PENDAHULUAN
Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini terjadi pada saat adanya
kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang
merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung.
Kecemasan yang dimiliki seseorang yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan
kecemasan ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal
ketika kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari
kapasitas umumnya.
Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety
disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional.
Seseorang dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila kecemasan ini mengganggu
aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut, salah satunya yakni gangguan fungsi
sosial. Misalnya kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin
hubungan akrab antar individu atau kelompoknya.
Seperti halnya dengan faal badan, maka fungsi mental juga berusaha mempertahankan
individu terhadap serangan atau bahaya. Bila stres dan konflik itu tidak dihadapi dan
dikontrol secara sadar atau bila terjadi represi yang baik, serta kecemasan dan ketegangan
tetap ada, maka individu berusaha menghilangkan rasa cemasnya dengan mekanisme
pembelaan yang lain. Hal ini tidak akan memuaskan sepenuhnya, akan timbul rasa malu, rasa
salah dan tidak mampu. Begitupun dengan jiwa, mekanisme pembelaan berjalan secara tidak
disadari, tidak disengaja. Faktor yang menyebabkan gangguan terletak terutama pada bidang
emosi. Tidak jarang sejak masa kanak-kanak terdapat sifat yang merupakan gejala, tetapi
yang sudah sedemikian berakar di dalam kepribadian sehingga tidak dapat dipisahkan lagi
dan dianggap sebagai sifat kontitusional.
Gangguan anxietas atau cemas merupakan suatu keadaan patologik yang ditandai oleh
perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda sistem saraf autonom yang hiperaktif.
Dibedakan dari rasa takut yang merupakan respon terhadap suatu penyebab.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Keterangan Umum
Nama
: Ny. A M
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Alamat
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
: 20.17.04
Tanggal Masuk RS
: 20 Februari 2014
A. Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri ulu hati dan jantung terasa berdebar-debar
Riwayat Penyakit Sekarang :
-
Nyeri ulu hati sejak 5 hari yang lalu, perut terasa kembung dan begah
Pasien merasa jantung berdebar debar, selalu merasa cemas dan sulit tidur sejak
enam bulan yang lalu. Keluhan mulai dirasakan setelah mengetahui bahwa pasien
menderita penyakit diabetes. Pasien cemas karena suami dan kakak pasien juga
meninggal karena penyakit yang sama. Hal ini membuat pasien cemas, berdebar
debar, berkeringat, sehingga sulit tidur malam hari.
Perasaan cemas seringkali timbul di malam hari ketika pasien sendirian di kamarnya,
sehingga pasien berkeringat dingin dan tidak bisa tidur. Akhir-akhir ini pasien sampai
tidak selera makan dan mengeluhkan nyeri ulu hati.
Keluhan melihat bayangan-bayangan, mendengar suara-suara, atau mencium baubauan tidak ada.
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Penghasilan diperoleh dari warung yang
dibuka di depan rumahnya serta uang bulanan yang diterima pasien dari anak lakilakinya yang sudah bekerja.
Hubungan dengan anak baik, hubungan sosial dengan tetangga baik. Pasien mengikuti
arisan dengan ibu-ibu pengajian.
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : baik
Kesadaran
: compos mentis cooperative
Nadi
: 82x/menit, kuat angkat, reguler
Nafas
: 22 x/menit, teratur
Suhu
: 37 oC
Anemis
: tidak ada
Sianosis
: tidak ada
Ikterik
: tidak ada
Edema
: tidak ada
Kulit
Kepala
KGB
Mata
THT
Leher
Dada
Paru
: teraba hangat
: bentuk bulat simetris, rambut hitam bercampur uban
: tidak ada pembesaran KGB
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
: tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis
: tidak ada kelainan
:
: I : simetris kiri dan kanan
Pa : tidak dilakukan
Pe : sonor di kedua lapangan paru
Au : suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : I
Perut
tidak teraba
Pe : timpani
Au : BU (+) normal
Punggung
: CVA: nyeri tekan (-/-), nyeri ketok (-/-)
Anggota gerak: akral hangat, refilling kapiler baik
Status Neurologikus
I. Sistem Saraf Pusat
Mata :
-
Gerakan
Persepsi
Pupil
: Isokor, bulat
Reaksi cahaya
: ada
Reaksi konvergensi
: tidak diperiksa
Reaksi kornea
: tidak diperiksa
Tonus
: Eutonus
Turgor
: Baik
II. Motorik :
555 555
-
Koordinasi: Baik
III. Sensibilitas
Kaku
: Tidak ada
Tremor
: Tidak ada
Nasal stiffness
: Tidak ada
Tortikolis
: Tidak ada
Lain lain
: Tidak ada
C. Pemeriksaan Psikiatrik
I.
