan bagian sambungan dari


logam induk sampai mencair dengan memakai sumber panas
busur listrik, seperti ditunjukkan dalam gambar 2.1. Beberapa
operasi pengelasan ini juga menggunakan tekanan selama proses.

Gambar 2.1 Pengelasan lebur


SAMBUNGAN

3
4

2)

Pengelasan resistansi listrik (resistance welding, RW)


Dalam proses pengelasan ini permukaan lembaran logam

yang disambung ditekan satu sama lain dan arus yang cukup
besar dialirkan melalui sambungan tersebut. Pada saat arus
mengalir dalam logam, panas tertinggi timbul di daerah yang
memiliki resistansi listrik terbesar, yaitu pada permukaan kontak
kedua logam (fayng surfaces)
3)

Pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW)


Dalam pengelasan ini sumber panas diperoleh dari hasil

pembakaran gas dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala


api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam
pengisi. Gas yang lazim digunakan adalah gas alam, asetilen, dan
hidrogen. Dari ketiga gas ini yang paling sering dipakai adalah
gas asetilen, sehingga las gas diartikan sebagai las oksi-asetilen.
Proses pengelasan lebur yang lain; terdapat beberapa jenis
pengelasan lebur yang lain, untuk menghasilkan peleburan logam
yang disambung, seperti misalnya pengelasan berkas elektron
(electron beam welding), dan pengelasan berkas laser (laser
beam welding).
A. Ciri-ciri Penyambungan Pengelasan Lebur
Pada umumnya sambungan las diawali dengan meleburnya di
daerah sekitar pengelasan. Seperti ditunjukkan dalam gambar
SAMBUNGAN

3
5

2.8.a, sambungan las yang di dalamnya telah ditambahkan logam


pengisi terdiri dari beberapa daerah (zone) :

(1) Daerah lebur (fusion zone)


Terdiri dari campuran antara logam pengisi dengan logam
dasar yang telah melebur secara keseluruhan. Daerah ini memiliki
derajat homogenitas yang paling tinggi diantara daerah-daerah
lainnya. Struktur yang dihasilkan pada daerah ini berbentuk butir
kolumnar yang kasar seperti ditunjukkan dalam gambar 2.2.b.

SAMBUNGAN

3
6

Gambar 2.2
Penampang melintang penyambungan pengelasan lebur
(2) Daerah antarmuka las (weld interface zone)
Merupakan daerah sempit berbentuk pita (band) yang
memisahkan antara daerah lebur dengan Haz . Daerah ini terdiri
dari logam dasar yang melebur secara keseluruhan atau sebagian,
yang segera menjadi padat kembali sebelum terjadi proses
pencampuran.
(3) Daerah pengaruh panas (heat effective zone,HAZ)
Logam pada daerah ini mendapat pengaruh panas dengan
suhu di bawah titik lebur, tetapi cukup tinggi untuk merubah
SAMBUNGAN

3
7

mikrostruktur logam padat. Komposisi kimia pada haz sama


dengan logam dasar, tetapi akibat panas yang dialami telah
merubah

mikrostrukturnya,

sehingga

sifat

mekaniknya

mengalami perubahan pula dan pada umumnya merupakan


pengaruh yang negatif karena pada daerah ini sering terjadi
kerusakan.
(4) Daerah logam dasar tanpa pengaruh panas (uneffective base
metal zone).
Daerah ini tidak menagalami perubahan metalurgi, tetapi
karena dikelilingi oleh Haz maka daerah ini memiliki tegangan
sisa yang besar akibat adanya penyusutan dalam daerah lebur,
sehingga

mengurangi

kekuatannya.

Untuk

menghilangkan

tegangan sisa tersebut biasa dilakukan perlakuan panas (heat


treatment) yaitu memanaskan kembali daerah las-an tersebut
hingga temperatur tertentu, kemudian temperatur dipertahankan
dalam beberapa waktu tertentu, selanjutnya didinginkan secara
perlahan.
B. Pengelasan padat
Dalam pengelasan padat proses penyambungan logam dihasilkan
dengan :
a) Tekanan tanpa memberikan panas dari luar, atau
SAMBUNGAN

3
8

b) Tekanan dan memberikan panas dari luar.


