Anda di halaman 1dari 16

RESPIRASI

Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawasenyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada
hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan
O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut
substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi,
atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak
jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit
respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan
tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnya diantaranya adalah
beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa; pati; asam organik; dan
protein (digunakan pada keadaan & spesies tertentu).
Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + O2 6CO2 + H2O + energi
Reaksi di atas merupakan persamaan rangkuman dari reaksi-reaksi yang terjadi dalam
proses respirasi. Reaksi tersebut terlihat sangat sederhana, terlihat seakan respirasi
merupakan reaksi tunggal, sehingga mungkin dapat agak menyesatkan karena respirasi
yang sebenarnya bukanlah reaksi tunggal. Respirasi merupakan rangkaian dari banyak
reaksi komponen, yang masing-masingnya dikatalisis oleh enzim yang berbeda.
Respirasi dapat digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan ketersediaan O2 di udara,
yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob merupakan proses
respirasi yang membutuhkan O2, sebaliknya respirasi anaerob merupakan proses
repirasi yang berlangsung tanpa membutuhkan O2. Respirasi anaerob sering disebut
juga dengan nama fermentasi. Perbedaan antara keduanya akan terlihat pada proses
tahapan reaksi dalam respirasi.
Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Manfaat tersebut terlihat
dalam proses respirasi dimana terjadi proses pemecahan senyawa organik, dari proses
pemecahan tersebut maka dihasilkanlah senyawa-senyawa antara yang penting sebagai
Building Block. Building Block merupakan senyawa-senyawa yang penting sebagai
pembentuk tubuh. Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam amino untuk protein;

nukleotida untuk asam nukleat; dan prazat karbon untuk pigmen profirin (seperti
klorofil dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin,
dan senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin.
Telah diketahui bahwa hasil akhir dari respirasi adalah CO2 dan H2O, hal ini terjadi
bila substrat secara sempurna dioksidasi, namun bila berbagai senyawa di atas
terbentuk, substrat awal respirasi tidak keseluruhannya diubah menjadi CO2 dan H2O.
Hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O,
sedangkan sisanya digunakan dalam proses anabolik, terutama di dalam sel yang sedang
tumbuh. Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa
senyawa dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang
penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah
akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila
substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi,
namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan
berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen
di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di
udara.
Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor
Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu
sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan
metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda
pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih
tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang
dalam masa pertumbuhan.
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses
transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi.

Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan
jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian
juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk
ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel
tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas tersebut.
Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses respirasi
dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus
asam sitrat, dan transpor elektron. Tahapan yang pertama adalah glikolisis, yaitu
tahapan pengubahan glukosa menjadi dua molekul asam piruvat (beratom C3), peristiwa
ini berlangsung di sitosol. As. Piruvat yang dihasilkan selanjutnya akan diproses dalam
tahap dekarboksilasi oksidatif. Selain itu glikolisis juga menghasilkan 2 molekul ATP
sebagai energi, dan 2 molekul NADH yang akan digunakan dalam tahap transport
elektron.
Dalam keadaan anaerob, As. Piruvat hasil glikoisis akan diubah menjadi karbondioksida
dan etil alkohol. Proses pengubahan ini dikatalisis oleh enzim dalam sitoplasma. Dalam
respirasi anaerob jumlah ATP yang dihasilkan hanya dua molekul untuk setiap satu
molekul glukosa, hasil ini berbeda jauh dengan ATP yang dihasilkan dari hasil
keseluruhan respirasi aerob yaitu 36 ATP.
Tahapan kedua dari respirasi adalah dekarboksilasi oksidatif, yaitu pengubahan asam
piruvat (beratom C3) menjadi Asetil KoA (beratom C2) dengan melepaskan CO2,
peristiwa ini berlangsung di sitosol. Asetil KoA yang dihasilkan akan diproses dalam
siklus asam sitrat. Hasil lainnya yaitu NADH yang akan digunakan dalam transpor
elektron.
Tahapan selanjutnya adalah siklus asam sitrat (daur krebs) yang terjadi di dalam
matriks dan membran dalam mitokondria, yaitu tahapan pengolahan asetil KoA dengan
senyawa asam sitrat sebagai senyawa yang pertama kali terbentuk. Beberapa senyawa
dihasilkan dalam tahapan ini, diantaranya adalah satu molekul ATP sebagai energi, satu
molekul FADH dan tiga molekul NADH yang akan digunakan dalam transfer elektron,
serta dua molekul CO2.
Tahapan terakhir adalah transfer elektron, yaitu serangkaian reaksi yang melibatkan
sistem karier elektron (pembawa elektron). Proses ini terjadi di dalam membran dalam
mitokondria. Dalam reaksi ini elektron ditransfer dalam serangkaian reaksi redoks dan

