Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

PENGEMBANGAN MINAWISATA DI SUNGAI MUSI,


SUMATERA SELATAN

Kelompok :
Carissa Paresky Arisagy (12981)
Praditha Novianingrum (13056)

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya atas selesainya penulisan makalah kami yang berjudul Pengembangan
Minawisata di Sungai Musi, Sumatera Selatan. Makalah ini kami susun dalam rangka
memenuhi tugas ujian tengah semester V dari mata kuliah Manajemen Sumberdaya Perairan.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang turut serta membantu dalam penyusunan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Dalam penulisan makalah ini, kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan baik dari teknis penulisan maupun materinya, untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 22 Oktober 2014


Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................

ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................

iii

ABSTRAK ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ..........................................................................................

Rumusan Masalah ......................................................................................

Tujuan ......................................................................................................

Studi Area .....................................................................................................

Sistematika Penulisan ................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Sungai dan Fungsinya ..................................................................................

Definisi Pariwisata ............................................................................................

Definisi Minawisata ........................................................................

...........

BAB III MATERI PEMBAHASAN


Karakteristik Sungai Musi ...........................................................................

10

Perkembangan Wisata Sungai Musi ...............................................................

11

Pengembangan Minawisata Sungai Musi ......................................................

12

Pengembangan Minawisata Berbasis Konservasi SDA ...................................

13

Arahan Kegiatan Mina Wisata yang Potensial ...............................................

15

Strategi Pengembangan Mina Wisata ............................................................

16

Dukungan dan Partisipasi Pemerintah dan Masyarakat ..................................

18

Alternatif Solusi .........................................................................................

20
iii

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ..............................................................................................

22

Saran .......................................................................................................

22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

23

iv

ABSTRAK

Bagi masyarakat Sumatera Selatan, pariwisata merupakan salah satu pilar ekonomi yang amat
penting. Adapun corak wisata Palembang, khususnya di wilayah Sungai Musi lebih condong
pada wisata budaya (culture tourism), yang menyajikan keunikan-keunikan budaya
masyarakat. Salah satu corak wisata alternatif yang cukup menarik untuk dikembangkan di
samping wisata budaya, adalah Mina Wisata, yakni corak wisata berbasis perikanan.
Pengembangan wisata di Sungai Musi harus dilaksanakan secara berkelanjutan dengan
pendekatan yang mengutamakan keseimbangan ekologi, ekonomi dan konservasi. Beberapa
jenis minawisata yang potensial untuk dikembangkan adalah wisata budidaya ikan air tawar,
wisata budidaya ikan payau, wisata pemancingan, wisata kuliner dan minawisata lainnya.
Minawisata berbasis konservasi sumberdaya perikanan dapat dikembangkan di Sungai Musi,
namun diperlukan dukungan dari semua pihak sesuai bidangnya.
Kata kunci : minawisata, perikanan, sungai Musi.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan daerah kombinasi
ekosistem daratan dan perairan yang kaya secara ekonomi dan ekologi. Daratan terdiri
dari pegunungan, dataran landai, dan pulau-pulau kecil, sedangkan perairannya luar biasa
dengan kombinasi perairan sungai-sungai besar, daerah basah, pesisir dan laut. Kekayaan
potensi alam tersebut juga didukung oleh kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa
pula. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi sumberdaya hayati maupun non
hayati dengan keanekaragaman potensi ekonomi dan ekologi yang tinggi. Di samping
potensi alamnya yang melimpah, Indonesia juga dianugerahi kekayaan budaya yang tak
kalah hebatnya. Keberagaman dan kekhasan budaya dari setiap suku bangsa di Indonesia
tersebut, merupakan aset yang tidak terhitung jumlahnya.
Nilai potensi yang tinggi tersebut menjadi faktor penting yang mendorong
berkembangnya industri pariwisata di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwa pariwisata
merupakan sektor penyumbang devisa negara yang cukup besar setelah migas. Selain
sebagai penyumbang devisa, sektor ini juga memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah, bahkan dibeberapa daerah seperti Bali dan
Yogyakarta, sektor pariwisata justru sebagai motor penggerak ekonomi. Oleh karena itu
sangat beralasan jika daerah berlomba-lomba untuk mengembangkan potensi wisatanya,
selain dapat mendatangkan pemasukan

daerah juga bisa dijadikan sebagai sarana

promosi daerah baik secara nasional maupun internasional. Salah satu daerah yang cukup
gencar mengembangkan potensi wisatanya adalah Sumatera Selatan.
Bagi masyarakat Sumatera Selatan, pariwisata merupakan salah satu pilar ekonomi yang
amat penting. Adapun corak wisata Palembang, khususnya di wilayah Sungai Musi lebih
condong pada wisata budaya (culture tourism), yang menyajikan keunikan-keunikan
budaya masyarakat. Bilamana kepariwisataan Sungai Musi, Palembang hanya bertumpu
pada wisata budaya, maka dapat membuat kepariwisataan Sungai Musi, Palembang
menjadi tidak berkembang karena tidak tersedianya objek wisata alternatif untuk
mengakomodasi selera wisatawan yang beragam. Dengan hanya bertumpu pada wisata
budaya, sektor kepariwisataan Palembang sesungguhnya mengalami kerugian sebab
2

