Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air tanah merupakan air terdapat dalam lapisan tanah atau batuan dibawah
permukaan tanah, air tanah lebih jernih dibandingkan dengan air permukaan karena
mengalami penyaringan oleh lapisan tanah, kandungan mineral air tanah cukup tinggi
seperti Na, Ca, Mg, dan Fe. Air tanah terdiri atas air tanah preatis dan air
tanah artesis. Air tanah preatis letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada
di atas lapisan kedap air, sedangkan air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam
tanah serta berada diantara dua lapisan kedap udara. Sejalan dengan kemajuan dan
peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah penyediaan air bersih selalu meningkat.
Contohnya untuk penggunaan kepentingan rumah tangga (Wibawanto, 2012).
Manusia memerlukan air tanah dan air kran untuk keperluan sehari-hari. Air
tanah yang dimanfaatkan oleh manusia berasal dari sumur-sumur yang ada di rumahrumah warga, kebanyakan yang menggunakan air tanah dari sumur adalah warga
pedesaan. Air kran sering digunakan warga perkotaan untuk memenuhi kebutuhan air
sehari-hari. Air yang keluar dari kran/ledeng pada umumnya berasal dari Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Air baku sebagai sumber air yang digunakan PDAM
terdiri dari air tanah dalam, mata air, dan sungai. Kebutuhan air rata-rata secara wajar
setiap orang sekitar 60 liter air bersih per hari untuk segala keperluannya (Suripin,
2002).
Kabupaten Mojokerto termasuk dalam daerah strategis di Jawa Timur yaitu
wilayah Dusun Biting, Desa Seloliman, Kec. Trawas, Kab. Mojokerto. Salah satu
Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) yang ada di Jawa Timur. PPLH
Seloliman berlokasi di tempat yang sangat strategis tepatnya di lereng Gunung
Penanggungan. Saluran irigasi, air yang masih alami, kontur tanah yang subur
mendukung program pendidikan dan pengembangan biologi dan lingkungan (PPLH,
2013).

Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan suatu pengujian terhadap kualitas


air tanah dan air kran berdasarkan suhu, kekeruhan, pH, dan oksigen terlarut agar
dapat diketahui kualitas air tanah dan air kran di PPLH Selolilman dengan cara
melakukan metode teknik sampling pengambilan sampel air tanah dan air kran.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah praktikum ini adalah:
1.

Bagaimana teknik sampling air tanah dan air kran dengan benar?

2.

Bagaimana kualitas air tanah dan air kran berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 mengenai
syarat air bersih dan air minum dengan parameter suhu, kekeruhan, pH, dan
oksigen terlarut di PPLH Seloliman?

1.3 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
1.

Mengetahui teknik sampling air tanah dan air kran dengan benar.

2.

Mengetahui kualitas air tanah dan air kran berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 mengenai
syarat air bersih dan air minum dengan parameter suhu, kekeruhan, pH, dan
oksigen terlarut di PPLH Seloliman

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air
minum. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Menurut Notoadmodjo
(2003), sekitar 55 - 60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak
sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Air merupakan komponen penyusun terbesar
permukaan bumi, yaitu 71% dan sisanya adalah daratan. Oleh karena itu air lebih
berpengaruh terhadap kehidupan di bumi. Air yang terdapat di bumi, 97% berada di
laut, 3% sisanya berupa air tawar yang tersimpan di darat sebagai air tanah, air danau,
air sungai, air sumur dan lain-lain (Soegianto, 2010).