dibantu oleh enzim sitokrom, quinon, piridoksin, dan flavoprotein. Reaksi transfer
elektron ini nantinya akan menghasilkan H2O.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme antara lain:
umur/usia organisme tersebut, bobot dari kegiatan yang dilakukan, ukuran organisme itu
sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta cahaya juga mempengaruhi rata-rata
pernapasan. Untuk mengetahui bahwa kecambah kacang hijau melakukan respirasi atau
tidak, maka kita dapat mengamati tabung respirometer. Jika kecambah kacang hijau
dalam tabung berespirasi maka kita akan menemukan uap air yang menempel dalam
tabung respirometer, tetapi jika tidak ada uap air itu artinya kecambah kacang hijau
tidak berespirasi. Adanya uap air dijadikan indikator respirasi karena dalam proses
respirasi akan dilepaskan karbon dioksida dan uap air. Dalam pengamatan ini kita harus
teliti dalam mengoleskan vaselin pada sumbat, jangan sampai ada rongga udara yang
masih terbuka karena hal ini bisa mengganggu pengamatan.
Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat
sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan
dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme),
gerak, pertumbuhan.
Contoh:
Respirasi pada Glukosa, reaksi sederhananya:
C6H,206 + 6 02 > 6 H2O + 6 CO2 + Energi (gluLosa)
Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi H20 + CO2 + Energi, melalui tiga tahap
:
1. Glikolisis.
2. Daur Krebs.
3. Transpor elektron respirasi.

1. Glikolisis:
Peristiwa perubahan :
Glukosa Glulosa - 6 - fosfat Fruktosa 1,6 difosfat
3 fosfogliseral dehid (PGAL) / Triosa fosfat Asam piravat.
Jadi hasil dari glikolisis :
- 2 molekul asam piravat.
- 2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber elektron berenergi
tinggi.
- 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa.

2. Daur Krebs (daur trikarboksilat):


Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan pembongkaran asam
piravat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi kimia

3. Rantai Transportasi Elektron Respiratori:


Dari daur Krebs akan keluar elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai NADH2 (NADH
+ H+ + 1 elektron) dan FADH2, sehingga di dalam mitokondria (dengan adanya siklus
Krebs yang dilanjutkan dengan oksidasi melalui sistem pengangkutan elektron) akan
terbentuk air, sebagai hasil sampingan respirasi selain CO2.
Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh melalui
stomata pada tumbuhan dan melalui paru-paru pada peristiwa pernafasan hewan tingkat
tinggi.Ketiga proses respirasi yang penting tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

PROSES

AKSEPTOR

ATP

1. Glikolisis:
Glukosa > 2 asam piruvat

2 NADH

2 ATP

2 NADH

2 ATP

2. Siklus Krebs:
2 asetil piruvat > 2 asetil KoA + 2 C02
2 asetil KoA > 4 CO2

6 NADH

2 PADH2

3. Rantai trsnspor elektron respirator:


10 NADH + 502 > 10 NAD+ + 10 H20

30 ATP

2 FADH2 + O2 > 2 PAD + 2 H20

4 ATP

Total

38 ATP

Ada 2 macam Respirasi yaitu :


