Anda di halaman 1dari 53

TUGAS BEDAH MULUT 1

KELAINAN CACAT TUMBUH KEMBANG


OROMAKSILOFASIAL
(POST NATAL)

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

KELAINAN CACAT TUMBUH KEMBANG OROMAKSILOFASIAL


(POST NATAL)
1.

Pendahuluan
Tiap bagian dari tubuh mempunyai pola pertumbuhan masing-masing

sehingga proporsi bagian tersebut selama

pertumbuhan

akan berubah.

Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya ras, keturunan, seks,


dan nutrisi.1
Pertumbuhan sangat kompleks. Pada saat bayi dilahirkan pusat-pusat
pertumbuhan dikepala sudah berkerja aktif, sehingga besar kepala pada waktu
dilahirkan adalah relatif besar, mendekati besar kepala orang dewasa. Tulang
kepala terdiri dari dua kesatuan tulang yaitu neukranium atau tulang kranial yang
berisi otak dan viscera kranium atau tulang fasial. 1
Dasar tempat otak disebut basis kranii dan atasnya disebut calvaria kranii.
Pada waktu bayi dilahirkan bagian-bagian tulang yang ada calvaria dipisahkan
oleh jaringan ikat fibrosa yang disebut sutura dan frontanella yang lebarnya
masing-masing berbeda, karena pertumbuhan bagian-bagian tersebut seperti os.
frontale, os. occipital, os. parietale, dan os. temporale, maka sutura dan frontanella
mengecil.1

Gambar 1. Sistem sutura dari kepala1


Pertumbuhan bagian-bagian tulang calvaria itu disebakan karena pada tepitepinya terjadi osifikasi dengan adanya aktivitas osteoblastus, keadaan ini
merupakan pertumbuhan kearah lateral.Disamping pertumbuhan kearah lateral,
juga terjadi aposisi dibagianaktivitas dari osteoblastus, sehingga ruang otak
bertambah besar. Pertumbuhan tulang sepanjang sutura, berlangsung terus, sampai
2

akhirnya sutura menutup kira-kira waktu remaja. Diperkirakan sutura-sutura yang


memisahkan wajah dan kranium tersusun demikian rupa, sehingga pertumbuhan
sutura-sutura tersebut akan menggerakkan wajah kearah depan dan bawah dalam
kaitannya dengan kranium. Oleh sebab itu, pertumbuhan sutura berlangsung aktif
pada saat pembesaran kranium yang terjadi pada usia 6 atau 7 tahun. 1
Perbandingan antara wajah dan kranium jelas terlihat berbeda pada waktu
lahir daripada waktu dewasa. Wajah atau viserokranium berkembang lebih lambat
dibandingkan kranium pada waktu intrauterin, sehingga waktu lahir wajah akan
terlihat kecil pada dimensi vertikal dalam hubungannya dengan ukuran total
kepala, bila dibandingkan dengan proporsi orang dewasa. Hal ini terjadi karena
sesudah lahir wajah bertambah terus, sedangkan kranium pertumbuhannya
melambat, karena kranium pada waktu lahir telah hampir mencapai ukuran
dewasa. 1

Gambar 2.Ukuran relatif wajah dan kranium pada waktu bayi lahir dan dewasa1

2.

Pertumbuhan Wajah, Maksila, Dan Mandibula


a. Wajah
Pertumbuhan wajah seseorang umumnya ditentukan oleh ras, jenis kelainan,

genetik, dan usia. Pada usia tertentu wajah dan kepala mempunyai pola
pertumbuhan

yang

berbeda-beda.

Pertumbuhan

tulang-tulang

wajah

ini

berlangsung sepanjang sutura yang menghubungkan tulang muka dan tulang


kranial, serta antara tulang-tulang muka sendiri. Hubungan antara tulang muka

dan tulang kranial melalui sutura frontonasalis, sutura frontomaksilaris, sutura


zygomaticotemporalis, dan sutura palatina.1
Pada waktu basis kranii tumbuh ke anterior, tulang muka juga tumbuh ke
anterior dan inferior.Pertumbuhan ini erat kaitannya dengan pertumbuhan maksila,
mandibula, dan nasofaring.Pada pertumbuhan sinus-sinus yang berisi udara, selain
pertumbuhan sepanjang sutura, juga terjadi pertumbuhan secara aposisi
dipermukaan dan resorpsi dibagian dalam tulang muka.Sinus maksilaris
merupakan sinus terbesar dan tumbuh cepat mengikuti erupsi gigi atas.
Pertumbuhan sinus frontalis yang ada diatas orbita terjadi dengan cara yang sama
dan menyebabkan kranium bertambah panjang. 1
Laju pertumbuhan wajah mencapai puncaknya pada waktu lahir dan akan
menurun dengan tajam, serta mencapai puncaknya pada masa pubertas. Anak
perempuan pertumbuhannya 2 tahun lebih cepat dibandingkan dengan anak lakilaki. 1

