Faringitis
Faringitis
Seorang anak usia 10 tahun datang dengan keluhan tenggorokan gatal dan terasa
kering sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai demam sejak 3 hari yang lalu.
Problem : tenggorokan gatal dan kering
demam
E. CONTOH RESEP
R/
Amoxicilin mg 250
Dexamethason mg 0,25
Paracetamol mg 250
mfla pulv dtd
S 3 dd pulv I
Pro: An A (10 tahun)
No. XII
URTIKARIA
A. DEFINISI
Urtikaria adalah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab, yang
biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang
perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit,
sekitarnya dapat dikelilingi halo, dengan keluhan subjektif berupa gatal, rasa
tersengat, atau tertusuk.
B. ETIOLOGI
Sekitar 80% urtikaria tidak diketahui penyebabnya. Penyebab urtikaria
bermacam-macam, seperti: obat, makanan, gigitan/sengatan serangga, inhalan,
kontaktan, trauma fisik, infeksi dan infestasi parasit, psikis, genetik, dan penyakit
sistemik.
C. PATOGENESIS
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang
meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan
cairan setempat sehingga secara klinis tampak edema setempat disertai kemerahan.
Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator, misalnya histamin, kinin, serotonin, slow reacting substance of
anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh sel mast dan atau sel basofil. Selain itu,
terjadi inhibisi proteinase oleh enzim proteolitik, misalnya kalikrein, tripsin, plasmin,
dan hemotripsin di dalam sel mast.
D. TERAPI DAN MEKANISME OBAT
3. Kortikosteroid
Dalam beberapa kasus urtikaria akut atau kronik, antihistamin mungkin
gagal, bahkan pada dosis tinggi, atau mungkin efek samping bermasalah.
Dalam situasi seperti itu, terapi urtikaria seharusnya respon dengan
menggunakan kortikosteroid. Jika tidak berespon, maka pertimbangkan
kemungkinan proses penyakit lain (misalnya, keganasan, mastocytosis,
vaskulitis). Kortikosteroid juga dapat digunakan dalam urticarial
vasculitis, yang biasanya tidak respon dengan antihistamin. Kortikosteroid
harus dihindari pada penggunaan jangka panjang dalam pengobatan
urtikaria kronis karena efek samping kortikosteroid seperti hiperglikemia,
osteoporosis, ulkus peptikum, dan hipertensi. Contoh obat kortikosteroid
adalah prednisone, prednisolone, methylprednisolone, dan triamcinolone.
Prednisone harus diubah menjadi prednisolone untuk menghasilkan efek,
dapat diberikan dengan dosis dewasa 40-60 mg/hari PO dibagi dalam 1-2
dosis/hari dan dosis anak-anak 0.5-2 mg/kgBB/hari PO dibagi menjadi 1-4
dosis/hari. Prednisolone dapat mengurangi permeabilitas kapiler, diberikan
dengan dosis dewasa 40-60 mg/hari PO (4 kali sehari atau dibagi menjadi
2 kali sehari) dan dosis anak-anak 0.5-2 mg/kgBB/hari PO (dibagi dalam 4
dosis atau 2 dosis). Methylprednisolone dapat membalikkan peningkatan
permeabilitas kapiler, diberikan dengan dosis dewasa 4-48 mg/hari PO dan
dosis anak-anak 0.16-0.8 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis dan 4 dosis.
Pada urtikaria, agen terapetik yang diberikan antara lain:
1. Antihistamin penghambat H1: hydroxyzine hydrochloride 10-50 mg
setiap 4-8 jam, atau astemizole 10 mg 2-3 kali per oral (PO) dalam
keadaan lambung kosong, atau terfenadine 60 mg PO setiap 12 jam; atau
cetirizine 10 mg PO/hari. Jika pengobatan ini tidak dapat mengendalikan
urtikaria, pertimbangkan untuk menambahkan penghambat H1 dari
golongan kimia lainnya, misalnya: clemastine fumarate 1,34 mg atau 2,68
mg, tidak melebihi 8,04 mg/hari atau lebih dari tiga tablet 2,68 mg tiga
kali sehari; cyproheptadine hydrochloride 4 mg PO setiap 8 jam;
timeprazine tartrate spansul 5 mg, 1 setiap 12 jam, atau tablet 2,5 mg
empat kali sehari; chlorpheniramine maleat 4 mg tiga kali sehari
2. Antihistamin penghambat H2: cimetidine 300 mg 4 kali sehari, atau
ranitidine 150 mg 2 kali sehari.
Cetirizine tab mg 10
S 1 dd tab I
Prednison tab mg 5
S 3-0-2
Pro: Tn. S (25 tahun)
No. VI
No. XXV