Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Antara

Etika Dan Hukum Kedokteran

(Ditinjau Dari Sudut Pandang Etika)


Devisi BHMP
MEU FKUSU
2013

Pendahuluan
Etika sebagai ilmu mempunyai masa lampau yang
panjang sekali yang meliputi kira kira 25 abad.
Salah satu tedensi baru adalah bahwa selama
dekade- dekade terakhir ini etika semakin
cenderung menghadapi masalah-masalah yang
konkret. Kini, untuk sebagian etika menjadi etika
terapan (applied ethics). Perkembangan ini antara
lain disebabkan karena jaman kita sekarang
menghadapi banyak persoalan baru yang jelas
berkonotasi etika. Etika kedokteran atau etika
biomedis sekarang sering dipandang sebagai
suatu cabang sebagai etika terapan.

Keterkaitan Etika dengan hukum


a) Status moral dari hukum
dalam sejarah filsafat hukum terdapat dua pandangan
besar yang bertolak belakang tentang hukum antara etika
dan hukum: teori hukum kodrat dan positif hukum.
Hukum kodrat menegaskan hukum moralitas, sehingga
hukum selalu mempunyai status moral. Positif hukum
menekankan bahwa hukum dan moralitas pada
prinsipnya harus dipisahkan. Dari dua pandangan ini yang
tertua adalah teori hukum kodrat yang diketemukan
dalam pemikiran Aritoteles (abad ke 4 SM) kemudian
dilanjutkan oleh mazhab Stoa (abad ke 3 SM abad ke 1
M). Dalam hukum kodrat dapat dibedakan lagi dua tradisi
sendiri : tradisi keagamaan dan tradisi sekular

b. Hubungan antara etika dengan hukum


Hubungan etika dengan hukum sangat erat
c. Perbedaan antara etika dan hukum
Walaupun terdapat hubungan erat antara etika
dengan hukum ada perbedaan juga yaitu :
- Norma etika harus ditempatkan diatas norma
hukum.
- Hukum lebih dikodikasi daripada etika, artinya
disusun secara sistematis dalam kitab undangundang

Baik hukum maupun etika mengatur tingkah


laku manusia, umumnya hukum membatasi diri
pelaku.sedangkan etika batin pelaku.
Sangsi etika dan hukum jelas berbeda . Hukum
sebagian besar dipaksakan
-kalau dirasakan perlu, hukum dapat dirubah
oleh negara, tapi tidak ada kuasa mengubah
norma moral.
Perbedaan lain adalah hukum cenderung
minimalis

Etika kedokteran dan hukum


kedokteran
H.j.j Leenen, Profesor Emeritus dalam hukum
kesehatan dari Universitas Amsterdam
menerangkan hukum kesehatan didefinisikan
sebagai keseluruhan peraturan-peraturan hukum
yang langsung berkaitan dengan pelayanan
kesehatan dan penerapan hukum lain, seperti
hukum perdata, administratif dan pidana, dalam
korteks itu jadi ada peraturan-peraturan hukum
yang khusus tentang pelayanan kesehatan,
disamping peraturan-peraturan hukum yang
diterapkan pada bidang pelayanan kesehatan .

Menurut leenen bahwa ahli hukum dan etika


kedokteran memiliki kesamaan tapi ia melihat
suatu perbedaan bahwa ahli hukum lebih
menyadari keterikatan dengan hukum positif dan
peraktik peradilan. Para etikiawan cenderung
berbicara seolah-olah keterikatan itu tidak ada
Perbedaan lain bahwa ahli etika bisa muncul
banyak perbedaan pendapat, sedangkan ahli
hukum dapat terjadi hal yang sama tetapi
perbedaan pendapat dalam hukum tidak bisa
ditinggalkan sebagai hal yang definitif.

Etika dan hukum kedokteran di


Indonesia
Sekarang etika dan hukum kedokteran menjadi
salah satu mata kuliah semua fakultas kedokteran
diseluruh indonesia. (udah tau man.. :D)
Orang yunani kuno yang digelari bapak ilmu
kedokteran mencetuskan dasar etika
kedokteran yang pertama, yaitu sumpah
Hippokrates(the hippocratic Oath). Sejak itu etika
tidak pernah terlepas dari ilmu dan praktik
kedokteran. Sampai hari ini. Bahkan, belum
pernah dalam sejarah minat untuk etika
kedokteran begitu besar sampai saat sekarang ini.

Peranan etika dan hukum kedokteran


dalam forum Bioetika
Salah satu ciri khas dari usaha intelektual
yang sekarang diberi nama bioetika adalah
interdisiplinaritasnya, bioetika pernah
dituliskan sebagai studi interdisipliner tentang
problem- problem yang ditimbulkan oleh
perkembangan dibidang ilmu biologi dan
kedokteran , baik pada skala makro maupun
skala mikro, dan tentang dampaknya atas
masyarakat luas serta sistem nilainya, kini
dan masa mendatang

Kesimpulan
Etika dan hukum kedokteran memainkan
peranan penting dalam upaya bioetika. Tidak
ada gunanya berusaha menjawab pertanyaan
siapa yang memberi kotribusi paling mendasar
dalam forum bioetika ini. Mungkin, terutama
disini keduanya dekat sama lain dan
melengkapi satu sama lain. Kalau ada
tumpang tindih diantara keduaanya, hal ini
justru menguntungkan, karena bisa
mempelancar kerjasama interdisipliner
sebagai sifat khas upaya bioetika.

Anda mungkin juga menyukai