Bila digunakan panas, maka temperatur dalam proses di
bawah titik lebur logam yang dilas, sehingga logam tersebut tidak
mengalami peleburan dan tetap dalam keadaan
padat. Dalam pengelasan ini tidak digunakan logam pengisi.
Pengelasan padat dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1)

Pengelasan difusi (diffusion welding, DFW)

Dua Pemukaan logam yang akan disambung disatukan,


kemudian dipanaskan dengan temperatur mendekati titik lebur
logam sehingga permukaan yang akan disambung menjadi plastis
dan dengan memberi tekanan tertentu maka terbentuk sambungan
logam.
2) Pengelasan gesek (friction welding, FW)
Penyambungan terjadi akibat panas yang ditimbulkan oleh
gesekan antara dua bagian logam yang disambung. Ke dua bagian
logam yang akan disambung disatukan dibawah pengaruh
tekanan aksial, kemudian salah satu diputar sehingga pada
permukaan kontak akan timbul panas (mendekati titik cair
logam), maka setelah putaran dihentikan akan terbentuk
sambungan logam.
4)

Pengelasan ultrasonik (ultrasonic welding, UW)


SAMBUNGAN

3
9

Dilakukan dengan menggunakan tekanan tertentu antara


dua bagian logam yang akan disambung, kemudian diberi getaran
osilasi dengan frekuensi ultrasonik dalam arah yang sejajar
dengan permukaan kontak. Gaya getar tersebut akan melepas
lapisan tipis permukaan kontak sehingga dihasilkan ikatan atomik
antara ke dua permukaan tersebut.
2.3.2 Penggunaan Pengelasan
Proses pengelasan secara komersial banyak digunakan dalam
operasi sebagai berikut :
1. Konstruksi (misalnya, bangunan dan jembatan),
2. Pemipaan, tabung bertekanan, boiler, dan tangki penyimpanan,
3. Bangunan kapal,
4. Pesawat terbang dan pesawat luar angkasa,
5. Automotif dan rel kereta.
Catatan : operasi pengelasan memerlukan tenaga kerja yang
terlatih dengan ketrampilan yang tinggi.
2.3.3 Sambungan Las
Sambungan las adalah pertemuan dua tepi atau permukaan
benda yang disambung dengan proses pengelasan.
SAMBUNGAN

4
0

1. Jenis sambungan
Terdapat lima jenis sambungan yang biasa digunakan untuk
menyatukan dua bagian benda logam, seperti dapat dilihat dalam
gambar 2.3

Gambar 2.3 Lima jenis sambungan yang biasa digunakan dalam


proses pengelasan
(a) Sambungan tumpu (butt joint)
Kedua bagian benda yang akan disambung diletakkan pada
bidang datar yang sama dan disambung pada kedua ujungnya.
(b)

Sambungan sudut (corner joint)

kedua bagian benda yang akan disambung membentuk sudut


siku-siku dan disambung pada ujung sudut tersebut.
(c)

Sambungan tumpang (lap joint)

bagian benda yang akan disambung saling menumpang


(overlapping) satu sama lainnya.
(d)

Sambungan T (tee joint)


SAMBUNGAN

4
1

satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian yang lain dan
membentuk huruf T yang terbalik.
(e)

Sambungan tekuk (edge joint)

sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan disambung


sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan
yang sejajar tersebut.
2.3.4 Jenis las-an
Setiap jenis sambungan yang disebutkan di atas dapat
dibuat dengan pengelasan. Proses penyambungan yang lain dapat
juga

digunakan,

tetapi

pengelasan

merupakan

metode

penyambungan yang paling universal. Berdasarkan geometrinya,


las-an dapat dikelompokkan sebagai berikut :

A.

Las-an jalur (fillet weld)

Digunakan untuk mengisi tepi pelat pada sambungan sudut,


sambungan tumpang, dan sambungan T dalam gambar 2.4 .

SAMBUNGAN

4
2

Logam pengisi digunakan untuk menyambung sisi melintang


bagian yang membentuk segitiga siku-siku.

Gambar 2.4 Beberapa bentuk las-an jalur


B.

Las-an alur (groove welds)


Ujung bagian yang akan disambung dibuat alur dalam

bentuk persegi, serong (bevel), V, U, dan J pada sisi tunggal atau


ganda, seperti dapat dilihat dalam gambar 2.5. Logam pengisi
digunakan untuk mengisi sambungan, yang biasanya dilakukan
dengan pengelasan busur dan pengelasan gas.

SAMBUNGAN

4
3

Gambar 2.5 Beberapa bentuk las-an alur


C.

Las-an sumbat dan las-an slot (plug and slot welds)


Digunakan untuk menyambung pelat datar seperti dapat

dilihat dalam gambar 2.6, dengan membuat satu lubang atau lebih
atau slot pada bagian pelat yang diletakkan paling atas, dan
kemudian mengisi lubang tersebut dengan logam pengisi
sehingga kedua bagian pelat melumer menjadi satu.

Gambar 2.6 (a) Las-an sumbat dan (b) las-an slot


SAMBUNGAN

4
4

D.

