Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dismenorea merupakan suatu gangguan pola menstruasi pada wanita.
Sekitar sepertiga wanita menstruasi akan merasakan beberapa rasa sakit yang
menyertai menstuasinya. Dismenorea adalah nama medis untuk menstruasi
yang disertai dengan kram dan rasa sakit. Tanda dan gejala yang muncul yaitu
kram keras pada abdominal yang bisa berlangsung sampai tiga hari, diare,
sering kencing, berkeringat, rasa sakit pada pelvis disertai dengan rasa nyeri
yang menjalar sampai paha bagian atas dan punggung, distensi abdominal,
sakit punggung, kepala pusing dan muntuh-muntah (Owen. 2005.p, 22-23)
Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari
50% perempuan di setiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di
Amerika persentase kejadian dismenorea sekitar 60%, Swedia 72% dan di
Indonesia 55%. Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa
dismenorea dialami oleh 30%-50% wanita usia reproduksi. Begitu pula angka
kejadian dismenorea di Indonesia cukup tinggi, namun yang berobat ke
pelayanan kesehatan sangatlah sedikit, yaitu hanya 1% - 2% (Abidin dalam
Paramita 2010,p.1)
Penyebab terjadinya nyeri dismenorea dikarenakan adanya peningkatan
produksi prostaglandin. Peningkatan ini akan mengakibatkan kontraksi uterus
dan vasokonstriksi pembuluh darah. Aliran darah yang menuju ke uterus
menurun sehingga uterus tidak mendapat suplai oksigen yang adekuat
1

sehingga menyebabkan nyeri (Kelly dalam Rakhma 2012 p,21-22).


Dismenorea mengakibatkan gangguan aktivitas. Selain itu, dismenorea juga
memberi dampak bagi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi, misalnya: cepat
letih, dan sering marah. Remaja dengan dismenorea berat mendapat nilai
yang rendah (6.5 %), dan menurunnya konsentrasi (87.1%) (Tangchai dalam
Christina 2012 p,4)
Secara umum penanganan nyeri dismenorea terbagi dalam dua kategori
yaitu pendekatan farmakologis dan non farmakologis (Potter & Perry, 2006).
Wanita di Indonesia yang mengalami dismenorea lebih banyak mengatasinya
dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang beredar di pasaran
(Admin dalam Paramita 2010,p.2). Penanggulangan nyeri haid dilakukan
tanpa konsultasi ke tenaga kesehatan. Padahal obat-obat penghilang nyeri
hanya dapat mengurangi nyeri haid sementara waktu, dalam jangka panjang
berdampak buruk ke ginjal dan liver (Baziad dalam Christina 2012 p,3).
Selain itu, juga berdampak pada mental psikologis yang membuat
penderitanya tersugesti dan tidak bisa melepaskan diri dari obat-obatannya.
(Anugroho. 2011. p,4-5)
Sedangkan cara non farmakologis dapat digunakan metode terapi jus.
Terapi jus ini bisa dijadikan alternatif untuk menangkal atau menyembuhkan
aneka penyakit (Bangun. 2004. p,14). Pengonsumsian sayuran atau buahbuahan dengan cara dijus (dengan menggunakan blender, juicer, atau diparut)
merupakan cara efisien dan efektif untuk tetap mempertahankan kadar
vitamin, mineral dan zat lainnya dibandingkan dengan dimakan utuh atau
setelah diproses misalnya dimasak atau direbus (Wijayakusuma. 2009. p,33).

Jus wortel memiliki pengaruh dalam penurunan derajat nyeri dismenorea


(Ermiatun. 2011.p,124)
Wortel bernama latin daucus carota terkenal dengan manfaatnya untuk
kesehatan mata. Selain itu, wortel juga dapat mengatasi masalah seksualitas,
yaitu dapat memicu fungsi kerja kelenjar endokrin, kelenjar adrenalin dan
kelenjar kelamin. (Yohana. 2012. p.103) Kandungan vitamin di dalam wortel
sangat lengkap yaitu Vitamin A, B, C, D, E dan K. Selain itu ada juga
kandungan lain seperti beta karoten, karbohidrat, Protein, lemak, fosfor,
kalsium, zat besi, asam amino, serat tinggi dan juga minyak esensial
(yohana&yovita. 2012.p,102)
Vitamin E dalam tubuh berperan sebagai antioksidan yang dapat
mengurangi pengaruh buruk dari radikal bebas dan mencegah gangguan
menstruasi (S. Wirakusumah. 2007.p,7). Mekanisme kerja vitamin E dalam
dismenorea adalah dengan cara menghambat pelepasan asam arakidonat dan
konversi dari asam arakidonat menjadi prostaglandin (PG) melalui enzim
phospholipase A2 dan cyclo-oxygenase, tanpa menimbulkan efek samping
(Wagito. 2010. p,2).
Di sumatera barat yang mengalami dismenorea sekitar 55%. Berdasarkan
data pemeriksaan kesehatan reproduksi SMP dan SMU kabupaten Agam
tahun 2011 dari 3.779 remaja putri, didapatkan sebanyak 35% mengalami
dismenorea. Sementara di wilayah kerja puskesmas pakan kamih dari 579
remaja putri didapatkan sebanyak 20% mengalami dismenorea (Dinkes Kab.
Agam dalam proposal Silvia tahun 2013)

Hasil studi pendahuluan pada mahasiswi semester VII Prodi Keperawatan


Stikes Fort De Kock Bukttinggi dari 10 mahasiswi didapatkan bahwa 8
mahasiswi mengatakan rasa sakit pada pelvis disertai dengan rasa nyeri yang
menjalar sampai paha bagian atas dan punggung serta kram dan distensi
abdominal ketika haid. Ini mengindikasikan mahasiswi ini mengalami
dismenorea. Untuk penanganan dismenorea, dari 8 mahasiswi yang mengeluh
nyeri didapatkan 1 orang mengonsumsi obat-obatan, 2 orang melakukan
tindakan kompres hangat, 1 orang mengatakan mengonsumsi minuman
tradisonal dan 4 orang mengatakan tidak melakukan tindakan apapun untuk
menghilangkan nyeri.
Dari 8 mahasiswi yang mengeluh nyeri haid (dismenorea) didapatkan 7
orang mengatakan dismenorea mengganggu aktivitas rutin sehari-hari. Hal
inilah yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian untuk mengatasi
masalah dismenorea pada mahasiswi semester VII prodi keperawatan Stikes
Fort De Kock Bukittinggi dengan pemberian jus wortel.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka dirumuskan masalah apakah
ada perbedaan skala nyeri dismenorea sebelum dan sesudah pemberian jus
wortel pada mahasiswi semester VII prodi keperawatan Stikes Fort De Kock
Bukittinggi tahun 2014.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan skala nyeri dismenorea sebelum dan


sesudah pemberian jus wortel pada mahasiswi semester VII prodi
keperawatan Stikes Fort De Kock Bukittinggi tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui skala nyeri disminorea sebelum pemberian jus wortel pada
mahasiswi semester VII prodi keperawatan Stikes Fort De Kock
Bukittinggi Tahun 2014.
b. Diketahui skala nyeri disminorea sesudah pemberian jus wortel pada
mahasiswi semester VII prodi keperawatan Stikes Fort De Kock
Bukittinggi Tahun 2014.
c. Diketahui perbedaan skala nyeri disminorea sebelum dan sesudah
pemberian jus wortel pada mahasiswi semester VII prodi keperawatan
Stikes Fort De Kock Bukittinggi Tahun 2014.

