Anda di halaman 1dari 23

SISTEM PENGAPIAN

A. Sistem Pengapian
Suatu mesin dapat menghasilkan tenaga disebabkan didalam mesin
tersebut terjadi pembakaran. Mesin bertenaga panas menghasilkan
pembakaran yang dirubah menjadi tenaga mekanik, disebut motor bakar.
Motor bakar ada beberapa macam salah satunya adalah motor bensin.
Pada motor bensin energi panas diperoleh dari hasil pembakaran campuran
bensin dan udara di dalam silinder. Proses pembakaran pada motor bensin
dimulai adanya loncatan bunga api.
Pada motor bensin, gas yang masuk ke dalam silinder adalah campuran
antara udara dan bensin, campuran ini selanjutnya dibakar untuk menghasilkan
tekanan pembakaran yang nantinya dirubah menjadi daya mekanis.
Sistem yang digunakan adalah sistem pengapian listrik, dimana untuk
menghasilkan percikan api digunakan tegangan listrik sebagai pemercik.
Karena pada motor bensin proses pembakaran dimulai oleh loncatan api
tegangan tinggi yang dihasilkan oleh busi, beberapa metode diperlukan untuk
menghasilkan arus tegangan tinggi yang diperlukan.
Sistem pengapian (Ignition System) pada mobil berfungsi untuk menaikkan
tegangan rendah baterai menjadi 20 KV atau lebih dengan mempergunakan
ignition coil dan kemudian membagi-bagikan tegangan tinggi tersebut
kemasing-masing busi melalui distributor tegangan tinggi. Sistem pengapian
terdiri dari baterai, kunci kontak, ignition coil, distributor, kabel tegangan tinggi
dan busi.

B. Perkembangan Sistem Pengapian.


Sistem pengapian pada perkembangannya telah mengalami banyak
inovasi yang tentu tujuannya untuk memperoleh kualitas pengapian yang
semakin sempurna.
a. Sistem Pengapian Konvensional.

Sistem pengapian konvensional menggunakan breaker point untuk


memutus dan menghubungkan arus pada kumparan primer. Sistem
ini memerlukan perawatan berkala terutama pada breaker point yang
dikarenakan hubungan antar benda logam disertai arus listrik
sehingga menyebabkan breaker point cepat aus. Namun demikian
sistem ini masih banyak digunakan sampai saat ini. ( New Step 1
Training Manual, 1996 : 6-7 )

b. Sistem Pengapian Semi Transistor.

Sistem pengapian semi transistor menggunakan transistor untuk


memutus dan menghubungkan arus ke kumparan primer pada koil
pengapian. Sedangkan untuk mematikan dan menghidupkan
transistor tersebut menggunakan breaker point. Sistem ini relatif lebih
bagus daripada system pengapian konvensional karena breaker point
tidak menghubungkan arus yang besar sehingga relatif lebih tahan
terhadap keausan. ( New Step 1 Training Manual, 1996 : 6-7 )

c. Sistem Pengapian Full Transistor.

Sistem pengapian full transistor menggunakan transistor untuk


memutus dan menghubungkan arus pada kumparan primer koil
pengapian. Sedangkan untuk menghidupkan dan mematikan
transistor menggunakan signal rotor dan generator yang cara
kerjanya dengan induksi listrik. Ada juga yang untuk mematikan dan
menghidupkan transistor ini dengan menggunakan sensor infra
merah. ( New Step 1 Training Manual, 1996 : 6-7 )

d. Integrated Ignition Assembly ( IIA )

Sistem pengapian ini menggunakan sistem pengapian full


transistor hanya saja keunggulannya adalah koil pengapian disatukan
didalam distributor sehingga dari segi konstruksi lebih kompak dan
praktis. ( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 42 )

e. Electronic Spark Advancer ( ESA )

Sistem pengapian ini juga menggunakan sistem pengapian full


transistor seperti pada IIA , keunggulannya adalah mekanisme
pemajuan saat pengapian tidak lagi di kontrol secara mekanik tetapi
dikontrol menggunakan computer sehingga pemajuan saat pengapian
lebih akurat baik berdasar putaran mesin ataupun beban mesin.
( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 43 )

f. Distributor Less Ignition ( DLI )

Sesuai namanya sistem ini tidak lagi menggunakan distributor.


Sistem ini menggunakan sebuah koil untuk dua buah busi. Pengaturan
arus yang masuk ke kumparan primer dikontrol langsung oleh
komputer. Keunggulan sistem ini adalah koil pengapian dapat
ditempatkan dekat dengan busi sehingga kabel tegangan tinggi dapat
diperpendek, selain sistem ini tidak memerlukan penyetelanpenyetelan seperti pada sistem yang lain. ( Fundamental of Electricity
Step 2, 1996 : 44 )

C.