II.
Keadaan umum
a. Kesadaran
b. Sikap
c. Tingkah laku motorik
d. Ekspresi fasial
e. Verbalisasi dan cara bicara
f. Kontak psikis
g. Perhatian
h. Inisiatif
Keadaan spesifik
1. Keadaan afektif
2. Hidup emosi
a. Stabilitas
b. Pengendalian
c. Echt-unecht
d. Einfuhlung
e. Dalam dangkal
f. Skala diferensiasi
g. Arus emosi
: kompos mentis
: kooperatif
: aktif
: kaya
: dapat bicara, lancar, jelas
: dapat dilakukan cukup wajar, lama
: ada
: ada
: eutim
: stabil
: cukup
: echt
: adekuat
: dalam
: luas
: baik
: baik
: baik
: baik
: baik
e)
f)
g)
h)
: rata-rata normal
: tidak terganggu
: tidak terganggu
: tidak ada
: cepat
: jelas dan tajam
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: banyak
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
Mannarisme
: tidak ada
Anxietas yang terlihat overt : ada, sedikit
Hubungan dengan realita
: tidak terganggu (tingkah laku, fikiran
dan perasaan)
Resume Multiple Axis
Axis I. Sindroma Klinis
Pasien merasa cemas, jantung berdebar debar dan sulit tidur sejak enam bulan yang
lalu. Keluhan mulai dirasakan setelah mengetahui bahwa pasien menderita penyakit
diabetes. Pasien cemas karena suami dan kakak pasien juga meninggal karena
penyakit yang sama. Hal ini membuat pasien cemas, berdebar debar, berkeringat
sehingga sulit tidur malam hari.
Keadaan umum :
kompos mentis, kooperatif, perhatian ada, inisiatif ada, ekspresi fasial kaya, bicara
lancar, kontak psikis dapat dilakukan cukup wajar dan cukup lama.
Keadaan spesifik
Keadaan alam perasaan : eutim, stabil, pengendalian baik, echt, adekuat, dalam, dan
cepat.
Keadaan dan fungsi intelek : daya ingat baik, konsentrasi baik, orientasi baik,
discriminative insight tidak terganggu, discriminative judgement tidak terganggu, luas
pengetahuan luas, dugaan intelegensi rata-rata normal, kemunduran intelek tidak ada.
Kelainan sensasi dan persepsi : ilusi tidak ada, halusinasi tidak ada
Keadaan proses berfikir : cepat, cukup jelas, cukup tajam, koheren, curiga tidak ada
dan hipokondria tidak ada.
Kelainan dorongan instinktual dan perbuatan : kegaduhan umum tidak ada.
Anxietas yang terlihat overt : ada, sedikit
Hubungan dengan realitas : tidak terganggu (tingkah laku, pikiran, perasaan).
Axis II. Gangguan Kepribadian dan Retardasi mental
Keperibadian : tidak ada
Retardasi mental : tidak ada.
Axis III. Kondisi Medis Umum
Diketahui menderita diabetes mellitus tipe 2 sejak 6 bulan lalu.
Mengalami nyeri ulu hati
E. Diagnosis Differensial
F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
F. 41.3 Gangguan Anxietas Campuran Lain
F. Terapi
Ranitidin 2 x 1 tablet
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
Quo ad sanasionam
: bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Cemas dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal dan respon adaptasi
terhadap ancaman yang mempersiapkan individu tersebut untuk flight or fight. Seseorang
yang cemas terhadap segala sesuatu dapat dikatakan mengalami gangguan cemas
menyeluruh.
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan
kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan
tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan seharihari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejalagejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga
menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan
pekerjaan.