2.2 Persyaratan Pengambilan Contoh


2.2.1 Persyaratan Alat Pengambilan Contoh
Alat

pengambil

contoh

harus

memenuhi

persyaratan

sebagai

berikut (Anonim1, 1991):


1. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat dari logam).
2. Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya.
3. Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampungan tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalammya.
4. Kapasitas alat 1 - 5 L tergantung dari maksud pemeriksaan.
5. Mudah dan aman dibawa.
2.2.2 Jenis Alat Pengambil Contoh
Beberapa

jenis

alat

pengambil

contoh

yang

dapat

digunakan

meliputi (Anonim1, 1991):


3

1. Alat pengambil contoh sederhana berupa :


a) Botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada permukaan air secara
langsung.
b) Botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman tertentu.
2. Alat pengambil contoh setempat secara mendatar, dipergunakan untuk mengambil
contoh di sungai atau di tempat yang airnya mengalir pada kedalaman tertentu,
contoh alat ini adalah tipe Wohlenberg.
3. Alat pengambil contoh setempat secara tegak, dipergunakan untuk mengambil
contoh pada lokasi yang airnya tenang atau alirannya sangat lambat seperti di
danau, waduk, dan muara sungai pada kedalaman tertentu, contoh alat ini adalah
tipe Ruttner.
4. Alat pengambil contoh pada kedalaman yang terpadu, digunakan untuk
pemeriksaan zat padat tersuspensi atau untuk mendapatkan contoh yang mewakili
semua lapisan air, contoh alat ini adalah tipe USDH Alat Pengambil Contoh Air
Tipe Kedalaman Terpadu (Integrated Depth Sampler - USHD).
2.2.3 Persyaratan Wadah Contoh
Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut (Anonim1, 1991):
1. Terbuat dari bahan gelas atau plastik.
2. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat.
3. Mudah dicuci.
4. Tidak mudah pecah.
5. Tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh.
6. Tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam contoh.
7. Tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan contoh.
2.3 Air Tanah
Air tanah merupakan air terdapat dalam lapisan tanah atau batuan dibawah
permukaan tanah, air tanah lebih jernih dibandingkan dengan air permukaan karena
mengalami penyaringan oleh lapisan tanah, kandungan mineral air tanah cukup tinggi
4

seperti Na, Ca, Mg, dan Fe. Air tanah terdiri atas air tanah preatis dan air
tanah artesis. Air tanah preatis letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada
di atas lapisan kedap air, sedangkan air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam
tanah serta berada diantara dua lapisan kedap udara (Wibawanto, 2012).
2.3.1 Lokasi pengambilan contoh
Air tanah dapat berasal dari air tanah bebas (tidak tertekan) dan air tanah
tertekan dengan penjelasan sebagai berikut (Anonim1, 1991):
1. Air tanah bebas (tidak tertekan):
a) Di sebelah hulu dan hilir dari lokasi penimbunan/pembuangan sampan
kota/industri.
b) Di sebelah hilir daerah pertanian yang intensif menggunakan pestisida dan pupuk
kimia.
c) Di daerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin.
d) Tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
2. Air tanah tertekan:
a) Di sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan, pedesaan,
pertanian dan industri
b) Di sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum
c) Di sumur-sumur pemantauan kualitas air tanah
d) Di lokasi kawasan industri
e) Di sumur observasi untuk pengawasan imbuhan
f) Pada sumur observasi air tanah di suatu cekungan air tanah artesis (misalnya :
cekungan artesis Bandung)
g) Pada sumur observasi di wilayah pesisir dirnana terjadi penyusupan air asin
h) Pada sumur observasi penimbunan/pengolahan limbah industri bahan berbahaya
2.3.2

Titik Pengambilan Contoh


Titik pengambilan contoh air tanah bebas dan air tanah tertekan adalah

(Anonim1, 1991):
1. Air tanah bebas :
5

a) Pada sumur gali contoh diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan air
dan sebaiknya diambil pada pagi hari.
b) Pada sumur bor dengan pompa tangan/mesin, contoh diambil dari kran/mulut
pompa tempat keluarnya air setelah air dibuang selama lebih kurang lima menit.
2. Air tanah tertekan (artesis):
a) Pada sumur bor eksplorasi contoh diambil pada titik yang telah ditentukan sesuai
keperluan eksplorasi.
b) Pada sumur observasi contoh diambil pada dasar sumur setelah air dalam sumur
bor/pipa dibuang sampai habis (dikuras) sebanyak tiga kali.
c) Pada sumur produksi contoh diambil pada kran/mulut pompa keluarnya air.