potensi wisata yang lain tidak terangkat dan tidak terjual. Perlu diingat bahwa corak
wisata budaya yang monoton dapat menciptakan kejenuhan (kebosanan) tersendiri bagi
wisatawan yang melakukan kunjungan ulangan ke Palembang, khususnya Sungai Musi.
Di samping itu, kepariwisataan yang bercorak tunggal umumnya lebih rentan terhadap
permasalahan dibanding kepariwisataan dengan corak yang beragam, Karena itu perlu
ada objek wisata alternatif agar kejenuhan tidak terjadi dan kepariwisataan Palembang
dapat berkembang.
Terkait dengan pentingnya corak wisata alternatif untuk wilayah Palembang, maka salah
satu corak wisata alternatif yang cukup menarik untuk dikembangkan, khususnya di
wilayah Sungai Musi adalah Mina Wisata, yakni corak wisata berbasis perikanan. Saat
ini adalah momentum yang tepat untuk memulai mengoptimalkan pemanfaatan potensi
wisata dan potensi perikanan di Sungai Musi yang selama ini hanya digunakan sebagai
sarana transportasi sebagain kecil masyarakat. Oleh karena itu, kajian mengenai
pengembangan mina wisata sebagai objek wisata alternatif di Sungai Musi, Sumatera
Selatan dianggap sangat vital guna menghindri kejenuhan wisatawan. Dengan demikian,
kepariwisataan di Provinsi Sumatera Selatan dapat berkembang serta dapat menjadi salah
satu model dari Waterfront City di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana karakteristik Sungai Musi ?

2.

Bagaimana perkembangan wisata di Sungai Musi ?

3.

Bagaimana strategi pengembangan minawisata di Sungai Musi ?

4.

Bagaimana arah pengembangan minawisata di Sungai Musi ?

5.

Bagaimana bentuk dukungan dan parisipasi yang dibutuhkan dalam pengembangan


Minawisata di Sungai Musi ?

C. Tujuan
1.

Mengetahui karakteristik Sungai Musi

2.

Mengetahui perkembangan wisata di Sungai Musi

3.

Mengetahui strategi pengembangan minawisata di Sungai Musi

4.

Mengetahui arah pengembangan minawisata di Sungai Musi

5.

Mengetahui bentuk dukungan dan parisipasi yang dibutuhkan dalam pengembangan


Minawisata di Sungai Musi

D. Studi Area
Secara geografis, Palembang terletak pada 25927.99LS 1044524.24BT. Luas
wilayah Kota Palembang adalah 358,55 Km dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari
permukaan laut. Provinsi Sumatera Selatan ini mempunyai perairan umum yang cukup
luas, yakni sekitar 2.518.644 ha meliputi sungai, danau, waduk, rawa, dan perairan
tergenang lainnya baik yang alami maupun yang buatan (Rohayati dkk, 2003).
Sungai Musi merupakan salah satu perairan umum di Sumatera Selatan yang menjadi
muara puluhan sungai besar dan kecil lainnya, baik di Bengkulu maupun Sumatera
Selatan. Sungai Musi memiliki delapan anak sungai besar, yakni Sungai Komering,
Sungai Ogan, Sungai Penukal, Sungai Batanghari Leko, Sungai Lematang, Sungai
Rawas, Sungai Lakitan dan Sungai Kelingi (Utomo et al., 1995). Mata air Sungai Musi
berada di bagian hulu di daerah Bukit Barisan di Desa Teberena dan bermuara ke laut di
Selat Bangka.

Gambar . Peta Aliran Sungai Musi.


Sungai ini merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera, dengan panjang mencapai
720 kilometer. Secara geografis Sungai Musi terletak antara 2-4 Lintang Selatan dan
4

antara 102-105 Bujur Timur (Samuel dan Aida, 2004). Sungai ini membagi Kota
Palembang menjadi dua kawasan, yakni kawasan Seberang Ilir dan Seberang Ulu. Pada
area hulu aliran ini terdapat delta seluas 122 ha dikenal dengan nama Pulokerto.

Gambar . Peta Sungai Musi tempo dulu.


Sungai Musi mempunyai ekosistem yang kompleks seperti rawa banjiran, pasang surut
dan air deras. Habitat tersebut banyak dihuni oleh organisme air seperti ikan. Secara
limnologi, Sungai Musi terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian hulu, tengah, dan bagian
hilir. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing
curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat serta mempunyai populasi (jenis
maupun jumlah) biota air sedikit. Sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, tebingnya
curam atau landai, badan air dalam, keruh, aliran air lambat, dan populasi biota air di
dalamnya termasuk banyak, tetapi jenisnya kurang bervariasi (Kordi, 2005).
Dalam tatanan tektonik Sumatera, Sungai Musi berada di Cekungan Tersier Sumatera
Selatan (South Sumatera Basin) yang potensi mengandung migas dan mineral. Potensi
batubara yang siap untuk dieksploitasi berada di daerah hulu sungai Musi, tepatnya di
Desa Pelita sekitar Muara Lakitan.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah Pengembangan Minawisata di Sungai Musi, Sumatera
Selatan ini, penulis menggunakan metode kepustakaan untuk mendapatkan bahan
materi yang menyeluruh. Kepustakaan yang penulis gunakan tak hanya memakai
beberapa buku dan jurnal untuk menjadi sumber acuan. Akan tetapi, penulis juga
mencari bahan dari internet baik berupa materi maupun gambar yang dapat melengkapi
pembahasan materi.
Kami membagi laporan ini menjadi beberapa bagian, antara lain pendahuluan, tinjauan
pustaka, materi pembahasan, penutup serta daftar pustaka. Bagian pendahuluan berisi
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, studi area dan sistematika penulisan.
Kemudian hasil dan pembahasan berisi materi bahasan terkait Pengembangan
Minawisata di Sungai Musi seperti karakteristik Sungai Musi, perkembangan wisata
Sungai Musi, pengembangan minawisata Sungai Musi, pengembangan minawisata
berbasis konservasi sumberdaya alam, arahan kegiatan mina wisata yang potensial,
strategi pengembangan minawisata, dukungan dan partisipasi pemerintah dan masyarakat
dalam pengembangan minawisata, ancaman dalam pengembangan minawisata Sungai
Musi, serta alternatif solusinya. Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran. Sementara
bagian terakhir yakni daftar pustaka berisi referensi yang digunakan dalm penyususnan
makalah ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sungai dan Fungsinya


Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 1991 tentang sungai disebutkan bahwa
sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari
mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan. Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang
letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar
menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Menurut Syarifuddin, dkk (2000)
sungai merupakan bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya, menjadi tempat air
mengalir. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sungai adalah bagian dari daratan
yang menjadi tempat tempat aliran air yang berasal dari mata air atau curah hujan.
Sungai merupakan salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang
memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Secara umum pemanfaatan sungai
selain sebagai sumber pengambilan air untuk keperluan aktivitas makhluk hidup tetapi
juga sebagai media pembuangan limbah cair dan beberapa jenis limbah padat dari hasil
kegiatan makhluk hidup khususnya manusia dan sebagai media penampungan air hujan
dan air larian. Terkait dengan pemanfaatan air tersebut, maka kualitas dan kuantitas air
sungai akan selalu berubah. Karena sungai merupakan sumber daya alam yang bersifat
mengalir (flowing resources), maka pemanfaatan air di hulu dapat menghilangkan
peluang di hilir. Pencemaran di hulu sungai akan menimbulkan biaya sosial di hilir
(extematily effect) dan pelestarian di hulu memberikan manfaat di hilir (Azwir, 2006).
Sungai sebagai salah satu tipe ekosistem perairan umum, mempunyai potensi dan
peranan besar untuk berbagai kegiatan. Dalam sektor perikanan, sungai berperan bagi
kehidupan biota air dan juga bagi kebutuhan hidup manusia. Bagi nelayan, sungai
merupakan tempat penangkapan ikan konsumsi maupun ikan hias, benih dan induk bagi
usaha akuakultur serta sebagai tempat usaha budidaya. Sesuai konsep kontinum
(Vannote et.al, 1980), sungai merupakan badan air yang kontinu, keadaan di bagian hilir
merupakan kelanjutan dari kejadian-kejadian di bagian hulunya. Suatu sungai dapat
menggambarkan perubahan struktur dan fungsi komunitas sepanjang sungai yang
7

disebabkan oleh variasi geofisik sungai sehingga terjadi perubahan gradien dari hulu
hingga ke hilir.

B. Definisi Pariwisata
Menurut Kodyat (1983) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain,
bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial,
budaya, alam dan ilmu. Selanjutnya Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata
sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek
ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatankegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Sedangkan Wahab (1985)
menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya.
Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti
kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga
dipandang sebagai industri.
Wisata merupakan satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa
alam untuk kepuasan manusia. Berdasarkan konsep pemanfaatannya, wisata dapat
diklasifikasikan alam 3 (tiga) bentuk (Fandeli, 2000; META, 2002) yaitu :
a. Wisata Alam (Nature Tourism); merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada
pengalaman tehadap kondisi alam atau daya tarik panoramannya.
b. Wisata Budaya (Cultural Tourism); merupakan wisata dengan kekayaan budaya
sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
c. Ekowisata (Ecotourism, Green Tourism, Altenatif Tourism); merupakan wisata
yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan
sumberdaya alam atau lingkungan dan industri kepariwisataan.

C. Definisi Minawisata
Minawisata (mina = perikanan, wisata = pariwisata) adalah pendekatan pengelolaan
terpadu yang berbasis konservasi dengan menitikberatkan pada

pengembangan

perikanan dan pariwisata bahari (Buklet DKP 2007). Menurut Kamal (2005), minawisata
adalah pemanfaatan kawasan wisata dengan pengembangan produksi perikanan untuk
mencapai ketertarikan masyarakat pengguna akan pengembangan perikanan pada
kawasan wisata tersebut. Minawisata juga dapat didefinisikan sebagai pengembangan
kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah yang berbasis pada pemanfaatan potensi
sumberdaya kelautan, perikanan dan pariwisata secara terintegrasi pada wilayah tertentu.
Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, perikanan adalah
semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran yang dilaksanakan dalam bisnis perikanan. Lebih lanjut, ikan adalah segala
jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam
lingkungan perairan. Sementara menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan
pemerintah. Berdasarkan definisi di atas maka kegiatan wisata bahari yang dalam
aplikasinya memanfaatkan sumberdaya ikan sebenarnya dapat dikembangkan ke arah
minawisata.