D. Ruang lingkup
Penelitian ini akan membahas tentang perbedaan skala nyeri dismenorea
sebelum dan sesudah pemberian jus wortel pada mahasiswi prodi keperawatan
semester VII Stikes Fort De Kock Bukittinggi Tahun 2014. Penelitian ini akan
dilakukan di Stikes Fort de Kock Bukittinggi pada bulan September-Oktober
tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswi yang aktif
prodi keperawatan semester VII Stikes Fort De Kock Bukittinggi Tahun 2014
yang menderita dismenorea. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah
Purposive Sampling sebanyak 10 responden. Desain penelitian yang
digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest

and postest desain. Variabel independent penelitian ini adalah jus wortel.
Sedangkan variabel dependentnya adalah nyeri dismenorea.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Wortel
1. Identitas
Wortel berasal dari suku Umbelliferae Apiaceae. Nama Sinonim
wortel adalah Daucus Sativus, sedangkan Nama daerah wortel adalah
Boktel (Sunda), wortel (Jawa), ortel (Madura). Nama asing wortel
adalah Carrot, wild carrot fruit (I), sedangkan nama Simplisia adalah
Carotar Rhizoma (umbi wortel), Carotea dan Fructus (buah wortel)
(Dalimartha, Setiawan. 2008. p,197)
2. Uraian
Wortel (Daucus carota) adalah tumbuhan sayur yang ditanam
sepanjang tahun. Terutama di daerah pegunungan, yang memiliki suhu
udara dingin dan lembab., kurang lebih pada ketinggian 1.200 meter di
atas permukaan laut. Tumbuhan wortel membutuhkan sinar matahari
dan dapat tumbuh pada semua musim. Wortel mempunyai batang daun
basah berupa sekumpulan pelepah (tungkai daun) yang muncul dari
pangkal buah bagian atas (umbi akar), mirip daun seledri. Wortel
menyukai tanah gembur/subur. Menurut para botanis, wortel dapat
dibedakan atas beberapa jenis:
a) Jenis Imperator, yaitu wortel yang memiliki umbi akar
berukuran panjang dengan ujung meruncing dan rasanya
kurang manis
b) Jenis Chantengan, 7yaitu wortel yang memiliki umbi akar
berbentuk bulat panjang dan rasanya manis

c) Jenis Mantes, yaitu wortel hasil kombinasi dari jenis wortel


imperator dan chantengan. Umbi akar wortel berwarna khas
orange
(Arisandi dan Andriani. 2011.p,496)
Tumbuhan semusim, tinggi 1-1,5m, tumbuh di daerah sejuk
bertemperature 20C. Jenis wortel cukup banyak, tumbuh baik pada
ketinggian 500-1000 m atau 1000-2000 m dpl. Untuk tumbuhnya baik
pada memerlukan tanah geluh berpasir yang kaya bahan organik dan
sinar matahari yang cukup. Wortel tumbuh sepanjang tahun.
(Dalimartha, Setiawan. 2008. p,197)
Wortel (daucus carota L.) termasuk family ubelliferae. Berdasarkan
bentuk umbinya, wortel dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu
imperator, chantenay, dan nantes. Wortel tipe imperator umbinya
berbentuk bulat panjang dengan ujungnya runcing. Tipe chantenay,
Umbinya berbentuk bulat panjang dan ujungnya tumpul, sedangkan
tipe nantes. Umbinya merupakan peralihan dari kedua tipe wortel
(Sunarjono.2010.p,95)
3. Zat Terkandung
Wortel segar mengandung vitamin A,B,C,D,E,K dan betakaroten.
Mineral yang terkandung dalam wortel diantaranya kalsium, zat besi,
fospor, kromium, magnesium, kalium, natrium, yodium, klorin dan
sulfur. Jus wortel dianggap raja jus sayuran karena kandungan
vitaminnya paling banyak dan paling lengkap. Selain rasanya enak,
wortel masih segar juga memiliki nilai gizi yang cukup baik. Wortel

sangat baik untuk menjaga kesehatan mata, termasuk untuk mengatasi


rabun ayam.
Selain bagus untuk kesehatan mata, vitamin A dalam wortel juga
dapat membantu hati menghilangkan toksin atau rabu di dalam tubuh,
bisa juga digunakan untuk menyembuhkan tukak serta radang pada
lambung dan usus. Sementara itu, betakaroten dalam wortel berkhasiat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah
timbulnya penyakit, meningkatkan kesehatan tubuh, dan menghambat
penunaan. (Bangun. 2005. p,56-58)
Kandungan Kimia: Wortel (Daucus Carota) mempunyai nilai
kandungan Vitamin A yang tinggi yaitu sebesar 12.000 SI/100gr.
Sementara komposisi kandungan unsur yang lain adalah, kalori sebesar
42 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,3 gram, hidrat arang 9,3 gram,
kalsium 39 miligram, fosfor 37 miligram, besi 0,8 miligram, Vitamin
B1 0,06 miligram, dan vitamin C 6 miligram. Komposisi di atas diukur
per 100 gram. (Arisandi & Andriani. 2011.p,497). Kandungan zat gizi
dalam 100gr wortel adalah sebagai berikut: Protein 1,1 g, lemak 0 g,
karbohidrat 10g, Vitamin A 12.000 SI, vitamin C 4 mg, vitamin E 0,5
mg. (Kumalaningsih, Sri. 2006. p,58)
4. Manfaat Wortel
Wortel memiliki kandungan gizi yang banyak diperlukan oleh
tubuh terutama sebagai sumber vitamin A. Kadar Vitamin A sebesar
12.000 SI/100gr (Ali,dkk. 2003.p,5). Vitamin A berperan dalam
berbagai fungsi faal ginjal, diantaranya menjaga kesehatan mata,

10

memelihara proses diferensiasi sel, menjaga fungsi kekebalan tubuh,


berperan dalam proses sintesis protein, berperan dalam reproduksi,
serta mencegah kanker dan penyakit jantung (S. Wirakusumah.
2007.p,7). Vitamin B untuk menjaga agar fungsi sistem reproduksi dan
sistem-sistem tubuh lainnya sehat. Penelitian menunjukkan bahwa
vitamin

B6

(pyridoxine)

membantu

melawan

depresi

dan

menyeimbangkan hormone wanita ( Kelly. 2005. p,24)


Vitamin C sebagai senyawa utama tubuh dalam berbagai proses
penting serta meningkatkan derajat kesehatan dan mengobati serta
mencegah berbagai penyakit (Khomsan. 2003.p,140). Vitamin E
(tokoferol). Vitamin E dalam tubuh berperan sebagai antioksidan yang
dapat mengurangi pengaruh buruk dari radikal bebas, proses penuaan,
dan karsinogen. Selain itu, Vitamin E juga berfungsi memelihara
integritas membrane sel, sintesis DNA, mencegah penyakit jantung
koroner, mencegah keguguran dan sterilisasi, serta mencegah
gangguan menstruasi. (S. Wirakusumah. 2007.p,7)
Wortel dapat merangsang reaksi pembersihan lemak sehingga bisa
membantu membuang lemak secara mudah dan cepat. Selain itu,
wortel berkhasiat sebagai laksatif yang dapat melancarkan buang air
besar. Hal ini disebabkan wortel mengandung pektin yang dapat
mencegah dan mengatasi sembelit dengan cara melunakkan feses dan
mendorong sisa makanan yang ada di saluran pembuangan. Wortel
juga mampu menurunkan kolesterol tinggi dan menjaga kesehatan usus
besar.

