Disusun Oleh :
Pendahuluan
Tiap bagian dari tubuh mempunyai pola pertumbuhan masing-masing
pertumbuhan
akan berubah.
Gambar 2.Ukuran relatif wajah dan kranium pada waktu bayi lahir dan dewasa1
2.
genetik, dan usia. Pada usia tertentu wajah dan kepala mempunyai pola
pertumbuhan
yang
berbeda-beda.
Pertumbuhan
tulang-tulang
wajah
ini
Gambar 3. Laju pertumbuhan kranium dan wajah mulai dari lahir sampai usia
20 tahun pada anak laki-laki1
Setelah itu, laju pertumbuhannya akan meningkat lagi sampai mencapai
puncaknya pada masa pubertas, lalu menurun lagi dan melambat sampai
pertumbuhan berhenti pada akhir masa remaja. Pertumbuhan wajah normalnya
dikaitkan dengan erupsi gigi-geligi susu antara usia 1-3 tahun dan gigi-geligi tetap
antara usia 6-14 tahun. Gigi yang erupsi dan prosesus alveolarisnya yang sedang
berkembang akan menambah ukuran tulang rahang. 1
suturafrontamaksilaris,
sutura
zygomatikomaksilaris,
sutura
pada
suturapalatina
mediana,
ethmoidalis,sutura
angulus
bawah tonjolan mesial dari gigi molar pertama sulung, setelah dewasa berpindah
ke posterior dan terletak diantara akar gigi premolar pertama dan kedua. 1
Pertumbuhan mandibula kearah anterior sangat cepat, sehingga pada waktu
bayi dilahirkan, posisi dagu lebih posterior daripada maksila, dengan
bertambahnya umur maka hubungannya menjadi harmonis, lebar mandibula
mengikuti
kondilaris
mandibula
dan
berhubungan
dengan
tulang
a. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah kondisi dimana kelenjar tiroid menghasilkan telalu
banyak hormon tiroid. Kondisi ini sering juga disebut overaktivitas tiroid. 2
Hiperfungsi kelenjar tiroid (hipertiroidisme) ditandai oleh jumlah hormon tiroid
T3 (triiodotironin) dan T4 (tiroksin) yang meningkat atau oleh peningkatan kadar
TSH (thyroid stimulating hormone). Pada orang dewasa, hipertiroidisme terjadi
dengan insiden 3 untuk 10.000 kasus per tahun dengan rasio wanita : pria 5:1.
Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak, kasus pada anak terjadi pada usia 1014 tahun.3
Etiologi
Kelenjar tiroid sangat penting bagi organ-organ pada sistem endokrin.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon yang mengendalikan metabolisme di setiap
sel tubuh. Banyak penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipertiroidisme,
termasuk:2
Obat-obatan antitiroid
Iodin radiokatif untuk menhancurkan kelenjar tiroid dan menghentikan
produksi berlebih dari hormonnya.
gejala seperti detak jantung yang cepat, berkeringat, dan kecemasan hingga
hipertiroidisme dapat diatasi.2
Prognosis
Hipertiroidisme dapat diobati, beberapa penyebab dapat sembu sendiri tanpa
perawatan. Hipertiroidisme akibat penyakit Graves biasanya memburuk dari
waktu ke waktu dan memiliki banyak komplikasi, beberapa sangat parah dan
mempengaruhi kualitas hidup.2
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidime adalah kelainan klinis paling umu dari fungsi tiroid di mana
kelenjar tiroid mensekresikan terlalu sedikit hormon tiroid.
Etiologi
Pada hipotiroidisme primer, paling banyak disebabkan oleh kelenjar tiroid
yang memicu penurunan produksi tiroid dan sekresi tiroksin (T4) dan
triiodotiroksin (T3). Jarang terjadi, disebabkan oleh penurunan stimulasi tiroid
oleh TSH, yang mengacu pada hipotiroidisme sentral, sekunder, hipotirotropik.4
Gambaran Klinis
Pasien mengeluhkan kelelahan, peningkatan berat badan, intoleransi
terhadap dingin, dan suara serak. Gejala kardiorespiratori termasuk bradikardi,
kegagalan kardiak, dan effusi perikardial dan pleural. Pada beberapa pasien, ada
kekakuan otot, gangguan pendengaran, dan depresi.5
Pada rongga mulut, dapat ada perkembangan yang terhambat dari gigi
yang kontras jika kita bandingkan dengan hipertiroidisme. Hormon ini juga
berperan dalam perkembangan rahang, seperti condylar centre (yang aktif hingga
10
tersebut,
mandibula
kurang
berkembang
yang
memicu
c. Akromegali
Akromegali berasal dari bahasa Yunani, akros (ekstremitas) dan megas
(besar), pembesaran ekstremitas. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang
ditandai oleh pertumbuhan tulang, muka, rahang, dan jaringan lunak secara
berlebihan dan kelainan metabolik sekunder akibat hiperseksresi hormon
pertumbuhan yang berlebihan sesudah terjadi penutupan lempeng epifiseal.1
Etiologi
Pada hampir 90% kasus, disebabkan oleh hipersekresi hormon pertumbuhan
dari adenoma hipofisis jinak atau yang dinamakan somatotropinoma. Kadangkadang tumor hipofisis menghasilkan prolaktin bersama hormon pertumbuhan
atau hormon lainnya, termasuk TSH dan ACTH (adrenal corticotropichormone).