BAB III
MATERI PEMBAHASAN

A. Karakteristik Sungai Musi


Sungai Musi merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Propinsi Sumatera Selatan
yang airnya bermula dari Pegunungan Bukit Barisan di Propinsi Bengkulu dan mengalir
ke arah hilir hingga akhirnya bermuara ke perairan Selat Bangka di Desa Sungsang,
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Perairan Sungai Musi bagian hilir yang terletak
di Kota palembang merupakan perairan yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat
yang berdomisili di sekitarnya karena merupakan salah satu pusat kegiatan masyarakat
Kota Palembang, sebagai sarana transportasi, perumahan penduduk, dan daerah
penangkapan ikan. Perairan pesisir muara Sungai Musi juga mempunyai peranan yang
penting sebagai jalur transportasi umum bila ditinjau dari aktitas ekonomi (Surbakti,
2012).
Sungai Musi dengan sembilan anak sungainya merupakan sistem sungai yang kompleks,
terdiri dari bagian yang berarus deras di kaki gunung, dataran rendah dan pasang-surut
(air tawar) serta bagian air payau (kuala/estuari). Seluruh bagian sistem ini dapat
merupakan satu kesatuan yang saling tergantung baik dari segi sumberdaya air,
sumberdaya perikanan maupun bagian terestrial sekitarnya. Aliran airnya melalui
beberapa tata guna lahan yang beragam dimulai dari kawasan hutan lindung di bagian
hulu, kebun campuran, lahan pertanian, areal pemukiman, kawasan industri dan areal
hutan mangrove di bagian hilir.
Sungai ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada setiap segmennya, seperti di
hulu didominasi oleh batuan besar, di bagian tengah didominasi oleh ekosistem rawa,
dan bagian hilir merupakan muara yang didominasi oleh tumbuhan bakau dan nipah.
Keragaman karakteristik ekosistem ini

menjadikan Sungai

Musi

menyimpan

keanekaragaman hayati ikan yang besar. Hal ini tercermin dari jumlah spesies ikan yang
mendiami perairan tersebut.
Keberadaan sungai Musi yang membelah kota Palembang menjadi sangat penting
sebagai urat nadi perekonomian masyarakat sekaligus menyimpan potensi besar di
bidang pariwisata, khususnya wisata sungai. Di sepanjang perairan sungai Musi dapat
10

kita temui sejumlah pemukiman penduduk dengan rumah rakitnya, pusat industri PT.
Pusri, PT. Pertamina dan PT. Semen Baturaja, pulau Kemaro, kompleks pemakaman
Bagus Kuning, situs makam raja-raja Kesultanan Palembang Darussalam, Pelabuhan
Boom Baru, kampung Arab, Mesjid Lawang Kidul, Mesjid Ki Merogan, Benteng Kuto
Besak, Jembatan Ampera, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dan masih banyak
lagi.

Gambar . Sungai Musi dengan latar belakang pabrik PT. PUSRI.

B. Perkembangan Wisata Sungai Musi


Palembang sebagai ibu kota provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi besar sebagai
daerah tujuan wisata karena menyimpan sejarah panjang sebagai kawasan maritim dan
juga pada masa lampau dikenal sebagai kota air. Sejak zaman kerajaan Sriwijaya,
Palembang sudah dikenal oleh masyrakat dunia sebagai pusat pengembangan agama
Budha. Sebagai kerajaan bercorak maritim, Sriwijaya sudah meletakkan dasar perairan
sebagai basis kekuatan kerajaan. Sejarah berlanjut ke zaman kesultanan Palembang yang
juga memiliki karakteristik maritim. Pada masa ini banyak berdiri bangunan kesultanan

11

di pinggir sungai seperti Benteng Kuto Besak dan Mesjid Agung yang sekarang menjadi
salah satu objek wisata andalan.
Bagi masyarakat Sumatera Selatan, pariwisata merupakan salah satu pilar ekonomi yang
amat penting. Adapun corak wisata Palembang, khususnya di wilayah Sungai Musi lebih
condong pada wisata budaya (culture tourism), yang menyajikan keunikan-keunikan
budaya masyarakat. Adapun beberapa objek wisata yang telah berkembang di Sungai
Musi dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Objek Wisata Sungai Musi

(Sumber : Dinas Pariwisata Kota Palembang, 2006)


Menurut Gunn (1994), masyarakat merupakan sumberdaya pendukung aktivitas wisata
baik sebagai subyek maupun obyek wisata seperti sebagai penjual makanan minuman,
penjual jasa wisata maupun pemandu wisata. Sekait dengan itu potensi sebagai
pendukung pengembangan kawasan wisata budaya pada koridor Sungai Musi juga
diperlihatkan oleh mata pencaharian penduduk yang bermukim ditepian sungai ini yang
didominasi oleh perdagangan dan jasa.

C. Pengembangan Minawisata Sungai Musi


Dengan semakin menipisnya sumber daya alam, maka kemampuan sebuah daerah dalam
mendapatkan pendapatan daerah atau bagi penduduknya juga akan semakin menipis. Hal
ini mendorong setiap daerah untuk meningkatkan sektor yang tidak membutuhkan
sumber daya alam yang tinggi, salah satunya adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata
di Palembang, merupakan salah satu pilar ekonomi penting. Pariwisata yang berkembang
di Palembang, khususnya di wilayah Sungai Musi lebih condong pada wisata budaya
(culture tourism), yang menyajikan keunikan-keunikan budaya masyarakat.

