DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
ANGGOTA KELOMPOK :
1. DENIK SEPDIYANTO
1211015017
1211015095
3. MARWANI KURNIA
1211015061
1211015009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak dahulu hingga saat ini, setiap kali orang mempelajari asal-usul
terjadinya kehidupan di bumi ini, selalu bermula dari masalah mengenai dari
mana awal terbentuknya kehidupan, darimana asalnya dan bagaimanakah
terjadinya hidup ini. Dapat dikatakan bahwa tidak seorangpun mengetahui
darimana asal kehidupan di bumi ini, dikarenakan nenek moyang kita sekalipun
sekalipun tidak pernah apresiasi untuk menceritakan asal-usul kehidupan yang
dialaminya (Drost,1992).
Manusia memiliki kemampuan berfikir yang sangat tinggi sehingga dapat
menelusuri kembali jejak-jejak kehidupan masa lampau, mengawasi peristiwaperistiwa atau gejala hidup saat ini dan menghubungkannya dengan gejala hidup
dan alam pada masa lampau, sehingga muncul beberapa hipotesis asal-usul
kehidupan (Drost,1992).
Hipotesis-hipotesis ini senantiasa didukung dengan fakta-fakta agar
manusia yakin tentang terjadinya kehidupan di bumi. Namun meskipun didukung
dengan fakta tetap saja manusiabertanya darimana datangnya sebuah kehidupan.
Untuk membuktikan bahwa asal-usul makhluk hidup berdasarkan teori
biogenesis, yaitu teori yang menyatakan makhluk hidup berasal dari benda hidup
pula. Dimana teori ini didukung oleh oleh para ahli, seperti Louis Pasteur, Lazzaro
Spallanzani, Francesco Redi, Van Helmont, Harold Urey dan Oparin (Drost,1992).
Namun dari beberapa teori-teori tentang asal-usul kehidupan khususnya
makhluk hidup dapat dibuktikan dengan berbagai percobaan, misalnya percobaan
Lazzaro Spallanzani dan Francesco Redi. Maka dilakukanlah percobaan kali ini
untuk membuktikan teori apa yang benar tentang asal-usul makhluk hidup.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manusia gemar mencari asal mula atau permulaan sesuatu. Bagi para ahli
biologi asal-mula kehidupanlah yang menjadi objeknya, sehingga pernyataan
apakah hidup dan dari manakah asalnya kehidupan merupakan pertanyaan yang
selalu ada dari abad ke abad. Penemuan dan catatan tentang fosil tidak dapat
memberi petunjuk tentang asal mula kehidupan, karena fosil-fosil tertua yang
pernah ditemukan adalah organisme-organisme yang rumit. Jadi para ahli biologi
terpaksa memilih lagi bermacam-macam petunjuk yang tidak langsung. Kemudian
berdasarkan anggapan-anggapan disusun pemikiran mengenai asal mula
terjadinya kehidupan (Purnama, 2003).
Ada berbagai pendapat berupa hipotesis ataupun teori untuk menjawab
pertanyaan mengenai asal-usul kehidupan, yaitu Generatio Spontanea, Cosmozoa,
Omne Vivum Ex Ovo, Omne Ovo Ex Vivo, Omne Vivum Ex Ovo, teori Uray,
teori Oparin-Halden dan lain-lain (Purnama, 2003).
Generatio Spontanea merupakan teori yang muncul sebelum abad ke-17
yang menyatakan bahwa makhluk hidup terbentuk secara spontan atau dengan
sendirinya. Contohnya, ulat timbul dengan sendirinya dari bangkai tikus, cacing
timbul dengan sendirinya dari dalam lumpur, dan dari gudang padi muncullah
tikus. Paham ini disebut juga paham abiogenesis artinya makhluk hidup berasal
dari benda mati. Paham ini dipelopori oleh seorang filsuf Yunani yaitu Aristoteles
(Ahmadi, 2000).
