Anda di halaman 1dari 26

SCI

(SPINAL CORD INJURY)


Oleh
Rida indiningrum
Pembimbing
Dr. Andre Steven Tjahja, Sp.KFR

Bagian Rehabilitasi Medik


Fakultas Kedokteran UNISMA/ RSUD Mardi Waluya
BLITAR

ANATOMI MEDULA SPINALIS


Medula spinalis adalah bagian dari susunan saraf pusat yang
seluruhnya terletak dalam kanalis vertebralis, dikelilingi oleh
tiga lapis selaput pembungkus yang disebut meningen.
Lapisan-lapisan dan struktur yang mengelilingi medula
spinalis dari luar ke dalam antara lain :
dinding kanalis vertebralis (terdiri atas vertebrae dan
ligamen)
lapisan jaringan lemak (ekstradura) yang mengandung
anyaman pembuluh-pembuluh darah vena
duramater
arachnoid
ruangan subaraknoid (cavitas subarachnoidealis) yang
berisi liquor cerebrospinalis
piamater, yang kaya dengan pembuluh-pembuluh darah
dan yang langsung membungkus permukaan sebelah luar
medula spinalis

Definisi SCI

lesi pada medula spinalis


yang disebabkan oleh
trauma atau non trauma
bisa berhubungan dengan
fraktur
menyebabkan gangguan
sensorik,
motorik,
otonom

ETIOLOGI

INJURY

NON INJURY

KECELAKAAN
TERJATUH
TEMBAK
KECELAKAAN OLAH
RAGA

MIELOPATI
INFEKSI
KEGANASAN
VASKULER
KONGENITAL
METABOLIK

Complete dan incomplete


Spinal Cord Syndromes can be
classified into either complete or
incomplete categories
Complete characterized as
complete loss of motor and
sensory function below the level of
the traumatic lesion

Incomplete characterized by
variable neurological findings with
partial loss of sensory and/or
motor function below the lesion

Klasifikasi

Klasifikasi paling dasar dari SCI adalah cedera komplit


(complete injury) dan cedera parsial (partial injury).
Cedera komplit : kehilangan total fungsi sensoris dan
fungsi motoris pada area yang terinervasi lebih dari 2
level di bawah lokasi tulang belakang yang cedera dan
bertahan selama lebih dari 48 jam.
Cedera parsial dapat dibagi dalam beberapa tipe, antara
lain :
Central cord syndrome
Brown-Sequard syndrome
Anterior cord syndrome
Posterior cord syndrome
Cauda iquina syndrome

Incomplete SCI

Penilaian

Muskuloskeletal

kardiovaskuler

Integumen

Sistem neuromuskuler

SCI

Paru

Gastrointestinal
Genitourinaria

Sistem Neuromuskuler

Motorik

ASIA IMPAIRMENT SCALE


A. = Complete: No motor or sensory function
B. = Incomplete: Sensory but not motor function
C. = Incomplete: Motor function preserved below the

neurological level; more than half the key muscles


below the neurological level have a muscle grade
less than 3
D. = Incomplete: Motor function preserved below the
neurological level; at least half the key muscles
below the neurological level have a muscle grade
of 3 or more
E. = Normal: Motor and sensory function are normal

Klasifikasi Derajat Kerusakan MS


Frankel A =
Complete: Fungsi motoris dan
sensoris hilang sama sekali di bawah
level lesi.
Frankel B = Incomplete: Fungsi motoris hilang
sama sekali, sensoris masih tersisa di
bawah level lesi.
Frankel C = Incomplete: Fungsi motoris dan
sensoris masih terpelihara tetapi tidak
fungsional.
Frankel D = Incomplete: Fungsi motoris dan
sensoris
masih
terpelihara
dan
fungsional.
Frankel E =
Normal: Fungsi motoris dan

ASIA A : 90% tetap dgn


ggn neurologis yg lengkap
dan tidak mencapai ambulasi
fungsional
ASIA B : 72% tidak mampu
mencapai ambulasi fungsional

ASIA C/D : 13 % tidak mampu


mencapai ambulasi fungsional

Laboratorium darah dan


urin
Radiologi : Roentgen,
BNO-IVP, CT Scan, MRI,
USG
Elektrofisiologi : EMG
Pemeriksaan urodinamik
Uji latih Kardiorespirasi