1.Respirasi aerob adalah proses penguraian makanan dengan menggunakan
oksigen. Ia berlaku di mitokondria sel. Persamaan bagi proses respirasi aerob adalah
seperti berikut ;
2. Respirasi anaerob adalah proses penguraian glukosa untuk menghasilkan
tenaga tanpa menggunakan oksigen. Sesetengah organisma seperti bakteria, kulat,
haiwan dan tumbuhan menjalankan proses ini. Proses ini menghasilkan sedikit tenaga.
Secara umumnya terdapat sedikit perbezaan antara respirasi dan fotosintesis oleh
tumbuhan.Semasa tiada oksigen, haiwan menguraikan glukosa kepada asid laktik dan
membebaskan sedikit tenaga. Tumbuhan pula menguraikan glukosa kepada etanol dan
karbon dioksida serta membebaskan tenaga. Secara ringkasnya
Perbedaan Respirasi Aerob dengan Respirasi Anaerob
1. Respirasi Aerob
Memerlukan O2
Terjadi dalam Matriks Mitokondria

Untuk Pemecahan senyawa organic menjadi senyawa anorganik


menghasilkan energi yang lebih besar.
Menghasilkan 36 ATP
Prosesnya Meliputi :
a. Glikolisis
b. Dekarboksilasi oksidatif
c. Siklus Krebs
d. Transfor Elektron
2. Respirasi Anaerob
Tidak memerlukan O2
Terjadi dalam Sitoplasma
Untuk penguraian senyawa Organik
Menghasilkan Energi yang lebih kecil
Menhasilkan 2 ATP
Proses Respirasi Anaerob
a. Fermentasi
b. Pernafasan Intramolekul

TRANSPIRASI
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman
melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut
sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata
Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan
meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi.
Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung terlibat dalam
transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari permukaan sel palisade dan
mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari ruang tersebut uap air berdifusi
melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari dinding sel basah ini diisi air dan
protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada gilirannya, biasanya diperoleh dari
gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian
dari sistem pembuluh yang meluas ke tempat persediaan air dalam tanah
Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem
percabangan, satu di bawah dan satu lagi di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini
dihubungkan oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah.
Sistem yang ada dalam tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati
hemisfer tanah yang besar. Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar
hemisfer tersebut. Karena sumbu yang menghubungkan akar dan daun memungkinkan
air mengalir dengan tahanan wajar, maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa air akan
mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari tanah ke udara dalam
tubuh tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan sumbu
lampu, yang menyerap air dari tanah melalui akar, mengalirkannya melalui batang dan
kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun. Aliran air ini dikenal dengan istilah
alur transpirasi, merupakan konsekuensi struktur tumbuhan dalam hubungannya dengan
lingkungan (Loveless, 1991).
Air sangat diperlukan oleh sebagian besar tumbuhan darat untuk pertumbuhan dan
metabolismenya, sebagian besar air yang di serap oleh akar tidak di simpan dalam
tumbuhan atau digunakan dalam berbagai proses metabolisme, tetapi hilang ke udara
melalui evaporasi. Proses evaporasi dari tumbuhan diberi nama khusus, yaitu transpirasi
, tetapi janganlah diartikan bahwa transpirasi secara mendasar berbeda dengan evaporasi

dari permukaan benda-benda tidak hidup. Meskipun transpirasi terjadi pada setiap
bagian tumbuhan (biarpun hanya sedikit), pada umumnya kehilangan terbesar
berlangsung melalui daun-daun
Kita kenal transpirasi melalui kutikula, stoma dan melalui lentisel. Sebenarnya seluruh
bagian tanaman itu mengadakan transpirasi, akan tetapi biasanya yang kita bicarakan
hanyalah transpirasi lewat daun, karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh
tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal ini disebabkan karena luasnya
permukaan daun dan juga karena daun-daun itu lebih kena udara dari pada bagianbagian lain dari suatu tanaman. Mengenai penguapan yang terjadi di daun kita kenal
penguapan melalui kutikula dan penguapan melalui stoma
Dikenal ada dua jenis transpirasi, yaitu transpirasi stomata dan transpirasi kutikula.
Sebagian dari air terlepas melalui stomata, kehilangan air melalui kutikula hanya
mencapai 5 sampai 10 persen dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim
sedang
Dalam bukunya, Loveless (1991) juga menyatakan ada dua tipe transpirasi yaitu :
1) Transpirasi Kutikula.
Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula
daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi
kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daundaun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata.