Cosmozoa merupakan paham yang beranggapan bahwa makhluk hidup ini
berasal dari luar bumi, mungkin dari planet lain. Benda hidup yang mungkin
terbentuk spora yang aktif jatuh ke bumi lalu berkembang biak. Pendapat ini
terlalu lemah karena tidak didukung oleh fakta-fakta dan tidak menjawab asalusul terjadinya kehidupan (Ahmadi, 2000).
Omne Vivum Ex Ovo merupakan teori yang dicetuskan oleh ahli biologi
berkebangsaan Italia pada tahun 1626-1597 oleh Redi yang membuktikan bahwa
ulat pada bangkai tikus berasal dari telur lalat yang meletakkan telurnya dengan
Oparin-Haldane.
A.I
Oparin
adalah
seorang
ahli
biologi
berbagai bahasa. J.B.S Haldane adalah seorang ahli biologi bahasa Inggris yang
secara terpisah juga memiliki pendapat yang serupa dengan Oparin. Rangkuman
dari pendapat tersebut singkatnya adalah jasad renik hidup terbentuk dari semua
senyawa kimiawi dalam laut pada masa dimana atmosfir bumi belum
mengandung oksigen bebas. Senyawa organik ini antara lain, asam-asam amino
sederhana, purin dan basa pirimidin serta senyawa-senyawagolongan gula.
Kemudian terbentuk pula senyawa-senyawa polipeptida asam-asam polinukleat
dan polisakarida yang semuanya dapat terbentuk karena bantuan sinar ultraviolet,
kilatan listrik atau petir, panas dan radiasi sinar. Jasad hidup pertama disebut
protobiont diperkirakan hidup didalam laut kira-kira 5 sampai 10 meter di bawah
permukaan laut karena tempat itulah mereka terlindungi dari sinar ultraviolet
intensitas tinggi dan matahari yang mematikan. Baru setelah jasad hidup itu
berkembang menjadi lebih sempurna dan mampu memproduksi oksigen, maka
lama-kelamaan terdapat lapisan pelindung berupa ozon di atmosfer bumi, lalu
kehidupan mampu menyerap di pantai-pantai dan yang terakhir memenuhi suatu
daratan. Bila kita melihat pada teori-teori terdahulu maka sepertinya teori OparinHaldane ini kembali kepada Generatio Spontanea tetapi melalui proses evolusi
ratusan juta tahun lamanya. Melengkapi teori ini, pada tahun 1953 Stanley E.
Miller, seorang murid dari Harold Uray membuat percobaan yang sangat berhasil
untuk menguji anggapan bahwa pada kondisi awal dari atmosfer bumi yang kaya
akan metana, air, amoniak dan hidrogen dengan bantuan kilatan listrik dan suhu
yang cukup maka dapat terbentuk senyawa-senyawa organik termasuk asam
amino, purin, pirimidin gula ribosa maupun deoksiribosa, asam nukleat maupun
nukleosida seperti ATP (Ahmadi, 2000).
Percobaan Miller berlangsung selama seminggu dan diperoleh hasil yaitu
bedanya makhluk hidup dengan benda mati. Pertama adalah bentuk dan
ukurannya. Makhluk hidup memiliki bentuk dan ukuran tertentu, sedangkan
benda mati tidak. Contohnya, ada batu yang berukuran sebesar butir pasir maupun
sebesar dari sebuah gunung, sedangkan manusia misalnya bentuk dan ukuran
tertentu. Komposisi kimia merupakan perbedaan yang kedua. Ini dinyatakan
dengan makhluk hidup memiliki komposisi kimia tertentu, yaitu terdiri atau
tentang
teori
abiogenesis.
Setelah
Leewenhoek
menyingkapakan tentang rahasia alam tentang mikroba, timbul rasa ingin tahu
ilmuwan tentang asal-usul mikroba. Ada dua kelompok yang berpendapat
mengenai hal ini. Beberapa orang percaya bahwa mereka terbentuk dari benih
yang selalu ada di udara. Pendapat mengenai pembentukan makhluk hidup dari
benda tak hidup dikenal dengan doktrin Generati Spontanea atau abiogenesis.
Teori ini dianut begitu sja sampai zaman Renaissance (Kimball, 1983).