11

Kandungan karoten, terutama betakaroten dapat menghalangi


kanker dengan cara mengacaukan mekanisme kanker yang merusak
sel. Beberapa penelitian membuktikan wortel mampu menurunkan
resiko semua tipe kanker. Zat penting yang terkandung dalam wortel
(flavonoid, kalsium, dan kalium) juga sangat diperlukan untuk memicu
fungsi kerja kelenjar endokrin, terutama adrenalin dan kelenjar
kelamin. Karena itu, wortel berkhasiat untuk menyuburkan kesehatan
tubuh kita tetap prima dan terhindar dari berbagai penyakit mengerikan
sebaiknya mengonsumsi segelas jus wortel setiap hari yang diminum
pada pagi hari, sebelum makan. (Bangun. 2005. p,56-58)
5. Terapi Jus
a) Definisi
Terapi Jus merupakan cara penyembuhan dan meminum
sari buah, sayuran atau bagian tanaman tertentu yang mempunyai
khasiat obat. Sari buah atau sayuran tersebut diperolah dengan cara
dilumatkan, diremas atau disaring, secara manual dengan
menggunakan tangan maupun menggunakan mesin (juiker).
Kandungan vitamin, mineral, fitonutrien dan serat makanan
melimpah di kedua bahan tersebut dan berkhasiat untuk kesehatan.
Agar kesegarannya tetap terjaga dan lebih optimal khasiatnya,
maka sari buah tersebut sebaiknya langsung diminum (Bangun.
2008. p,19)
b) Alat Membuat Jus

12

Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk membuat


jus, yaitu juice extractor (JE) untuk membuat non puree juice dan
blender juicer untuk membuat puree juice. Keduanya memiliki
keunggulan masing-masing yang dijelaskan sepertl berikut.
a. Juice Extractor (Non Puree Juicing)
Juice extractor (JE) akan memisahkan sari jus dengan
ampasnya. Jus yang dihasilkan dari alat ini disebut non puree
juice yang sedikit mengandung serat. Ada dua tipe JE, yaitu
sentrifugal dan masticating. JE sentrifugal ada yang dilengkapi
dengan alat pemisah (plup ejector) sari jus dan ampasnya, ada
juga yang tidak,
Jika menggunakan JE sentrifugal, bahan jus harus di
potong kecil-kecil. Setelah itu, dimasukkan ke alat dan diputar
dengan kecepatan sangat tinggi, sehingga sari jus dan ampasnya
akan terpisah di tempatnya masing-masing, Jika JE sentrifugal
tidak dilengkapi dengan alat pemisah, sari jus akan dikeluarkan
melalui klep dan ampasnya tetap berada dalam alat itu.
Sementara itur JE sentrifugal yang dilengkapi dengan alat
pemisah akan mengeluarkan ampas setelah sarinya dikeluarkan
terlebih dahulu
JE masticating akan menggiling halus semua bahan yang
dimasukkan ke dalam wadah penghancur. Bahan yang
dimasukkan tidak perlu dipotong-potong terlebih dahulu. Sari

13

jus akan dikeluarkan meialui sebuah alat penyaring ke bagian


bawah mesin.
Sebagai alat pembuat jus, JE memiliki kelemahan yakni
ampas yang mengandung serat akan terbuang. Padahal serat
sangat bermanfaat untuk tubuh manusia, Tanpa serat yang
cukup,

akan

terjadi

gangguan

pencernaan

yang

akan

memengaruhi metabolisme tubuh secara keseluruhan. Namun,


alat ini jug kelebihan. jus yang dihasilkan dari alat ini memiliki
konsentrasi gizi yang tinggi karena tidak ditambah air, jadi
benar-benar sari buah dan sayuran,
b. Blender (Puree Juicing)
Blender akan mencampur semua bagian bahan jus, baik
sari maupun ampasnya, Karena itu jus yang dihasilkan masih
mengandung serat atau disebut puree juice. Serat yang
dikandung dalam puree juice sangat bermanfaat, di antaranya
dapat menunda kekosongan lambung, melancarkan saluran
pencernaan, dan mencegah konstipasi.
Sebagian anak merasa tidak nyaman minum jus hasil
blender karena terasa kasar di mulut. Untuik mengatasinya, jus
bisa disaring dahulu sebelum diminum dan ampasnya dibuang.
Dan kita tidak perlu khawatir akan kehilangan serat seluruhnya,
karena sebagian serat masih ada yaitu berupa serat makanan
(dietary fiber) yang lama dalam air. Ada sedikit kelemahan
dalam penggunaan blender,yaitu konsentrasi zat-zat gizi dari jus

14

yang

dihasilkan

lebih

sedikit,

karena

dalam

proses

penghancuran bahan harus ditambahkan air.


Ahli kesehatan John Heinerman mengatakan, membuat
jus dengan blender merupakan proses yang menyenangkan dan
tidak

sulit

penggunaannya.

dilakukan

jika

mengetahui

dasar-dasar

Berikut ini cara membuat

jus dengan

menggunakan blender.
1) Bagian buah atau sayuran yang tidak berguna atau bahkan
beracun, misalnya kulit nanas, biji pepaya biji mangga, dan
biji apel
2) Potong kecil-kecil buah dan sayuran yang telah dicuci
bersih, lalu masukkan ke dalam blender.
3) Tambahkan air dan bahan tambahan lain secukupnya.
4) Nyalakan blender hingga pisaunya memutar

dan

menghancurkan semua bahanhalus, dan siap dikonsumsi.


c) Tips membuat Jus
1) Jangan rnencampur buah yang sama-sama memiliki aroma
tajam atau kuat.
2) Membuat jus sebaiknya menggunakan blender agar seluruh
serat makanan dapat dikonsurnsi.
3) Variasikan buah yang beraneka vvarna agar penampilannya
lebih rnenarik.
4) Dapat menambahkan air jeruk nipis atau jeruk lemon untuk
meningkatkan cita rasa jus.
5) Agar manfaatnya optimal sebaiknya jus tidak ditambah gular
sirup, atau susu kentaL manis karena akan menghambat

15

(Rusilanti. 2013. p,67)


d) Kelebihan dari Terapi Jus
Tubuh kita dirancang untuk menerima makanan alami,
murni, dan segar. Dengan demikian, dihitung untung dan ruginya,
memanfaatkan makanan dalam keadaan segar, khususnya jus buah
dan sayuran jauh lebih menguntungkan daripada makanan yang
sudah diolah atau makanan berpengawet. Manfaat buah dan
sayuran segar sebagai sumber vitamin dan mineral sudah banyak
diketahui. Elemen-elemen yang didapatkan dari makanan segar
sangat penting untuk pembentukan sel darah merah dan sel-sel
tubuh lainnya karena di dalamnya tersimpan vitamin, mineral dan
enzim.
Jus buah dan sayuran mampu membersihkan darah dan
mengeluarkan elemen-elemen racun yang terkumpul di dalam sel
tubuh. Bircher Banner, seorang dokter terkenal dari Swiss
meyakini

bahwa

saat

obat-obatan

dan

suntikan

gagal

menyembuhkan penyakit, ternyata penerapan pola makan yang


benar dengan mengonsumsi jus buah dan sayuran mampu
memberikan harapan baru untuk hidup sehat. Selain menggugah
selera, jus juga diyakini berkhasiat menangkal atau menyembuhkan
aneka penyakit, termasuk kanker. Mengonsumsi buah dan sayuran
merupakan cara yang paling efisien untuk menyuplai tubuh dengan
vitamin, mineral, dan antioksidan. Karenanya, terapi jus harus
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari program penyembuhan,