Komponen Sistem Pengapian


1. Baterai
Komponen ini berfungsi menyediakan arus tegangan rendah 12 Volt
untuk ignition coil. Baterai ialah elektrokimia yang dibuat untuk mensuplai
listrik ke sistem starter mesin, sistem pengapian, lampu-lampu, dan
komponen lainnya. Alat ini menyimpan energi listrik dalam bentuk energi
kimia yang dikeluarkan bila diperlukan dan mensuplainya ke masing-masing
sistem kelistrikan. Siklus pengisian dan pengeluaran terjadi secara terus
menerus.
a. Kontruksi Baterai.
Di dalam baterai terdapat elektrolit asam sulfat elektroda positif dan
elektroda negatif dalam bentuk pelat. Ruangan dalamnya dibagi menjadi
beberapa sel dan di dalam masing masing sel terdapat beberapa
elemen yang terendam dalam elektrolit.
a.1. Elemen Baterai.
Antar pelat-pelat positif dan negatif masing-masing dihubungkan
oleh pelat strap. Ikatan pelat positif dan negative dipasang secara
berselang-seling yang dibatasi oleh separator dan fiberglass,
penyusunan pelat ini tujuannya memperbesar luas singgungan
antara bahan aktif dan elektrolit agar listrik yang dihasilkan besar.

Gambar 5. Elemen Baterai


a.2. Elektrolit.
Elektrolit baterai adalah larutan asam sulfat dengan air sulingan,
berat jenis elektrolit pada baterai dalam keadaan terisi penuh adalah
1.260 atau 1.280 (pada temperatur 20 C). Elektrolit yang berat
jenisnya 1.260 mengandung 65% air sulingan dan 35% asam sulfat,
sedangkan elektrolit yang berat jenisnya 1.280 mengandung 63% air
dan 37% asam sulfat.

Gambar. 6 Pengukuran Elektrolit


a.3. Kotak Baterai.
Kotak baterai di dalamnya dibagi menjadi 6 ruangan atau sel, di
dalamnya terdapat tanda permukaan atas dan bawah. Posisi pelat
ditinggikan dari dasar dan diberi penyekat, tujuannya agar tidak
terjadi hubungan singkat.

Gambar. 7 Kotak Baterai


a.4. Sumbat Ventilasi.
Sumbat ventilasi adalah tutup untuk lubang pengisian
elektrolit, bertujuan untuk memisahkan gasa hydrogen keluar lewat

lubang ventilasi sedangkan uap asam sulfat mengembun pada tepi


ventilasi dan menetes kembali ke bawah.

Gambar.8 sumbat ventilasi


2. Kunci Kontak
Pada sistem pengapian kunci kontak berfungsi menghubungkan dan
memutuskan aliran arus listrik dari baterai ke ignition coil.

Gambar. 9 Kontak Kunci.


3. Ignition Coil
Pada sistem ini, ignition coil berfungsi untuk menaikan tegangan (12 V)
menjadi tegangan tinggi (15 KV sampai 20 KV) yang diperlukan untuk
pengapian. Untuk mempertinggi tegangan rendah tersebut pada ignition
coil terdapat 2 kumparan yaitu;
1) Kumparan Primer (Primary Coil). Kumparan ini berfungsi menciptakan
medan magnet pada ignition coil agar timbul induksi pada kumparankumparannya.Ciri kumparan primer adalah kumparan yang mempunyai
penampang yang besar dan gulungannya sedikit.
2) Kumparan Skunder (Secondary Coil). Kumparan ini berfungsi untuk
menambah induksi menjadi tegangan tinggi yang selanjutnya dialirkan
ke busi menjadi perciban api. Ciri dari kumparan skunder ialah kumparan
yang mempunyai penampang kecil dan gulungan yang sangat banyak.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.

Gambar 10. Penampang Ignition


a. Cara kerja ignition coil
Teori terjadinya tegangan tinggi
Tegangan yang terjadi pada kumparan ignition coil berdasarkan
prinsip mutual induksi/ induksi bersama. Apabila pada sebatang besi
dililitkan kawat halus sehingga menjadi sebuah kumparan, kemudian
dialiri arus listrik, maka pada inti besi tersebut akan terjadi
kemagnetan dengan garis gayanya.