12

Bilamana kepariwisataan Sungai Musi, Palembang hanya bertumpu pada wisata budaya,
maka dapat membuat kepariwisataan Sungai Musi, Palembang menjadi tidak
berkembang karena tidak tersedianya objek wisata alternatif untuk mengakomodasi
selera wisatawan yang beragam. Dengan hanya bertumpu pada wisata budaya, sektor
kepariwisataan Palembang sesungguhnya mengalami kerugian sebab potensi wisata yang
lain tidak terangkat dan tidak terjual. Perlu diingat bahwa corak wisata budaya yang
monoton dapat menciptakan kejenuhan (kebosanan) tersendiri bagi wisatawan yang
melakukan kunjungan ulangan ke Palembang, khususnya Sungai Musi. Di samping itu,
kepariwisataan yang bercorak tunggal umumnya lebih rentan terhadap permasalahan
dibanding kepariwisataan dengan corak yang beragam, Karena itu perlu ada objek wisata
alternatif agar kejenuhan tidak terjadi dan kepariwisataan Palembang dapat berkembang.
Terkait dengan pentingnya corak wisata alternatif untuk wilayah Palembang, maka salah
satu corak wisata alternatif yang cukup menarik untuk dikembangkan, khususnya di
wilayah Sungai Musi adalah Minawisata, yakni corak wisata berbasis perikanan.
Pengembangan minawisata dapat digunakan sebagai objek wisata alternatif di Sungai
Musi, guna menghindri kejenuhan wisatawan.
Minawisata adalah pemanfaatan kawasan wisata dengan pengembangan produksi
perikanan untuk mencapai ketertarikan masyarakat pengguna akan pengembangan
perikanan pada kawasan wisata tersebut. Dengan kata lain, Minawisata adalah
pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah yang berbasis pada
pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan pariwisata secara terintegrasi pada suatu
wilayah tertentu. Pada tahap awal, Minawisata sungai ini dikemas dalam bentuk satu
program pemberdayaan masyarakat tepian sungai melalui pendayagunaan potensi
sumberdaya perikanan dan pariwisata berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut yaitu; emisi karbon yang rendah, ramah
lingkungan, sesuai daya dukung dan daya tampung, konservasi (penggunaan sumberdaya
secara efisien), berbasis sumberdaya lokal, dan pelibatan stakeholders lokal terkait.

D. Pengembangan Minawisata Berbasis Konservasi Sumberdaya Alam


Semakin meningkatnya pembangunan ekonomi dan pariwisata di kawasan Sungai Musi,
berimplikasi pada semakin meningkatkan ancaman terhadap degradasi ekosistem dan
13

sumberdaya alam sungai, seperti eksploitasi sumberdaya yang berlebihan, degradasi


habitat, pencemaran limbah, dan penurunan keanekaragaman hayati. Data degradasi
ekosistem dan sumberdaya menunjukkan bahwa Ekosistem mangrove di Kabupaten
Musi Banyuasin mengalami kerusakan sebesar 96% yang tentunya juga berdampak
kepada menurunnya stok sumberdaya perikanan. Karena itu, untuk mempertahankan dan
melindungi keberadaan dan kualitas ekosistem dan sumberdaya perairan di kawasan
Sungai Musi yang menjadi tumpuan pembangunan perikanan secara berkelanjutan,
diperlukan suatu pengelolaan yang terpadu berbasis ekosistem salah satunya dengan
menetapkan dan mengembangkan kawasan konservasi sungai. Kawasan konservasi
sungai yang dimaksudkan disini adalah suatu kawasan sungai yang mencakup beragam
ekosistem di daerah hulu hingga hilir, dengan beragam flora dan fauna yang berasosiasi
di dalamnya serta memiliki nilai ekologis, ekonomis, sosial dan budaya.
Kawasan konservasi sungai memiliki peran utama sebagai berikut (Agardy, 1997; Barr
et. al, 1997) :
a. Melindungi keanekaragaman hayati serta struktur, fungsi dan integritas
ekosistem, termasuk proses-proses ekologis dalam suatu ekosistem.
b. Meningkatkan hasil perikanan, karena kawasan konservasi dapat melindungi
daerah pemijahan, pembesaran dan mencari makanan; meningkatkan kapasitas
reproduksi dan stok sumberdaya ikan.
c. Menyediakan tempat rekreasi dan pariwisata yang bernilai ekologis dan estetis.
Kawasan konservasi melindungi tempat-tempat khusus melalui pengawasan dan
pengaturan jenis-jenis aktivitas yang diijinkan dan tidak diijinkan di zona-zona
kawasan konservasi.
d. Memperluas pengetahuan, pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang
ekosistem pesisir dan laut pulau-pulau kecil; menyediakan tempat yang sesuai
untuk observasi dan monitoring jangka panjang, dan berperan penting bagi
pendidikan masyarakat berkaitan dengan pentingnya konservasi laut dan dampak
negatif aktivitas manusia.
e. Memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat pesisir. Kawasan
konservasi dapat membantu masyarakat pesisir dalam mempertahankan basis
ekonominya melalui pemanfaatan sumberdaya dan jasa lingkungan secara
optimal dan berkelanjutan.

14

Dengan demikian dalam perspektif strategi, pengembangan minawisata sebagai


perwujudan pemanfaatan sumberdaya ikan dan jasa lingkungan berazas konservasi, tentu
saja dapat menjadi pilar pembangunan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan.

E. Arahan Kegiatan Mina Wisata yang Potensial


Pengembangan minawisata sungai membutuhkan dukungan investasi, karena investasi
merupakan salah satu alat penggerak pembangunan dan indikator penentu dalam
mempercepat

laju pertumbuhan suatu wilayah, khususnya

ekonomi

wilayah.

Pengembangan investasi mencakup juga investasi publik, swasta (investor) dan


pemerintah, seperti penyediaan prasarana dan sarana dasar. Dengan meningkatnya
investasi, maka akan mendorong pergerakan sektor-sektor potensial dan secara langsung
maupun tidak langsung dapat menciptakan multiplier effect. Dengan telah tersedianya
konsep minawisata, kawasan sungai akan semakin kondusif untuk dikembangkan,
dimana salah satunya terdapat kepastian dalam pemanfaatan ruang untuk tujuan
investasi.
Arahan kegiatan minawisata di kawasan sungai didasarkan pada hasil analisis kesesuaian
lahan, daya dukung dan analisis prioritas. Arahan aktivitas wisata dalam Minawisata
dapat dibagi menjadi 4 (empat) berdasarkan jenis objek utamanya, yaitu: wisata mina,
wisata konservasi dan pendidikan lingkungan, wisata air, dan wisata kuliner perikanan.
Wisata mina yang berbasis perikanan atau kombinasinya dapat berupa:
a. Pengembangan wisata budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) :
Kegiatan yang dilakukan seperti menyaksikan proses budidaya ikan di KJA,
memberi makan dan memanen ikan.
b. Pengembangan wisata memancing di KJA, sport and fishing recreation
c. Ekowisata Mangrove yang meliputi penanaman mangrove, perawatan pohon
mangrove, dsb.
d. Wisata Kuliner : menyantap hidangan ikan hasil produksi budidaya maupun hasil
tangkapan di sungai, restoran terapung, dsb.
e. Pengembangan wisata air berupa perahu untuk trasportasi di sungai