16

sehingga kita akan memperoleh nutrisi yang cukup banyak


(Bangun. 2005. p,29-30)
Penelitian telah membuktikan kemanjuran buah dan sayur
mengatasi ragam penyakit, dari yang ringan sampai berat. Terapi
ini begitu mudah dipraktikkan, karena jus bukanlah makanan asing
dikeseharian. Perlu diingat, terapi ini tidak bersifat tunggal atau
berdiri sendiri. Artinya, lakukan yaitu olahraga, dit, terapi medis,
atau fisioterapi, maupun menggunakan herbal. Tidak jarang terapi
jus

ini

dijadikan

kebiasaan

sehari-hari,

bahkan

telah

menjadikannya sebagai kebiasaan yang wajib dilakukan. (Bangun.


2008. p,19)

B. Dismenorea
1. Definisi
Secara etimologi, dismenorea berasal dari kata dalam bahasa
yunani kuno (greek). Kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit,
nyeri, abnormal; Meno yang berarti bulan dan; rrhea yang berarti aliran
arus. Dengan demikian, secara singkat dismenorea dapat didefinisikan
sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami
nyeri (Anugoro&Wulandari. 2011. p,33)
Dismenorea didefiniskan sebagai nyeri uterus yang bersifat siklik
yang terjadi sebelum dan selama menstruasi (Norwitz&Schorge.
2007.p,19). Dismenorea adalah nyeri uteri ada saat menstruasi.

17

(Baradero, Mary, dkk. 2007.p,9). Dismenorea merupakan menstruasi


yang disertai rasa sakit yang hebat dan kram. (Kasdu, Dini. 2005. p,11)
Dismenorea adalah menstruasi yang sangat nyeri disebabkan oleh
kejang otot uterus (Price & Wilson. 2006. p, 1288). Dismenorea adalah
nyeri abdomen bagian bawah yang dirasakan tepat sebelum atau
selama haid ( Datta.2010.p,17). Dismenorea adalah kram, nyeri dan
ketidaknyamanan lain yang berhubungan dengan menstruasi (Yuliarti.
2010.p,7)
2. Klasifikasi Dismenorea
Dismenorea terdiri dan dua jenis, yaitu dismenorea primer dan
sekunder (Kasdu, Dini. 2008. p,11). Dismenorea primer tidak
berhubungan dengan patologi panggul dan dianggap sebagai akibat
prostaglandin

yang

berlebih

oleh

uterus

(Norwitz&Schorge.

2007.p,19). Pada dismenorea primer kasusnya

sering terjadi.

kemungkinannnya lebih dan 50% wanita mengalaminya dan 15% di


antaranya mengalami nyeri yang hebat.
Biasanya, dismenorea primer timbul pada masa remaja, yaitu
sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan tidak ada penyakit
yang menyebabkannya. Namun, dengan berjalannya waktu, tepatnya
saat hormon tubuh lebih stabil atau perubahan posisi rahim setelah
menikah dan melahirkan gangguan ini akan berkurang. (Kasdu, Dini.
2008. p,17). Dismenorea primer tidak ada patologi yang mendasari
(Datta.2010.p,17)

18

Sedangkan, Dismenorea sekunder lebih jarang ditemukan. Hanya


sekitar 25% wanita yang mengalaminya dan banyak ditemukan pada
wanita usia 20 tahunan. (Kasdu, Dini. 2008. p,11). Dismenorea
sekunder dapat diidentifikasi adanya patologi yang mendasari
(Datta,dkk. 2010.p,17). Menurut Norwitz&Schorge tahun 2007,
Dismenorea sekunder biasanya disebabkan oleh kondisi yang didapat
(seperti endometriosis)
3. Penyebab Dismenorea
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi distrimik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri
ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri
spasmodik di sisi medial paha. Riset biologi molekuler terbaru berhasil
menemukan kerentanan gen (susceptibility genes), yaitu genotype
CYP1A1 Mspl dan HincII memodifikasi hubungan antara merokok
pasif (passive smoking) dan nyeri haid. Berikut adalah penyebab nyeri
haid berdasarkan klasifikasinya.
1) Penyebab Dismenorea Primer
a. Faktor Endokrin. Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase
Corpus Luteum. Hormon progesterone menghambat atau
mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormone estrogen
merangsang kontraksilitas uterus. Di sisi lain, endometrium
dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin
yang berlebihan memasuki peredaran darah maka selain

19

dismenorea dapat juga dijumpai efek lainnya seperti nausea


(mual), muntah, diare, flushing (respons involunter (Tak
terkontrol) dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh
kapiler kulit, dapat berupa warna kemerahan pembuluh kapiler
kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi panas).
Jelaslah bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang
peranan penting pada timbulnya dismenorea primer.
b. Kelainan organic, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak-arah
anatomis rahim), hipoplasia uterus (perkembangan rahim yang
tak lengkap), obstruksi kanalis servikalis (sumbatan saluran
jalan lahir), mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang
terdiri dari jaringan otot), dan polip endometrium.
c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis, seperti rasa bersalah,
ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh,
konflik dengan masalah jenis kelaminnya, dan imaturatis (belum
mencapai kematangan).
d. Faktor konstitusi, seperti anemia dan penyakit menahun juga
dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea.
e. Faktor alergi. Penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut Riset,
ada hubungan antara dismenorea dengan urtikaria(biduran),
migran dan asma.
(Anugoro&Wulandari. 2011. p,49-52)
Penyebab dari dismenorea primer diduga berasal dan kontraksi
rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin

20

hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dan lapisan rahim


melewati serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviks-nya
sempit. (Kasdu, Dini. 2005. p,11). Menurut Datta, dkk tahun 2010
mengatakan penyebab dismenorea primer adalah prostaglandin F2
(menyebabkan hiperkontraktilitas uterus dan iskemia miometrium).
Penyebab dismenorea primer adalah adanya jumlah prostaglandin
F2 yang berlebihan pada darah menstruasi, yang merangsang
hiperakivitas uterus (price&Wilson. 2006. p,1288)
2) Penyebab dismenorea sekunder
Beberapa penyebab dismenorea sekunder antara lain:
a. Intrauterine contraceptive devices (alat kontrasepsi dalam
rahim)
b. Adenomyosis (adanya endometrium selain di rahim)
c. Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan
otot, terutama mioma submukosum (bentuk mioma uteri)
d. Uterine polyps (tumor jinak di rahim)
e. Adhesions (pelekatan)
f. Stenosis atau striktur serviks, striktur kanalis servikalis,
varikosis pelvic, dan adanya AKDR (Alat kontrasepsi dalam
rahim)
g. Ovarian cysts (kista ovarium)
h. Ovarian torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir)
i. Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di
panggul)

