Kelompok :
Carissa Paresky Arisagy (12981)
Praditha Novianingrum (13056)
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya atas selesainya penulisan makalah kami yang berjudul Pengembangan
Minawisata di Sungai Musi, Sumatera Selatan. Makalah ini kami susun dalam rangka
memenuhi tugas ujian tengah semester V dari mata kuliah Manajemen Sumberdaya Perairan.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang turut serta membantu dalam penyusunan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Dalam penulisan makalah ini, kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan baik dari teknis penulisan maupun materinya, untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
ii
iii
ABSTRAK ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ..........................................................................................
Tujuan ......................................................................................................
...........
10
11
12
13
15
16
18
20
iii
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ..............................................................................................
22
Saran .......................................................................................................
22
23
iv
ABSTRAK
Bagi masyarakat Sumatera Selatan, pariwisata merupakan salah satu pilar ekonomi yang amat
penting. Adapun corak wisata Palembang, khususnya di wilayah Sungai Musi lebih condong
pada wisata budaya (culture tourism), yang menyajikan keunikan-keunikan budaya
masyarakat. Salah satu corak wisata alternatif yang cukup menarik untuk dikembangkan di
samping wisata budaya, adalah Mina Wisata, yakni corak wisata berbasis perikanan.
Pengembangan wisata di Sungai Musi harus dilaksanakan secara berkelanjutan dengan
pendekatan yang mengutamakan keseimbangan ekologi, ekonomi dan konservasi. Beberapa
jenis minawisata yang potensial untuk dikembangkan adalah wisata budidaya ikan air tawar,
wisata budidaya ikan payau, wisata pemancingan, wisata kuliner dan minawisata lainnya.
Minawisata berbasis konservasi sumberdaya perikanan dapat dikembangkan di Sungai Musi,
namun diperlukan dukungan dari semua pihak sesuai bidangnya.
Kata kunci : minawisata, perikanan, sungai Musi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan daerah kombinasi
ekosistem daratan dan perairan yang kaya secara ekonomi dan ekologi. Daratan terdiri
dari pegunungan, dataran landai, dan pulau-pulau kecil, sedangkan perairannya luar biasa
dengan kombinasi perairan sungai-sungai besar, daerah basah, pesisir dan laut. Kekayaan
potensi alam tersebut juga didukung oleh kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa
pula. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi sumberdaya hayati maupun non
hayati dengan keanekaragaman potensi ekonomi dan ekologi yang tinggi. Di samping
potensi alamnya yang melimpah, Indonesia juga dianugerahi kekayaan budaya yang tak
kalah hebatnya. Keberagaman dan kekhasan budaya dari setiap suku bangsa di Indonesia
tersebut, merupakan aset yang tidak terhitung jumlahnya.
Nilai potensi yang tinggi tersebut menjadi faktor penting yang mendorong
berkembangnya industri pariwisata di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwa pariwisata
merupakan sektor penyumbang devisa negara yang cukup besar setelah migas. Selain
sebagai penyumbang devisa, sektor ini juga memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah, bahkan dibeberapa daerah seperti Bali dan
Yogyakarta, sektor pariwisata justru sebagai motor penggerak ekonomi. Oleh karena itu
sangat beralasan jika daerah berlomba-lomba untuk mengembangkan potensi wisatanya,
selain dapat mendatangkan pemasukan
promosi daerah baik secara nasional maupun internasional. Salah satu daerah yang cukup
gencar mengembangkan potensi wisatanya adalah Sumatera Selatan.
Bagi masyarakat Sumatera Selatan, pariwisata merupakan salah satu pilar ekonomi yang
amat penting. Adapun corak wisata Palembang, khususnya di wilayah Sungai Musi lebih
condong pada wisata budaya (culture tourism), yang menyajikan keunikan-keunikan
budaya masyarakat. Bilamana kepariwisataan Sungai Musi, Palembang hanya bertumpu
pada wisata budaya, maka dapat membuat kepariwisataan Sungai Musi, Palembang
menjadi tidak berkembang karena tidak tersedianya objek wisata alternatif untuk
mengakomodasi selera wisatawan yang beragam. Dengan hanya bertumpu pada wisata
budaya, sektor kepariwisataan Palembang sesungguhnya mengalami kerugian sebab
2
potensi wisata yang lain tidak terangkat dan tidak terjual. Perlu diingat bahwa corak
wisata budaya yang monoton dapat menciptakan kejenuhan (kebosanan) tersendiri bagi
wisatawan yang melakukan kunjungan ulangan ke Palembang, khususnya Sungai Musi.