Gambar 3. Laju pertumbuhan kranium dan wajah mulai dari lahir sampai usia
20 tahun pada anak laki-laki1
Setelah itu, laju pertumbuhannya akan meningkat lagi sampai mencapai
puncaknya pada masa pubertas, lalu menurun lagi dan melambat sampai
pertumbuhan berhenti pada akhir masa remaja. Pertumbuhan wajah normalnya
dikaitkan dengan erupsi gigi-geligi susu antara usia 1-3 tahun dan gigi-geligi tetap
antara usia 6-14 tahun. Gigi yang erupsi dan prosesus alveolarisnya yang sedang
berkembang akan menambah ukuran tulang rahang. 1

Perkembangan wajah pada umumnya mengikuti laju pertumbuhan dari


bagian tubuh lainnya dan terlihat sedikit lebih lambat. Bagian hidung dan bagian
atas wajah akan berkembang kedepan, yang disebabkan karena pertumbuhan
kartilaginus dari septum hidung. Wajah berkembang kearah depan dan bawah
dalam kaitannya dengan kranium. 1
Pertumbuhan periosteal dan endosteal sangat berperan penting pada
pertumbuhan wajah.Pada akhirnya, fungsi dianggap mempunyai peranan penting
dalam menentukan bentuk wajah dan diperkirakan bahwa tulang-tulang wajah
khususnya bila dipengaruhi pertumbuhannya melalui fungsinya. 1
Hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan normal
dari kranium dan orbita adalah hasil reaksi dari pertumbuhan otak dan mata.Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan normal dari rangka wajah adalah
hasil pertumbuhan lidah, gigi geligi, otot-otot wajah, serta fungsi pengunyahan. 1
b. Maksila
Maksila ini merupakan bagian dari tulang kranium.Dengan sendirinya
pertumbuhan basis kranium mempengaruhi perkembangan maksila.Posisi dan
hubungan maksila terhadap kranium tergantung dari pertumbuhan sutura
sphenooccipitalis. Maksila ini berhubungan dengan beberapa bagian kranium,
melalui

suturafrontamaksilaris,

sutura

zygomatikomaksilaris,

sutura

zygomatikotemporalis dansutura palatinus. 1


Pertumbuhan pada sutura-sutura menyebabkan maksila bergerak ke depan
dan kebawah, sehingga kranium bergeser ke belakang dan keatas. Pertumbuhan
enkhondral dari basis kranii dan septum nasalis penting untuk bergeraknya
maksila ke depan dan bawah. Sebagian besar dari pertumbuhan maksila ke arah
tinggi adalah dikarenakan aposisi tulang alveolarpada waktu gigi akan erupsi.
Pada waktu maksila tumbuh ke bawah, terjadi aposisi pada dasar orbita, dasar
hidung, dan permukaan palatum. 1
Pertumbuhan

pada

suturapalatina

mediana,

ethmoidalis,sutura

zygomatikotemporalis,dan sutura pada tulang-tulang hidung, serta hubungan


maksila dengan prosesus pterigoideus, mempengaruhi pertumbuhan maksila

kearah lebar/transversal. Terjadinya aposisi pada dinding lateral maksila sendiri


dan pertumbuhan basis kranii, kemungkinan besar sangat mempengaruhi
pertumbuhan maksila dalam arah lebar. 1
Maksila ini terjadi dari 2 bagian yaitu maksila bagian belakang (maksila
proper) dan bagian depan antara region kaninus kiri dan kanan disebut premaksila.
Pada waktu bayi usia 1 tahun, sambungan antara kedua bagian maksila tumbuh
secara harmonis dengan pertumbuhan kranium. 1
Pertumbuhan maksila dengan prosesus palatinus dan prosesus alveolaris
disebabkan karena adanya pertumbuhan gigi-gigi atas. Pertumbuhan ini terjadi
dengan cara aposisi di bagian permukaan sebelah luar dan resorpsi di bagian
dalam, sehingga palatum bertambah besar untuk memungkinkan erupsinya gigigeligi atas. Erupsi gigi-geligi tersebut akan menyebabkan prosesus alveolaris
bertambah tinggi dan juga menyebabkan bertambah tingginya muka. Pada periode
pertumbuhan, baik maksila maupun mandibula mengalami rotasi dalam
hubungannya dengan basis anterior kranii jika dilihat dari lateral. Rotasi ini
bervariasi, baik besarnya maupun arahnya, rotasi ini pada umumnya ke arah depan
dan ke atas, jadi bisa mangubah hubungan rahang selama pertumbuhan khususnya
pada bidang vertikal. 1
c. Mandibula
Pada waktu bayi dilahirkan, mandibula sangat kecil dan terdiri dari 2 bagian
yang sama, dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Mandibula tersebut hanya
merupakan sebuah tulang yang berbentuk lengkung, karena pada waktu itu
prosesus kononalis, prosesus koronoideus, prosesus alveolaris,dan