Adenoma ini meskipun paling sering terjadi pada kelenjar hipofisis sendiri, dapat
juga muncul di lokasi ektopik. Jarang sekali keadaan yang tidak dapat dibedakan
11
secara klinis dari akromegali ini dapat ditemukan pada individu dengan kadar
hormon pertumbuhan basal dan dinamis yang normal dengan sekret hipofisis yang
tidak terdeteksi. Kasus semacam ini mempunyai faktor pencetus pertumbuhan
yang unik,dan didiatnosis sebagai
12
13
paling sering terlibat adalah panggul, humeral head, humeral shaft, and axial
skeleton.7
Penyakit ini berprogresif tetapi bervariasi, tulang dapat hilang seluruhnya
atau dapat stabil. Regenerasi yang signifikan tidak pernah terjadi.1
Sekitar 30% pasien yang terkena melibatkan cacat maksilofasial.
Keterlibatan simultan rahang atas dan rahang bawah dapat terjadi. Tanda dan
gejala termasuk gigi goyang, nyeri, maloklusi, deviasi dari mandibula, dan
deformitas jelas secara klinis. Fraktur patologis mandibula mungkin terjadi.7
Gambaran radiogram awal terlihat sebagai radiolusen subkortikal dalam
medula dengan ukuran yang bervariasi, umumnya dengan tepi yang tidak jelas
dan dibatasi oleh radiopak tipis. Kemudian fokus ini membesar, bersatu, dan
menyerang korteks. Gambaran yang meruncing dan karakteristik terjadi bila
tulang panjang yang terkena.7
Gambar 9. Kehilangan tulang yang luas dan fraktur patologis dari mandibula kiri.
Penghancuran ini terjadi selama periode ke 8 bulan7
15
Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium tidak dapat mendeteksi kelainan biokimiawi.
Secara mikroskopis terlihat penggantian tulang oleh jaringan ikat dengan banyak
dilatasi kapiler dan pembuluh darah yang bersatu. Begitu penyakit ini progresif,
pelarutan unsur korteks dan medula terlihat dengan sisa pita jaringan fibrotik yang
merupakan sisa jaringan periosteum.7
Perawatan
Tidak ada terapi yang efektif untuk penyakit ini, keberhasilan graf tulang
dan implan terbatas.1 Ketika operasi pengangkatan tulang dikombinasikan dengan
bone graft sering mengalami osteolisis. Terapi radiasi adalah terapi yang paling
sukses dan diterima secara luas, akan tetapi tidak menutup kemungkinan
terjadinya kegagalan. Terapi ini memiliki risiko terjadinya sarkoma setelah
radiasi.7
e. Mikrognasia
Istilah mikrognasia umumnya dipakai khusus untuk mandibula meskipun
dapat pula dipakai untuk menunjukkan pengecilan ukuran mandibula dan maksila.
Dagu dapat sangat retrusif atau absen sama sekali. Hidung dan bibir atas menjadi
menonjol sehingga muka seperti burung.8
Etiologi
Mikrognasia disebabkan oleh kegagalan pusat pertumbuhan di kepala sendi.
Penyebab mikrognasia dapat terjadi secara congenital dan acquired (didapat).
Mikrognasia congenital diduga berasal dari genetic disebabkan kelainan
kromosom dan kerusakan genetic, dijumpai pada penderita sindroma Pierre
Robin, Treacher Collins, cat cry, Down, Turner, progeria dan non genetic seperti
nutrisi, obat teatogenik, infeksi serta trauma. Mikrognasia acquired disebabkan
trauma atau infeksi yang menimbulkan gangguan pada sendi rahang, dijumpai
pada penderita ankilosis yang terjadi pada masa anak-anak.9
Selain itu, dapat pula disebabkan oleh faktor non genetik seperti nutrisi, obat
teratogenik, infeksi, dan trauma.9
16
Gambaran Klinis
Secara klinis mikrognasia mandibular terlihat berupa retrusi dagu,
mandibula berada lebih ke posterior dalam hubungannya dengan struktur cranium,
bibir bawah turun dan tidak dapat menutup dengan bibir atas. Pada pemeriksaan
intraoral, ditemukan maloklusi klas II, gigi anterior atas protrusi dan anterior open
bite. Makrognasia maksila terlihat adanya retraksi sepertiga tengah wajah.9
17
ekstubasi. Bayi biasanya mulai makan dari mulut pada hari berikutnya. Evaluasi
dilakukan setiap 6 bulan sekali.10
f. Makrognasia
18
19
Patogenesis
Beberapa
kondisi
yang
berhubungan
dengan
makrognasia
adalah
bracket yang disemen ke semua mesial gigi sampai geraham pertama. Band molar
memiliki tabung bukal yang terpasang dengan lumen 0,022 x 0,028. Pada
lengkung rahang atas, 0,016 round stainless steel archwire dimasukkan untuk
mendapatkan keterlibatan bracket. Ini diikuti tiap interval dua minggu oleh 0,020,
20
0,021 x 0,025 dan diakhiri edgewise archwire 0,022 x 0,028. Archwire ini
dimasukkan di semua bracket, diligasi di tempat yang aman dan terikat pada gigi
molar.11
Pada lengkung rahang bawah prosedur yang sama diikuti dengan
penempatan band dan sementasi kecuali pada gigi yang diekstrak. Pada perawatan
ini, gigi molar pertama rahang bawah dan premolar kedua telah diekstraksi.