Di samping itu, kepariwisataan yang bercorak tunggal umumnya lebih rentan terhadap
permasalahan dibanding kepariwisataan dengan corak yang beragam, Karena itu perlu
ada objek wisata alternatif agar kejenuhan tidak terjadi dan kepariwisataan Palembang
dapat berkembang.
Terkait dengan pentingnya corak wisata alternatif untuk wilayah Palembang, maka salah
satu corak wisata alternatif yang cukup menarik untuk dikembangkan, khususnya di
wilayah Sungai Musi adalah Mina Wisata, yakni corak wisata berbasis perikanan. Saat
ini adalah momentum yang tepat untuk memulai mengoptimalkan pemanfaatan potensi
wisata dan potensi perikanan di Sungai Musi yang selama ini hanya digunakan sebagai
sarana transportasi sebagain kecil masyarakat. Oleh karena itu, kajian mengenai
pengembangan mina wisata sebagai objek wisata alternatif di Sungai Musi, Sumatera
Selatan dianggap sangat vital guna menghindri kejenuhan wisatawan. Dengan demikian,
kepariwisataan di Provinsi Sumatera Selatan dapat berkembang serta dapat menjadi salah
satu model dari Waterfront City di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
D. Studi Area
Secara geografis, Palembang terletak pada 25927.99LS 1044524.24BT. Luas
wilayah Kota Palembang adalah 358,55 Km dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari
permukaan laut. Provinsi Sumatera Selatan ini mempunyai perairan umum yang cukup
luas, yakni sekitar 2.518.644 ha meliputi sungai, danau, waduk, rawa, dan perairan
tergenang lainnya baik yang alami maupun yang buatan (Rohayati dkk, 2003).
Sungai Musi merupakan salah satu perairan umum di Sumatera Selatan yang menjadi
muara puluhan sungai besar dan kecil lainnya, baik di Bengkulu maupun Sumatera
Selatan. Sungai Musi memiliki delapan anak sungai besar, yakni Sungai Komering,
Sungai Ogan, Sungai Penukal, Sungai Batanghari Leko, Sungai Lematang, Sungai
Rawas, Sungai Lakitan dan Sungai Kelingi (Utomo et al., 1995). Mata air Sungai Musi
berada di bagian hulu di daerah Bukit Barisan di Desa Teberena dan bermuara ke laut di
Selat Bangka.
antara 102-105 Bujur Timur (Samuel dan Aida, 2004). Sungai ini membagi Kota
Palembang menjadi dua kawasan, yakni kawasan Seberang Ilir dan Seberang Ulu. Pada
area hulu aliran ini terdapat delta seluas 122 ha dikenal dengan nama Pulokerto.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah Pengembangan Minawisata di Sungai Musi, Sumatera
Selatan ini, penulis menggunakan metode kepustakaan untuk mendapatkan bahan
materi yang menyeluruh. Kepustakaan yang penulis gunakan tak hanya memakai
beberapa buku dan jurnal untuk menjadi sumber acuan. Akan tetapi, penulis juga
mencari bahan dari internet baik berupa materi maupun gambar yang dapat melengkapi
pembahasan materi.
Kami membagi laporan ini menjadi beberapa bagian, antara lain pendahuluan, tinjauan
pustaka, materi pembahasan, penutup serta daftar pustaka. Bagian pendahuluan berisi
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, studi area dan sistematika penulisan.
Kemudian hasil dan pembahasan berisi materi bahasan terkait Pengembangan
Minawisata di Sungai Musi seperti karakteristik Sungai Musi, perkembangan wisata
Sungai Musi, pengembangan minawisata Sungai Musi, pengembangan minawisata
berbasis konservasi sumberdaya alam, arahan kegiatan mina wisata yang potensial,
strategi pengembangan minawisata, dukungan dan partisipasi pemerintah dan masyarakat
dalam pengembangan minawisata, ancaman dalam pengembangan minawisata Sungai
Musi, serta alternatif solusinya. Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran. Sementara
bagian terakhir yakni daftar pustaka berisi referensi yang digunakan dalm penyususnan
makalah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
disebabkan oleh variasi geofisik sungai sehingga terjadi perubahan gradien dari hulu
hingga ke hilir.