15

F. Strategi Pengembangan Mina Wisata


Suksesnya sebuah pengembangan kawasan tepi air pada dasarnya ditentukan oleh
bagaimana karakteristik, keunikan, dan makna yang ada pada sebuah kawasan tepi air,
sehingga membuat masyarakat memiliki keterikatan dengannya (place attachment)
(Sesunan, 2014). Keberhasilan sebuah kawasan tepi air perkotaan juga dapat
menstimulasi aktivitas dan kehidupan sosial kota yang dinamis dan membuat kualitas
lingkungan, sosial, dan ekonomi kota menjadi lebih baik.
Implementasi konsep minawisata sungai membutuhkan strategi dan pentahapan kegiatan
yang terstruktur dan sistematis agar mencapai tujuan dan sasaran. Strategi dimaksud
mencakup 3 komponen kegiatan, yakni tahapan perencanaan, pelaksanaan serta
monitoring dan evaluasi.
Tahap perencanaan meliputi :
1.

Survei untuk mengumpulkan data dan informasi serta analisis data. Kegiatan analisis
data bertujuan untuk mengolah berbagai data, informasi dan peta dari lapangan
(biofisik, sosial ekonomi dan lain-lain). Jenis analisis yang dilakukan meliputi
analisis kesesuaian lahan, daya dukung, ekonomi dan analisis pengembangan
wilayah.

2.

Penyusunan rencana pengembangan dan rencana aksi minawisata pulau-pulau kecil


yang outputnya berupa dokumen masterplan, bussiness plan, siteplan, dan rancang
bangun minawisata pulau-pulau kecil.

3.

Penataan ruang pesisir dan laut pulau-pulau kecil (pemintakatan) yang sinergis
dengan zonasi kawasan konservasi dalam konteks pengelolaan pulau-pulau kecil
terpadu (ISIM/Integrated Small Islands Management), yaitu ICM di PPK.

Tahap pelaksanaan meliputi :


1.

Sosialisasi program dan penguatan kesadaran wisata masyarakat

2.

Penyusunan Rencana Pengembangan Minawisata PPK, yang mencakup masterplan,


site plan/rancang bangun minawisata PPK

3.

Penguatan sumberdaya manusia melalui pelatihan dan bimbingan teknis

4.

Pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengembangan aktivitas ekonomi di bidang


perikanan dan wisata bahari

16

5.

Penguatan infrastruktur dasar dan ekonomi penunjang aktivitas minawisata,


termasuk peningkatan akses wisatawan terhadap kawasan minawisata

6.

Pengelolaan/rehabilitasi ekosistem termasuk pengawasan SDKP

7.

Promosi, pemasaran paket wisata dan pengembangan investasi minawisata

8.

Pengembangan dan inovasi paket atraksi perikanan dan ekowisata bahari

9.

Operasionalisasi dan pengendalian pengelolaan kawasan minawisata pulau-pulau


kecil.

Tahapan Monitoring dan Evaluasi


Monitoring meliputi kegiatan pengawasan dan pengendalian, sedangkan evaluasi
merupakan proses pengukuran dari hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai sesuai
dengan perencanaan program yang telah ditetapkan. Monitoring dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan program, jika terjadi
ketidaksesuaian, informasi tersebut dapat segera digunakan sebagai masukan dalam
pengambilan keputusan.
Evaluasi adalah suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterprestasikan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan
program sesuai dengan kriteria tertentu untuk mengambil keputusan dalam
pengembangan minawisata pulau-pulau kecil.
Evaluasi dapat dibedakan menjadi tiga tahap yaitu:
a.

Pra Evaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat program belum
berjalan/beroperasi pada tahap perencanaan.

b.

Evaluasi pada saat program telah berjalan, yaitu evaluasi yang lebih difokuskan pada
penilaian dari setiap tahapan kegiatan yang sudah dilaksanakan walaupun belum
selesai sepenuhnya.

c.

Evaluasi setelah program dilaksanakan, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap


seluruh tahapan program yang dikaitkan dengan tingkat keberhasilannya sesuai
dengan indikator yang ditetapkan dalam rumusan sasaran atau tujuan program.

Dalam sistem pariwisata, ada banyak faktor yang berperan dalam menggerakan sistem,
yaitu (1) masyarakat, (2) swasta, (3) pemerintah. Pitana dan Giyatri (2005) menyebutkan
ketiga pilar tersebut sebagai tiga pilar utama insan pariwisata. Pilar pertama adalah
masyarakat umum yang ada pada destinasi sebagai pemilik sah dari berbagai sumberdaya
17

yang merupakan modal pariwisata, seperti kebudayaan. Tokoh masyarakat, intelektual,


LSM, dan media dapat juga dimasukkan dalam kelompok ini. Pilar kedua, swasta adalah
asosiasi usaha pariwisata dan para pengusaha, sedangkan pilar ketiga kelompok
pemerintah, yaitu pada berbagai wilayah administrasi, mulai dari pemerintah pusat,
negara bagian, provinsi, kabupaten, dan kecamatan. Tiga pilar sektor pariwisata harus
secara

bersamaan

dikembangkan

agar

memiliki

kesatuan

pandangan

dalam

pengembangan kawasan wisata sungai.