Las-an titik dan las-an kampuh (spot and seam welds)


Digunakan untuk sambungan tumpang seperti dapat dilihat

dalam gambar 2.7. Las-an titik adalah manik las yang kecil antara
permukaan lembaran atau pelat. Las-an titik diperoleh dari hasil
pengelasan resistansi listrik. Las-an kampuh hampir sama dengan
las-an titik, tetapi las-an kampuh lebih kontinu dibandingkan
dengan las-an titik.

Gambar 2.7 (a) Las-an titik dan (b) las-an kampuh

SAMBUNGAN

4
5

E.

Las-an lekuk dan las-an rata (flange and surfacing welds)


Ditunjukkan dalam gambar 2.8 Las-an lekuk dibuat pada

ujung dua atau lebih bagian yang akan disambung, biasanya


merupakan lembaran logam atau pelat tipis, paling sedikit satu
bagian ditekuk (gambar 2.8a). Las-an datar tidak digunakan
untuk menyambung bagian benda, tetapi merupakan lapisan
penyakang (ganjal) logam pada permukaan bagian dasar.

Gambar 2.8 (a) Las-an lekuk dan (b) las-an rata


2.3.5 Cacat-cacat pada Pengelasan.
Semua jenis cacat las pada umumnya disebabkan
kurangnya pengetahuan dari welder / juru las terhadap teknikteknik pengelasan termasuk pemilihan parameter las. Oleh karena
SAMBUNGAN

4
6

itu dari mulai pengelasan sampai akhir pengelasan harus selalu


diadakan pemeriksaan dengan cara-cara yang telah ditentukan,
misalnya secara visual, dye penetrant / dye check, radiography,
ultrasonic atau dengan cara-cara lain.
Cacat las/defect weld adalah suatu keadaan yang mengakibatkan
turunnya kualitas dari hasil lasan. Kualitas hasil las-an yang
dimaksud adalah berupa turunnya kekuatan dibandingkan
kekuatan

bahan

dasar

base

metal

atau

tidak

baiknya

performa/tampilan dari suatu hasil las atau dapat juga berupa


terlalu tingginya kekuatan hasil las-an sehingga tidak sesuai
dengan tuntutan kekuatan suatu konstruksi.
Terjadinya cacat las ini akan mengakibatkan banyak hal
yang tidak diinginkan dan mengarah pada turunnya tingkat
keselamatan kerja, baik keselamatan alat, pekerja/user/operator,
lingkungan dan perusahaan/industri/instansi. Di samping itu juga
secara ekonomi akan mengakibatkan melonjaknya biaya produksi
dan

pada

gilirannya

industri/perusahaan/instansi

tersebut

mengalami kerugian atau penurunan laba.

SAMBUNGAN

4
7

Cacat las pada umumnya dapat dikategorikan sebagai berikut :


1. Rounded indication atau cacat bulat
Merupakan cacat las yang diperbolehkan apabila dimensi /
ukuran panjang kumpulan cacat masih berada pada cacat
maksimum sesuai kriteria penerimaan yang dipakai, misal : liangliang renik (porosity) Rounded indication atau cacat bulat.
2. Linear indication atau cacat memanjang
adalah cacat yang tidak diperbolehkan sama sekali (retak,
penembusan kurang, peleburan kurang).
2.3.6

Macam-macam Cacat Las, yaitu

1. Retak Las
Cacat las yang sering sekali terjadi pada saat proses pengelasan
adalah retak las yang dapat dibagi menjadi dua kategori yakni :
retak dingin dan retak panas.
a. Retak dingin
adalah retak yang terjadi pada daerah las pada suhu kurang
lebih 300o C. Sedangkan retak panas adalahretak yang terjadi
pada suhu diatas 500o C. Retak dingin tidak hanya terjadi pada
daerah HAZ(Heat Affected Zone) atau sering disebut dengan
SAMBUNGAN

4
8

daerah pergaruh panas tetapi biasanya terjadipada logam las.


Retak dingin ini dapat terjadi pada daerah panas yang sering
terjadi. Dan retakan ini dapat dilihat dibawah manik Ias, retak
akar dan kaki, serta retak melintang.

Gambar 2.9 Retak Dingin (Cold Cracking)

SAMBUNGAN

4
9

Gambar 2.10 Struktur Atom Pada


Temperatur

diatas 300o C dan di bawah 200o C

Retak dingin didaerah HAZ ini biasanya terjadi antara beberapa


menit sampai 48 jamsesudah pengelasan. Retak dingin ini
disebabkan oleh :
SAMBUNGAN

5
0

- Struktur daerah pangaruh Panas.