2) Transpirasi Stomata
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruangruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air
menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian
berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga
dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan
stomata terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri
sama-sama lembap.

KONDISI YANG MEMPENGARUHI LAJU TRANSPIRASI


Dalam bukunya Loveless (1991) menuliskan, oleh karena transpirasi melibatkan difusi
uap air dari ruang-ruang antar sel ke udara melalui stomata, maka laju transpirasi akan
bergantung pada:
1. Tahanan jalur yang dilalui terhadap molekul-molekul uap air yang berdifusi, dan
2. Perbedaan konsentrasi antara uap air di dalam dan di luar daun, yaitu ketajaman
gradasi difusi.
Bila stomata terbuka dan karena itu tahanan minimal, laju transpirasi dipengaruhi oleh
sembarang faktor yang mempengaruhi ketajaman gradasi difusi antara ruang antarsel
dan athmosfer. Bila stomata terbuka, laju transpirasi bergantung kepada perbedaan
antara tekanan uap udara jenuh di dalam daun dan tekanan uap udara di luar daun. Bila
faktor-faktor lain sama, semakin rendah tekanan uap dalam udara luar semakin cepat
transpirasi terjadi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSPIRASI
A. Faktor Dalam yang Mempengaruhi Transpirasi
Kegiatan transpirasi terpengruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam ataupun
faktor-faktor luar, yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah:
Besar kecilnya daun
Tebal tipisnya daun
Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun
Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun
Banyak sedikitnya stomata
Bentuk dan lokasi stomata
Hal-hal ini semua mempengaruhi kegiatan transpirasi
B. Faktor Luar yang Mempengaruhi Transpirasi
Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor, baik faktor faktor dalam maupun
faktor-faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam ialah besar-kecilnya
daun, tebal-tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyaksedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak-sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi
stomata ; hal-hal ini semua mempengaruhi kegiatan transpirasi. Disamping itu kita kenal
faktor-faktor luar seperti radiasi, temperatur, kebasahan udara, tekanan udara, angin,

keadaan air dalam tanah


1. Sinar matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stoma
dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat
transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka
banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur.
Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya
stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi
Kita merumuskan bahwa suhu daun dan sekitarnya adalah sama. Pada kenyataannya
daun-daun yang terkena cahaya matahari langsung mempunyai suhu beberapa derajat
lebih tinggi daripada udara disekitarnya, dan karena itu cahaya mempegaruhi transpirasi
bukan hanya melalui pengendalian pembukaan dan penutupan stomata tetapi juga
melalui efek sekunder terhadap suhu daun
Tjitrosomo (1990) merumuskan bahwa cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui
dua cara sebagai berikut :
a. Sehelai daun yang dikenai cahaya matahari secara langsung akan mengabsorbsi
energi radiasi. Hanya sebagian kecil dari energi tersebut yang digunakan dalam
fotosintesis. Pemanasan tersebut meningkatkan transpirasi, karena suhu daun biasanya
merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi laju proses tersebut. Fakta yang
menunjukkan bahwa daun yang kena cahaya matahari mempunyai laju suhu yang lebih
tinggi daipada suhu udara memungkinkan laju transpirasi yang cepat, bahkan dalam
udara yang jenuh.
b. Cahaya tidak usah selalu berbentuk cahaya langsung, dapat pula mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.
2. Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun
yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan
suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih
tinggi daripada suhu udara
Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu
didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar
daun. Kenaikan tempratur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur

itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung
udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan
setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan
ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas
3. Kebasahan udara (Kelembaban udara)
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang
demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di
luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air
daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi
(di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya ialah, udara
yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi
Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi
antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun
melalui stomata dengan proses kebalika transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap
air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan
uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang.
Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan
meningkatnya kelembaban udara
4. Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin
membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka
uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk
meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan
uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu
daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting
daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air
Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar
permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak
jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut
ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi

terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke
udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua
tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke
udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang
stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang
berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak,
besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada
dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks daripada
uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap
tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga
mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu
meningkatkan transpirasi
5. Keadaan air dalam tanah
Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman
mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di
atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagianbagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar
Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju
transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil
terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari
akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat
daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun.
Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun
lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar,
gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat

MEKANISME TRANSPIRASI
Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses
kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting
adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar
daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke

dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar
ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air
dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak
menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami
tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari
penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui
simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi

Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran
udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku
stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel
penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma
terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke
dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer.
Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun
dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka
stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis
Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti bahwa tanaman
tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu mengakibatkan benda jatuh ke
bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan hal itu. Kuncinya ialah tanamantanaman ini menggunakan tekanan akar, tenaga kapilari, dan juga tarikan transpirasi.
Namun pada tanaman-tanaman yang sangat tinggi, yang berperan paling penting adalah
tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan
dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu
osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan
menarik air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan
dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun
melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses
penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu,
pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan

selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan transpirasi terus terjadi,
air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah tanaman Proses transpirasi ini selain
mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan
tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah
mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi,
terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain
itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup
untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.

FOSFORILASI OKSIDATIF
Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme yang menggunakan
energi yang dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan adenosina trifosfat
(ATP). Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis
nutrien, hampir semuanya menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.
Lintasan ini sangat umum digunakan karena ia merupakan cara yang sangat efisien
untuk melepaskan energi, dibandingkan dengan proses fermentasi alternatif lainnya
seperti glikolisis anaerobik.
Selama fosforilasi oksidatif, elektron ditransfer dari pendonor elektron ke penerima
elektron melalui reaksi redoks. Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan
untuk membentuk ATP. Pada eukariota, reaksi redoks ini dijalankan oleh serangkaian
kompleks protein di dalam mitokondria, manakala pada prokariota, protein-protein ini

berada di membran dalam sel. Enzim-enzim yang saling berhubungan ini disebut
sebagai rantai transpor elektron. Pada eukariota, lima kompleks protein utama terlibat
dalam proses ini, manakala pada prokariota, terdapat banyak enzim-enzim berbeda yang
terlibat.

Energi yang dilepaskan oleh perpindahan elektron melalui rantai transpor elektron ini
digunakan untuk mentranspor proton melewati membran dalam mitokondria. Proses ini
disebut kemiosmosis. Transpor ini menghasilkan energi potensial dalam bentuk gradien
pH dan potensial listrik di sepanjang membran ini. Energi yang tersimpan dalam bentuk
ini dimanfaatkan dengan cara mengijinkan proton mengalir balik melewati membran
melalui enzim yang disebut ATP sintase. Enzim ini menggunakan energi seperti ini
untuk menghasilkan ATP dari adenosina difosfat (ADP) melalui reaksi fosforilasi.
Reaksi ini didorong oleh aliran proton, yang mendorong rotasi salah satu bagian enzim.
Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia menghasilkan spesi
oksigen reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida. Hal ini dapat
mengakibatkan pembentukan radikal bebas, merusak sel tubuh, dan kemungkinan juga
menyebabkan penuaan. Enzim-enzim yang terlibat dalam lintasan metabolisme ini juga
merupakan target dari banyak obat dan racun yang dapat menghambat aktivitas enzim.

Anda mungkin juga menyukai