Gambar. 11 Teori terjadinya kemagnetan


Kekuatan magnet yang terjadi pada inti besi tergantung dari 2
faktor yaitu; banyaknya gulungan kumparan dan besar arus yang
mengalir pada kumparan tersebut
jika titik kontak membuka, arus listrik yang mengalir dari baterai
akan terputus, tetapi garis gaya magnet yang timbul pada inti besi
cenderung untuk meneruskan aliran arus listrik tersebut.
Kecenderungan garis gaya magnet untuk meneruskan aliran arus
listrik akan menyebabkan timbulnya arus listrik pada kumparan
walaupun arus listrik pada baterai sudah tidak mengalir. Kejadian ini
dikatakan kumparan terinduksi oleh garis gaya magnet yang hilang
karena hanya kumparan itu yang terinduksi maka disebut induksi
sendiri (Self Induksion)

b. Macam-macam Ignition Coil.


Pada kendaraan umumnya menggunakan 3 macam ignition coil ;
1.1. Tipe Canister
Tipe ini mempunyai inti besi di bagian tengahnya dan
kumparan sekunder mengelilingi inti besi tersebut. Kumparan
primernya berada di sisi luar kumparan sekunder. Keseluruhan

komponen dirakit dalam satu rumah di logam canister. Kadangkadang canister diisi dengan oli (pelumas) untuk membantu
meredam panas yang dihasilkan koil. Kontsruksi tipe canister
seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

1.2.

Moulded
Tipe moulded coil merupakan tipe yang sekarang umum
digunakan. Pada tipe ini inti besi di bagian tengahnya dikelilingi
oleh kumparan primer, sedangkan kumparan sekunder berada
di sisi luarnya. Keseluruhan komponen dirakit kemudian
dibungkus dalam resin (damar) supaya tahan terhadap getaran
yang biasanya ditemukan dalam sepeda motor.
Tipe moulded coil menjadi pilihan yang populer sebab
konstruksinya yang tahan dan kuat. Pada mesin multicylinder
(silinder banyak) biasanya satu coil melayani dua busi karena
mempunyai dua kabel tegangan tinggi dari kumparan
sekunder.

1.3. Tipe Koil gabungan (menyatu) dengan tutup busi (spark


plug)
Tipe koil ini merupakan tipe paling baru dan sering disebut
sebagai koil batang (stick coil). Ukuran besar dan beratnya
lebih kecil dibanding tipe moulded coil dan keuntungan palng
besar adalah koil ini tidak memerlukan kabel tegangan tinggi.

d. Distributor
Pada sistem pengapian, distrubutor berfungsi sebagai alat untuk
membagi-bagikan tegangan tinggi yang diperoleh dari ignition coil ke busi
yang terdapat pada tiap silinder. Fungsi distributor dapat dibagi dalam 4
bagian yaitu:
1) Bagian Pemutus Arus

Pada bagian ini terdiri dari breaker ppint (contact point), cam lobe
(nok), dan kondeser.
a) Breaker Point (Platina)
Fungsi breaker point adalah untuk memutuskan arus listrik dan
menghubungkannya dari kumparan primer coil ke masa agar terjadi
induksi pada kumparan sekunder koil. Induksi terjadi saat breaker
point membuka atau menutup.
b)

Cam Lobe (nok)


Fungsi cam lobe untuk mengungkit breaker point agar dapat
memutus dan menghubungkan arus listrik pada kumparan primer
coil. Untuk mempermudah pengukuran celah point maka
pengukuran dilakukan antara tumit breaker point dengan
permukaan celah cam lobe yang rata.

Gambar. 15 Breaker Point dan cam lobe


c)

Cara Kerja Contact Point

Pada saat poros berputar maka nok akan mendorong lengan


platina kearah kontak membuka dan selanjutnya apabila nok terus
berputar lebih jauh maka platina akan kembali pada posisi
menutup demikian seterusnya.
Tegangan tinggi akan disalurkan ke busi, sehingga timbul
loncatan bunga api pada celah elektroda busi untuk membakar
campuran bensin dan udara pada akhir langkah kompresi.
Permukaan kontak platina dapat terbakar oleh percikan bunga
api tegangan tinggi yang dihasilkan oleh induksi diri pada
kumparan primer, oleh karena itu platina harus diperiksa dan
diganti secara periodis. Karena platina sangat penting untuk
menentukan performa system pengapian (konvensional),

d)