G. Dukungan dan Partisipasi Pemerintah dan Masyarakat dalam Pengembangan


Minawisata
Wisata sungai yang sudah menjadi trade mark kota-kota besar seperti Venesia di Italia
dan Bangkok di Thailand merupakan fakta bahwa sektor pariwisata merupakan sektor
andalan jika dapat dibenahi dan dikembangkan. Akan tetapi dukungan potensi alam tidak
cukup untuk mengembangkan suatu potensi wisata, tanpa didukung oleh peran
masyarakat melalui partisipasi sosialnya. Artinya masyarakat akan menjadi bagian yang
tak terpisahkan dalam pengembangan sektor pariwisata seperti yang dikatakan oleh
Pitana dan Gayatri (2005) bahwa pariwista adalah fenomena kemasyarakatan, yang
menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, orgnisasi, kebudayaan, dan sebagainya,
yang merupakan objek kajian sosiologi. Partisipasi sosial akan menjadi sangat penting
dalam membentuk citra rasa aman bagi warga kota yang bisa dijadikan daya tarik
kunjungan para wisatawan ke suatu objek wisata.
Pengembangan objek wisata bisa dilakukan dengan melibatkan kalangan swasta yag
berminat mengembangkan bisnis pariwisata, khususnya wisata air di kota Palembang.
Untuk mendukung perkembangan tersebut setidaknya, ada empat aspek yang perlu
diperhatikan secara serius, agar tujuan pengembangan industri pariwisata dapat terwujud,
yaitu pembangunan infrastruktur (fisik), pembenahan aturan investasi, pengembangan
sumberdaya manusia dan dukungan atau partisipasi sosial dari masyarakat kota.
Infrastruktur sangat dibutuhkan untuk menunjang sarana dan prasarana wisata air,
menyangkut pembangunan dermaga sungai, dibeberapa tempat yang akan dijadikan
objek wisata. Selain pembangunan dermaga, dibutuhkan juga pembangunan penataan
objek wisata, terutama jalan dan fasilitas publik lainnya. Untuk mendukung wisata juga
18

diperlukan perbaikan saluran-saluran primer yang merupakan rehabilitasi anak-anak


sungai , yang selama ini kurang terawat dengan baik, sehingga kapal-kapal kecil bisa
melayari anak-anak sungai sampai masuk jauh ke tengah kota Palembang seperti di masa
lampau.
Dukungan dan partisipasi masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam pengembangan
program minawisata sungai. Hal ini sangat berkaitan dengan tiga hal pokok yang
menjadi aspek strategis dalam pencapaian tujuan menjadikan suatu kawasan wisata yang
berpotensi mengundang para wisatawan. Pertama, partisipasi masyarakat dalam menjaga
rasa aman. Hal ini sangat penting dan strategis, mengingat kawasan wisata harus
ditunjang oleh faktor keamanan yang kondusif karena para wisatawan yang berkunjung
akan datang dan tinggal berlama-lama jika kawasan wisata itu menjamin keamanan dan
menjaga ketentraman masyarakatnya. Dalam upaya membentuk citra rasa aman
diperlukan dukungan semua warga kota yang memiliki kemauan untuk menjaga
keamanan para wisatawan dan kehidupan masyarakatnya. Citra ini harus terbentuk
melalui proses yang panjang, melalui partisipasi masyarakat dengan aparat keamanan
agar orang yang datang akan merasa aman jika berada di kawasan wisata.
Kedua, partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan di kawasan wisata.
Potensi wisata sungai akan terjaga jika didukung oleh lingkungan yang asri dan lestari.
Partisipasi dimulai dengan menjaga sungai dari tumpukan sampah. Peran masyarakat
khususnya yang berada di pinggir sungai harus ditumbuhkan dalam upaya menggalang
kesadaran akan lingkungan sungai yang bersih. Pemerintah kota dapat menjadikan
moment pengembangan wisata sungai untuk terus mensosialisasikan gerakan bersih
sungai dengan terus melibatkan partisipasi masyarakat sebagai ujung tombak
keberhasilan program minawisata sungai. Kemudian diteruskan dengan upaya menjaga
mutu air sungai dari limpahan limbah cair yang dibuang oleh masyarakat maupun
industri. Hal ini sangat penting, mengingat mutu air sungai harus dijaga pelestariannya
agar tidak tercemar, sehingga bisa mempertahankan ekologi sungai yang didalamnya
akan hidup berbagai hewan yang selama ini sudah semakin terusik habitatnya karena
pencemaran limbah sungai Musi. Sebagai contoh, kota Bangkok Thailand dimana
sungainya yang jernih dan lestari dapat dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung
dengan melihat ribuan ikan yang hilir mudik di sungai sebagai bentuk dari keberhasilan
pemerintah kota Bangkok dalam menjaga kelestarian sungai sebagai sumber kehidupan
sekaligus sebagai objek wisata. Pengadopsian program pembangunan dapat dijadikan
19

langkah awal dalam menunjang kawasan wisata sungai yang dicanangkan oleh
pemerintah.