Sepuluh hari kemudian stainless steel archwire 0,022 x 0,028 disesuaikan dengan
ketidakteraturan gigi yang ada. Panjang archwire ditentukan oleh diagnostic
articulated cast yang sebelumnya telah disiapkan. 11
Dalam operasi, diikuti penghapusan segmen tulang, archwire mandibula
yang telah dibuat sebelumnya diligasi ke bracket pada gigi dari segmen anterior
mandibular. Setelah ligasi selesai, segmen anterior dan posterior mandibular
diambil secara bersama sehingga archwire bisa dimasukkan kedalam tabung bukal
dan diikat dengan aman. Setelah hal tersebut dicapai pada kedua sisi, dokter bedah
kemudian mengikat segmen tulang di batasan inferior dari mandibula pada kedua
sisinya dengan wire stainless steel yang berat. Soft ligature wire stainless steel
0,010 ditempatkan secara vertikal di segmen bukal, dari molar sampai caninus,
dalam arah Kelas III dari vertical spurs dari archwire maksila ke vertical spurs
dari archwire mandibula. Dalam satu minggu elastic digunakan untuk
menggantikan ligature wire. 11
g. Makroglosia
Makroglosia adalah kondisi umum yang ditandai dengan pembesaran
ukuran lidah. Pembesaran ini dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi,
termasuk cacat bawaan dan penyakit yang diperoleh setelah lahir. Penyebab yang
paling sering adalah kelainan pembuluh darah dan hipertropi otot. 7
Etiologi12
21
Gambaran Klinis
Makroglosia paling sering terjadi pada anak-anak dan berkisar dalam derajat
ringan sampai berat. Manifestasi awal dari makroglosia dapat terlihat seperti
pernapasan yang berisik, saliva yang menetes dan susah makan. Pembesaran lidah
juga dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Tekanan dari lidah terhadap
mandibula dan gigi dapat menghasilkan batas crenated di lateral lidah, open bite,
dan prognasi mandibula. Jika lidah terus menjorok keluar dari mulut, lidah dapat
mengalami ulserasi, infeksi sekunder atau bahkan mungkin mengalami nekrosis.
Makroglosia yang parah dapat menghasilkan obstruksi jalan napas.7
Pada pasien edentulous yang telah berlangsung lama, lidah sering terlihat
lebih tinggi dan cenderung menyebar secara lateral karena kehilangan gigi di
sekitarnya. Sebagai akibatnya, memakai gigi tiruan menjadi lebih sulit.7
22
Perawatan
Pengobatan dan prognosis makroglosia tergantung pada penyebab dan
keparahan kondisinya. Pendekatan terapi harus mencakup tindak lanjut
pengamatan, pengobatan kondisi sistemik yang menjadi penyebab pembesaran
lidah, terapi orofacial, dan intervensi bedah yang tepat yang melindungi
vaskularisasi dan persarafan lidah. Pada kasus ringan pembedahan mungkin tidak
diperlukan, namun terapi bicara dapat membantu jika kemampuan bicara pasien
terganggu. Pada kasus berat, pembedahan glossectomy dapat dilakukan.7,12
Prosedur glossectomy
Glossoplasty dilakukan pada pasien dengan anestesi umum, sesuai dengan
teknik modifikasi glossectomy subtotal dengan reseksi luas berbentuk lengkung
(Gothic) dari ujung lidah (Gambar 16). Sayatan dilakukan dengan menggunakan
pisau bedah; tanda titik dua diselesaikan dengan elektrokauter, untuk hemostasis
yang lebih baik. Dengan cara ini, jaringan otot lidah yang berlebihan telah
dibuang (Gambar 17). Lidah ditutup menggunakan jahitan Vicryl yang dapat
menyatu dengan jaringan (Gambar 18).12
23
glossectomy12
h. Mikroglosia
Makroglosia adalah kondisi kelainan perkembangan yang jarang diketahui
penyebabnya, ditandai dengan keadaan abnormal lidah yang kecil.7
Etiologi
Kebanyakan kasus mikroglosia dilaporkan berkaitan dengan salah satu dari
sekelompok kondisi yang dikenal sebagai sindrom hypogenesis oromandibularlimb. Sindrom ini terkait dengan anomali seperti hypodactylia dan hypomelia
(hipoplasia sebagian atau seluruh anggota tubuh tertentu). Pasien lain juga
menunjukkan adanya anomali lain seperti sumbing palatum, intraoral bands, atau
situs inversus. Mikroglosia dapat terjadi karena lengkung rahang atas yang kecil
24
atau bentuk mandibula yang sempit dan mengalami kelainan misalnya pada
mikgrognasia atau agnasia.7
Gambaran Klinis
Gambaran klinis mikroglosia adalah keadaan abnormal lidah yang terlihat
lebih kecil dari ukuran normal. Dalam kasus yang jarang terjadi, hampir seluruh
lidah mungkin hilang (aglosia) dan pada derajat ringan mikroglosia mungkin sulit
untuk dideteksi dan mungkin tidak diketahui.7
25
i. Condylar Hyperplasia
Condylar hyperplasia merupakan malformasi langka yang terjadi pada
mandibula, yaitu pertumbuhan yang berlebihan pada salah satu kondilus.