Sebenarnya teori abiogenesis sudah sejak lama ada. Hal ini terbukti
Aristoteles (300 SM) telah berpendapat bahwa makhluk kecil terjadinya begitu
saja dan benda mati. Pendapat ini juga dianut oleh Needham, seorang
berkebangsaan Polandia selama lima tahun mengadakan eksperimen-eksperimen
dengan berbagai rebusan padi-padian, jagung, daging dan lain-lain. Meskipun air
rebusan tersebut disimpan dalam botol tertutup, namun masih timbul
mikroorganisme dengan kata lain organisme atau kehidupan baru dapat timbul
dari suatu barang yang telah mati (Kimball, 1983).
Pengetahuan tentang organisme semakin bertambah, sedikit demi sedikit
bahwa Generatio Spontanea pada makhluk hidup sama sekali tidak ada. Hal ini
dibuktikan pada tahun 1665 oleh Francesco Redi, seorang dokter berkebangsaan
Italia dari hasil percobaannya. Ditujukan bahwa ulat berkembang biak dalam
daging busuk tidak akan terjadi bila daging disimpan di suatu tempat tertutup
dengan kasa halus sehingga lalat tidak dapat menaruh telurnya pada daging yang
ada di dalam tempat itu (Waluyo, 2004).
Orang yang juga menambahkan pendapat Aristoteles untuk membantahnya
adalah Lazzaro Spallanzani pada tahun 1978. dia mengatakan bahwa perebusan
dan penutupan botol-botol berisi air rebusan yang dilakukan oleh Needham tidak
sempurna. Spallanzani sendiri merebus sepotong daging sampai berjam-jam
lamanya, kemudian air tersebut ditutupnya rapat-rapat dalam botol. Dengan
perlakuan demikian dia tidak memperoleh organisme baru. Hasil eksperimen
Spallanzani belum menyakinkan benar, setengah orang pada waktu itu
berpendapat bahwa tutup botol yang rapat itu tidak memungkinkan masuknya
udara (Waluyo, 2004).
Schultze pada tahun 1836 memperbaiki eksperimen Spallanzani dengan
mengalirkan udara lewat suatu asam atau basa yang keras ke dalam botol berisi
kaldu yang telah direbus dengan baik terlebih dahulu. Schwan pada tahun 1837
membuat percobaan serupa dengan mengalirkan udara lewat pipa yang dipanasi
menuju botol yang berisi kaldu yang telah dipanasi berjam-jam lamanya. Maka
percobaan
lain
berusaha
menyakinkan
bahwa
teori
tertentu, yang satu relatif termolabil dan yang lain termoresisten sampai batas
yang tidak masuk akal. Kesimpulan ini dibenarkan oleh botaniwan Jerman,
Ferdinand Cohn, yang menunjukkan bahwa bakteri jerami dapat membentuk
endospora yang bisa membedakan secara mikropis dan yang sangat resisten
terhadap panas (Waluyo, 2004).
Tyndall melanjutkan penelitiannya dengan mengembangkan suatu cara
sterilisasi dengan pemanasan tertentu, yaitu terputus yang disebut tyndalisasi.
Tyndall mendapatkan bahwa dengan pendidihan terputus selama 1 menit, lima
kali berturut-turut akan menghasilkan kaldu yang steril, sedangkan pendidihan
secara terus-menerus selama 1 jam tidak menghasilkan kaldu yang steril. Dalam
hal ini pengenalan spora bakteri yang tahan sekali terhadap panas sangat penting
untuk mendapatkan sterilisasi yang cocok (Waluyo, 2004).
Bila senyawa gula fosfat-purut-pirimidin, asam amino itu semakin panjang
dan kompleks, maka terbentuklah DNA dan kemudian terbentuk virus. Adanya
suatu zat hidup yang menyelinap ke dalam substansi serupa virus yang kemudian
menyebabkan kehidupan selalu dapat dipersoalkan yang tak pernah habis. Akan
tetapi kenyataan adanya kehidupan tak akan pernah lagi untuk terbantahkan (Aly,
1993).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
praktikum
Biologi
Umum
mengenai
Konsep
Kehidupan
dilaksanakan pada hari Senin, 12 November 2012 pada pukul 13.00-15.00 WITA,
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman, Samarinda.