H. Ancaman dalam Pengembangan Minawisata Sungai Musi


Peningkatan intensitas kegiatan ekonomi di daratan akan menyebabkan kerusakan
sumberdaya alam, sedangkan kerusakan alam di daratan akan merusak perairan: sungai,
pesisir, dan laut, berupa degradasi lingkungan karena pencemaran dan sedimentasi.
Sementara itu intensitas kegiatan di perairan sendiri juga terus mengancam kerusakan
lingkungan perairan. Aktivitas penggunaan lahan di tepian ataupun sekitar perairan
Sungai Musi ini secara

langsung maupun tidak langsung akan berdampak negatif

terhadap mutu air sungai dan selanjutnya mengakibatkan rusaknya ekosistem perairan.
Rusaknya ekosistem perairan berdampak pula terhadap kehidupan ikan baik secara
kualitas maupun kuantitas.
Apabila masalah-masalah pencemaran lingkungan di perairan Sungai Musi ini dibiarkan
berlarut-larut, akan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Hal ini tentu saja
mengancam eksistensi perairan sungai dan ketahanan masyarakat di tepian sungai.
Tentunya juga akan berdampak pada terganggunya kegiatan pariwisata khususnya
minawisata di Sungai Musi. Untuk itu, setiap wilayah seharusnya ada fasilitas
mengelolaan limbah rumah tangga sebelum dibuang ke sungai atau tempat lain yang
telah ditentukan. Biaya yang dikeluarkan memang cukup besar. Namun, efek baiknya
akan dirasakan oleh banyak orang dalam jangka waktu yang lama.

I.

Alternatif Solusi
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, maka pengembangan wisata di Sungai
Musi harus dilaksanakan secara berkelanjutan dengan pendekatan yang mengutamakan
keseimbangan

ekologi,

ekonomi

dan

konservasi.

Pembangunan

berkelanjutan

(sustainable development) sendiri menurut WCED (1987), adalah pembangunan untuk


memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa menurunkan atau merusak kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, artinya tidak melarang aktivitas
pembangunan ekonomi, tetapi menganjurkannya dengan persyaratan bahwa laju (tingkat)
20

kegiatan pembangunan tidak melampaui daya dukung (carrying capacity). Dengan


demikian, generasi mendatang tetap memiliki aset sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan (environmental services) yang sama kualitasnya dengan kondisi saat ini.

21

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu alternatif corak wisata yang menarik untuk mengatasi kejenuhan wisatawan di
samping wisata budaya adalah minawisata. Minawisata di Sungai Musi dapat
dikembangkan berdasarkan potensi kawasan dan daya dukungnya. Minawisata berbasis
konservasi sumberdaya perikanan dapat dikembangkan di Sungai Musi, namun
diperlukan dukungan dari semua pihak sesuai bidangnya.
B. Saran
Pengembangan wisata di Sungai Musi harus dilaksanakan secara berkelanjutan dengan
pendekatan yang mengutamakan keseimbangan ekologi, ekonomi dan konservasi.

22

DAFTAR PUSTAKA

Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri Kelapa
Sawit PT. Peputra Masterindo di Kabupaten Kampar. S2, Universitas Diponegoro.
Agardy, T.S. (1997), Marine Protected Areas and Ocean Conservation. Academic Press, Inc.,
San Diego, California.
Burkart, A.J. dan Medlik, S. 1987. Tourism, Past, Present, and Future. London.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sumatera Selatan. 2006. Profil Usaha Pariwisata.
Kota Pagar Alam
Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Gunn. CA., 1994. Tourism Planning Basics, Concepts, Cases. Third Edition. Tylor & Francis
Ltd. London.
Kamal E. 2005. Minawisata dan Minaindustri. Informasi Kampus. Universitas Bung Hatta.
Padang.
Kodyat, H 1983. Sejarah Pariwisata dan Perkembangnannya di Indonesia. PT Gramedia.
Pustaka Utama. Jakarta.
Kordi, K. M. G. H. 2005. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya Perairan. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
Pitana, I Gede dan Putu G. Giyatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Rohayati, T, Zulkifli, H. dan Husnah. 2003. Produktivitas Primer dan Komunitas Plankton di
Danau Buatan Kawasan Pemukiman Ogan Permata Indah Jakabaring Palembang. Ilmuilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. 1(1):1-14
Samuel dan Aida, S.N. 2004. Limnobiologi Perairan Musi Bagian Hulu di Provinsi Bengkulu
dan Sumatera Selatan. Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. 2(1):23-32.

23

Surbakti, H. 2012. Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi,
Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains. Universitas Sriwijaya. Palembang. 15(1) :
35-39.
Utomo, A. D. Nasution, Z. A. dan Adjie, S. 1995. Pemanfaatan Berbagai Tipe Ekosistem
Daerah Aliran Sungai Melalui Penerapan Teknologi Budidaya Ikan Tepat Guna.
Kumpulan Makalah Seminar Penyusunan, Pengolahan dan Evaluasi Hasil Penelitian
Perikanan di Perairan Umum, Palembang 27-28 Februari 1994. Sub Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar Palembang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan,
Badan Penelitian pengembangan Pertanian. 227-233.
Vannote, R. L., G. W. Minshall, K. W. Cummins, J. R. Sedel and C. E. Cushing. 1980. The
River Continum Concept. Can. Journal. Fish. Aquat. Sci., 37: 130-137.
Wahab, Salah. 1985. Manajemen Pariwisata. PT. Pradnya Pramita: Jakarta.
WCED (UN World Commission on Environment and Development), 1987, Our Common
Future: Report of the World Commission on Environment and Development, WCED,
Switzerland.

24

Pembagian Tugas
1. Carissa Paresky Arisagy
Sebagian Pendahuluan, Sebagian Pembahasan, Penutup, Finishing, Kata Pengantar
2. Yusni Zaqiah Maruf
Sebagian Pendahuluan, Sebagian Pembahasan, Cover, Daftar Isi

25

Anda mungkin juga menyukai