Sudut Dwell
Sudut pengapian merupakan sudut yang diperlukan untuk satu
kali pengapian pada satu silinder motor. Di mana secara detail
dapat diterangkan sebagai sudut putar nok/cam saat platina mulai
membuka sampai platina mulai membuka pada tonjolan nok/kam

berikutnya
Gambar 4.19 Perbedaan sudut pengapian dengan sudut
dwell
Berdasarkan gambar,
sudut dwell adalah lamanya posisi
platina dalam keadaan menutup. Oleh karena Dengan
memperbesar celah platina sudut dwell menjadi kecil, dan
sebaliknya bila celah platina diperkecil maka sudut dwell akan
menjadi besar.
Sudut dwell yang terlalu besar dapat menyebabkan
kemungkinan percikan busi pada sistem pengapian terlambat,
putaran mesin kasar, tidak optimalnya fungsi kondenser, dan
sebagainya. Sedangkan sudut dwell yang terlalu kecil, dapat
menyebabkan kemungkinan percikan bunga api yang lemah/kecil,
mesin overheating (mesin teralu panas), performa mesin jelek dan
sebagainya.
2)

Kondensor
Kondensor berfungsi untuk menghilangkan atau mencegah
terjadinya loncatan bunga api pada breaker point. Kemampuan dari
suatu kondenser ditunjukkan dengan seberapa besar kapasitasnya,
kapasitas kondenser diukur dalam mikro farad ( f).Contoh kondenser:
(a) Kondenser dengan warna kabel hijau, kapasitasnya 0, 15 f
(b) Kondenser dengan warna kabel kuning, kapasitasnya 0, 22 f
(c) Kondenser dengan warna kabel biru, kapasitasnya 0, 25 f
Dalam sistem penyalaan fungsi kondeser (Sumadi, 1979:93)
sebagai berikut:
(a) Untuk mencegah timbulnya bunga api pada kontak pemutus arus
sewaktu mulai membuka.
(b) Untuk mendapatkan arus induksi tegangan tinggi yang
sebesarbesarnya di dalam kumparan sekunder, sehingga bunga api
pada busi juga besar.
(c) Mempercepat tegangan arus primer menjadi penuh kembali
sewaktu kontak pemutus arus telah menutup

Gambar 16. Kontruksi kondenser


3)

Bagian distributor
Bagian-bagian ini berfungsi membagi-bagikan arus tegangan tinggi
yang dihasilkan oleh kumparan sekunder coil ke busi pada tiap-tiap
silinder sesuai dengan urutan pengapian. Bagian ini terdiri dari tutup
distributor dan rotor.
a) Tutup distributor
Fungsinya untuk menempatkan terminal-terminal tegangan tinggi
dimana jumlah dari terminalnya sama dengan jumlah silinder ditambah
satu. Tutup distributor dibuat dari bahan ebonit yang dapat menahan
bocornya tegangan tinggi dari terminal keluar.
b)

Rotor Distributor
Rotor berfungsi untuk meneruskan tegangan tinggi dari terminal
ignition coil ke terminal busi pada tutup distributor. Bahan dari rotor ini
sama dengan bahan tutup distributor.

Gambar 17 tutup distributor dan rotor


4)

Bagian Governor Advencer.


Bagian ini berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai
dengan pertambahan putaran mesin, bagian ini terdiri dari governor
weight dan governor spring. Prinsip kerja governor advancer ini
memanfaatkan kecepatan putar pada suatu benda yang selanjutnya
timbul gaya senrifugal karena kecepatan putar dan masa dari benda
yang berputar tersebut. Gaya sentrifugal ini selanjutnya digunakan
untuk merubah posisi hubungan (cam lobe) yang akan membuka
breaker point lebih awal dibandingkan pada waktu putaran lambat.
Pemajuan pengapian perubahan besar pada putara mesin saat berada
pada putaran lambat sampai putaran sedang. Hal ini keepatan
perambatan api pada putaran lambat hampir sama dengan putaran
sedang sehingga bila terjadi kenaikan atau perubahan kecepatan
putaran saat pengapian harus segera naik atau lebih awal. Untuk
mengikuti karakteristik tersebut maka bentuk pegas pada governor
weight dibedakan, dimana yang satu bekerja pada putaran rendah

sampai tinggi dan yang satu lagi khusus bekerja pada putaran sedang
sampai tinggi.