Intervensi dan Terapi


Proses rehabilitasi SCI dibagi dalam 3 fase:
1. Rehabilitasi pada fase akut
Dilaksanakan dalam rawat inap.
Tujuan Rehabilitasi
Mencegah atau meminimalkan defisit neurologis
Mencegah tirah baring
Program Rehabilitasi
Cegah kegagalan respirasi akibat retensi sekresi bronkial
Pertahankan integritas kulit
Cegah komplikasi kardiovaskuler
Cegah kekakuan sendi
Cegah distensi bladder dan infeksi traktus urinarus

2. Rehabilitasi pada fase pemulihan


Dilaksanakan dalam rawat inap. Merupakan proses rehabilitasi
aktif.
Tujuan Rehabilitasi
Mengatasi masalah disabilitas dan handicap yang timbul
akibat cedera
Memaksimalkan fungsi yang ada untuk kemandirian
Meningkatkan kebugaran kardiopulmoner
Mencegah komplikasi sekunder

Program Rehabilitasi
Terapi latihan persiapan mobilisasi dan transfer
Spinal Ortosis (lumbosakral, thorakolumbosakral, cervical,
SOMI, cervicothorakolumbal, body jacket) sesuai dengan
level skeletal

Program Rehabilitasi fase pemulihan

Terapi latihan persiapan ambulasi


Ortosis tungkai (AFO, KAFO)
Jalan dengan atau tanpa ortosis tungkai, dengan
atau tanpa alat bantu (crutches, walker)
Kursi roda sesuai level neurologis dan level
kemandirian, serta aktivitas penderita, strap khusus
Terapi latihan pengendalian kursi roda di dalam
rumah dan di luar rumah.
Terapi latihan persiapan kemandirian aktivitas
sehari-hari
Splint tangan untuk tetraplegia

Program Rehabilitasi fase pemulihan

Terapi latihan self care


Terapi latihan kontrol miksi : self intermittent
catheterization
Terapi latihan kontrol defekasi : manual evakuasi, / stimulasi
digital.
Terapi latihan kebugaran, (fitness)
Terapi latihan prevokasional
Hobi, olah raga, dan rekreasi
Edukasi : persiapan kembali ke rumah
Edukasi : Seksual & family planning
Terapi suportif (kelompok) : Pemahaman mengenai
kecacatan.

3. Rehabilitasi Pada Fase Lanjut

Di laksanakan rawat jalan, lamanya seumur


hidup bagi pasien dengan kecacatan
menetap.

Tujuan Rehabilitasi
Resosialisasi (diantaranya mengembalikan ke

tempat kerja atau menyiapkan untuk


kemampuan bekerja)
Meningkatkan kualitas hidup
Mempertahankan kemampuan fungsional

Program Rehabilitasi Fase Lanjut

Resosialisasi
Rujukan untuk vocational training
Sistem rujukan dengan panti bina daksa
Konseling keluarga
Home programme
Follow up

Komplikasi
Pasien dengan SCI sering mengalami cedera multipel.

Sistem Saraf siringomyelia


Penghambatan medula spinalis (spinal cord tethering)
Sistem Respirasi Sekitar 21% dari penyebab kematian

pada SCI adalah komplikasi respirasi


Sistem Urinarius disfungsi kandung kemih
Tromboembolisme deep vein thrombosis (DVT), emboli
paru
Gastrointestinal Disfungsi gastrointestinal ileus masif
Jaringan Ikat dan Tulang ulkus dekubitus

Prognosis

Prognosis Penyakit : tergantung penyebab


Prognosis Harapan Hidup :
Paraplegia lebih baik daripada tetraplegia
Tetraplegia dengan lesi inkomplit lebih baik daripada lesi
komplit
Pernah mendapat rehabilitasi lebih baik dibandingkan
yang tidak pernah mendapat proses rehabilitasi
Keseluruhan harapan hidup penderita cedera medulla
spinalis lebih pendek dibandingkan dengan orang normal.
Penyebab kematian adalah komplikasi (kardiovaskuler,
pulmoner dan renal)
Prognosis fungsional : tergantung level neurologis dan berat
ringannya cedera (klasifikasi ASIA)

TeRima KasIh

Anda mungkin juga menyukai