2.4 pH
Menurut Sary (2006), nilai pH merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam air. Nilai pH yang rendah mengindikasikan bahwa perairan
asam, sedangkan pH yang tinggi mengindikasikan perairan basa. pH yang ideal bagi
kestabilan perairan air tawar adalah 7,8 8,3 (Affrianto, 1988). Derajat keasaman
suatu perairan sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya
suatu perairan (Odum, 1971).
Nilai pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya
keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur
kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup
vegetasi akuatik. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2
maupun CO2. Tidak semua organisme mampu bertahan terhadap perubahan nilai pH.
Kenaikan pH di atas netral akan meningkatkan konsetrasi amoniak yang bersifat
sangat toksik bagi organisme (Odum, 1971).

Gambar 2.3. pH Meter


Sumber: Anonim2 (2014)
2.4 Suhu
Suhu merupakan parameter yang sangat berpengaruh terhadap keberadaan
dan aktivitas organisme, sebab umumnya organisme memiliki kisaran suhu tertentu
agar dapat melakukan suatu aktivitas secara optimal. Batas kisaran maksimal
makhluk hidup biasa disebut batas toleransi. Suhu tidak dapat diawetkan sehingga
harus diukur di lapangan. Sampel yang dibawa ke laboratorium untuk dianalisis juga
harus sering kali diukur lagi suhunya di laboratorium, sebab diduga ada pengaruh
lain terhadap hasil analisis yang telah dilakukan. Alat pengukur suhu disebut
termometer (Hariyanto dkk., 2008).
Suhu lingkungan yang terlampau tinggi akan menyebabkan kemampuan air
mengikat oksigen menjadi menurun, sehingga kandungan oksigen dalam air menjadi
berkurang, padahal kebutuhan organisme terhadap oksigen justru akan semakin
meningkat. Suhu ideal perairan yang subur ditempat yang beriklim tropis adalah
berkisar antara 25 32

C (Anonim1, 2014). Pola temperatur ekosistem air

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas
antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor
kanopii (penutup oleh vegetari) dari pepohonan yang tumbuh sel tepi (Brehm dan
Melfering, 1990, dalam Barus, 2010).

Gambar 2.4. Termometer Raksa


Sumber: Anggraeni (2011)
2.6 Kekeruhan air (Turbiditas)
Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa jauh
cahaya mampu menembus air, di mana cahaya yang menembus air akan mengalami
pemantulan oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan koloidal. Satuannya adalah
Nephelometric Turbidity Unit (NTU), di mana 1 NTU sama dengan turbiditas yang
disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air. Turbiditas dalam sungai yang mengalir
disebabkan oleh bahan-bahan kasar yang terdispersi. Biasanya jika kekeruhan cukup
tinggi, maka DO yang terkandung dalam perairan tersebut rendah. Selain itu,
turbiditas penting bagi kualitas air permukaan, terutama berkenaan dengan
pertimbangan estetika, daya filter, dan disinfeksi. Pada umumnya jika turbiditas
meningkat, nilai estetika menurun, filtrasi air lebih sulit dan mahal, dan efektivitas
desinfeksi berkurang. Turbiditas dalam perairan mungkin terjadi karena material
alamiah atau akibat aktivitas proyek, pembuangan limbah, dan operasi pengerukan.
Metode yang digunakan adalah metode Winkler dan DO Meter (Canter, L.W., 1977).
2.6.1 Buret dan botol Winkler
Buret dan botol winkler adalah serangkaian alat yang digunakan untuk
mengukur oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen dengan metode titrasi. Ketelitian
buret 0.05 cm3. Buret digunakan sebagai penitran sampel air yang diuji kandungan
oksigen terlarutnya, sedangkan botol Winkler digunakan untuk mengambil air sampel
(Subarijanti, 2005).