B. Definisi Pariwisata
Menurut Kodyat (1983) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain,
bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial,
budaya, alam dan ilmu. Selanjutnya Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata
sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek
ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatankegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Sedangkan Wahab (1985)
menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya.
Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti
kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga
dipandang sebagai industri.
Wisata merupakan satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa
alam untuk kepuasan manusia. Berdasarkan konsep pemanfaatannya, wisata dapat
diklasifikasikan alam 3 (tiga) bentuk (Fandeli, 2000; META, 2002) yaitu :
a. Wisata Alam (Nature Tourism); merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada
pengalaman tehadap kondisi alam atau daya tarik panoramannya.
b. Wisata Budaya (Cultural Tourism); merupakan wisata dengan kekayaan budaya
sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
c. Ekowisata (Ecotourism, Green Tourism, Altenatif Tourism); merupakan wisata
yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan
sumberdaya alam atau lingkungan dan industri kepariwisataan.
C. Definisi Minawisata
Minawisata (mina = perikanan, wisata = pariwisata) adalah pendekatan pengelolaan
terpadu yang berbasis konservasi dengan menitikberatkan pada
pengembangan
perikanan dan pariwisata bahari (Buklet DKP 2007). Menurut Kamal (2005), minawisata
adalah pemanfaatan kawasan wisata dengan pengembangan produksi perikanan untuk
mencapai ketertarikan masyarakat pengguna akan pengembangan perikanan pada
kawasan wisata tersebut. Minawisata juga dapat didefinisikan sebagai pengembangan
kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah yang berbasis pada pemanfaatan potensi
sumberdaya kelautan, perikanan dan pariwisata secara terintegrasi pada wilayah tertentu.
Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, perikanan adalah
semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran yang dilaksanakan dalam bisnis perikanan. Lebih lanjut, ikan adalah segala
jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam
lingkungan perairan. Sementara menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan
pemerintah. Berdasarkan definisi di atas maka kegiatan wisata bahari yang dalam
aplikasinya memanfaatkan sumberdaya ikan sebenarnya dapat dikembangkan ke arah
minawisata.
BAB III
MATERI PEMBAHASAN
menjadikan Sungai
Musi
menyimpan
keanekaragaman hayati ikan yang besar. Hal ini tercermin dari jumlah spesies ikan yang
mendiami perairan tersebut.
Keberadaan sungai Musi yang membelah kota Palembang menjadi sangat penting
sebagai urat nadi perekonomian masyarakat sekaligus menyimpan potensi besar di
bidang pariwisata, khususnya wisata sungai. Di sepanjang perairan sungai Musi dapat
10
kita temui sejumlah pemukiman penduduk dengan rumah rakitnya, pusat industri PT.
Pusri, PT. Pertamina dan PT. Semen Baturaja, pulau Kemaro, kompleks pemakaman
Bagus Kuning, situs makam raja-raja Kesultanan Palembang Darussalam, Pelabuhan
Boom Baru, kampung Arab, Mesjid Lawang Kidul, Mesjid Ki Merogan, Benteng Kuto
Besak, Jembatan Ampera, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dan masih banyak
lagi.
11
di pinggir sungai seperti Benteng Kuto Besak dan Mesjid Agung yang sekarang menjadi
salah satu objek wisata andalan.
Bagi masyarakat Sumatera Selatan, pariwisata merupakan salah satu pilar ekonomi yang
amat penting. Adapun corak wisata Palembang, khususnya di wilayah Sungai Musi lebih
condong pada wisata budaya (culture tourism), yang menyajikan keunikan-keunikan
budaya masyarakat. Adapun beberapa objek wisata yang telah berkembang di Sungai
Musi dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Objek Wisata Sungai Musi
12
Bilamana kepariwisataan Sungai Musi, Palembang hanya bertumpu pada wisata budaya,
maka dapat membuat kepariwisataan Sungai Musi, Palembang menjadi tidak
berkembang karena tidak tersedianya objek wisata alternatif untuk mengakomodasi
selera wisatawan yang beragam. Dengan hanya bertumpu pada wisata budaya, sektor
kepariwisataan Palembang sesungguhnya mengalami kerugian sebab potensi wisata yang
lain tidak terangkat dan tidak terjual. Perlu diingat bahwa corak wisata budaya yang
monoton dapat menciptakan kejenuhan (kebosanan) tersendiri bagi wisatawan yang
melakukan kunjungan ulangan ke Palembang, khususnya Sungai Musi. Di samping itu,
kepariwisataan yang bercorak tunggal umumnya lebih rentan terhadap permasalahan
dibanding kepariwisataan dengan corak yang beragam, Karena itu perlu ada objek wisata
alternatif agar kejenuhan tidak terjadi dan kepariwisataan Palembang dapat berkembang.