- Hidrogen difusi didaerah las.
- Tegangan.
b. Retak Panas
Sedangkan retak panas dibagi menjadi dua kelas yaitu retak
karena pembebasan tegangan pada daerah pengaruh panas yang
terjadi pada suhu 500o C - 700o C dan retak yangterjadi pada
suhu diatas 900o C yang terjadi pada peristiwa pembekuan logam
las. Retak panas sering teriadi pada logam las karena pembekuan,
biasanya berbentuk kawah dan retak memanjang. Retak panas ini
terjadi karena pembebasan tegangan pada daerah kaki didalam
daerah pengaruh panas.
Retak ini biasanya terjadi pada waktu logam mendingin setelah
pembekuan danterjadi karena adanya tegangan yang timbul, yang
disebabkan oleh penyusutan dan sifat bajayang ketangguhannya
turun pada suhu dibawah suhu pembekuan. Keretakkan las yang
lainadalah retak sepanjang rigi-rigi lasan retak disamping las dan
retak memanjang diluar rigi-rigilasan. Akan tetapi penyebab
umum pada semua jenis keretakan las ini adalah :

SAMBUNGAN

5
1

a. Pilihan jenis elektroda yang salah atau tidak tepat.


b. Benda kerja terbuat dari baja karbon tinggi.
c. Pendinginan setelah pengelasan yang terlalu cepat.
d. Benda kerja yang dilas terlalu kaku.
e. Penyebaran panas pada bagian-bagian yang di las tidak
seimbang
2. Penembusan Kurang Baik
Selain retak cacat las yang juga sering terjadi, adalah
penembusan las yang kurang dan jelek. Jika penembusan
pengelasan kurang maka akibat yang timbul pada konstruksi
adalah

kekuatan

konstruksi

yang

kurang

kokoh

karena

penembusan yang kurang. Karena kurang penembusan inilah


maka penyambungan tidak sempurna.

(a)

SAMBUNGAN

5
2

(b)
Gambar 2.11 (a) Penembusan Kurang Baik (b) Penembusan Baik
Penyebab dari penembusan yang kurang ini antara lain :
a. Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi.
b. Arus terlalu rendah.
c. Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil.
d. Benda kerja terlalu kotor.
e. Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik.
f. Busur las yang terlalu panjang.
3. Pengerukan / Under cut
Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut
dengan under cut pada benda kerja. Pengerukan ini terjadi pada
benda kerja atau konstruksi yang termakan oleh las sehingga
benda kerja tadi berkurang kekuatan konstruksi meskipun
sebelumnya telah dilakukan pengelasan.

SAMBUNGAN

5
3

Gambar 2.12 Daerah Pengerukan / Under cut


Sebab-sebab pengerukan las antara lain :
a. Arus yang terlalu tinggi.
b. Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula.
c. Busur nyala yang terlalu panjang.
d. Ukuran elektroda yang salah.
e. Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat.
f. Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur.
4. Keropos
Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi
dalam pengelasan. Keropos ini bila didiamkan, lama kelamaan
akan menebar yangdiikuti dengan perkaratan atau korosi
SAMBUNGAN

5
4

padakonstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena korosi


tadi. Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak
yang ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga.
Penyebab keropos ini yakni :
a. Busur pendek.
b. Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
c. Kurang waktu pengisian.
d. Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja.
e. Kesalahan memilih jenis elektroda
5. Bentuk Yang Tidak Sempurna
Jenis cacat ini memberikan geometri sambungan las yang
tidak baik (tidak sempurna) seperti: undercut, underfill, overlap,
excessive reinforcement dan lain-lain. Morfologi geometri dari
cacat ini biasanya bervariasi. Pengerukan ini terjadi pada benda
kerja atau konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda
kerja tadi berkurang kekuatan konstruksi meskipun sebelumnya
telah dilakukan pengelasan.
Sebab-sebab pengerukan las antara lain :
a. Ayunan elektroda selama pengelasan tidak te
b. ratur.
b. Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula.
SAMBUNGAN

5
5

c. Busur nyala yang terlalu panjang.


d. Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat.
e. Ukuran elektroda yang salah.
f. Arus yang terlalu tinggi
g. sudut dari brander dan bahan tambah yang tidak benar
6. Pengerutan Benda Kerja.
Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan
mengkerut bila di dinginkan.Bila salah satu permukaan las tipis
dilas pada arah memanjang, maka setelah dingin terjadilah
pelengkungan atau melenting atau deformasi.