Gambar 2.6.1. Metode Winkler


Sumber : Anonim3 (2012)
2.6.2

DO Meter
DO meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur oksigen terlarut

dengan metode digital. DO meter memiliki ketelitian sampai beberapa angka di


belakang koma, tetapi DO meter harus dikalibrasi terlebih dahulu agar hasil yang
ditunjukkan lebih akurat. DO meter dapat digunakan untuk memperoleh hasil yang
cepat dan akurat (Subarijanti, 2005).

Gambar 2.6.2 DO Meter


Sumber : Anonim3 (2012)

2.7 Pemeriksaan di Lokasi Sampling


Pekerjaan yang dilakukan meliputi (Anonim1, 1991):
1. Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung
setelah pengambilan contoh; unsurunsur tersebut antara lain: pH, suhu,
kekeruhan, dan oksigen terlarut
2. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di
lapangan, yang meliputi nama sumber air, waktu dan tanggal pengambilan contoh,
keadaan cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan, dan nama pengambil contoh.
2.8 Pengambilan Contoh Untuk Pengujian Kualitas Air
Cara pengambilan contoh untuk pengujian kualitas air adalah (Anonim1,
1991):
a) Menyiapkan alat pengambil contoh sesuai dengan jenis air yang akan di uji
b) Bilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak tiga kali
c) Ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis
d) Masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis
e) Lakukan segera pengujian untuk parameter pH, suhu, kekeruhan, dan oksigen
terlarut
f) Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus
g) Pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium dilakukan
pengawetan

2.9 Baku Mutu Air (Stream Standard)


Baku mutu air adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat energi atau
komponen lain yang ada atau unsur pencemar yang masih ditenggangkan
keberadaannya pada air dan sumber air. Penetapan baku mutu air dengan
memperhatikan kondisi airnya, akan dapat dihitung secara teoritis beban pencemaran
yang dapat ditenggangkan keberadaannya oleh badan air penerima sehingga air tetap
berfungsi sesuai dengan fungsinya. Beban pencemaran adalah banyaknya unsur
pencemar yang terdapat di dalam air atau air limbah.
10

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi empat kelas menurut PP No. 82


tahun 2001, yaitu:
1. Kelas satu, air yang peruntukkannya digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut
2. Kelas dua, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana atau sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanian, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut
3. Kelas tiga, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
4. Kelas empat, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanian
dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut (Anonim4, 2001).

11

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

12

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH)
Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia yang terletak dengan koordinat geografi
7 40' 0" barat, 112 35' 0" timur. Waktu pelaksanaan praktikum ini dimulai pukul
13.00 sampai dengan pukul 16.00 pada hari Sabtu tanggal 9 November 2014.

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Trawas, Mojokerto, Jawa
Timur, Indonesia.
Sumber: Anonim, 2014.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu:
1. pH meter
2. Thermometer air
3. Turbidimeter
4. Botol polietilen
5. Botol Winkler
13

6. Tisu
7. Aquades
8. Kertas Label
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sumber air di Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia.
3.3 Metode
3.3.1 Pengujian Kualitas Air Kran
Pengambilan Sampel
Kualitas Air Kran
Alat

pengambilan

contoh

disiapkan

sesuai dengan jenis air yang akan di uji


Alat dibilas dengan contoh yang akan
diambil, sebanyak 3 (tiga) kali
Contoh

diambil

sesuai

dengan

peruntukan analisis
Sampel dimasukkan ke dalam wadah
yang sesuai peruntukan analisis
Pengukuran PH
Wadah

dibilas

untuk

sampel

dengan

aquades

menganalisis
kemudian

masukkan ke dalam sampel tersebut ke


dalam wadah tempat analisis sampel
Elektroda

pH

dihubungkan

ke

konektornya dan probe temperatur ke


socketnya. Dan penutup/cap dilepaskan
dari elektroda pH
14

Elektroda dan probe dibilas dengan air


akuades terlebih dahulu
Elektroda dan probe dimasukkan ke
dalam wadah tempat air sampel
pH meter dinyalakan dengan menekan
tombol ON/OFF
Jika diperlukan, tekan tombol RANGE
untuk merubah ke pH mode
Tunggu beberapa menit agar dapat
mengetahui nilai pH
Pengukuran Suhu
Termometer dibasuh terlebih dahulu
dengan akuades kemudian keringkan
dengan tissue
Ujung termometer yang runcing dan
terdapat