Terkait dengan pentingnya corak wisata alternatif untuk wilayah Palembang, maka salah
satu corak wisata alternatif yang cukup menarik untuk dikembangkan, khususnya di
wilayah Sungai Musi adalah Minawisata, yakni corak wisata berbasis perikanan.
Pengembangan minawisata dapat digunakan sebagai objek wisata alternatif di Sungai
Musi, guna menghindri kejenuhan wisatawan.
Minawisata adalah pemanfaatan kawasan wisata dengan pengembangan produksi
perikanan untuk mencapai ketertarikan masyarakat pengguna akan pengembangan
perikanan pada kawasan wisata tersebut. Dengan kata lain, Minawisata adalah
pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah yang berbasis pada
pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan pariwisata secara terintegrasi pada suatu
wilayah tertentu. Pada tahap awal, Minawisata sungai ini dikemas dalam bentuk satu
program pemberdayaan masyarakat tepian sungai melalui pendayagunaan potensi
sumberdaya perikanan dan pariwisata berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut yaitu; emisi karbon yang rendah, ramah
lingkungan, sesuai daya dukung dan daya tampung, konservasi (penggunaan sumberdaya
secara efisien), berbasis sumberdaya lokal, dan pelibatan stakeholders lokal terkait.
14
ekonomi
wilayah.
15
Survei untuk mengumpulkan data dan informasi serta analisis data. Kegiatan analisis
data bertujuan untuk mengolah berbagai data, informasi dan peta dari lapangan
(biofisik, sosial ekonomi dan lain-lain). Jenis analisis yang dilakukan meliputi
analisis kesesuaian lahan, daya dukung, ekonomi dan analisis pengembangan
wilayah.
2.
3.
Penataan ruang pesisir dan laut pulau-pulau kecil (pemintakatan) yang sinergis
dengan zonasi kawasan konservasi dalam konteks pengelolaan pulau-pulau kecil
terpadu (ISIM/Integrated Small Islands Management), yaitu ICM di PPK.
2.
3.
4.
16
5.
6.
7.
8.
9.
Pra Evaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat program belum
berjalan/beroperasi pada tahap perencanaan.
b.
Evaluasi pada saat program telah berjalan, yaitu evaluasi yang lebih difokuskan pada
penilaian dari setiap tahapan kegiatan yang sudah dilaksanakan walaupun belum
selesai sepenuhnya.
c.
Dalam sistem pariwisata, ada banyak faktor yang berperan dalam menggerakan sistem,
yaitu (1) masyarakat, (2) swasta, (3) pemerintah. Pitana dan Giyatri (2005) menyebutkan
ketiga pilar tersebut sebagai tiga pilar utama insan pariwisata. Pilar pertama adalah
masyarakat umum yang ada pada destinasi sebagai pemilik sah dari berbagai sumberdaya
17
bersamaan
dikembangkan
agar
memiliki
kesatuan
pandangan
dalam
langkah awal dalam menunjang kawasan wisata sungai yang dicanangkan oleh
pemerintah.
terhadap mutu air sungai dan selanjutnya mengakibatkan rusaknya ekosistem perairan.
Rusaknya ekosistem perairan berdampak pula terhadap kehidupan ikan baik secara
kualitas maupun kuantitas.
Apabila masalah-masalah pencemaran lingkungan di perairan Sungai Musi ini dibiarkan
berlarut-larut, akan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Hal ini tentu saja
mengancam eksistensi perairan sungai dan ketahanan masyarakat di tepian sungai.