21

j. Uterine leiomyoma (tumor jinak otot rahim)


k. Mittelschmerz ( nyeri saat pertengahan siklus ovulasi)
l. Psychogenic pain ( nyeri psikogenik)
m. Endometriosis pelvis ( jaringan endometrium yang berada di
panggul)
n. Penyakit radang panggul kronis
o. Tumor ovarium, polip endometrium
p. Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi dan
retrofleksi terfiksasi
q. Faktor Psikis, seperti takut tidak punya anak, konflik dengan
pasangan, gangguan libido
r. Allen-Masters syndrome (kerusakan lapisan otot di panggul
sehingga

pergerakan

serviks

(leher

rahim)

meningkat

abnormal). Sindrom masters Allen ditandai dengan: nyeri perut


bagian

bawah

yang

akut,

nyeri

saat

bersenggama

(dyspareunia), kelelahan yang sangat (excessive fatigue), nyeri


panggul secara umum (general pelvic pain), dan nyeri
punggung (backache). Selain itu, dokter juga dijumpai adanya
tanda-tanda

peradangan

di

lapisan

perut

(peritoneal

inflammation). Semua penderita memiliki riwayat pernah


hamil. Dalam literatur, sindrom ini disebut juga dengan istilah
traumatic laceration of uterine support.
(Anugoro&Wulandari. 2011. p,52-54)

22

Penyebab dismenorea sekunder adalah patologi panggul/AKDR/


sindrom bendungan panggul (pelvic congestion syndrome) (Datta,
2010. p,17). Selain itu, gangguan haid disebabkan adanya gejala
penyakit

yang

berhubungan

dengan

kandungan.

Misalnya,

endometriosis, infeksi rahim, kista/polip, tumor sekitar kandungan,


kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ, dan
jaringan di sekitarnya. Penyebab lainnya adalah kondisi panggul,
endometriosis,

fibroid,

adenomiosis,

peradangan

tuba

falopi,

pelengketan abnormal antar organ dalam perut, pemakaian kontrasepsi


IUD atau tampon. (Kasdu, Dini. 2005. p,11)
Faktor Risiko berikut ini berhubungan dengan episode dismenorea
yang berat:
1) Haid pertama pada usia amat dini
2) Periode haid yang lama
3) Aliran darah haid yang hebat
4) Merokok
5) Riwayat keluarga yang positif terkena penyakit
6) Kegemukan
7) Mengonsumsi Alkohol
Aktivitas fisik dan lamanya siklus haid tampaknya tidak
berhubungan dengan nyeri haid yang meningkat.
1) Faktor risiko dismenorea primer
a.

Usia saat menstuari pertama kurang dari 12 tahun

b.

Belum pernah melahirkan anak

23

c.

Haid memanjang atau dalam waktu lama

d.

Merokok

e.

Riwayat keluarga positif terkena penyakit

f.

Kegemukan

2) Faktor Risiko dismenorea sekunder


a.

Endometriosis

b.

Adenomyosis

c.

IUD

d.

Pelvic inflammatory disease (penyakit radang panggul)

e.

Endometrial carcinoma (kanker endometrium)

f.

Ovarian cysts (kista ovarium)

g.

Congenital Pelvic malformations

h.

Cervical Stenosis

(Anugoro&Wulandari. 2011. p,55-56)


4. Tanda dan gejala Dismenorea
Simpton-simpton dismenorea adalah kram keras pada abdominal
yang bisa berlangsung sampai tiga hari, diare, sering kencing,
berkeringat, rasa sakit pada pelvis disertai dengan rasa nyeri yang
menjalar sampai paha bagian atas dan punggung, distensi abdominal,
sakit punggung, kepala pusing dan muntuh-muntah (Owen. 2005.p, 2223)
Tanda dan gejala dismenorea primer adalah nyeri dimulai saat
awitan menstruasi, nyeri dapat tajam, tumpul, siklik atau menetap,
dapat berlangsung beberapa jam sampai 1 hari. Bahkan bisa melebihi 1

24

hari tapi jarang 72 jam. Gejala-gejala sistemik yang menyertai berupa


mual, diare, sakit kepala dan perubahan emosional (price&Wilson.
2006. p,1288)
a) Potret Klinis Dismenorea Primer
Dismenorea primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi
(ovulatory cycles) dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid
pertama. Pada dismenorea primer klasik, nyeri bersamaan dengan
Onset haid atau hanya sesaat sebelum haid dan bertahan atau
menetap selama 1-2 hari. Nyeri dideskripsikan sebagai spasmodik
dan menyebar ke bagian belakang (punggung) atau paha atas atau
tengah.
Berhubungan dengan gejala-gejala umum, seperti berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Malaise (rasa tidak enak badan)


Fatigue (Lelah)
Nausea (mual) dan vomiting (Muntah)
Diare
Nyeri punggung bawah
Sakit kepala
Kadang-kadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh,

perasaan cemas, gelisah hingga jatuh pingsan


h. Potret klinis dismenorea primer termasuk onset segera setelah
haid pertama dan biasanya berlangsung sekitar 48-72 jam,
sering mulai beberapa jam sebelum atau sesaat setelah haid.
Selain itu juga terjadi nyeri perut atau nyeri seperti saat
melahirkan dan hal ini sering ditemukan pada pemeriksaan
pelvis yang biasa atau pada rectum.
Menurut laurel D. Edmundson (2006), dismenorea primer
memiliki ciri khas sebagai berikut:

25

1. Onset dalam 6-12 bulan setelah haid pertama


2. Nyeri pelvis atau perut bawah dimulai dengan onset haid dan
3.
4.
5.
6.
7.

berakhir selama 8-72 jam


Nyeri Punggung
Nyeri paha di medial atau anterior
Sakit Kepala
Diare
Nause (Mual) atau vomiting (muntah)
Menurut Ali Badziad (2003), karateristik dismenorea primer

dapat diuraikan seperti berikut:


1. Nyeri sering ditemukan pada usia muda
2. Nyeri sering timbul segera setelah haid mulai teratur
3. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan kadang disertai mual,
muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala
4. Nyeri haid muncul mendahului haid dan meningkat pada hari
pertama atau kedua haid
5. Jarang ditemukan kelainan genitalia pada pemeriksaan genikologis
6. Cepat memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa

b) Potret Klinis Dismenorea Sekunder


Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada
dismenorea sekunder yang terbatas pada onset haid. Ini biasanya
berhubungan dengan perut besar atau kembung, pelvis terasa berat,
dan nyeri punggung. Secara khas, nyeri meningkat secara progresif
selama fase luteal dan akan memuncak sekitar onset haid.
Berikut adalah potret klinis dismenorea sekunder:
1. Dismenora terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah
haid pertama
2. Dismenorea dimulai setelah usia 25 tahun
3. Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik,
pertimbangkan

kemungkinan

endometriosis,

pelvic

26

inflammatory disease (penyakit radang panggul), dan pelvic


adhesion (perlengketan pelvis).
4. Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan
NSAID(Nonsteroid anti-inflammatory drug) atau obat antiinflamasi non-steroid, kontrasepsi oral, atau keduanya.
Menurut Laurel D. Edmundson (2006), dismenorea
sekunder memiliki cirri khas sebagai berikut:
1. Onset pada usia sekitar 20-30 tahun, setelah siklus haid yang
2.
3.
4.
5.

