Anda di halaman 1dari 3

Bactrocera dorsalis Complex

Nama umum / nama daerah : Lalat buah


Lalat buah dari genus Bactrocera merupakan famili dari Tephtridae yang sudah tersebar hampir di
seluruh kawasan Asia Pasifik dan hampir tersebar di seluruh kawasan Indonesia (Kardinan, 2003).
Bactrocera dorsalis merupakan hama dari berbagai tanaman diantaranya adalah mangga, jambu air,
jambu biji, cabai, dan lain-lain.
MORFOLOGI :
Bactrocera dorsalis Complex merupakan faily dari Tephritidae. Telur berwarna putih berukuran
dengan panjang 0.8 mm dan lebar 0.2 mm diletakan di dalam cabai. Larva (instar 3) dari B.
dorsalis berukuran dengan panjang 7.5-10 mm dan lebar 1.5-2 mm, tidak berkaki dan berwarna
putih kecoklatan. Pupa B. dorsalis berwarna coklat berbentuk oval dengan panjang 3-5mm .
Imago B. dorsalis memiliki thoraks berwarna hitam dengan garis kuning di tepi thoraks, pada
bagian abdomen berwana coklat kekuningan, dan sayap yang transparan(panjang satu sayap 4mm6mm).Panjang dari imago B.dorsalis berukuran 6mm-8mm dengan lebar 1,5-2 mm. Jenis
kelamin Bactrocera dorsalis dapat dibedakan dengan ada atau tidaknya ovipositor pada ujung
abdomen.Bila terdapat ovipositor dapat dipastikan betina.
B. dorsalis betina meletakan telur pada bagian dalam buah cabai dengan menggunakan
ovipositiornya, setelah 2-3 hari telur menetas. Larva akan memakan daging buah 6-8 hari kemudian
larva akan melompat ke luar buah menuju tanah untuk berkembang menjadi pupa. Masa pupa
berlangsung selama 8-12 hari. Setelah menjadi imago B. dorsalis membutuhkan 8-12 hari untuk
matang sexual. B.dorsalis dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan. Imago B. dorsalismampu terbang
sejauh 50-100 Km. Imago mengkonsumsi nektar dan polen.
GEJALA :
Gejala Pada buah cabai yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya.
Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai
dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke
dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi
meluas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila
dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil yang biasanya meloncat apabila
tersentuh. Buah yang tampak busuk merupakan gejala yang ditimbulkan oleh bakteri yang

bersimbiosis dengan lalat buah dan disebabkan oleh serangan pathogen lain. Kerusakan akibat
serangan lalat buah berkisar antara 12 -20 % pada musim kemarau dan pada musim penghujan
dapat mencapai 90 % (Vos, 1994).

PENGENDALIAN :
Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis dan fisik, biologi dan kimiawi. Pengendalian harus
dilakukan di seluruh areal pertanaman agar B. dorsalis dapa efektif terkendali, bila ada satu areal
tidak melakukan pengendalian, maka hama tersebut akan pindah ke areal tersebut, hingga
menimbulkan kerugian yang sangat parah.
1. Pengandalian Mekanis dan Fisik
Pengendalian dilakukan dengan sanitasi buah cabai yang terinvestasi B. dorsalis (telur dan larva).
Buah cabai yang diambil dibakar agar telur dan larva mati. Selain itu dapat dilakukan dengan
pemasangan perangkap kuning berpelekat sebanyank 40 buah/hektar. Pengendalian ini dilakukan
karena B. dorsalis tertarik dengan warna kuning.

2. Pengendalian Biologi
Pemanfaatan parasitoid telur dan larva mampu menekan populasi lalat buah. Parasitoid yang dapat
digunakan diantaralain :
-

Opius sp sebagai parasitoid pupa

Biosteres longicaudatus sebagai parasitoid larva

Diachasmimorpha kraussi sebagai parasitod larva

Dirhinus anthracina sebagai parasitod pupa

Psyttalia incisi sebagai parasitod larva

Spalangia endius sebagai parasitod pupa

Tetrastichus dacicida sebagai parasitod larva

Selain itu pengendalian dapat dilakukan dengan TSM (Teknik Serangga Mandul). Prinsip dari
penegndalian ini adalah dengan memandulkan Imago jantan dari B. dorsalis kemudian dilepas ke
alam bebas agar mating dengan Imago betina yang terdapat di alam bebas dengan tujuan Imago
jantan membuahi Imago betina sehingga sperma yang diterima Imago betina tidak akan kopulasi,
karena sperma dari Imago jantan telah disterilkan. Lalat buah betina hanya berkopulasi dengan
sperma satu pejantan. Namun dapat bertelur berkalikali dan mating berkali-kali. Pemandulan

dilakukan dengan menembak pupa B. dorsalis dengan radiasi gamma cobalt -60. Jantan mandul
yang di lepas harus lebih banyak dari populasi Imago jantan yang terdapat dilapangan.
3.Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi pada umumnya menggunakan insektisida sintetik sistemik. Namun
pengendalian dengan pestisida tersebut dapat menimbulkan masalah pada produk, karena produk
tersebut terdapat resisu pestisida yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan residu tersebut tidak
dapat hilang dengan pencucian air ataupun deterjen. Pengendalian kimiawi yang direkomendasikan
diantara lain dengan menggunakan metil eugenol.
Metil eugenol merupakan bahan dasar pembentuk feromon sex bagi B. dorsalis jantan dimana
feromon sex tersebut digunakan untuk memikat B.dorsalis betina. Tentunya B. dorsalis jantan
sangat membutuhkan metil eugenol. Pengendalian dilakukan dengan membuat perangkap dari botol
pelastik yang diberi lubang, yang di dalamnya terdapat kapas yang disuntik dengan metil eugenol,
dan di bagian dasarnya di beri air, formalin, atau insektisida. Walaupun yang tertangkapB.
dorsalis jantan saja, pengendalian ini efektif, karena B. dorsalis memiliki sex ratio 1:1. Sehungga
bila populasi jantan di tekan kemungkinan kopulasi dapat ditekan. Botol tersebut digantungkan
pada kayu setinggi 1 m dari tanah.Setiap hektar dibutuhkan 40 buah botol. Selain itu dapat
digunakan protein hidrolisat yang berasal dari limbah bir yang mampu menarik kedua jenis
kelamin B. dorsalis. Protein hidrolisat dibutuhkan oleh B. dorsalis untuk keperluan pakan dan
proses peneluran bagi B. dorsalis betina. Namun presistensi di lapangan tidak selama metil eugenol.

Anda mungkin juga menyukai