Penyebab hiperplasia ini tidak diketahui. Tetapi, masalah peredaran darah lokal,
gangguan kelenjar endokrin serta trauma diketahui memiliki faktor penting dalam
menyebabkan condylar hiperplasia. Condylar hyperplasia sulit dibedakan dari
hemifacial hyperplasia, tetapi pada condylar hyperplasia di ikuti juga dengan
pembesaran jaringan lunak dan gigi.7
Gambaran Klinis dan Radiografi
Condylar hiperplasia dapat bermanifestasi pada bentuk muka, termasuk
asimetri wajah, pronagtisme, dan open bite. Gambaran rontgen dari kelainan ini
cukup beragam, beberapa pasien memiliki pembesaran kepala kondilus yang
teratur, perpanjangan leher kondilus. Banyak kasus juga menunjukkan hiperplasia
pada keseluruhan ramus. 7
26
Gambar 21 dan 22 : Tampilan klinis tampak depan dan gambaran radiografi dari
Condylar hiperplasia. 7
Perawatan dan Prognosis
Perawatan ditentukan oleh tingkat keparahan fungsional serta fungsi
estetik. Beberapa pasien bisa dilakukan tindakan unilateral condylectomy.
Sedangkan beberapa pasien lainnya membutuhkan tindakan unilateral atau
bilateral osteotomy.
j. Condylar Hypoplasia
Condylar hypoplasia atau kurang berkembangnya kondilus rahang bawah.
Dapat berupa bawaan atau diperoleh pada masa pertumbuhan. Condylar
hypoplasia sering dihubungkan dengan sindrom kepala leher, termasuk
mandibulofacial
dysostosis,
sindrom
oculoauriculovertebral
(syndrome
Goidenhar), dan hemifacial microsomia. Dalam kasus yang paling parah, didapati
adanya agenesis dari seluruh kondilus atau ramus (Condylar aplasia).
27
rhematoid,
inflamasi
pada
sendi,
riwayat
bedah
pada
sendi
temporomandibula
Klasifikasi
Topazian (1966) mengklasifikasikan ankilosis sendi temporomandibula
antara lain7:
29
30
Diagnosa
Diagnosa dari penyakit atau gangguan fungsi sendi temporomandibula
dilakukan dengan pemeriksaan riwayat pasien, pemeriksaan klinis yang hati-hati
dan terkadang membutuhkan pemeriksaan tambahan yaitu artroskopi. Diagnosa
dari penyakit atau gangguan fungsi sendi temporomandibula juga tergantung pada
ketepatan interpretasi hasil foto rontgen.
31
Hairy Tongue ditandai dengan adanya akumulasi keratin pada papilla filiform
dari dorsal lidah, yang menghasilkan penampakan seperti rambut. Kondisi yang
muncul merupakan peningkatan produksi keratin atau penurunan deskuamasi
keratin normal. Hairy tongue ini ditemukan di sekitar 0,5% orang dewasa.
Meskipun penyebabnya tidak pasti, banyak orang yang terkena kondisi ini
merupakan dampak dari perokok berat. Faktor-faktor lain yang mungkin terkait
meliputi: terapi antibiotik, kebersihan mulut yang buruk, kondisi umum tubuh
yang melemah, terapi radiasi, penggunaan obat kumur oksidasi atau antasida,
pertumbuhan berlebih dari organisme jamur atau bakteri. 7
Gambaran Klinis
Hairy Tongue paling umum berdampak pada garis tengah dari anterior ke
papila sirkumvalata, secara lateral dan perbatasan anterior (Gambar 27). Papila
yang memanjang biasanya berwarna coklat, kuning atau hitam sebagai hasil dari
pertumbuhan bakteri penghasil pigmen atau pewarnaan dari tembakau dan
makanan. Kadang-kadang sebagian besar dorsal lidah mungkin terlibat dan
menebal. Kondisi ini biasanya tanpa gejala, walaupun terkadang pasien mengeluh
dengan sensasi tersedak atau rasa tidak enak di mulut. Karena biasanya diagnosis
didapat
kebanyakan kasus. 7
Gambar 27. Hairy Tongue. Papila filiform yang berwarna hitam &
memanjang di bagian posterior dorsal lidah. 7
32
Gambaran histopatologis
Pada pemeriksaan histopatologi, Hairy Tongue ditandai dengan adanya
hyperparakeratosis dari papilla filiform yang memanjang. Biasanya banyak
bakteri yang terlihat tumbuh di permukaan epitel nya.
