3.
Tit
ik
kontak
Coping tidak boleh mencapai titik kontak, baik pada posisi sentrik maupun
tidak dapat diinsersi dengan baik. Lokasi, ukuran, dan tightness harus mirip
dengan gigi asli.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan dental floss atau mylar strip
yang tipis dengan cara dilewatkan pada interproksimal restorasi yang
bersangkutan.
Apabila dental floss atau mylar strip bisa melalui kontak proksimal dengan
mudah kontak proksimal restorasi dianggap baik, bila ada hambatan namun tidak
merobek dental floss maka kontak cukup baik, apabila dental floss tidak bisa
masuk maka terdapat excessive tight contact. Jarak kontak adalah 30 .
2. Pengecekan kecekatan margin mahkota tiruan
Lakukan pengecekan adaptasi marginal dengan menggunakan sonde atau
probe, dalam hal ini mungkin ditemukan celah, margin yang overhanging, dan
defisiensi. Celah yang melingkar pada permukaan servikal gigi mengindikasikan
bahwa mahkota tiruan belum terposisikan dengan benar. Periksa kembali apakah ada
semen sementara atau jaringan gingiva yang terjebak, lakukan penekanan kembali
dan apabila celah masih ada titik kontak harus dicek dengan menggunakan dental
floss. Jika penyesuaian titik kontak masih tidak membuahkan hasil, maka lepaskan
mahkota tiruan dan cek bagian dalam mahkota tiruan apakah terdapat undercut atau
nodul dengan menggunakan disclosing wax. Apabila terdapat nodul, hilangkan
dengan menggunakan bur atau stone setelah itu cek kembali apakah celah masih ada.
Apabila terdapat ledge maka harus dikurangi sampai probe dapat bergerak dengan
halus melewati permukaan gigi dan mahkota tiruan.
3. Pengecekan retensi
Mahkota tiruan yang baik harusnya tidak terlalu ketat dan memiliki retensi
yang cukup. Preparasi dengan bentuk tappered yang optimum memiliki retensi yang
paling baik ketika disementasi dan dapat diinsersikan dengan mudah ketika dicoba.
Mahkota tiruan yang terlalu ketat akan menimbulkan kesukaran saat sementasi dan
dapat menyebabkan margin terbuka. Periksa mahkota apakah terdapat kecenderungan
untuk bergerak atau berputar ketika digoyangkan. Apabila mahkota tiruan sedikit
berputar hal ini mengindikasikan mahkota belum berada pada posisi yang tepat,
margin harus dicek kembali.
4. Pengecekan dan penyesuaian titik kontak dan kontur aksial
Dental floss digunakan untuk mengecek apakah titik kontak terlalu cekat atau
terlalu longgar. Jika terdapat kontak yang terlalu cekat maka dapat dilakukan
pemolesan kembali, jika terdapat defisiensi maka porselen dapat ditambah kembali.
Permukaan bukal dan lingual sebaiknya tidak terlalu bulbous dan daerah
margin harus segaris dengan permukaan gigi untuk mencegah retensi dan akumulasi
plak serta agar permukaan gigi terlihat natural.
5. Pengecekan warna gigi
Warna yang sedikit terang dapat digelapkan dengan menambahkan stain
dengan warna yang diinginkan dan melakukan prosedur re-firing. Stain juga dapat
digunakan untuk memperbaiki garis margin yang tidak sempurna dan area yang
berbintik. Pembuatan stain atau defek alami ini dinamakan karakterisasi, yang bisa
dilakukan pada bahan porselen, baik pada saat build up atau setelah restorasi selesai
dibuat. Selain untuk juga dapat dilakukan proses glazing yang bertujuan untuk
menghilangkan defek pada permukaan porselen dan meningkatkan kilau dari
porselen. Apabila restorasi tidak cukup glazed maka akan mudah terjadi retensi plak
dan rentan mengalami fraktur. Namun jika hue salah atau chroma terlalu gelap, atau
kesalahan terdapat pada dentine porcelain maka tidak dimungkinkan untuk
melakukan pergantian warna dengan cara diatas dan harus dibuat ulang pada bagian
porselennya.
6. Pengecekan dan penyesuaian oklusi
Ketebalan mahkota dapat dicek dengan menggunakan magnifying
callipers. Koreksi oklusi dengan menggunakan articulating paper, jika meninggalkan
jejas berwarna biru pada permukaan porselen maka dapat dilakukan occlusal
adjustment. Sebaliknya, apabila ditemukan adanya undercontour dapat dilakukan
pembuatan ulang atau dengan menambah porselen pada restorasi.
7. Stabilitas
Restorasi seharusnya tidak goyang atau berotasi saat gaya diaplikasikan. Jika
restorasi tidak stabil karena ada nodul kecil di permukaannya, hal ini bisa dikoreksi
dengan mudah. Namun jika restorasi tidak stabil karena mengalami distorsi, restorasi
tersebut harus dibuat ulang.
C. Sementasi Tetap Mahkota Tiruan Dowel Crown
Tahap sementasi merupakan proses pemasangan mahkota tiruan ke gigi
penyangga dengan bahan semen. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kestabilan
kedudukan dan hubungan yang cekat antara dowel crown dengan gigi yang dipreprarasi
di dalam mulut sehingga gigi tiruan dapat berfungsi sempurna.