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan
tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk khawatir.
Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres dan
mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial.
3.2 Etiologi
Penyebab gangguan cemas menyeluruh ini belum diketahui secara pasti. Hanya saja
disebutkan bahwa faktor biologi dan psikologi memiliki peran terhadap terjadinya gangguan
cemas menyeluruh.
1.
Faktor Biologi
Secara biologik, reaksi autonom berlebih dengan naiknya tonus simpatis; naiknya
pelepasan katekolamin; naiknya metabolit norepinefrin, misalnya 3-metoksi-4hidroksifenil-glikol
(MHPG).
Infus
laktat
percobaan
menambah
norepinefrin,
menimbulkan cemas; turunnya masa laten tidur REM dan stadium 4 (serupa depresi);
turunnya GABA menyebabkan hiperaktivitas SSP (GABA menghambat kemampuan
SSP); serotonin naik menyebabkan cemas, naiknya aktivitas dopaminergik berkaitan
dengan cemas; pusat hiperaktif di korteks serebral temporal; lokus seruleus, pusat neuron
2.
keluhan lain meliputi kecemasan misalnya khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di
ujung tanduk, sulit konsentrasi. Selain itu terdapat pula ketegangan motorik, misalnya
gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai. Overaktivitas otonomik juga ditemukan
misalnya adanya kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas,
keluhan lambung, pusing, mulut kering.
Gejala gangguan cemas menyeluruh ada yang mengelompokan nya menjadi sindroma
anxietas, dimana adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2 hal
atau lebih yang dipersepsikan sebagai ancaman sehingga tidak mampu istirahat. Selain itu,
ada paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
3.4 Diagnosis
Gangguan cemas menyeluruh, menurut DSM-IV-TR, ditandai dengan pola yang
sering, kekhawatiran terus-menerus dan kegelisahan yang tidak sesuai dengan dampak dari
peristiwa atau keadaan yang merupakan fokus dari rasa khawatir. Perbedaan antara gangguan
cemas menyeluruh dan kecemasan yang normal ditekankan dalam kriteria yang
menggunakan kata-kata yang berlebihan dan sulit dikendalikan; dan gejala yang
menyebabkan penurunan yang signifikan.
a.
Kecemasan yang berlebihan dan khawatir dapat terjadi harian atau minimal selama
minimal 6 bulan, atau pada beberapa acara atau kegiatan (seperti pekerjaan atau saat
b.
c.
aktivitas sekolah).
Orang yang mengalami kesulitan untuk mengontrol rasa khawatir.
Kecemasan dan kekhawatiran berkaitan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala berikut
d.
e.
f.
Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnosis untuk gangguan cemas menyeluruh (F41.1)
adalah:
o penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau
mengambang)
o gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);
dan
overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
o pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta
keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
o adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama
hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif, gangguan anxietas
fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif-kompulsif.
3.5 Tatalaksana
1. Psikoterapi
a. Psikodinamik (Insight), ditujukan untuk mengungkap konflik masa lalu yang
mendasari dan merupakan sumber kecemasan yang sebenarnya
b. CBT (Cognitive-Behavioral Therapy), dengan cognitive restructuring, yaitu
mengidentifikasi pikiran-pikiran yang berhubungan dengan kecemasan lalu
menggantinya dengan respon coping yang lebih positif
c. Relaxation Training, latihan untuk menurunkan bangkitan fisiologik yang
berlebihan
d. Suportif
2. Somatoterapi
a. Ansiolitik Benzodiazepin
Ansiolitik yang paling sering digunakan
Tidak mengurangi kekhawatiran, namun mengatasi kecemasan dengan
menurunkan kewaspadaan dan dengan menghilagkan gejala somatik
seperti ketegangan otot
kosentrasi,
dan
amnesia
anterograde.
