160121130004
PPDG BM Divisi IKA :Bagian Respirologi
Skoring TB Pada Anak
Tuberkulosis anak mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan TB paru orang
dewasa. Masalah yang dihadapi pada TB anak adalah masalah diagnosis, pengobatan dan
pencegahan. Gejala dan tanda TB anak sering tidak khas, sehingga perlu ketelitian dalam
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Epidemiologi Tuberkulosis adalah rangkaian gambaran informasi
yang menjelaskan beberapa hal terkait orang, tempat, waktu dan lingkungan. Secara sistematis
Anak yang terkena TB tidak selalu menularkan pada orang di sekitarnya, kecuali anak
tersebut BTA positif atau menderita adult type TB.
Faktor risiko penularan TB pada anak tergantung dari tingkat penularan, lama pajanan,
daya tahan pada anak. Pasien TB dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko
penularan lebih besar daripada pasien TB dengan BTA negatif.
Pasien TB dengan BTA negatif masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB.
Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan
hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto
Toraks positif adalah 17%.
Dalam menegakkan diagnosis TB anak, semua prosedur diagnostik dapat dikerjakan, namun
apabila dijumpai keterbatasan sarana diagnostik yang tersedia, dapat menggunakan suatu
pendekatan lain yang dikenal sebagai sistem skoring. Sistem skoring tersebut dikembangkan
diuji coba melalui tiga tahap penelitian oleh para ahli yang IDAI, Kemenkes dan didukung oleh
WHO dan disepakati sebagai salah satu cara untuk mempermudah penegakan diagnosis TB anak
1
terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Sistem skoring ini membantu tenaga kesehatan
agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan penunjang sederhana
sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya underdiagnosis maupun overdiagnosis TB.
Penilaian/pembobotan pada sistem skoring dengan ketentuan sebagai berikut:
Parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB menular mempunyai
nilai tertinggi yaitu 3.
Uji tuberkulin bukan merupakan uji penentu utama untuk menegakkan diagnosis
TB pada anak dengan menggunakan sistem skoring.
Setelah dinyatakan sebagai pasien TB anak dan diberikan pengobatan OAT (Obat Anti
Tuberkulosis) harus dilakukan pemantauan hasil pengobatan secara cermat terhadap respon
klinis pasien. Apabila respon klinis terhadap pengobatan baik, maka OAT dapat dilanjutkan
sedangkan apabila didapatkan respons klinis tidak baik maka sebaiknya pasien segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan rujukan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kontak dengan pasien pasien TB BTA positif diberi skor 3 bila ada bukti tertulis
hasil laboratorium BTA dari sumber penularan yang bisa diperoleh dari TB 01 atau
dari hasil laboratorium.
Demam (2 minggu) dan batuk (3 minggu) yang tidak membaik setelah diberikan
pengobatan sesuai baku terapi di puskesmas