angulus

mandibula belum berkembang dengan baik. 1


Mandibula bertambah melalui pertumbuhan kartilago dan periosteal serta
endosteal.Kedua daerah kartilago terdapat disini yaitu satu pada simfilis
mandibula dan lainnya membentuk perlindungan pada masing-masing kondil
mandibula.Kartilago kondilar bukan tempat pertumbuhan khusus, tetapi secara
luas dianggap bahwa pertumbuhan di daerah kondilar dibutuhkan untuk mendapat
ukuran dan bentuk mandibula yang normal. Pertumbuhan periosteal dan endosteal

mempunyai peranan penting pada pertumbuhan mandibula. Kartilago terjadi atas


kartilagohialin yang ditutupi oleh jaringan pengikat fibrosayang tebal dan padat.
Pertumbuhan mandibula pada kondilus dan posisi dari tepi posterior pada rumus
menyebabkan mandibula bertambah panjang, sedangkan pertumbuhan kondilus
bersama-sama dengan pertumbuhan pada alveolus menyebabkan mandibula
bertambah tinggi. 1
Pada 6 bulan pertama setelah lahir, kartilago berubah jadi tulang, sehingga
pada umur tersebut hanya terdapat satu lapisan kartilago yang menutupi korpus
mandibula.Lapisan ini kemudian menjadi tulang dengan cara aposisi permukaan.
Prosesus kondilaris kemudian menjadi tulang dengan cara aposisi permukaan.
Prosesus kondilaris tumbuh ke arah atas, belakang, dan luar sesuai dengan
eksistensi tulang. 1
Dengan adanya proses aposisi, maka sudut yang dibentuk di bagian
posterior dan inferior menjadi kecil. Pada waktu dilahirkan sudutnya 175, maka
pada waktu dewasa sudutnya 115.Dengan adanya resorpsi pada ramus sebleah
anterior, maka korpus mandibula bertambah panjang dan kemungkinan akomodasi
gigi-geligi bawah posterior. 1

Gambar 4. Pertumbuhan rahang bawah sejak lahir sampai dewasa1


Perubahan bentuk mandibula ini menyebabkan perubahan inklinasi dari
kanalis mandibula.Oleh karena itu, foramen mentale yang mula-mula terletak di

bawah tonjolan mesial dari gigi molar pertama sulung, setelah dewasa berpindah
ke posterior dan terletak diantara akar gigi premolar pertama dan kedua. 1
Pertumbuhan mandibula kearah anterior sangat cepat, sehingga pada waktu
bayi dilahirkan, posisi dagu lebih posterior daripada maksila, dengan
bertambahnya umur maka hubungannya menjadi harmonis, lebar mandibula
mengikuti

kondilaris

mandibula

dan

berhubungan

dengan

tulang

kranial.Pertumbuhan mandibula akan berlanjut kira-kira 2 tahun lebih lama


daripada maksila. 1
3.

Cacat Tumbuh-Kembang Oromaksilofasial

a. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah kondisi dimana kelenjar tiroid menghasilkan telalu
banyak hormon tiroid. Kondisi ini sering juga disebut overaktivitas tiroid. 2
Hiperfungsi kelenjar tiroid (hipertiroidisme) ditandai oleh jumlah hormon tiroid
T3 (triiodotironin) dan T4 (tiroksin) yang meningkat atau oleh peningkatan kadar
TSH (thyroid stimulating hormone). Pada orang dewasa, hipertiroidisme terjadi
dengan insiden 3 untuk 10.000 kasus per tahun dengan rasio wanita : pria 5:1.
Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak, kasus pada anak terjadi pada usia 1014 tahun.3

Etiologi
Kelenjar tiroid sangat penting bagi organ-organ pada sistem endokrin.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon yang mengendalikan metabolisme di setiap
sel tubuh. Banyak penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipertiroidisme,
termasuk:2

Mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung iodine


Grave Disease
Thyroiditis akibat infeksi virus, pasca kehamilan atau penyebab lainnya
Tumor pada testis atau ovarium
Gambaran Klinis