logam

berwarna

dicelupkan ke dalam air selama

perak
1

menit
Pengukuran Kekeruhan
Botol cuvet disiapkan, kemudian dibilas
dengan aquades bagian luar dan dalam
botol
Sampel air dituangkan ke dalam botol
cuvet
Cuvet ditutup dan bagian luar botol cuvet
dikeringkan dengan tissue
15

Tombol READ ditekan, kemudian akan


muncul hasilnya

Analisis oksigen terlarut (DO)


menggunakan DO meter
Wadah dibilas untuk menganilisis sampel
dengan akuades, kemudian masukkan
sampel ke dalam wadah tersebut untuk
dianalisis
Elektroda DO dihubungkan ke konektor
dan elektroda

dibilas dengan akuades

terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke


dalam sampel
Elektroda dimasukkan ke dalam wadah
berisi sampel setinggi 4 cm dari dasar
wadah tersebut
DO meter dinyalakan dengan menekan
tombol ON/OFF
Jika diperlukan, tekan tombol RANGE
untuk mengubah ke satuan ppm
Tunggu beberapa saat 1 menit agar
pengukurannya stabil dan nilai DO yang
diperoleh akurat
Nilai DO

16

3.3.2 Pengujian Kualitas Air Tanah


Pengambilan Sampel
Kualitas Air Tanah
Alat

pengambilan

contoh

disiapkan

sesuai dengan jenis air yang akan di uji


Alat dibilas dengan contoh yang akan
diambil, sebanyak 3 (tiga) kali
Contoh

diambil

sesuai

dengan

peruntukan analisis
Sampel dimasukkan ke dalam wadah
yang sesuai peruntukan analisis
Pengukuran PH
Wadah

dibilas

untuk

sampel

dengan

aquades

menganalisis
kemudian

masukkan ke dalam sampel tersebut ke


dalam wadah tempat analisis sampel
Elektroda

pH

dihubungkan

ke

konektornya dan probe temperature ke


socketnya. Dan lepaskan penutup/cap
dari elektroda pH
Elektroda dan probe dibilas dengan air
akuades terlebih dahulu
Elektroda dan probe dimasukan ke dalam
wadah tempat air sampel

17

pH meter dinyalakan dengan menekan


tombol ON/OFF
Jika diperlukan, tekan tombol RANGE
untuk merubah ke pH mode
Tunggu beberapa menit agar dapat
mengetahui nilai pH
Pengukuran Suhu

Termometer dibasuh terlebih dahulu


dengan akuades kemudian keringkan
dengan tissue
Ujung termometer yang runcing dan
terdapat

logam

berwarna

perak

dicelupkan ke dalam air selama

menit

Pengkuran Kekeruhan
Botol cuvet disiapkan, kemudian dibilas
dengan aquades bagian luar dan dalam
botol
Sampel air dituangkan ke dalam botol
cuvet
Cuvet ditutup dan bagian luar botol cuvet
dikeringkan dengan tissue
Tombol READ ditekan, kemudian akan
muncul hasilnya

18

Analisis oksigen terlarut (DO)


menggunakan DO meter
Wadah

dibilas

untuk

sampel

dengan

akuades,

menganalisis
kemudian

masukkan sampel ke dalam wadah


tersebut untuk dianalisis
Elektroda DO dihubungkan ke konektor
dan elektroda dibilas dengan akuades
terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke
dalam sampel
Elektroda dimasukkan ke dalam wadah
berisi sampel setinggi 4 cm dari dasar
wadah tersebut
DO meter dinyalakan dengan menekan
tombol ON/OFF
Jika diperlukan, tekan tombol RANGE
untuk mengubah ke satuan ppm
Tunggu beberapa saat 1 menit agar
pengukurannya stabil dan nilai DO yang
diperoleh akurat
Nilai DO