Gambar 2.13 Pengerutan Benda Kerja las


Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat
pengikat lebih dulu) maka kedua sisikampuh yang masih bebas
akan bergeser, bahkan sampai kedua sisi tersebut dapat berimpit
Penyebab pengerutan adalah:
a. Pengisian pengelasan kurang.
SAMBUNGAN

5
6

b. Pengkleman salah.
c. Pemanasan yang berlebihan.
d. Kesalahan persiapan kampuh.
e. Pemanasan tidak merata.
f. Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik.
g. Salah urutan pengelasan.
7. Hot Cracking
Yaitu retakan yang biasanya timbul pada saat vairan las
mulai membeku karena luas penampang yang terlalu kecil
dibandingkan dengan benda kerja yang akan yang akan dilas
sehingga terjadi pendinginan.

Gambar 2.14 Hot Cracking

SAMBUNGAN

5
7

8. Underbead cracking
Terjadi karena adanya hydrogen ataupun karena kuatnya
kontruksi penguat sampingan. dapat di tanggulangi dengan
menggunakan elektroda las low hydrogen atau pemanasan awal
benda kerja sampai suhu 120o C.

Gambar 2.15 Underbead Crack


9. Lack of fusion
adalah cacat antara bahan dasar dengan logam las tidak
dapat di tanggulangi dengan menambah kuat arus ,ayunan las
dapat di tambah.

SAMBUNGAN

5
8

Gambar 2.16 Lack Of Fusio


10. Wearning foult
adalah timbuan las yang berlebihan di atasi dengan
menjaga kontinutias kecepatan pengelasaan.
A.

Penanggulangan Retak Las


Dalarn menghindari terjadinya retakan las pada daerah

panas, atau usaha penaggulanganya supaya tidak terjadi retak


pada las antara lain :
a. Menggunakan elektroda yang betul, dalam hal ini sedapat
mungkin

menggunakan

elektrodadengan

fluk

yang

mempunyai kadar hydrogen rendah.


SAMBUNGAN

5
9

b. Sebelum mengelas, pada daerah sekitar kampuh

harus

dibersihkan dari air, karat, debu,minyak dan zat organik yang


dapat menjadi sunrber hidrogen.
c. Mendinginkan perlahan-lahan setelah dilas.
d. Membebaskan kampuh dari kekakuan.
e. Mengadakan pemanasan pendahuluan sebelum memulai
pengelasan, dengan cara ini retak lasdapat terhindarkan.
B.

Penanggulangan Penembusan Las Yang Kurang Baik

Cara untuk mengatasi cacat las penembusan yang kurang baik


dapat dilakukan denganlangkahlangkah sebagai berikut :
a. Penyetelan arus pengelasan yang tepat.
b. Pengelasan diperlambat dan stabil agar panas yang didapat
lebih merata.
c. Mengatur kecepatan las, sehingga kedua sisi benda kerja
mencair dengan baik.
d. Memilih diameter elektroda yang sesuai dengan

ukuran

coakan.
e. Membersihkan benda kerja dari terak dan kotoran yang ada.
f. Mempertahankan panjang busur nyala yang tepat.
g. Membetulkan sudut kampuh.

SAMBUNGAN

6
0

C.

Penanggulangan Pengerukan las (Under Cut)

Cara untuk mengatasi cacat las pengerukan/under cut dapat


dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyetel arus yang tepat.
b. Mengurangi kecepatan mengelas.
c. Mempertahankan panjang busur nyala yang tepat.
d. Menggunakan ukuran elektroda yang benar.
e. Menyetel posisi elektroda, sehingga gaya busur nyala akan
menahan cairan

pengelasan.

f. Mengupayakan ayunan elektroda dengan teratur.


g. Penanggulangan Cacat Las Karena Keropos.
Cara untuk mengatasi cacat las keropos dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mempertahankan jarak busur yang baik.
b. Mengurangi kecepatan pengelasan atau kecepatan dipertinggi
c. Member waktu pengisian yang cukup untuk melepaskan gas.
d. Membersihkan benda kerja.
e. Menggunakan elektroda yang tepat.