Pengobatan dan Prognosis
Hairy Tongue adalah kondisi jinak (tidak berbahaya) yang tidak disertai
gejala sisa yang serius. Yang sering menjadi perhatian utama adalah pada
penampakan estetika dari lidah yang kemungkinan terkait dengan bau mulut.
Faktor-faktor predisposisi seperti tembakau, antibiotik atau obat kumur harus
dihilangkan dan kebersihan mulut yang baik juga harus didukung. Deskuamasi
dari papila hiperkeratotik dapat ditingkatkan dengan mengoreknya (menggesek)
secara berkala atau menyikatnya dengan menggunakan sikat gigi atau pengikis
lidah. Agen keratolitik seperti podophyllin juga sudah dicoba dengan sukses,
tetapi untuk alasan keamanan, penggunaannya mungkin masih tidak dianjurkan. 7
m. Stafne Defect
Stafne Defect diklasifikasikan sebagai lesi tulang yang ditemukan pada
mandibula dan merupakan lesi tulang yang berasal dari kegagalan pembentukan
remodeling korteks mandibula sehingga menghasilkan kavitas dan lesi ini
dipenuhi dengan kelenjar saliva, jaringan adipos, kapiler darah, jaringan limfoid
atau bisa juga terdiri dari kavitas yang kosong.14
Etiologi
Penyebab yang jelas dari Stafne Defect masih belum diketahui.15
Klasifikasi
33
Menurut Ogunsalu dkk, berdasarkan hubungan antara garis terluar lesi dan
plat kortikal bukal, lesi tersebut bisa dibagikan kepada tiga klasifikasi yaitu 16 :
Tipe II : Dasar kavitas sudah mengenai plat kortikal bukal tetapi tidak ada
ekspansi dan distorsi plat terlihat.
Tipe III : Dasar kavitas sudah mengenai plat kortikal bukal serta terjadinya
ekspansi pada plat kortikal bukal.
Gambaran Radiografi
Lesi ini menyerupai kista pada gambaran radiografi intraoral, berbentuk
bulat atau ovoid, berbatas jelas, unilokular, radiolusen dan posisinya biasanya
dibawah kanal mandibula yaitu diantara molar satu dan sudut mandibula.
Berlokasi diantara saluran alveolar inferior dan tepi inferior dari mandibula pada
regio molar ketiga dan kedua. 7
difollow up selama 1 tahun. Tidak ada perubahan yang luar biasa dari cacat
terlihat selama periode follow-up, dengan demikian, membenarkan keakuratan
diagnosis awal.7
n. Fraktur Wajah
Klasifikasi yang paling umum adalah klasifikasi yang dikembangkan oleh
Rene Le Fort (1869-1951), ahli bedah dali Lilie, dan Matrin Wassmund (18921956), ahli bedah mulut dan maksilofasial dari Berlin17.
Tabel 1. Klasifikasi fraktur17
Lokasi
Sentral wajah
Lateral wajah
Kombinasi bagian
Jenis fraktur
sagital
Fraktur
nasoetmoidalis
Defek fraktur
Fraktur kompleks zigomatokoorbital
Fraktur zigomatik
Fraktur zigomatikomasila
Fraktur akrus zigomatikus
Fraktur kombinasi zigomatik dan kompleks
nasomaksila
dan
kompleks
arkus zigomatiko
Fraktur orbita, termasuk Blow out fracture
Fraktur zigomatikomandibula
Fraktur Le Fort III
Fraktur frontobasal
Fraktur tulang temporalis dan pars petrosa os
35
Definisi
Le Fort I atau Fraktur Guerin
Garis fraktur berjalan dari apertura piriformis di bagian atas spina nasalis,
kemudian berjalan ke dinding sinus maksilaris, krista zigomatikoalveolaris,
tubermaksila, bagian ujung kaudal prosessus pterigoideus, dinding posterior sinus
maksilaris hingga kembali ke apertura piriformis17.
Le Fort II (Wassmund II)
Pada jenis fraktur ini, maksila terpisah dari wajah bagian tengah dengan
bentuk menyerupai piramida. Garis fraktur berjalan dari sutura frontonasalis atau
sutura frontomaksilaris ke bagian anteromedial dari dinding inferior orbita terus
ke bagian tengah cincin infraorbital, dinding fasial sinus maksilaris, krista
zigomatikoalveolaris, bagian posterior sinus maksilaris, prosesus pterigoideus,
36
fisura orbitalis inferior hingga sampai ke garis fraktur pada bagian orbita. Sebagai
tambahan juga terjadi fraktur pada vomer dan lamina perpendikularis. 17
Wassmund I
Sama dengan Le Ford II hanya saja bagian apeks dari hidung tidak
mengalami fraktur. 17
Le Fort III (Wassmund IV)
Terjadi fraktur yang menisahkan viserokranium dan neurokranium. Garis
fraktur berjalan dari sutura frontonasalis atau sutura frontomaksilaris lewat os.