3.2
3.2.2
3.3
Alat
-
Mikroskop biologi
Toples selai
Kain kasa
Karet
Pisau
Panci
Kaca preparat
Kaca penutup
Pinset
Pipet tetes
Bahan
-
Daging mentah
Air
Cara Kerja
3.3.1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Percobaan
4.1.1
NO
KETERANGAN
TOPLES SELAI TERBUKA
1.
2.
4.1.2
NO
GAMBAR
KETERANGAN
TOPLES SELAI TERBUKA
1.
2.
4.2
Pembahasan
Pada percobaan Lazzaro Spallanzani diperoleh data sebagai berikut, yaitu
pada toples selai terbuka air kaldu berwarna coklat muda atau sedikit keruh,
bentuknya cair dan lebih kental, aromanya berbau busuk, ada belatung dan
terdapat dua bentuk spesies yang diberi nama Sp1 dan Sp3. Sp1 berwarna hitam
serta berbentuk titik-titik sedangkan Sp3 berwarna coklat kemerahan dan
berbentuk spiral. Pada toples tertutup, air kaldu berwarna bening, bentuknya cair,
aromanya berbau tidak menyengat, tidak terdapat belatung dan terdapat tiga
spesies yang diberi nama Sp1, Sp3, dan Sp4. Sp1 berwarna hitam serta berbentuk
titik-titik, Sp3 berwarna coklat kemerahan dan berbentuk spiral dan Sp 4 berwarna
hitam dan berbentuk bulatan. Sedangkan pada percobaan Francesco Redi
diperoleh data sebagai berikut, yaitu pada toples selai terbuka daging berwarna
coklat tua, bentuknya mengecil dari ukuran semula, aromanya berbau busuk,
terdapat banyak belatung dan terdapat tiga spesies yang diberi nama Sp1, Sp2 dan
Sp3. Sp1 berwarna hitam dan berbentuk titik-titik, Sp2 berwarna coklat kemerahan
dan berbentuk basil, serta Sp3 berwarna coklat kemerahan dan berbentuk spiral.
Pada toples selai tertutup dengan kain kasa diperoleh daging yang berwarna coklat
tua, bentuknya hancur, aromanya berbau busuk, terdapat belatung dan terdapat
dua spesies yang diberi nama Sp1 dan Sp3. Sp1 berwarna hitam serta berbentuk
titik-titik sedangkan Sp3 berwarna coklat kemerahan dan berbentuk spiral.
Teori abiogenesis merupakan teori yang menyatakan bahwa makhluk
hidup berasal dari benda mati dan terjadi begitu saja atau secara spontan yang
dikenal dengan istilah Generatio Spontanea. Teori dicetuskan oleh Aristoteles,
seorang ahli filsafat zaman Yunani Kuno (384-322 SM ) yang menemukan ada
belatung yang muncul secara tiba-tiba pada daging yang membusuk. Dan belatung
itu menjadi lalat. Sehingga ia berkesimpulan bahwa makhluk hidup muncul secara
tiba-tiba. Teori ini didukung oleh Antonie Van Leeuwenhoek pada abad ke-18.
Dimana Antonie Van Leeuwenhoek merupakan seorang pedagang Belanda, tidak
pernah mengenyam pendidikan formal dan hanya mengetahui bahasa Belanda.
Namun meskipun demikian, ia dapat membuat lensa mikroskop sendiri meskipun
dengan perbesaran yang terbatas, yaitu 200-300 kali. Dengan mikroskopnya ia
melihat jasad renik di dalam air bekas rendaman jerami sehingga ia berkesimpulan
bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati. Pendapat lain yang begitu ekstrim
juga, yaitu ulat berasal dari bangkai, kecebong berasal dari lumpur, bahkan dari
gandum dapat langsung menjadi seekor tikus yang hanya membutuhkan waktu
satu malam.