benzodiazepin meliputi:
o Ansiolitik
o Antikonvulsan
o Antiinsomnia
o Premedikasi bedah
Beberapa contoh benzodiazepin:
a) Diazepam dan Chlordiazepoxide,
merupakan
Spektrum
klinis
benzodiazepin
broadspectrum
b) Nitrazepam dan Flurazepam, lebih efektif sebagai antiinsomnia karena
dosis antiinsomnia berdekatan dengan dosis anticemas
c) Midazolam, onset cepat dan kerja singkat, cocok untuk premedikasi
bedah
d) Bromazepam, Lorazepam, dan Clobazam, lebih efektif sebagai
anticemas karena dosis antiinsomnia dan anticemas yang berjauhan
e) Clobazam, efek samping terhadap performa psikomotor paling kecil,
cocok untuk pasien dewasa atau pasien lansia yang ingin aktif
f) Lorazepam, benzodiazepin dengan waktu paruh pendek dan tidak ada
akumulasi obat yang signifikan pada dosis terapi, cocok untuk pasien
dengan kelainan fungsi hati dan ginjal
g) Alprazolam, efektif untuk ansietas antisipatorik, memiliki onset cepat
dan komponen anti depresi
b. Ansiolitik Non Benzodiazepin
a) Sulpiride, efektif untuk meredakan gejala somatik dari sindrom ansietas
dan resiko ketergantungan paling kecil
b) Buspirone, obat yang sering digunakan untuk pasien dengan kecemasan
kronik, pasien yang relaps setelah terapi dengan benzodiazepin, dan pasien
dengan riwayat penyalahgunaan zat. Tidak seperti benzodiazepin,
buspirone lebih mengurangi kecemasan daripada gejala somatik pada
Gangguan cemas menyelurh (Generalized Anxiety Disorder, GAD).
Buspirone sama efektifnya dengan benzodiazepin untuk terapi pasien
dengan GAD. Buspiron juga tidak menyebabkan ketergantungan dan
toleransi. Namun perlu diinformasikan pada pasien bahwa, tidak seperti
benzodiazepin yang dapat langsung menghilangkan gejala kecemasan,
onset Buspirone perlu 2-3 minggu.
c. Antidepresan Trisiklik, Imipramine, efektif dalam mengendalikan kecemasan
pada GAD, namun belum diteliti efektivitasnya jika dibandingkan dengan
Benzodiazepin atau Buspirone. Dapat juga digunakan alternatif Desmipramine
3.6 Prognosis
Baik tidaknya prognosis pada gangguan cemas menyeluruh tergantung pada tingkat
keparahan dari kondisi yang terjadi. Tanpa terapi, gangguan cemas menyeluruh bisa terus
berlanjut dan terus muncul dalam kehidupan pasien. Prognosis semakin buruk pada orang
yang memiliki lebih dari satu jenis gangguan kecemasan. Terlebih, pada pasien dengan
gangguan cemas menyeluruh ini biasanya lebih sering atau punya kecenderungan untuk
menjadi perokok berat, minum alcohol, dan menggunakan obat-obat tertentu dibandingkan
orang normal yang tidak menderita gangguan. Masing-masing dari hal tersebut di atas
membuat gejala cemas menjadi lebih mudah muncul dalam jangka waktu yang pendek. Serta
adiksi pada nikotin, alkohol, dan obat-obatan akan memperburuk keadaan jangka panjang dan
secara signifikan memengaruhi kondisi kesehatan secara umum. Akan tetapi, sebagian besar
pasien menunjukkan perbaikan dengan kombinasi terapi medikasi dan terapi kognitif perilaku
(cognitive behavioural therapy). Statistik menunjukkan dengan terapi yang adekuat, sekitar
50% pasien membaik keadannya dalam 3 minggu semenjak terapi dimulai.
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, R. 2003, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ
III, Jakarta : PT Nuh Jaya, hal 74
Maslim, R. 2007, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta : PT Nuh
Jaya
RSUD Dr. Soetomo. 2004, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kedokteran
Jiwa. Edisi III. Surabaya.
Zieve, David. 2012. Generalized Anxiety Disorder [Online] Diakses tanggal 11 April
2012. Availabvle from : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001915/
Kaplan HI, Gangguan Kecemasan, in Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA, et al eds,
Sinopsis Psikiatri, Jilid II, Edisi ke-7, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997, hal 17-31.
Mansjoer A, Gangguan Cemas Menyeluruh in Kapita Selekta Kedoteran edisi ketiga Jilid
1, Media Aesculapius, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009, hal 207
- 211