relatif tidak nyeri di masa lalu


Infertilitas
Darah haid yang banyak atau perdarahan yang tidak teratur
Rasa nyeri saat berhubungan dengan seks
Vaginal Discharge (keluar cairan yang tidak normal dari

vagina)
6. Nyeri perut bawah atau pelvis selama waktu selain haid
7. Nyeri tidak berkurang dengan terapi NSAID
Karateristik dismenorea sekunder menurut Ali Badziad
(2003) dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Lebih sering ditemukan pada usia tua dan setelah dua tahun
mengalami siklus haid teratur
2. Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan
keluarnya darah haid
3. Sering ditemukan kelainan ginekologis
4. Pengobatannya sering kali memerlukan tindakan operatif.
(Anugoro&Wulandari. 2011. p,57-64)
5. Patofisiologi Dismenorea
a) Dismenorea Primer
Ada beberapa faktor yang dikaitkan dengan dismenorea
primer yaitu prostaglandin uterine yang tinggi, aktivias uteri
abnormal, dan factor emosi/ psikologis. Belum diketahui dengan

27

jelas bagaimana prostaglandin bisa menyebabkan dismenorea


tetapi diketahui bahwa wanita dengan dismenorea mempunyai
prostaglandin yang 4 kali lebih tinggi daripada wanita tanpa
dismenorea. Dismenorea primer biasa timbul pada hari pertama
atau kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan
dirasakan pada abdomen bawah. (Baradero, Mary, dkk. 2007.p,9)
Peregangan otot uterus menghasilkan eksresi prostaglandin
Prostaglandin

merupakan

derivate

asam

prostanoid

dan

diproduksi dari asam arakidonat di berbagai jaringan tubuh.


Prostaglandin yang di ekstragenital berefek pada kontraksi otot
polos saluran usus, menghambat sekresi lambung, aktivasi
reseptor rasa sakit (Manuaba. 2003.p,106)
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer biasanya
terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah haid pertama, segera
setelah siklus ovulasi teratur ditentukan. Selama menstruasi, selsel endometrium yang terkelupas melepaskan Prostaglandin
(kelompok persenyawaan mirip hormone kuat yang terdiri dari
asam lemak esensial. Prostaglandin merangsang otot uterus
(rahim) dan memengaruhi pembuluh darah; biasa digunakan
untuk menginduksi aborsi atau kelahiran) yang menyebabkan
iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui
kontraksi myometrium (otot dinding rahim) dan vasoconstriction
(penyempitan pembuluh darah.

28

Peningkatan kadar prostaglandin telah dibukti ditemukan


pada cairan haid pada perempuan dengan dismenorea berat. Kadar
ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama haid.
Vasopressin (disebut juga: antidiuretic hormone, suatu hormone
yang disekresi oleh lobus posterior kelenjar pituitari yang
menyempitkan pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah,
dan mengurangi pengeluaran excretion=air seni) juga memiliki
peran yang sama.
Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea
primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu
stimulan

miometrium

yang

kuat

dan

vasoconstrictor

(penyempitan pembuluh darah) yang ada di endometerium


sekretori. Respons terhadap inhibitor (penghambat) prostaglandin
pada pasien dengan dismenorea mendukung pertanyaan bahwa
dismenorea diperantarai oleh prostaglandin. Banyak bukti kuat
yang menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus yang
memanjang dan penurunan aliran darah ke miometrium.
Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan
endometrium perempuan dengan dismenorea dan berhubungan
baik dengan derajat nyeri. Peningkatan endometrial prostaglandin
sebanyak tiga kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase
luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama haid.
Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti
penurunan progesterone pada fase akhir luteal menimbulkan

29

peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang


berlebihan.
Leukotriene (suatu produk pengubahan metabolism asam
arakidonat, bertanggung jawab atas terjadinya contraction
(penyusutan atau penciutan) otot polos (smooth muscle) proses
peradangan) juga telah diterima ahli untuk mempertinggi
sensitivitas nyeri serabut di uterus. Jumlah Leukotriene yang
signifikan telah ditunjukkan endometrium perempuan penderita
dismenorea primer yang tidak merespons terapi antagonis
prostaglandin.
Hormon pituitary posterior, vasopressin terlibat pada
hipersensitivitas miometrium, mengurangi aliran darah uterus dan
nyeri pada penderita dismenorea primer. Peranan vasopressin di
endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan
prostaglandin. Hipotesis Neuronal juga telah direkomendasikan
untuk pathogenesis dismenorea primer. Neuron nyeri tipe C
distimulasi oleh metabolit anaerob yang diproduksi oleh ischemic
endometrium (Berkurangnya suplai oksigen ke membrane
mukosa kelenjar yang melapisi rahim) (Anugoro&Wulandari.
2011. p,44-48)
b) Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid
pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan,
setelah tahun-tahun siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin

30

dapat berperan pada dismenorea sekunder. Tetapi penyakit pelvis


haruslah ada menyertai. Penyebab yang umum, diantaranya
termasuk endometriosis (kejadian di mana jaringan endometrium
berada diluar rahim, dapat ditandai dengan nyeri haid),
adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip
endometrium (tumor jinak di endometrium), chronic pelvic
inflammatory disease (penyakit radang panggul menahun), dan
penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD [Intrauterine
(contraceptive) device]. Hampir semua proses apapun yang
mempengaruhi pelvic viscera (bagian organ panggul yang lunak)
dapat mengakibatkan nyeri pelvis siklik.(Anugoro&Wulandari.
2011. p,48-49)

C. Nyeri
1. Definisi
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri merupakan
mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri. Nyeri juga
merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan ( Potter
dan Perry. 2006.p,1502)
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
(Brunner&Suddarth. 2002.p, 212). Persepsi nyeri adalah suatu proses
fisiologis yang melibatkan reseptor, konduktor, dan mekanisme

31

integrasi di-serebral (Amir, dkk.2003.p,1). Untuk memudahkan


memahami pengalaman nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga)
komponen fisiologis nyeri:

a. Resepsi
Untuk kerusakan selular yang disebabkan oleh stimulus termal,
mekanik,

kimiawi,

atau

stimulus

listrik

menyebabkan

pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri.


b. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seorang terhadap nyeri.
Stimulus nyeri ditransmisikan naik ke thalamus dan otak
tengah, dari thalamus dilanjutkan ke otak termasuk korteks
sensori dan kortek asosiasi, lobus frontalis dan system limbic.
Setelah sampai diotak maka individu akan mempersepsikan
sensasi nyeri.
c. Reaksi
Reaksi merupakan respon fisiologis dan perilaku yang terjadi
setelah mempersepsikan nyeri.
(Potter & Perry. 2005. P,1504-1508)
2. Pengukuran skala nyeri
a) Face Pain Rating Scale
Menurut Wong dan Baker (1998) dalam Potter &Perry
mengungkapkan pengukuran skala nyeri salah satunya adalah

32

pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scale


yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum
untuk tidak ada nyeri hingga wajah yang menangis untuk nyeri
berat.