SAMBUNGAN

6
1

2.3.6 Perhitungan Kekuatan Las

Pembebanan tekan, tarik atau geser

Sambungan kuat bila

Dimana

SAMBUNGAN

6
2

Pembebanan Lengkung

2.4 SAMBUNGAN ULIR (SCREW JOINED)


SAMBUNGAN

6
3

Sambungan ulir adalah sambungan yang menggunakan


kontruksi ulir untuk mengikat dua atau lebih komponen
permesinan. Sambungan Ulir merupakan jenis dari sambungan
semi permanent (dapat dibongkar pasang). Sambungan ulir terdiri
dari 2 (dua) bagian, yakni Baut (Inggris=Bolt, yakni yang
memiliki ulir di bagian luar) dan Mur (Inggris = Nut , yakni yang
memiliki ulir di bagian dalam).
2.4.1. Tata Nama Baut
a. Diameter mayor adalah diameter luar baik untuk ulir luar
maupun dalam.
b. Diameter minor adalah diameter ulir terkecil atau bagian dalam
dari ulir.
c. Diameter pitch adalah diameter dari lingkaran imajiner atau
diameter efektif dari baut
d. Pitch adalah jarak yang diambil dari satu titik pada ulir ke titik
berikutnya dengan
posisi yang sama.
Pitch = jumlah ulir per panjang baut
e. Lead adalah jarak antara dua titik pada kemiringan yang sama
atau jarak lilitan.

SAMBUNGAN

6
4

Gambar 1. Bagian-Bagian Baut


Keterangan :
a. Diameter Baut
b. Panjang baut
c. Daerah dekat efektif
d. Lebar kunci
e. Diameter baut
f. F jarak ulir
SAMBUNGAN

6
5

2.4.1 Fungsi Sambungan Ulir


Dilihat dari kontruksi yang memiliki ulir (yang dapat di
bongkar pasang) sambungan ulir memiliki fungsi teknis utama,
yaitu:
Digunakanu untuk bagian mesin yang memerlukan

sambungan dan pelepasan tanpa merusak bagian mesin.


Untuk memegang dan penyesuaian dalam perakitan atau
perawatan.
2.4.2 Keuntungan dan Kerugaian Sambungan Ulir
Ditinjau dari sisi teknik sambungan ulir memiliki keuntungan
dan kerugian sebagai berikut;

Keuntungan Sambungan Ulir


1. Mempunyai reliabilitas (kehandalan) tinggi dalam
operasi.
2. Sesuai untuk perakitan dan pelepasan komponen.
3. Suatu lingkup yang luas dari sambungan baut diperlukan
untuk beberapa kondisi operasi.
4. Lebih murah untuk diproduksi dan lebih efisien.

SAMBUNGAN

6
6

Kerugian Sambungan Ulir


1. Konsentrasi tegangan yang pada bagian ulir yg tidak
mampu menahan berbagai kondisi beban

2.4.3 Nomenklatur Ulir

Major diameter

Diameter terbesar pada bagian ulir luar atau bagian ulir dalam dari
sebuah sekrup. Sekrup dispesifikasikan oleh diameter ini, juga
disebut diameter luar atau diameter nominal.

Minor diameter

Bagian terkecil dari bagian ulir dalam atau bagian ulir luar, disebut
juga sebagai core atau diameter root.

Pitch diameter

Disebut

juga

diameter

efektif,

merupakan

bagian

yang

berhubungan antara baut dan mur.


SAMBUNGAN

6
7

Pitch

Jarak dari satu ujung ulir ke ujung ulir berikutnya. Juga dapat
diartikan jarak yang ditempuh ulir dalam satu kali putaran.
2.4.4 Bentuk Ulir
a). British standard whitworth (BSW) threat
Mata Ulir berbentu segitiga. Aplikasi : untuk menahan vibrasi, aero
dan automobil

b). British Association (BA) threat


Mata Ulir berbentuk segitiga dengan puncak tumpul Aplikasi :
Untuk mengulir pekerjaan yang presisi.

SAMBUNGAN

6
8

c). Square threat


Mata Ulir berbentuk Segiempat. Aplikasi : power transmisi,
machine tools, valves, screw jacks.

d). Acme threat


Mata Ulir berbentuk Trapesium Aplikasi : cutting lathe, brass
valves, bench vices

SAMBUNGAN

6
9

e). Knuckle threat


Mata Ulir berbentu Bulat. Aplikasi : digunakan untuk tugas berat,
railway carriage couplings, hydrant, dll,

f). Buttress threat


Mata Ulir berbentuk Gergaji Aplikasi : Mentransmisikan daya pada
satu arah, bench vices.

SAMBUNGAN

7
0

g). Metric threat


Aplikasi : general purpose

SAMBUNGAN

7
1

Tipe Umum Penyambungan Ulir

SAMBUNGAN

7
2

Bentuk Kepala Sekrup/Baut

2.4.5 Tegangan yang terjadi pada Baut/Sekrup


Tegangan yg terjadi akibat beban statis

Tegangan dalam akibat gaya pengencangan.

Tegangan akibat gaya luar.

Kombinasi gaya (1) dan (2).


SAMBUNGAN

7
3

Tegangan internal akibat gaya pengencangan

Tegangan tarik disebabkan pelonggaran baut.