Gambar. 18 Kerja governor weight dan spring


5)

Bagian Vakum Advancer


Vakum advancer berfungsi untuk memudurkan atau memajukan
saat pengapian pada saat beban mesin bertambah atau berkurang.
Prinsip kerjanya berdasarkan kevakurman yang terjadi pada saat lubang
di atas throtle valve (tratle valve tertutup) yang selanjutnya dirubah
menjadi gaya tarik pada diafragma dan gaya tarik tersebut diteruskan
untuk menggerakan breaker plate dengan gerakan putar yang
berlawanan dengan putaran bungbungan (cam lobe). Besarnya sudut
putar breaker plate tergantung dari besarnya pergeseran dari batang
penarik yang dihubungkan kediafragma. Besarnya batang penarik dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:
A = luas diafragma yang terkena vakum
P = tekanan vakum
K = konstanta pegas pembalik
I = besarnya pereseran batang penarik
Besarnya kavakuman pada ruang diafragma

Dimana:
P = kerapatan dari campuran yang mengalir melewati throttle valve
.
N = kecepatan udara pada daerah antara thotle valve dengan
lubang yang dihubungkan ke vakum advancer.
Harga V tergantung dari jumlah udara yang mengalir melewati
throtle valve, dan besar penampang laluan dari udara yang mengalir
yaitu celah antara thotle dengan bodi. Menurut hukum kontinuitas
(Toyota, 1990. 7-12):
Q=AxV
Q = jumlah udara yang melalui throtle vavle tergantung dari mesin.

Gambar. 19 vakum advancer


e. Kabel Tegangan Tinggi
Kabel tegangan tinggi pada sistem pengapian mempunyai fungsi
sebagai penghantar tegangan tinggi yang dihasilkan ignition coil ke busibusi melalui distributor tanpa ada kebocoran. Kabel tegangan tinggi
mempunyai bagian sebagai berikut:
1) Penghantar (conduktor), Bahannya terbuat dari carbon dan fiberglass.
2) Insulator, Insulator ini terbuat dari stnthetic rubber yang membalut
conduktor setebal 1, 2 mm
3) Pembungkus (cover), Untuk memperkuat insulator kabel dilapisi dengan
synthetic rubber setebal 0,5 mm
f.Busi
Arus listrik tegangan tinggi dari distributor membangkitkan bunga api
dengan temperatur tinggi diantara elektroda tengah dan masa dari busi
untuk membakar campuran bahan bakar yang telah dikopresiakan. Busi
harus bisa menjaga kemampuan penyalaan untuk jangka waktu yang lama,
meskipun mengalami temperatur tinggi dan perubahan tekanan dan
menjaga tahanan insulator dari tegangan tinggi antara 10 kV sampai 30kV.
Untuk itu busi harus mempunyai syarat sebagai berikut:
1) Harus dapat merubah tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api pada
elektrodanya.
2) Harus tahan terhadap suhu pembakaran gas yang tinggi sehingga busi
tidak terbakar elektrodanya.
3) Harus tidak terjadi deposit karbon atau busi harus tetap bersih.
1) Kontruksi
Komponen utama busi yaitu:
a) Insulator Keramik
Insulator keramik berfungsi untuk memegang elektroda tengah
dan berguna sebagai insilator antara elektorda tengah dan casing.
Insulator terbuat dari alumunium murni yang mempunyai daya tahan
yang baik kekuatan mekaniknya.
b) Casing
Casing berfungsi untuk menyangga insulator keramik dan juga
sebagai mounting busi terhadap mesin.
c) Elektroda Tengah
Elektroda tengah terdiri dari komponen:
(1) sumbu pusat: mengalirkan arus dan meradiasikan panas yang
timbul oleh elektroda.

(2)

Seal glass merapatkan antara center shaft dan insulator keramik


dan mengikat anrara center shaft dan elektroda tengah.
(3) Resistor : mengurangi suara pengapian untuk mengurangi
gangguan frekuensi radio.
(4) Corpore: merapatkan panas dari elektroda dan ujung insulator
agar cepat dingin.
(5) Elektroda tengah: membangkitkan loncatan bunga api ke masa.
d) Elektroda masa
Elektroda masa dibuat sama dengan elektroda tengah alurnya
dibuat tengah aluranya dibaut khusus untuk agar memudahkan
loncatan api agar menaikan kemampuan pengapian. Khusus untuk
agar memudahkan loncatan api agar menaikan kemampuan
pengapian.

Gambar. 21 kontruksi busi


2) Nilai Panas
Nilai panas busi adalah kemampuan mereadiasikan sejumlah panas
oleh busi. Busi dingin adalah busi yang meradiasikan panas lebih
banyak, sedangkan busi yang meradiasikan panas lebih sedikit disebut
busi panas. Batas terendah dari busi adalah self cleaning temperatur
yaitu pada suhu 450 C, sedangkan batas tertinggi adalah pre-ingnition
temperature yaitu pada suhu 950 0C. Busi dingin mempunyai ujung
insulator yang lebih pendek, sedangkan busi panas mempunyai ujung
insulator yang lebih panjang dan permukaan singgung dengan api cukup
luas, sehingga jalur perambatan panas menjadi panjang dan radiasi
panas menjadi kecil.