Gambar 2.1
Face Pain Rating Scale
b) Skala intensitas nyeri numerik

Gambar 2.2
Skala Numerik
c) Skala intensitas nyeri numeric 0-10
0

Tidak ada

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

Nyeri

Nyeri Berat

10

Nyeri Sangat
Berat

Gambar 2.3

Skala Numerik 0-10

33

Dari skala di atas, rasa nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


a. Skala 0 : Tidak nyeri
b. Skala 1-4 : Nyeri ringan, dimana nyeri masih dapat ditolerir dan tidak
mengganggu aktivitasi
c. Skala 5-6 : Nyeri sedang, dimana klien mulai merintih dan mengeluh, ada
yang sambil menekan bagian yang nyeri dan agak menganggu aktivitas
d. Skala 7-9 : Nyeri berat, dimana klien mengeluh kram, rasa terbakar, dan
klien sudah tidak mampu melakukan aktivitas lagi
e. Skala 10 : Nyeri paling hebat, dimana klien sudah tidak dapat
mengendalikan diri

D. Cara Pemberian Jus Wortel Pada Nyeri Dismenorea


Pelaksanaan penelitian ini yaitu dengan pemberian jus wortel 2 kali
sehari pada saat responden merasakan nyeri dismenorrea. selisih waktu
antara pemberian jus wortel yang pertama dengan pemberian jus wortel
yang kedua adalah 4 jam. Misalkan responden merasakan nyeri pada pukul
10.00 WIB maka. Responden akan diberikan jus wortel pada pukul 10.00
WIB. Kemudian 2 jam berikutnya dilakukan pengukuran penurunan
tingkat nyeri pada responden dengan memberikan kuesioner. Pada pukul
14.00 WIB responden diberikan jus wortel ulang yang kedua dengan
takaran yang sama yaitu 250 g wortel yang dicampur dengan air sebanyak
200 cc kemudian di blender ( Ermiatun. 2011.p, 125)
Mengatasi nyeri haid dengan cara 250g wortel dicuci, dipotongpotong. Beri sedikit air, lalu diblender. Ramuan ini untuk diminum 2 kali

34

sehari (Kumalaningsih, Sri. 2006. p, 61). Sediakan 250 gram wortel, cuci
bersih, dan potong-potong. Beri sedikit air matang, lalu blender. Minum 2
kali sehari (Budi Santoso, Hieronymus. 2008.p, 140). Tips ramuan untuk
mengatasi sakit saat menstruasi adalah sediakan 250gram wortel, lalu
diparut, diperas diambil sarinya. Diminum setiap pagi dan sore hari 1
gelas. (Faellasufa. 2008. p,113).

E. Hubungan Skala Nyeri Dengan Pemberian Jus Wortel


Tabel 2.1
Tabel kandungan wortel per gr

Sumber : Rusilanti. 2013. p,66


Kandungan zat gizi dalam 100gr wortel adalah sebagai berikut: Protein 1,1
g, lemak 0 g, karbohidrat 10g, Vitamin A 12.000 SI, vitamin C 4 mg, vitamin
E 0,5 mg. Jadi, Zat yang terkandung dalam 250 gr wortel dan 200 cc air

35

mineral adalah : Protein 2, 75 g, lemak 0 g, karbohidrat 25g, Vitamin A


30.000 SI, vitamin C 10 mg, vitamin E 1,25 mg. (Kumalaningsih. 2006.
p,58). Di dalam tubuh, air berfungsi memelihara suhu badan. Disamping itu,
air diperlukan untuk proses di dalam tubuh, seperti pencernaan, penyerapan,
sirkulasi dan pembuangan kotoran. (Bangun. 2005. p,2)
Vitamin E dalam tubuh berperan sebagai antioksidan yang dapat
mengurangi pengaruh buruk dari radikal bebas dan mencegah gangguan
menstruasi (S. Wirakusumah. 2007.p.7). Vitamin E merupakan salah satu
pengobatan alternatif yang terbukti bermanfaat dalam mengurangi nyeri yang
terjadi pada dismenore primer tanpa menimbulkan efek samping. Mekanisme
kerja vitamin E dalam dismenore adalah dengan cara menghambat pelepasan
asam arakidonat dan konversi dari asam arakidonat menjadi prostaglandin
(PG) melalui enzim phospholipase A2 dan cyclo-oxygenase ( Wagito. 2010.
p,2).
Vitamin E yang bermanfaat untuk mengurangi nyeri dismenorrea dan
membantu mengatasi efek peningkatan produksi hormon prostaglandin
(Ermiatun. 2011.p,124). Kekurangan Vitamin E yang sangat parah bisa
berpengaruh terhadap sistem reproduksi. Vitamin E berfungsi mengatur
supaya darah yang keluar waktu haid normal. Selain itu Vitamin E bisa
meringankan sakit karena vitamin ini mengatur pemakaian cadangan oksigen
di dalam darah. Pengobatan dengan vitamin A dan E menolong pria
meningkatkan jumlah sel-sel sperma dalam air mani (Kumalangingsih. 2006.
p, 26-27)

36

Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faal ginjal, diantaranya menjaga


kesehatan mata, memelihara proses diferensiasi sel, menjaga fungsi
kekebalan tubuh, berperan dalam proses sintesis protein, berperan dalam
reproduksi, serta mencegah kanker dan penyakit jantung (S. Wirakusumah.
2007.p,7). Vitamin A merupakan suatu vitamin yang telah dikenal oleh
masyarakat luas yang terdiri dari beberapa senyawa yang mempunyai
aktivitas secara biologi dari retinol yang merupakan zat gizi esensial untuk
daya penglihatan, pertumbuhan, reproduksi, sekresi lender/getah dan
diferensiasi epithelium. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan wanita
tidak bisa mengandung atau bilamana sudah mengandung cenderung
mengalami keguguran kandungan.
Vitamin A menolong proses biokimia merubah kolesterol menjadi hormon
estrogen pada wanita (Kumalangingsih. 2006. p, 31). Selain itu, Vitamin B
untuk menjaga agar fungsi sistem reproduksi dan sistem-sistem tubuh lainnya
sehat. Penelitian menunjukkan bahwa vitamin B6 (pyridoxine) membantu
melawan depresi dan menyeimbangkan hormone wanita ( Kelly. 2005. p,24).
Vitamin C sebagai senyawa utama tubuh dalam berbagai proses penting
serta meningkatkan derajat kesehatan dan mengobati serta mencegah berbagai
penyakit (Khomsan. 2003.p,140). Vitamin C membantu penyembuhan luka.
Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi untuk mengikat oksigen sehingga
tidak mendukung reaksi oksidasi atau sebagai oxygen scavanger. Pengaruh
Vitamin C terhadap penyakit adalah mempercepat penyembuhan luka,
sebagai antioksidan untuk mencegah pembentukan zat penyebab kanker
(Kumalangingsih. 2006. p, 27-30)

37

Tabel 2.2
Kebutuhan Air untuk Tubuh
Masukan Air
Cairan

Jumlah (ml)
550-1500

Makanan

700-1000

Air Metabolik
Sumber: Almatsier.2005.p, 222

200-300

Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh. Salah satu
fungsi air adalah sebagai pelarut dan alat angkut. Air di dalam tubuh
berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino,
lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan tubuh
seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat gizi dan hormon ini dibawa ke
seluruh sel yang membutuhkan. Di samping itu, air sebagai pelarut
mengangkut sisa-sisa metabolism, termasuk karbon dioksida dan ureum
untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit dan ginjal.
(Almatsier.2005.p, 221)
Tabel 2.3
Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Penurunan Derajat Nyeri Dismenorrea Pada Mahasiswa
DIII Kebidanan Stikes Aisyiyah Yogyakarta 2011

38

Tabel diatas merupakan penelitian yang dilakukan pada mahasiswa


DIII Kebidanan Stikes Aisyiyah Yogyakarta dengan menggunakan Uji
Statistik Wilcoxon Match Paired Test dengan hasil nilai pretest post test
didapatkan nilai negatif rank 5.50, disebabkan karena dari 10 responden
semuanya mengalami penurunan derajat nyeri dismenorea setelah
pemberian jus wortel. Setiap responden mengalami penurunan yang
berbeda. Selisih penurunan derajat nyeri dismenorreaa maksimal adalah 5
dan minimal yaitu 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian jus wortel terhadap penurunan derajat nyeri
dismenorrea pada mahasiswa DIII Kebidanan Stikes Aisyiyah Yogyakarta
2011 ( Ermiatun. 2011.p, 121).