Teori biogenesis merupakan teori yang menyatakan bahwa makhluk hidup
berasal dari benda hidup pula atau berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Teori
ini dicetuskan oleh tiga ahli, yaitu Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani dan Louis
Pasteur. Pertama adalah Francesco Redi merupakan orang pertama yang
berkebangsaan Italia yang menentang teori abiogenesis. Redi melakukan dua
percobaan. Percobaan pertama ia menggunakan dua toples, toples pertama didisi
daging dan dibiarkan terbuka sedangkan toples kedua diisi daging kemudian
ditutup rapat agar tidak berhubungan dengan udara luar. Setelah beberapa hari
hasil percobaan Redi adalah pada toples pertama daging busuk dan terdapat
banyak larva sedangkan pada toples kedua tidak ditemukan adanya larva. Namun
hasil percobaan Redi yang pertam ini disanggah oleh penganut abiogenesis
dikarenakan mereka menganggap bahwa pada toples kedua tidak adanya daya
hidup yang masuk karena tidak kontak langsung dengan udara luar. Untuk
menjawab sanggahan tersebut, Redi melakukan percobaan yang kedua, yaitu
dengan menaruh daging pada ke dalam toples yang ditutup dengan kain kasa
sehingga masih terjadi kontak dengan udara luar. Hasil yang diperoleh dari
percobaan ini adalah daging membusuk, pada daging ditemukan sedikit larva dan
pada kain kasa ditemukan lebih benyak larva. Sehingga Redi berkesimpulan
bahwa larva bukan berasal dari daging melainkan dari lalat yang menaruh
telurnya. Kedua Lazzaro Spallanzani yang melakukan percobaan dengan
menggunakan air kaldu dengan perlakuan pada sebuah alat yang disebut labu.
Dimana labu pertama diisi air kaldu dan dipanaskan pada suhu 15C selama
beberapa menit dan dibiarkan terbuka sedangkan labu kedua diisi kaldu dan
dipanaskan sampai mendidih dan ditutup rapat agar tidak berhubungan dengan
udara luar. Setelah seminggu diperoleh hasil percobaan, yaitu pada labu pertama,
air kaldu keruh, berbau busuk dan mengandung banyak mikroorganisme.
Sedangkan pada labu kedua, air tetap jernih, tidak berbau busuk, namun jika labu
dibuka dan dibiarkan agak lama lagi air kaldu akan menjadi keruh danberbau
busuk seperti labu pertama. Sehingga Spallanzani berkesimpulan bahwa pada
tabung yang terbuka dan tertutup kasa terdapat kehidupan yang berasal dari
mikroorganisme yang ada di udara. Ini membuktikan bahwa kehidupan bukan
berasal dari air kaldu. Ketiga adalah Louis Pasteur, seorang yang berhasil
menumbangkan teori abiogenesis sehingga tak tersanggahkan lagi. Pasteur
menyempurnakan percobaan Spallanzani. Pasteur menggunakan labu berbentuk
seperti angsa. Adapun percobaannya, yaitu labu berleher seperti angsa diisi
dengan air kaldu. Leher angsa ini berguna untuk menjaga hubungan antara labu
dengan udara luar. Selanjutnya labu dipanaskan untuk mensterilkan air kaldu dari
mikroorganisme. Kemudian labu didinginkan sehingga udara dapat masuk ke
dalam labu. Karena bentuk pipa seperti leher angsa, debu dan mikroorganisme
dari luar terperangkap didasar leher angsa, sehingga udara yang masuk ke dalam
labu adalah udara yang steril. Jadi, di percobaan Pasteur ini masih ada daya hidup
seperti yang dipersoalkan para penganut abiogenesis sebelumnya. Setelah
dibiarkan beberapa hari, air kaldu tetap jernih dan tidak mengandung
mikroorganisme. Kemudian labu yang berisi air kaldu jernih tersebut dipecahkan
leher angsanya, sehingga berhubungan secara langsung dengan udara luar. Setelah
beberapa hari kemudian air kaldu menjadi busuk dan terdapat banyak
mikroorganisme. Sehingga berdasarkan percobaan Pasteur ini tercetuslah teori
biogenesis dan melenyapkan teori abiogenesis.