19

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

20

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni. 2011. Termometer. Ara1106.blogspot.com. Diakses tanggal 26 Mei 2014
pukul 23.00 WIB.
Anonim1. 1991. SNI 06-2412-1991 Metode Pengambilan Contoh Kualitas Air.
Standar Nasional Indonesia, Jakarta.
Anonim2. 2014. pH Meter. www.labequib.com. Diakses tanggal 27 Mei 2014 pukul
06.20 WIB.
Anonim3 . 2012. http://www.weighingworld.com/products/analytical/. Diakses 29
Oktober 2014.
Anonim4. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementrian Lingkungan
Hidup Republik Indonesia, Jakarta.
Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik: Petunjuk Teknis Menulis Berita. Erlangga,
Jakarta.
Canter, L.W,. dan Soemarno.1977. Beberapa Parameter Kualitas Sumberdaya Air.
Malang : Universitas Brawijaya.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd.,
Philadelphia.
PPLH . 2013 . http://pplhselo.or.id/. Diakses tanggal 29 Oktober 2014.
Sary. 2006. Bahan Kuliah Manajemen Kualitas Air. Politehnik Vedca, Cianjur.
Soegianto, A. 2010. Materi Perkuliahan Pencemaran Laut dan Pengendaliannya.
Universitas Airlangga, Surabaya.
Subarijanti, H. U. 2005. Pemupukan dan Kesuburan Perairan. Fakultas Perikanan.
Universitas Brawijaya, Malang.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta.
Wibawanto, Teguh. 2012. http://teguhwibawanto.com/seputar-air/. Diakses tanggal
29 Oktober 2014.

21

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

22

LAMPIRAN
1. Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990
No.

Parameter

Satuan

Kadar Maksimum

Keterangan

yang
3

Diperbolehkan
4

Tidak berbau

terlarut (TDS)

mg/L

1.500

3.

Kekeruhan

Skala
NTU

25

4.

Rasa

Tidak berasa

5.

Suhu

Suhu udara 3oC

6.

Warna

Skala
TCU

15

B.

KIMIA

1.

Air raksa

mg/L

0,001

2.

Arsen

mg/L

0,05

3.

Besi

mg/L

1,0

4.

Fluorida

mg/L

1,5

5.

Kadnium

mg/L

0,005

6.

Kesadahan
(CaCO3)

mg/L

500

7.

Klorida

mg/L

600

8.

Kromium, Valensi
6

mg/L

0,05

9.

Mangan

mg/L

0,5

A.

FISIKA

1.

Bau

2.

Jumlah zat padat

23

10.

Nitrat, sebagai N

mg/L

10

11.

Nitrit, sebagai N

mg/L

1,0

12.

pH

6,5 9,0

Merupakan batas
minimum
dan maksimum,
khusus air

13.

Selenium

mg/L

14.

Seng

mg/L

15.

Sianida

mg/L

16.

Sulfat

mg/L

17.

Timbal

mg/L

hujan pH minimum
5,5
0,01
15
0,1
400
0,05

Kimia Organik
1.

Aldrin dan Dieldrin

mg/L

0,0007

2.

Benzena

mg/L

0,01

3.

Benzo (a) pyrene

mg/L

0,00001

4.

Chlordane (total

mg/L

0,007

isomer)
5.

Coloroform

mg/L

0,03

6.

2,4 D

mg/L

0,10

7.

DDT

mg/L

0,03

8.

Detergen

mg/L

0,5

9.

1,2 Discloroethane

mg/L

0,01

10.

1,1 Discloroethene

mg/L

0,0003

11.

Heptaclor dan

mg/L

0,003

heptaclor epoxide
12.

Hexachlorobenzene

mg/L

0,00001

13.