Tegangan geser puntir akibat tahan gesek selama

pengencangan.

Tegangan geser pada ulir.

Tegangan tekan pada ulir.

Tegangan tekuk, jika permukaan dibawah kepala baut/screw

tidak dalam posisi sempurna thd sumbu baut.

2.4.6 Tipe umum penyambungan ulir


1. Througt bolt
Penyambungan yang digunakan untuk penyambuangna 2
atau lebih dengan cara dijepit dengan mur atau baut. Lubang
materiala yang akan dipasang harus sesuai dengan ukuran
baut yang akan digunakan sehingga beban tekanan pada baut
akan maksimal.
2. Tap bolt
SAMBUNGAN

7
4

Penyambungan yang digunakan untuk penyambungan 2 atau


lebih dimana salah satu ujung mur mengikat material dan
ujung yang lain berikatan dengan baut.
3. Studs
Penyambyngan 2 atau lebih dimana mur berikatan langsung
dengan material.
2.4.7 Bila ditijau dari segi penggunaannya baut dapat dibedakan
terdiri dari:
1.Baut penjepit yang terdiri dari 3 macam:
a) Baut biasa(baut tembus) (Gambar4a)
b) Baut tanam(Gambar4b)
c) . Baut tap (Gambar4c)

2.Baut pemakaina khusus


a. Baut Pondasi,
yang digunakan untuk memasang mesin atau bangunan pada
pondasinya. (Gambar5a)
b. Baut Penahan,

SAMBUNGAN

7
5

untuk

menahan dua bagian dalam jarak yang tetap.


(gambar5b)

c. Bau tMata atau Baut Kait,


untuk peralatan kaitan mesin pengangkat. (Gambar5c)
d. BautT, untuk mengikat benda kerja atau peralatan pada meja
yang dasaarnya mempunyai alurT. (Gambar5d)
e. Baut Kereta, dipakai pada kendaraan. (Gambar5d)
f. Dll

SAMBUNGAN

7
6

4. Sekrup dengan bermacam macam bentuk kepala serta


teknik pemutarnya
(Gambar6a s/d6e)

4. SekrupPenetap
Sekrup penetapini, digunakan untuk menetepkan naf
porosnya,

sedang

bentuk

ujungnya

disesuaikan

pada
dengan

penggunaannya (lihatgambar7a s/d7c)

SAMBUNGAN

7
7

Keterangan:
1. Beralur
2. Lekuk(soket) segienam
3. Kepala bujursangkar
4. Ujun mangkok
5. Ujung rata
7. Ujung kerucut
8. Ujung berleher
9. Ujung bulat

SAMBUNGAN

7
8

2.4.8 MUR
Pada umumnya mur mempunyai bentuk segienam, tetapi untuk
pemakaian khusus dapat dipakai mur dengan bentuk bermacam
macam, misalnya Murbulat, Murflens, Murtutup, Murmahkota,
dan Murkuping(lihatgambar9a s/d9e)

Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting, untuk
mencegah timbulnya kerusakan pada mesin.Pemeilihan baut dan
mur sebagai alat pengikat, harus disesuaikan dengan gaya yang
mungkinakan menimbulkan baut dan mur tersebut putus atau
rusak.

Dalamperencanaanbautdanmurk,

kemungkinan

kerusakanyang mengkin timbul yaitu:


a. Putus karena mendapat beban tarikan
b. Putus karena mendapat beban puntir
SAMBUNGAN

7
9

c. Putus karena mendapat beban geser


d. Ulir dari baut dan mur putus tergeser

Untuk menghindari kemungkinan timbulnya kerusakan tersebut,


maka beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu:
a. Sifat gaya yang bekerja pada baut dan mur tersebut.
b. Syarat kerjanya. Kekuatan bahannya .
c. Kelas ketelitiannya
d. Kemungkinan gaya-gaya yang bekerja pada baut dan mur:
1. Beban statis aksial murni
2. Beban aksial, bersama dengan punter
3. Beban geser
4. Beban tumbukan aksial
Dalam menganalisa kemungkinan baut dan mur tersebut
rusak atau putus berdasarkan jenis-jenis pembebanan yang terjadi,

SAMBUNGAN

8
0

maka pada konstruksi dibawah ini dimisalkan pemakaian baut dan


mur mendapatkan pembebanan seperti terlihat pada gambar

SAMBUNGAN

8
1

SAMBUNGAN

8
2

BAB III
SOAL JAWABAN
1.