Dari hasil percobaan Spallanzani dengan menggunakan air kaldu dalam
dua toples selai. Dimana toples selai pertama dibiarkan terbuka dan toples selai
kedua ditutup rapat. Setelah seminggu diinkubasi diperoleh pada botol selai
terbuka, air kaldu berwarna coklat muda dan sedikit keruh, berbau busuk serta
terdapat belatung. Sedangkan pada toples selai tertutup, air kaldu bening, berbau
tidak menyengat dan tidak terdapat belatung. Sedangkan pada hasil percobaan
Francesco Redi dengan menggunakan daging yang dimasukkan ke dalam dua
toples selai. Dimana toples selai pertama dibiarkan terbuka dan toples selai kedua
ditutup dengan menggunakan kain kasa. Setelah seminggu diinkubasi diperoleh
pada toples selai terbuka, daging mengecil dari ukuran semula, berbau busuk dan
terdapat banyak belatung. Sedangkan pada toples selai yang ditutup dengan kain
kasa, bentuk daging hancur, berbau busuk dan ditemukan belatung. Sehingga dari
percobaan yang telah dilakukan merupakan suatu pembuktian bahwa paham
abiogenesis tidak benar adanya yang menyatakan kehidupan berasal dari benda
mati dan terjadi secara spontan. Dan dengan percobaan Lazzaro Spallanzani dan
Francesco Redi maka tumbanglah teori abiogenesis dan digantikan dengan teori
biogenesis.
Faktor-faktor kesalahan dalam melakukan percobaan adalah perbesaran
yang digunakan, pencahayaan, maupun udara dari lingkungan sekitar. Perbesaran
yang digunakan, apabila ingin hasil pengamatan yang sempurna sesuai dengan
percobaan para ahli maka perlu diperhatikan objek yang akan diamati. Apabila
objek yang diamati tipis dan sangat halus maka gunakanlah perbesaran berkisar
100-1000. Hal ini disebabkan semakin halus dan semakin tipis objek yang diamati
maka semakin besar perbesaran yang digunakan. Kemudian pencahayaan yang
merupakan alat yang membantu dari objek dalam hal penerangan. Pencahayaan
sangat dibutuhkan dalam hal pengamatan karena apbila tidak terdapat
pencahayaan, objek akan gelap bahkan tidak tampak. Namun pada dasarnya
pencahayaan juga dapat menyebabkan kesalahan dalam suatu pengamatan.
Contohnya, apabila praktikan memilih pencahayaan yang sedikit redup naka
warna yang diperoleh juga sedikit redup. Misalnya praktikan yang satu
menyatakan bahwa bahwa objek yang ia amati berwarna coklat sedangkan
praktikan yang lain yang emnggunakan pencahayaan lebih terang menyatakan
bahwa objek yang ia amati berwarna orange. Dan faktor yang terkhir adalah udara
dari luar. Udara dari luar juga dapat menyebabkan kesalahan pengamatan. Hal ini
dikarenakan mungkin pada saat melakukan pengamatan angin berhembus kencang
dan ruang yang digunakan bersifat terbuka maka hal ini dapat menyebabkan objek
yang diamati semula berisi air agar menghasilkan pengamatan yang sempurna
atau maksimal tiba-tiba menjadi kering sehingga dihasilkan suatu pengamatan
yang kurang maksimal.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
-
5.2
Saran
Diharapkan
sebaiknya
pada
praktikum
selanjutnya
tidak
hanya
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A dan Supatmo, A.2000.Ilmu Alamiah Dasar.Rineka Cipta:Jakarta
Ali, a dan E. Rahma.1993.Ilmu Alamiah Dasar.Bumi Aksara:Jakarta
Drost, J.1992.Ilmu Alamiah Dasar.Gramedia Pustaka Utama:Jakarta
Kimball, J.W.1983.Biologi Edisi 5 Jilid 3.Erlangga:Jakarta
Purnama, H.2003. Ilmu Alamiah Dasar. Rineka Cipta:Jakarta
Waluyo, L.2004.Mikrobiologi Umum.UMM Press:Malang