Gambar. 22 busi panas dan dingin


3) Busi Tipe Resistor
Fungsinya mencegah terjadinya interferensi radio yang dipasang
pada mobil, maupun radio yang dipasang pada mobil lain dan peralatan
telekomunikasi yang lain akibat gelombang eletromagnet frekuensi
tinggi yang disebabkan loncatan pengapian.

Gambar. 23 Busi resistor


4) Busi Dengan Elektroda yang Menonjol
Busi ini menonjol pada ruang bakar sehingga kemungkinan
pencahayaan (exposure) terhadap molekul-molekul bensin di dalam
campuran udara dan bahan bakar akan bertambah sehingga
penyempurnaan kemampuan pembakaran.

Gambar. 24 Busi dengan elektroda menonjol


5) Busi dengan ujung platina
Busi tipe ini dipasang pada mesin-mesin yang dilengkapi dengan
emision control. Untuk mempermudah membedakan busi ini dengan tipe
yang lain, busi dengan ujung platina mempunyai 5 garis biru tua pada
insulatornya.

Gambar. 25 Busi dengan ujung platina


D.

Cara Kerja Sistem Pengapian


Sirkuit konvensional sistem pengapian motor bensin 4 silinder dapat
dilihat di bawah ini:

Gambar. 26 Sirkuit pengapian konvensional


Cara kerja sirkuit tersebut adalah sebagai berikut: Apabila kunci kontak
dihubungkan ON arus listrik akan mengalir dari beterai melalui kunci kontak
ke kumparan primer, ke breaker point ke masa. Dalam keadan ini breaker point
masih dalam keadaan tertutup, akibat mengalir arus pada kumparan primer
maka inti besi akan menjadi magnet. Dalam keadaan ini besi menjadi magnet
bila breaker point di buka arus yang mengalir pada kumparan primer akan
terputus dan kemagnetan inti besi akan berkurang hilangnya kemagnetan ini
akan mengakibatkan kumparan primer dan kumparan sekunder timbul
tegangan induksi. Karena jumlah gulungan pada kumparan sekunder lebih
banyak dari kumparan primer, maka tegangan yang keluar pada kumparan
sekunder akan lebih besar dari kumparan primer atau pada kumparan sekunfer
akan timbul tegangan tinggi. Tegangan tinggi ini selanjutnya disalurkan ke
rotor distributor untuk dibagi-bagikan ke busi pada tiap silinder pada akhri

langkah kompresi, selanjutnya tegangan tinggi pada busi dirubah menjadi


percikan api guna membakar gas pada ruang bakar. Terjadinya tegangan tinggi
pada kumparan sekunder ini untuk kali putaran rotoe adalah 4 kali, karena
terjadi 4 kali pemutusan arus pada kumparan primer yang akan menyebabkan
terjadinya tegangan tinggi pada kumparan sekunder sebanyak 4 kali pula.
E.

F.

Analisa Kerusakan
Berdasarkan gejala yang nampak maka dapat dianalisa kerusakan sebagai
berikut:
a.
Busi sudah mati (banyak karbon pada elektrodanya).
Pada busi, loncatan bunga api terjadi antara elektroda masa dan
yang menonjol, jika elektrodanya ada deposit maka loncatan api akan
sukar. Sedangkan pada putaran tinggi loncatan busi harus sesuai dan
tepat agar dihasilkan pembakaran yang optimal dan kecepatan yang
dihasilkan juga sesuai seperti yang diharapkan.
b.

Platina sudah aus


Fungsi platina adalah untuk memutuskan arus listrik yang mengalir
ke terminal (+) koil. Sehingga pada kumparan (-) koil terjadi tegangan
induksi yang selanjutnya diteruskan ke busi melalui distributor, jika platina
aus maka menutup dan membuka breaker point tidak maksimal yang
akan menyebabkan adanya arus yang masih mengalir ke terminal (+) koil
tegangan yang terjadi tidak maksimal juga.

c.

Celah platina terlalu sempit


Jika celah platina terlalu sempit atau terlalu lebar maka pemutusan
arus listrik tidak sesuai dengan keadaan mesin yang belum dalam
takanan yang maksimal. Sehingga perciban busi tidak bias membakar
bahan bakar semuannya, yang akhirnya tenaga yang dihasilkan juga tidak
maksimal.

d.