Tentunya juga akan berdampak pada terganggunya kegiatan pariwisata khususnya
minawisata di Sungai Musi. Untuk itu, setiap wilayah seharusnya ada fasilitas
mengelolaan limbah rumah tangga sebelum dibuang ke sungai atau tempat lain yang
telah ditentukan. Biaya yang dikeluarkan memang cukup besar. Namun, efek baiknya
akan dirasakan oleh banyak orang dalam jangka waktu yang lama.
I.
Alternatif Solusi
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, maka pengembangan wisata di Sungai
Musi harus dilaksanakan secara berkelanjutan dengan pendekatan yang mengutamakan
keseimbangan
ekologi,
ekonomi
dan
konservasi.
Pembangunan
berkelanjutan
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu alternatif corak wisata yang menarik untuk mengatasi kejenuhan wisatawan di
samping wisata budaya adalah minawisata. Minawisata di Sungai Musi dapat
dikembangkan berdasarkan potensi kawasan dan daya dukungnya. Minawisata berbasis
konservasi sumberdaya perikanan dapat dikembangkan di Sungai Musi, namun
diperlukan dukungan dari semua pihak sesuai bidangnya.
B. Saran
Pengembangan wisata di Sungai Musi harus dilaksanakan secara berkelanjutan dengan
pendekatan yang mengutamakan keseimbangan ekologi, ekonomi dan konservasi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri Kelapa
Sawit PT. Peputra Masterindo di Kabupaten Kampar. S2, Universitas Diponegoro.
Agardy, T.S. (1997), Marine Protected Areas and Ocean Conservation. Academic Press, Inc.,
San Diego, California.
Burkart, A.J. dan Medlik, S. 1987. Tourism, Past, Present, and Future. London.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sumatera Selatan. 2006. Profil Usaha Pariwisata.
Kota Pagar Alam
Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Gunn. CA., 1994. Tourism Planning Basics, Concepts, Cases. Third Edition. Tylor & Francis
Ltd. London.
Kamal E. 2005. Minawisata dan Minaindustri. Informasi Kampus. Universitas Bung Hatta.
Padang.
Kodyat, H 1983. Sejarah Pariwisata dan Perkembangnannya di Indonesia. PT Gramedia.
Pustaka Utama. Jakarta.
Kordi, K. M. G. H. 2005. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya Perairan. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
Pitana, I Gede dan Putu G. Giyatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Rohayati, T, Zulkifli, H. dan Husnah. 2003. Produktivitas Primer dan Komunitas Plankton di
Danau Buatan Kawasan Pemukiman Ogan Permata Indah Jakabaring Palembang. Ilmuilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. 1(1):1-14
Samuel dan Aida, S.N. 2004. Limnobiologi Perairan Musi Bagian Hulu di Provinsi Bengkulu
dan Sumatera Selatan. Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. 2(1):23-32.
23
Surbakti, H. 2012. Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi,
Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains. Universitas Sriwijaya. Palembang. 15(1) :
35-39.
Utomo, A. D. Nasution, Z. A. dan Adjie, S. 1995. Pemanfaatan Berbagai Tipe Ekosistem
Daerah Aliran Sungai Melalui Penerapan Teknologi Budidaya Ikan Tepat Guna.
Kumpulan Makalah Seminar Penyusunan, Pengolahan dan Evaluasi Hasil Penelitian
Perikanan di Perairan Umum, Palembang 27-28 Februari 1994. Sub Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar Palembang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan,
Badan Penelitian pengembangan Pertanian. 227-233.
Vannote, R. L., G. W. Minshall, K. W. Cummins, J. R. Sedel and C. E. Cushing. 1980. The
River Continum Concept. Can. Journal. Fish. Aquat. Sci., 37: 130-137.
Wahab, Salah. 1985. Manajemen Pariwisata. PT. Pradnya Pramita: Jakarta.
WCED (UN World Commission on Environment and Development), 1987, Our Common
Future: Report of the World Commission on Environment and Development, WCED,
Switzerland.
24
Pembagian Tugas
1. Carissa Paresky Arisagy
Sebagian Pendahuluan, Sebagian Pembahasan, Penutup, Finishing, Kata Pengantar
2. Yusni Zaqiah Maruf
Sebagian Pendahuluan, Sebagian Pembahasan, Cover, Daftar Isi
25