lacrimale, dinding medial orbital, foramen optikum. Dari sini garis fraktur
berjalan terus ke sutura zigomatikofrontalis. Terjadi juga fraktur arkus
zigomatikus. 17
Wassmund III
Sama dengan Le Fort III, hanya saja tanpa fraktur pada sutura frontonasalis
dan frontomaksilaris. 17
Fraktur Sentral Wajah
Termasuk disini adalah fraktur Le Fort I, Le Fort II, nasomaksila, kompleks
nasoetmoidalis, Wassmund I, dan Wassmund III. Fraktur dapat terjadi baik
bilateral maupun unilateral, dan dapat juga terjadi dengan kombinasi fraktur pada
bagian wajah lainnya yang tidak termasuk kedalam klasifikasi ini. 17
Etiologi
Penyebab fraktur sentral wajah ini umumnya adalah trauma yang keras pada
daerah wajah, misalnya saja akibat kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan
olahraga. 17
Gambaran Klinis
Gambaran klinis fraktur yang pasti adalah displacement, pergerakan
abnormal dari rahang, dan krepitasi. Hasil palpasi intraoral dibagian vestibulum
37
38
39
Terapi
Prinsip terapi adalah mengembalikan oklusi ke keadaan normal,
mengembalikan posisi tulang wajah terutama pilar utama wajah ke posisi normal,
dan kemudian memfiksasi tulang yang telah direposisi tersebut. 17
Terapi yang dapat dilakukan adalah terapi konservatif, kombinasi
konservatif-operatif, dan terapi operatif4. Terapi konservatif diindikasikan pada
fraktur tanpa displacement atau fraktur dengan displacement yang minimal sekali
tanpa ada gangguan oklusi, gangguan penglihatan, dan gangguan pada mata. Pada
terapi konservatif ini pasien diinstruksikan untuk diet makanan lunak selama 3-4
minggu dan menghindari aktivitas fisik yang berat, termasuk olahraga. Pasien
juga dianjurkan untuk kontrol secara berkala. 17
Pada terapi kombinasi konservatif-opertatif pertama-tama dilakukan reposisi
fraktur dan oklusi dengan menggunakan arch bar dan MMF dengan kawat.
Kemudian dapat dilakukan suspensi dengan menggunakan kawat, misalnya
suspensi zigomatikomaksilari atau suspensi frontomaksilari. 17
Terapi operatif dengan menggunakan miniplat dan mikroplat saat ini
dianggap sebagai state of the art dalam penatalaksanaan fraktur wajah4. Setelah
melakukan reposisi fraktur dengan reduksi terbuka, kemudian dilakukan fiksasi
dengan menggunakan miniplat atau mikroplat4. Sering kali perlu dilakukan
pemasangan MMF selama proses reposisi dan fiksasi agar didapatkan oklusi yang
baik. Apabila fraktur wajah ini terjadi dengan kombinasi fraktur rahang bawah
dan fraktur kondilus, MMF dapat dibiarkan selama beberapa hari sesuai indikasi
yang diperlukan. 17
Akses operasi harus dipilih sedemikian rupa, sehingga walaupun diperlukan
pemasangan miniplat dalam jumlah yang cukup banyak, namun nantinya bekas
akses operasi itu tidak mengganggu pasien secara estetik. Umumnya insisi dapat
dilakukan dari intraoral secara paramarginal atau marginal, lateroorbital,
infraorbital, subsiliar, maupun bikoronal. 17
Hematosinus jika perlu dapat dievakusi secara perlahan-lahan, membran
Schneiderian pada sinus maksilaris pada kebanyakan kasus dapat dipertahankan.
Jika fraktur melibatkan dasar orbita, pasien diinstruksikan untuk tidak buang
ingus dan bersin, karena dapat menyebabkan protusio bulbi akibat emfisema.
40
o. Varicosities (Varises)
Varicosities atau varises, merupakan keadaan vena yang melebar dan
berlekuk. Usia merupakan faktor utama dari etiologi varises, varises jarang
ditemukan pada anak-anak tapi sering terjadi pada orang tua. Semakin
bertambahnya usia akan terjadi kehilangan kemampuan supporting oleh jaringan
penghubung. Varises yang terjadi di rongga mulut tidak memiliki hubungan
dengan hipertensi sistemik atau penyakit cardiopulmonary lainnya. Meskipun
terdapat suatu studi yang mengmukakan bahwa, orang yang menderita varises
pada kakinya akan lebih mungkin mengalami varises pada lidah.7
Gambaran Klinis
Tipe varises oral yang paling umum adalah sublingual varises, yang terjadi
pada dua dari tiga orang-orang
biasanya muncul dengan warna biru keunguan. Blebs tinggi atau papular pada
perbatasan ventral dan lateral lidah. Lesi yang ada biasanya asimptomatik, kecuali
pada beberapa kasus yang jarang ditemukan yaitu ketika terjadi trombosis
sekunder. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, terdapat varises soliter
ditempat lain disekitar mulut, biasanya terdapat di daerah bibir dan mukosa
bukal.7
Pada varises yang terisolasi biasanya pertama disadari setelah berubah
menjadi thrombosed. Secara klini sebuah varix thrombosed tampak jelas, nyeri
saat di tekan, nodul bewarna ungu kebiruan di bawah permukaan mukosa. 7
41
Patogenesis
Duktus nasopalatina biasanya berdegenerasi secara progresif walaupun
begitu persistensi dari sisa epitel nantinya bisa menjadi sumber dari epitelial yang
akan menjadi kista nasopalatinus dari salah satu proliferasi yang spontan atau
proliferasi yang diikuti trauma contohnya pada removabledenture, infeksi bakteri,
42
dan retensi mukus. Faktor genetik juga dapat mempengaruhi terjadinya kista ini.