Pegas governor lepas


Jika pegas governor lepas maka vakum advenser tidak akan bekerja
walaupun pada kecepatan tinggi, padahal fungs vakum advenser
berfungsi untuk memajukan dan memudurkan pengapian sesuai dengan
keadaan mesin. Maka pengapian tidak dapat dimajukan/ dimundurkan
yang menyebabkan tenaga yang dihasilkan kurang maksimal.

e.

Kabel tegangan tinggi ada yang putus.


Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk meneruskan arus dari
distributor ke busi. Jika kabel tegangan tinggi ada yang putus, maka pada
mesin akan menyebabkan putaran mesin dan daya yang dihasilkan
kurang karena ada salah satu ruang bakar yang tidak mengalami
pembakaran.

Penanganan Masalah
Setelah diketahui keluahan dari customer danmesin dihidupkan maka
akan diketahui gejala yang ada dan mekanik menganalisa kerusakan yang ada.
adapun penangan masalah dari uraian di atas sebagai berikut:
a.
Pemeriksaan Busi
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah busi masih
bagus untuk dipakai atau tidak, adapun langkah kerjannya sebagai
berikut:
1) Melepas kabel tegangan tinggi dari busi.
2) Melepas busi dengan kunci busi.

3)
4)
5)
6)
7)

Kemudian membersihkan busi dari carbn pada elektroda dengan


sikat kawat atau amplas.
Pemerisaan secara visual terhadap busi., Pemeriksaan terhadap
kerusakan dari keausan elektroda ,kerusakan ulir dan sekat.
Hasil pemeriksaan: Busi harus diganti karena elektrodanya hamper
habis (pendek).
Setelah ada busi baru, busi disetrel celahnya yaitu sebesar 0,8 mm.
Busi dipasang pada blok silinder kembali.

Gambar. 27 Pemeriksaan busi


b.

Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi


Langkah-langkah dalam pemeriksaan kabel busi sebagai berikut:
1) Melepas kabel tegangan tinggi dari busi, distributor, dan koil.
2) Melakukan p emeriksaan tahapan kabel tegangan tinggi dengan ohm
meter (harga yang iizinkan 25 k) Hasil pemeriksaan: hambatan
kabel 25 k, kabel masih bagus.
3) Kabel dipasang pada tempatnya, kecuali yang pada busi dan
distributor.

Gambar. 28 Pemeriksaan kabel busi.


c.

Pemeriksaan Pegas Governbor (advancer)


Untuk mengetahui apakah pegas dalam kondisi bagus dan masih
terpasang pada tempatnya, maka dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Memutar rotor pada distributor searah jarum jam, kemudian dilepas
jika rotor kembali pada posisi semula maka pegas masih baik dan
terpasang pada dudukannya.
2) Hasil pemeriksaan: rotor dapat kembali keposisi semula, jadi pegas
masih baik dan tidak perla dibongkar.

d.

Gambar. 29 Pemeriksaan Pegas Governor


Pemeriksaan Platina
Untuk mengetahui apakah celah platina bagus atau sudah aus maka
perla dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1) Mengambil rotor pada dudukannya.
2) Melepas terminal distributor.
a) Melepas mur dan washer pegas.
b) Melepas kabel timah untuk kondensor dan tritik pemutus.
c) Melepas 2 sekat terminal.
3) Melepas 2 skrup dan titik pemutus.
4) Platina dilemas dari kedudukannya
5) Melakukan pemeriksaan terhadap keausan platina Hasil pemeriksaan:
menunjukan bahwa platina harus diganti karena kontak point sudah
aus dan tidak bisa diamplas.
6) Setelah ada platina baru, platina, platina dipasang pada distributor,
terminal-terminalnya dikencangkan kembali (kecuali 2 sekerup titik
pemutus karena untuk penyetelan).

Gambar. 30 Pemeriksaan platina


e.

Penyetelan Di atas Kendaraan


Setelah busi dan platina dipasang pada kedudukannya, maka
dilakukan penyetelan dengan alat Tune-up tester. Langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Kita posisikan gigi mobil pada posisi netral.
2) Pasang terminal tester
a) Kabel hitam untuk masa.
b) Kabel merah untuk arus.
c) Kabel hijau untuk terminal B
3) Pada Tune-up tester kita posisikan pada posisi Dwell Angle dan 4
silinder.
4) Setelah itu setel celah platina dengan obeng (+) dan (-).

5)

Mobil distater dann pada tune-up tester menunjukan angka 52 pada


dwell-angle.
6) Setelah platina dikencangakan agar tidak berubah lagi.
7) Kemudian rotor, tutup distributor dan kabel busi dipasang pada
tempatnya. Setelah semua beres mobil dihidupkan.
8) Dengan menggunakan timing light kita posisikan titik pengapian
harus 5 sebelum TMA dan jika vakum pada distributor di lepas 10
sebelum TMA.
9) Kemudian singnal kita posisikan ke rpm, setel rpm mesin 800 rpm.
10) Kita gas apakah setelah yang di atas itu berubah jika berubah disetel
kembali.
11) Mobil siap test drive oleh foremant atau SA.
0

G.