Gamma-HCH
(Lindane)

mg/L

0,004
24

Methoxychlor
14.

Pentachlorophanol

mg/L

0,10

15.

Pestisida Total

mg/L

0,01

16.

2,4,6
urichlorophenol

mg/L

0,10

mg/L

0,01

mg/L

10

Mikro biologik

Jumlah per
100 ml

50

Bukan air perpipaan

Total koliform
(MPN)

Jumlah per
100 ml

10

Air perpipaan

Bq/L

0,1

17.

Zat organik
(KMnO4)
18.
C.

D.

Radio Aktivitas

1.

Aktivitas Alpha
(Gross Alpha
Activity)

2.

Aktivitas Beta
(Gross Beta
Activity)

Bq/L

1,0

2. Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990
No.

Parameter

Satuan

Kadar Maksimum

Keterangan

yang
1

A.

FISIKA

1.

Bau

2.

Jumlah zat padat

diperbolehkan
4

Tidak berbau

1.000

mg/L

terlarut (TDS)
3.

Kekeruhan

Skala
NTU

25

4.

Rasa

5.

Suhu

6.

Warna

B.

KIMIA

a.

Kimia Anorganik

1.

Tidak berasa

Suhu udara 3oC

Skala
TCU

15

Air raksa

mg/L

0,001

2.

Alumunium

mg/L

0,2

3.

Arsen

mg/L

0,05

4.

Barium

mg/L

1,0

5.

Besi

mg/L

0,3

6.

Fluorida

mg/L

1,5

7.

Kadnium

mg/L

0,005

8.

Kesadahan
(CaCO3)

mg/L

500

mg/L

250

9.

Klorida

10.

Kromium, Valensi
6

mg/L

0,05

11.

Mangan

mg/L

0,1

12.

Natrium

mg/L

200

13.

Nitrat, sebagai N

mg/L

10

14.

Nitrit, sebagai N

mg/L

1,0

15.

Perak

mg/L

0,05

16.

pH

6,5 8,5

Merupakan batas
minimum
dan maksimum

26

17.

Selenium

mg/L

0,01

18.

Seng

mg/L

5,0

19.

Sianida

mg/L

0,1

20.

Sulfat

mg/L

400

21.

Sulfida (sebagai
H2S)

mg/L

0,05

22.

Tembaga

mg/L

1,0

23.

Timbal

mg/L

0,05

b.

Kimia Organik

1.

Aldrin dan Dieldrin

mg/L

0,0007

2.

Benzena

mg/L

0,01

3.

Benzo (a) pyrene

mg/L

0,00001

4.

Chlordane (total

mg/L

0,0003

isomer)
5.

Coloroform

mg/L

0,03

6.

2,4 D

mg/L

0,10

7.

DDT

mg/L

0,03

8.

Detergen

mg/L

0,05

9.

1,2 Discloroethane

mg/L

0,01

10.

1,1 Discloroethene

mg/L

0,0003

11.

Heptaclor dan

mg/L

0,003

heptaclor epoxide
12.

Hexachlorobenzene

mg/L

0,00001

13.

Gamma-HCH
(Lindane)

mg/L

0,004

14.

Methoxychlor

mg/L

0,03

15.

Pentachlorophanol

mg/L

0,01

16.

Pestisida Total

mg/L

0,10

2,4,6
27

17.

18.

urichlorophenol
Zat organik
(KMnO4)

C.

Mikro biologik

1.

Koliform Tinja

2.

Total koliform

mg/L

0,01

mg/L

10

Jumlah per
100 ml

Jumlah per
100 ml

95% dari sampel


yang
diperiksa selama
setahun.
Kadang-kadang
boleh ada
3 per 100 ml sampel
air,
tetapi tidak berturutturut.

D.

Radio Aktivitas

1.

Aktivitas Alpha

Bq/L

0,1

Bq/L

1,0

(Gross Alpha
Activity)
2.

Aktivitas Beta
(Gross Beta
Activity)

28

Anda mungkin juga menyukai