Sebuah plat lebar 100 mm tebal 10 mm di sambung


dengan menggunakan las tipe double parallel fillets. Plat
menerima beban beban statis sebesar 80 kN. Hitung
panjang las yang diperlukan jika tegangan geser ijin las
tidak boleh melebihi 55 MPa.
Diketahui :
b = 100 mm
t = 10 mm
max= 55 MPa
SAMBUNGAN

8
3

F = 80 kN
Panjang total lasan (double parallel fillets) untuk beban
statis
Jawab :
F = 1,414 . t . L . max

80 x

= 1,414 . 10 .L . 55

Ltot = 103 + 12,5 = 115,5 mm


2. Dua plat baja lebar 10 cm, tebal 1,25 cm dilas dengan cara

double transverse fillet weld.Tegangan tarik maksimum


tidak boleh melebihi 700

. Hitung panjang dari

lasan untuk kondisi beban statis dan dinamis.


Diketahui :
b = 10 cm
t = 1,25 cm
SAMBUNGAN

8
4

t max= 700

= 7 000

Jawab
a. Panjang total lasan untuk beban statis (double transverse
fillet weld)
Fmax yang dapat diterima plat :
Fmax = t max . A
= 7 000 . b . t
= 7000 . 10 . 1,25 = 87 500 N
F = 1,414 . t . L . t max
87 500 = 1,414 . 1,25 .L . 7000

Untuk mereduksi kesalahan pada saat pengelasan, panjang

+ 1,25 cm
Panjang lasan beban statis :
Ltot = L + 1,25 = 7,07+ 1,25 = 8,32 cm.
SAMBUNGAN

8
5

b. Panjang las untuk beban dinamis

Faktor konsentrasi beban transverse fillet weld = 1,5

Tegangan ijin

Fmax= 1,414. t . L . t
87 500 = 1,414. 1,25 . L . 4650

Ltot= L + 1,25 = 10,6 + 1,25 = 11,85 cm

3. Dua buah plat akan disambung dengan kampuh bilah


tunggal dikeling tunggal, direncanakan menerima beban
sebesar 10 kN. Bila bahan plat mempunyai tegangan tarik
izin 137,3 N/mm2 dan bahan paku dengan tegangan geser
izinnya 109,8 N/mm2 serta tebal plat 4 mm.
Tentukanlah :

SAMBUNGAN

8
6

a. Diameter paku keling yang sesuai.


b. Lebar plat yang dibutuhkan.

4. Rencanakanlah Ulir dan Mur untuk sebuah kait dimana kait


mampu menahan beban sebesar = 50000 (N) seperti terlihat
pada gambar. Bila bahan kait dan Mur dibuat dari baja ST 60,
dan mendapat pembeban dinamis (tarik dan geser), serta faktor
keamanan 8.

SAMBUNGAN

8
7

Penyelesaian, diketahui :
W = 50000 (N)
Bahan baut dan Mur ST 60
Faktor Keamanan (V) = 8

SAMBUNGAN

8
8

BAB IV
RANGKUMAN
1. Makna sambungan yang difahami dalam bidang pemesinan,
tidak jauh berbeda dengan apa yang kita jumpai dalam
kehidupan

sehari-hari,

yaitu

menghubungkan antara satu

benda dengan lainnya.


2. Ada dua jenis sambungan yang dikenal secara umum :
Sambungan tetap (permanent joint), dan Sambungan tidak tetap
(semi permanent).
3. Sambungan tetap terdiri atas : sambungan paku keeling dan
sambungan las
4. Sambungan tidak tetap terdiri atas : sambungan ulir/ Mur
5. Sambungan paku keeling ialah sambungan dengan batang
silinder

pendek

dengan

sebuah

kepala

di

bagian

atas, silinder tengah sebagai badan dan bagian bawahnya


yang

berbentuk

kerucut

terpancung sebagai ekor, seperti gambar di bawah. Konsruksi


kepala
(tail)

(head)
dipatenkan

agar

dan
permanen

ekor
dalam

menahan

kedudukan paku keling pada posisinya.

SAMBUNGAN

8
9

6. Proses pengelasan adalah proses penyambungan material


dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu
dengan atau tanpa tekanan.
7. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta
mempunyai kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan
las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan
yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan
yang lainnya.
8. Sambungan ulir adalah sambungan yang menggunakan
kontruksi ulir untuk mengikat dua atau lebih komponen
permesinan.
9. Sambungan Ulir merupakan jenis dari sambungan semi
permanent (dapat dibongkar pasang). Sambungan ulir terdiri
dari 2 (dua) bagian, yakni Baut (Inggris=Bolt, yakni yang
memiliki ulir di bagian luar) dan Mur (Inggris = Nut , yakni
yang memiliki ulir di bagian dalam).

SAMBUNGAN

9
0

84

Anda mungkin juga menyukai