Trouble Shoting
Beberapa trouble shouting pada sistem pengapian konvensional sebagai
berikut:
a. Tidak ada Bunga Api Pada Busi
Penyebabnya
1) Rotor atau tutup distributor rusak
2) kerusakan kabel koil
3) Tidak ada arus listrik prrimer ke
platina
4) Batera kosong
5) Kondensor rusak
6) kontak platina menuitup terus
7) Platina kotor
8) Kabel Sambungan primer ke
distributor longgar atau putus
9) Kerusakan
unit
pengontrol
pengapian
10) Platina tidak
11) Kerusakan
kabel
busi
berhubungan dengan masa

Perbaikan
Ganti tutup distributor dan rotor
Ganti kabel tegangan tinggi
Periksa koontak platina, koil, dan
tahanan
Charge batera
Ganti dengan yang baru.
Setel platina
Bersihkan platina
Bersihkan tutup distributor
Ganti unit pengontrol
Hubungan kabel ke masa
Perbaiki kabel busi

b. Bunga Api Pada Busi Kadang-Kadang Tidak Ada


Penyebabnya
1) Koil lemah
2) Rangkaian primer longgar atau
kotor
3) Baterai lemah
4) Penyetelan celah platina salah
5) Kondensor rusak
6) Platina kotor atau terbakar
7) Lengan platina tertahan
8) Kam distibutor aus
9) Pegas platina tertahan
10) Rotor segmen terbakar

Perbaikan
Ganti yang baru
Bersihkan atau keraskan.
Charge batera
Setel celah platina
Pasang kondensor yang baru
Bersihkan atau ganti
Bebaskan atau Kumasi
Ganti kam
Ganti platina
Ganti tutup rotor

c. Pada Putaran Lambat Busi Tidak Meloncatkan Bunga Api


Penyebabnya
1)
Busi rusak
2)
Tipe busi tidak cocok

Perbaikan
Ganti busi
Ganti tipe busi.

3)
4)
5)

Celah busi terlalu kecil


Busi Sangat kotor
Celah platina tidak cocok

Setel celah busi


Bersihkan atau ganti
Setel platina

d. Pada Saat Percepatan Busi Tidak Meloncatkan Bunga Api


Penyebabnya
1) Busi rusak
2) Celah busi terlalu besar
3) Busi Sangat kotor
4) Busi basah
5) Busi lemah
6) Celah platina tidak tepat

Perbaikan
Ganti busi
Setel busi
Bersihkan atau ganti
Keringkan busi
Ganti busi lemah
Setel celah platina

.e. Pada Saat Kendaraan Jalan dan Pada Kecepatan Tinggi Busi Tidak
Meloncatkan Bunga Api.
Penyebabnya
1) Saat pengapian tidak tepat
2) Busi rusak
3) Busi Sangat kotor
4) Urutan pengapian tidak benar
5) Tipe busi tidak tepat
6) Busi rusak

Perbaikan
Setel pengapian
Ganti busi
Bersihkan atau ganti
Atur urutan pengapian
Ganti busi
Ganti busi

f. Platina Cepat Rusak


Penyebabnya
1) Kondensor telah rusak
2) Tegangan pengapian terlalu tinggi
3) Platina kotor
4) Celah platina tidak tepat
5) Kondensor tidak cocok
6) Platina tidak menutup dengan
baik
7) Kunci kontak rusak
8) Poros dan bushing distributor aus
9) Koil rusak

Perbaikan
Ganti kondensor
Setel pengatur tegangan
Bersihkan platina secara berkala
Setel celah platina
Ganti kondensor
Perbaiki atau ganti
Ganti kunci kontak
Perbaiki atau ganti distributor
Ganti koil

g. Koil Mati
Penyebabnya
1) Retak atau pecah
2) Koil terlalu panas
3) Oli bocor dari koil
4) Tegangan
pengapian
terlalu
tinggi
5) Terminal koil sangat kotor

Perbaikan
Ganti dengan yang baru
Ganti koil
Ganti koil
Setel regulator
Ganti koil dan bersihkan kotoran

Sumber : Analisis Sistem Pengapian Pada Daihatsu Cllesy 4k,Yudi Kurniawan Universitas Negeri
Semarang

Anda mungkin juga menyukai