Material sementasi yang ideal :
a) Working time panjang
b) Berikatan dengan struktur gigi maupun cast alloy
c) Tidak memiliki efek toksik pada pulpa
d) Memiliki kekuatan yang tinggi
e) Viskositas dan solubilitas rendah
f) Bahan yang berlebihan dapat dengan mudah dihilangkan
Namun tidak ada material yang memenuhi syarat ideal
1.
dentin
o Memiliki viskositas yang tinggi sulit dicampur.
o Working time lebih cepat dari zinc phosphate perbandingannya sekitar 2,5 menit
berbanding 5 menit. hal ini akan menjadi masalah ketika sementasi unit
pontik yang multiple.
o Direkomendasikan untuk preparasi retentive dimana iritasi pulpa sangat minimal
(contohnya pada anak2 karena kamar pulpa yang besar)
Tensile strength 40% lebih tinggi dibanding Zinc Fosfat
Compressive strength lebih rendah dibanding Zinc Fosfat
Konsistensi lebih kental dibanding Zinc fosfat
Bonding dengan enamel 3,4-13 MPa; bonding dengan dentin 21 MPa
pH 4,8 little pulpal irritation
Mengikat stainless steel ,tapi tidak mengikat gold
o
o
o
o
o
o
3. GIC
Komposisi
- Powder calcium fluoroaluminosilicate glass terdiri dari silica, alumina,
-
Composite Resin
Digunakan sejak 1950
Komposisi : resin matrix (bis-GMA atau diurethane methacrylate) dan filler.
Polymerization shrinkage tinggi kurang biokompatibel jika dibandingkan
Mahkota tiruan penuh dicoba pasang ke giginya terlebih dahulu, lalu perhatikan
dan diingat posisi/kedudukannya saat oklusi dan artikulasi.
Pembersihan mahkota tiruan terutama bagian dalamnya dengan alkohol 70% agar
lemak, kotoran hilang, setelah itu keringkan dengan hembusan udara/air spray
atau dapat juga dengan ultra sonic cleaner kemudian dengan air spray.
Bila preparasi gigi penyangga banyak dan berisiko teriritasi oleh liquid asam
semen maka sebaiknya diberikan cavity varnish 2 atau 3 lapis, terutama pada
daerah dekat pulpa. Cavity varnish diaplikasikan jika bahan semen yang
digunakan adalah zinc phosphate cement, namun jangan digunakan jika bahan
semen glass ionomer dan polycarboxylate karena bisa menghambat adhesi ke
dentin.
Setelah itu, blokir daerah pemasangan dengan cotton roll pada vestibulum untuk
mencegah kontaminasi saliva kemudian pasang saliva ejector.
Dinginkan mixing slab yang akan digunakan untuk pengadukan dengan cara
letakkan di bawah air mengalir, dengan tujuan untuk membantu memperpanjang
setting time.
Tahap-Tahap Sementasi :
1. Lakukan pengadukan semen dengan jumlah perbandingan powder liquid, serta
cara, dan lama pengadukkannya sesuai dengan petunjuk pabrik. Pengadukan
dilakukan di atas mixing slab atau di atas kertas khusus yang tersedia dalam
kemasan.
2. Oleskan adonan semen secara merata pada bagian dalam restorasi, perhatikan
setting time-nya.
3. Letakkan mahkota tiruan pada posisi yang benar ke gigi-gigi penyangga, tekan
secara bertahap agar adonan semen yang kelebihan dapat mengalir serta
mencegah terjadi jebakan udara. Ditekan sampai mendapatkan fitness yang baik.
Setelah itu kembali lihat kedudukan oklusi sentrik apakah sesuai dengan sebelum
pemasangan, bila tidak segera dibuka dan diulangi.
4. Setelah mendapatkan kedudukan yang sesuai dan baik, mahkota tiruan ditekan
dengan jari secara merata atau pasien disuruh mengigit dengan alat khusus
(orange wood stick atau cooley four wooden pegs) sampai setting time semen
selesai.
5. Sisa-sisa kelebihan semen yang ada dapat diambil dengan sonde atau spoon
excavator yang kecil, sedangkan untuk mengambil sisa-sisa yang ada pada
interdental dengan menggerak-gerakan dental floss yang tadi telah diletakkan.
6. Untuk bahan semen glass ionomer, saat mendekati setting perhatikan apakah ada
kelebihan semen, jika ada, harus langsung segera diambil dengan sonde atau
dental floss, lalu bersihkan dengan kapas kecil.
7. Untuk bahan semen zinc phosphate bila kedudukan restorasi sudah baik, tunggu
semen mengeras dengan sempurna, baru kelebihan semen dapat diambil dengan
sonde. Untuk daerah proksimal gunakan sonde berujung kecil dan tajam.
Sumber:
- Rotential SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4th
ed. Louis : Mosby Inc 2006
-
Smith BGN, Howe LC. Planning and Making Crowns and Bridges. 4th ed.
United Kingdom : Informa Healthcare 2007. Pg. 167-171