Adanya
kelenjar
mukus
diantara
proliferasi
epitel
dapat
memberikan
pembentukan kista sekunder oleh sekret musin dalam struktur yang tertutup
(enclosed structure). 18
Kista Duktus Nasopalatina dapat terbentuk dalam kanal insisivus yang
lokasinya pada tulang palatum dan dibelakang prosessus alveolar dari insisivus
sentral rahang atas atau pada jaringan lunak pada palatum yang menutupi foramen
disebut kista insisivus papilla. 18
Histopatologi
Epitel bagian luar pada kista ini yaitu epitel squamosa stratifikasi atau epitel
columner bersilia atau keduanya. Tipe epitelium ini tergantung dari lokasi kista itu
sendiri. Pada beberapa sel yang sudah mengalami inflamasi kronik biasanya
terlihat dibawah epitelium pada beberapa bagian dari dinding kista tersebut tapi
tidak begitu jelas. Kelenjar mucus sering terlihat di dinding kista. 18
Gambaran yang tidak biasa terlihat adalah adanya neurovascular bundle
pada dinding kista. Yang dimaksud adalah saraf spenho-palatine yg panjang dan
pembuluh-pembuluh darah yang melewati kanal insisivus dan sering terlepas oleh
kista.Pada raksi inflamasi yang kronik terdapat limfosit dan sel plasma yang
ditemukan pada dinding kista. Dan juga ditemukan perdarahan pada 71 % kasus.
airan kista terdiri dari eritrosit, leukosit, sel epitel desquamatif, debris tissue dan
bakteri. 18
Gambaran Klinis
Kista ini tumbuh lambat dan menyerupai kista lain pada rahang, pada
tempat tersendiri. Terkadang kista ini menyebabkan kesalahan yang intermitent
terhadap rasa asin. Jika ini terus tumbuh membesar, dapat terjadi pembengkakan
pada bagian tengah depan palatum, pada bagian superficial juga dapat terjadi yang
disebut palatine papilla cyst. Biasanya asimptomatis atau gejala- gejala kecil yang
masih dapat ditoleransi. 18
Terjadi pembengkakan yang fluktuatif dan kebiruan jika kista terdapat di
permukaan. Apabila terjadi tekanan yang diakibatkan oleh pembengkakan akan
43
terasa seperti terbakar atau mati rasa pada mukosa palatum. Terkadang cairan kista
tersebut keluar ke rongga mulut melalui sinus atau sisa dari duktus
nasopalatinus. Pasien dapat mendeteksi cairan ini karena akan terasa asin. 18
Gambaran Radiologis
44
45
beberapa kelenjar limfe di leher, jika sering terjadi peradangan, maka epitel
duktus juga ikut meradang, sehingga terbentuklah kista. 19
Gambaran Klinis
Kista duktus tiroglosus paling sering dijumpai dengan massa di garis tengah
leher yang dapat diraba dan asimtomatis dibawah tingkatan tulang hyoid. Massa
pada leher ikut bergerak jika menelan. Beberapa pasien akan mengalami nyeri
pada leher atau tenggorokan, atau disfagia. Spektrum gejala klinis mungkin
bervariasi. 19
Pembukaan kecil di kulit dekat massa, dengan drainase mucus dari kista
Perawatan
Penatalaksanaan yang pada kista duktus triglosus ini adalah, jika terjadi
infeksi, maka atasi dahulu infeksinya dengan antibiotik dan kompres hangat.
Untuk penggunaan antibiotik yang tepat, mungkin memerlukan aspirasi jarum
halus pada kista untuk diambil sampelnya sehingga dapat di kultur atau dengan
pewarnaan gram untuk menentukan bakterinya. 19
Setelah teratasi infeksinya, maka langkah
selanjutnya
adalah
46
sederhana, reseksi dan injeksi dengan bahan sklerotik. Dengan cara-cara tersebut
angka kekambuhan dilaporkan antara 60-100%. Schlange (1893) melakukan
eksisi dengan mengambil korpus hioid dan kista beserta duktus-duktusnya;dengan
cara ini angka kekambuhan menjadi 20%.19
Seorang ahli yang bernama Sistrunk
berdasarkan embriologi, yaitu kista beserta duktusnya, korpus hioid, traktus yang
menghubungkan kista dengan foramen sekum serta otot lidah sekitarnya kurang
lebih 1 cm diangkat. Cara ini dapat menurunkan angka kekambuhan menjadi 2-4
%.19
Cara Sistrunk :
Penderita dengan anestesi umum dengan tube endotrakea terpasang, posisi
terlentang, kepala dan leher hiperekstensi. Dibuat irisan melintang antara tulang
hioid dan kartilago tiroid sepanjang empat sentimeter. Bila ada fistula, irisan berbentuk elips megelilingi lubang fistula.Irisan diperdalam melewati jaringan lemak
dan fasia; fasia yang lebih dalam digenggam dengan klem, dibuat irisan memanjang di garis media. Otot sternohioid ditarik ke lateral untuk melihat kista di
bawahnya.19
Kista dipisahkan dari jaringan sekitarnya, sampai tulang hioid. Korpus hioid
dipotong satu sentimeter.Pemisahan diteruskan mengikuti jalannya duktus ke
foramen sekum. Duktus beserta otot berpenampang setengah sentimeter diangkat.