39

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Konsep adalah merupakan unsur pokok daripada penelitian. Konsep
merupakan hal yang abstrak yang perlu diterjemahkan dalam kata-kata
sedemikian rupa, sehingga dapat diukur secara empiris (Narbuko&Achmadi.
2003.p,141)
Pada penelitian ini akan dijelaskan varibel independen yaitu jus wortel,
sedangkan variable dependennya yaitu nyeri dismenorea pada mahasiswi.
Untuk memperjelas hal tersebut di atas, maka dapat dilihat kerangka
konsep berikut ini :

Sebelum
Mahasiswi dengan
nyeri dismenorea

Sesudah
Pemberian Jus Wortel

Pengurangan skala
nyeri dismenorea

40

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

40

B. Definisi operasional
No Variabel

Definisi
Operasional

Cara ukur

Alat ukur

Hasil ukur

Skala
Ukur

Pemberian jus
wortel dengan
takaran yaitu
250 g wortel
yang sarinya
diambil dengan
alat juicer,
kemudian
dicampur
dengan air
sebanyak 200 cc.

Diberi
minuman
Jus Wortel,
dan
Observasi

Lembar
Observasi

Meminum Jus
Wortel

Nominal

kram, nyeri dan


ketidaknyamanan
lain yang
berhubungan
dengan
menstruasi

Observasi
dan Kaji
Skala nyeri

-Lembar
Observasi
(Universal
Pain
Assessment
Tool)

Independent
1

Pemberian Jus
Wortel

Dependent
2

Nyeri
dismenorea

-Rendah, jika
Ordinal
skala nyeri 1-4
- Tinggi, jika skala
nyeri 5-10

C. Hipotesa
Ha: Ada perbedaan skala nyeri dismenorea sebelum dan sesudah pemberian
jus wortel pada mahasiswi semester VII prodi keperawatan Stikes Fort
De Kock Bukittinggi Tahun 2014.

41

Ho: Tidak ada perbedaan skala nyeri dismenorea sebelum dan sesudah
Pemberian jus wortel pada mahasiswi semester VII prodi keperawatan
Stikes Fort De Kock Bukittinggi Tahun 2014.

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Quasi-eksperimen dengan rancangan
pre-post test dalam satu kelompok (one-Group Pretest-posttest Design). Pada
penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah dilakukan intervensi.

B. Waktu dan tempat penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Stikes Fort de Kock Bukittinggi pada
bulan September-Oktober tahun 2014.

C. Populasi dan sampel


1. Populasi

42

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswi yang aktif


prodi keperawatan semester VII Stikes Fort De Kock Bukittinggi Tahun
2014.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah seluruh mahasiswi yang aktif prodi
keperawatan semester VII Stikes Fort De Kock Bukittinggi Tahun 2014
yang menderita dismenorea. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan
sampel Purposive Sampling, sebanyak 10 orang. Kriteria sampel adalah
sebagai berikut:

43

a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Pertimbangan
ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi.
Dengan kriteria:
1. Bersedia menjadi responden
2. Mahasiswi yang mengalami dismenorea di setiap bulannya.
3. Tidak menderita penyakit lain
4. Tidak mengonsumsi obat-obatan penghilang nyeri atau metode
lain yang mengatasi nyeri dismenorea selama penelitian
berlangsung
b. Kriteria Eklusi
1.

Tidak bersedia menjadi responden

2.

Tidak berada dilokasi saat penelitian

43

D. Teknik pengumpulan data


1. Jenis Data
a) Data primer
Data Primer penelitian ini diperoleh langsung dari
mahasiswi yang mengalami nyeri dismenorea. Kemudian diperoleh
dari penilaian nyeri menggunakan skala ukur numerik 1-10 dan
face pain scale, dan dicatat pada lembar observasi untuk menilai
nyeri dismenorea sebelum diberikan jus wortel dan sesudah
diberikan jus wortel.
b) Data sekunder
Data yang diperoleh dari pendokumentasian.
2. Instrumen Penelitian
a. Persiapan alat dan bahan
1) Wortel 500 gr
2) Air minum 200 cc?
3) Juicer
4) Sebuah gelas
5) Pisau
6) Timbangan dapur (Kg)
b. Cara Kerja
1) Peneliti menemui mahasiswi Stikes Fort De Kock yang
mengeluh nyeri haid (dismenorea)
2) Jelaskan pada responden mengenai prosedur yang akan
dilakukan dan diorientasikan terhadap tujuan penelitian

44

3) Peneliti mengukur skala nyeri dismenorea sebelum dilakukan


intervensi
4) Responden

diintruksikan

istirahat,

sementara

peneliti

penyiapkan jus wortel


5) Cuci bersih wortel dan kupas bagian kulit luarnya tipis
6) Peneliti menggunakan alat juicer untuk mengambil sari dari
wortel sebanyak 250gr dan kemudian mencampurkan dengan
200 cc air
7) Peneliti memberikan jus wortel pada responden
8) 2 jam kemudian peneliti menanyakan skala nyeri setelah
pemberian jus wortel
9) 2 Jam berikutnya peneliti kembali memberikan jus wortel pada
responden dengan takaran yang sama seperti sebelumnya
10) Peneliti kembali menanyakan skala nyeri setelah intervensi dan
kemudian catat dalam lembar observasi

E. Teknik pengolahan data


Setelah data berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya yang
dilakukan peneliti adalah pengolahan data secara komputerisasi dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing (Menyunting data)
Kegiatan ini dilak
ukan untuk memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data dan
b.

keseragaman data.
Coding (mengkode data)

45

Setelah editing selesai dilakukan, selanjutnya berupa pengkodean data


dengan menyederhanakan jawaban tersebut yang dilakukan dalam
bentuk symbol-symbol tertentu untuk jawaban.
c.

Scoring
Pada tahap ini peneliti memberikan nilai terhadap setiap jawaban yang

d.

telah diisi oleh responden pada lembar kuesioner.


Processing Data (Proses Data)
Merupakan kegiatan memproses data dengan cara mengentri data ke

e.

paket program komputer.


Cleaning (Pembersih Data)
Pada tahap ini peneliti melakukan terhadap data yang sudah dientry,
apakah terjadi kesalahan atau tidak.

F. Analisa data
1. Analisa univariat
Dilakukan tahap tiap variabel dengan menggunakan distribusi
frekuensi. Variabel-variabel yang ada mencakup variabel independent
yaitu jus wortel. Sedangkan variabel dependentnya adalah nyeri
dismenorea.
2. Analisa bivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat ada atau tidak adanya
perbedaan pada variabel dependent setelah diberikan perlakuan oleh
variabel Independent dengan menggunakan desain penelitian Quasi
Eksperimen dengan pendekatan One Group PreTest dan posttest desain,
menggunakan uji T-test Dependent yang diolah dengan program komputer.
Untuk melihat kemaknaan hitungan statistik digunakan 0,05 sehingga jika

46

nilai p < 0,05 maka statistik disebut bermakna, dan jika p > 0,05 maka
hasil hitungan tersebut tidak bermakna.

Anda mungkin juga menyukai