Foramen sekum dijahit, otot lidah yang longgar dijahit, dipasang drain dan irisan
kulit ditutup kembali.19
47
Etiologi
Penyebab terjadinya kista brankial masih belum jelas.20
Gambaran Klinis
Pada pemeriksaan fisik dapat dimulai dengan inspeksi leher untuk melihat
adanya benjolan yang nyata.17 Benjolan ini kadang-kadang lebih baik dilihat
daripada diraba.Suruh pasien menelan dan perhatikan gerakan kartilago tiroidea
dan ada atau tidaknyageraknan mass yang dapat ditemukan. Benjolan lateral
bukan kelenjar limfe mencakupaneurisma arteri karotis, higroma kistik dan kista
celah brankial. Aneurisma akanberdenyut. Higroma kistik terutama ditemukan
pada anak-anak dan tampak terang padatransluminasi. Kista celah brankial
biasanya timbul pada orang dewasa sebagaipembengkakan kistik yang keras di
bawah otot sternokleidomastoideus, dekat angulusmandibula20
Palpasi suatu massa dilakukan untuk menentukan letak, konsistensi, ukuran
danmobilitasnya. Kelenjar limfe dapat terpisah-pisah atau menyatu, seperti karet
atau kerasseperti batu, bebas atau melekat, tidak nyeri atau nyeri tekan. Sedikit
banyaknyafluktuansi massa kistik pada leher, tergantung pada tebal dinding kista,
viskositas didalamnya, dan tekanan dalam kista. Demikian pula pada
transluminasi memberikanhasil yang berbeda-beda pula. 20
Perawatan
Pengobatan terdiri dari pengangkatan pembedahan yang sempurna dari kista
dan salurannya (pembedahan eksisi). Jika terdapat infeksi atau peradangan,
sebaiknya
diobati
dan
dibiarkan
sampai
tenang
sebelum
dilakukan
pengangkatan4. Insisi dan drainase sebaiknya dihindari. Insisi dan drainase karena
salah didiagnosis sebagai abses adenitis servikalis mengakibatkan drainase
persisten dan menyulitkan usaha pengangkatan menyeluruh nantinya. Terapi
elektif kista celah brankial dengan eksisi teliti, dan mempertahankan struktur di
sekitarnya. Nervus hipoglosus dan asesorius terletak sangat dekat dengan dinding
kista. 20
48
49
Gambar 37. Eipstein's pearl. Kista kecil berisi keratin pada persambungan
palatum durum dan mole. (Dari Neville BW, Damm DO, White OK:Color atlas of
clinical oral pathology. ed 2, Philadelphia, 1999,Williams& Wilkins) 7
Gambaran Histopatologis
Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan kista dipenuhi keratin yang
dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis. Kadang-kadang kista ini menunjukkan
hubungan dengan mukosa permukaan. 7
Pengobatan dan Prognosis
Palatal Cysts of the newborn adalah lesi tidak berbahaya, dan tidak ada
perawatan yang diperlukan. Mereka dapat sembuh dengan sendirinya dan jarang
diamati beberapa minggu setelah lahir. Agaknya epitel berdegenerasi, atau kista
pecah ke permukaan mukosa dan menghilangkan isi keratinnya. 7
t. Globulomaxillary Cyst
Globulomaxillary cyst dianggap menjadi kista fisural yang tumbuh dari
epitel yang terperangkap selama fusi dari bagian globularmedial nasal
processdengan maxillary process. Konsep ini telah dipertanyakan, namun, karena
bagian globularmedial nasal process terutamabersatu dengan maxillary process
dan fusi tidakterjadi. Karena itu, epitel yang terperangkap seharusnya tidak terjadi
selama pengembangan embriologik daerah ini. Teori saat ini menyatakan bahwa
sebagian besar (jika tidak semua) kista yang berkembang di daerah
globulomaxillary sebenarnya berasal dari odontogenik. 7
Gambaran Klinis dan Radiografi
Globulomaxillary cystklasik berkembang antara gigi insisivus lateral
maksila dan gigi kaninus, meskipun lesi globulomaxillary sesekali telah
dilaporkan antara gigi insisivus sentralis dan lateral. Radiografibiasanya
menunjukkan radiolusen unilokular berbatas jelas antara dan apikal pada gigi.
Karena radiolusensi ini sering terbatas karena memanjang ke bawah di antara gigi,
mungkin menyerupaipir terbalik. Ketika lesi mengembang, tipping akar gigi dapat
terjadi. 7
50
Daftar Pustaka
51
53