Hiperhidrosisme merupakan tanda yang umum. Penderita menguluhkan


perubahan pada air muka, yang sering kemerahan. Rambut menipis dan rapuh.
Eritema pada telapak tangan.3
Perubahan okular, retraksi kelopak mata atas pada saat mengedipkan mata
secara normal. Pandangan mata tajam karena retraksi kelopak mata atas dan
ditambah dengan adanya eksoptalamus. 3
Manifestasi dalam mulut tidak karakteristik, tetapi konsisten. Pada anak,
tanggalnya gigi susu dan erupsi gigi tetap yang cepat sering ditemukan. Pada
orang dewasa, osteoporosis mandibula dan maksila dapat ditemukan. 3
Penderita mungkin mengeluhkan rasa terbakar pada lidah dan gejala lain
yang tidak spesifik. Insiden erosi gigi ditemukan tiga kali lebih sering daripada
yang ditemukan pada penderita eutiroid yang terkontrol. 3

Gambar 5. Pembengkakan kelenjar tiroid di leher pada penderita


hipertiroidisme.2
Perawatan
Perawatan bergantung pada penyebab dan tingkat keparahan dari gejala.
Hipertiroidisme biasanya dirawat dengan cara:2

Obat-obatan antitiroid
Iodin radiokatif untuk menhancurkan kelenjar tiroid dan menghentikan
produksi berlebih dari hormonnya.

Pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid. Jika dilakukan pengangkatan


atau pengahancuran kelenjar tiroid maka penderita harus mengkonsumsi pil
pengganti hormon tiroid selama hidupnya.
Obat-obatan golongan beta-blocker juga dapat diberikan untuk meredakan

gejala seperti detak jantung yang cepat, berkeringat, dan kecemasan hingga
hipertiroidisme dapat diatasi.2
Prognosis
Hipertiroidisme dapat diobati, beberapa penyebab dapat sembu sendiri tanpa
perawatan. Hipertiroidisme akibat penyakit Graves biasanya memburuk dari
waktu ke waktu dan memiliki banyak komplikasi, beberapa sangat parah dan
mempengaruhi kualitas hidup.2

b. Hipotiroidisme
Hipotiroidime adalah kelainan klinis paling umu dari fungsi tiroid di mana
kelenjar tiroid mensekresikan terlalu sedikit hormon tiroid.
Etiologi
Pada hipotiroidisme primer, paling banyak disebabkan oleh kelenjar tiroid
yang memicu penurunan produksi tiroid dan sekresi tiroksin (T4) dan
triiodotiroksin (T3). Jarang terjadi, disebabkan oleh penurunan stimulasi tiroid
oleh TSH, yang mengacu pada hipotiroidisme sentral, sekunder, hipotirotropik.4
Gambaran Klinis
Pasien mengeluhkan kelelahan, peningkatan berat badan, intoleransi
terhadap dingin, dan suara serak. Gejala kardiorespiratori termasuk bradikardi,
kegagalan kardiak, dan effusi perikardial dan pleural. Pada beberapa pasien, ada
kekakuan otot, gangguan pendengaran, dan depresi.5
Pada rongga mulut, dapat ada perkembangan yang terhambat dari gigi
yang kontras jika kita bandingkan dengan hipertiroidisme. Hormon ini juga
berperan dalam perkembangan rahang, seperti condylar centre (yang aktif hingga

10

usia 18 tahun), ada perkembangan yang terganggu darinya. Karena hambatan


perkembangan

tersebut,

mandibula

kurang

berkembang

yang

memicu

micrognathia. Manifestasi penting lainnya yang terjadi adalah terjadinya


macroglossia. Alasan terjadinya macroglossia adalah pengumpulan cairan edema.
Macroglossia dapat menyebabkan tekanan pada gigi selama tahap perkembangan
yang memicu maloklusi gigi. 5
Perawatan
Terapi bertujuan menghilangkan patologi paratiroid. Levothyroxine adalah
obat yang biasanya digunakan. Saat memulai perawatan dokter biasanya
memeriksa kandungan hormon tiroid setiap 2-3 bulan sekali. Setelah itu
pemeriksaan dilakukan setahun sekali.6
Prognosis
Pada sebagian besar kasus, level hormon tiroid akan kembali normal dengan
pengobatan yang tepat. Penderita mungkin akan mengkonsumsi obat pengganti
hormon tiroid seumur hidup.6

c. Akromegali
Akromegali berasal dari bahasa Yunani, akros (ekstremitas) dan megas
(besar), pembesaran ekstremitas. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang
ditandai oleh pertumbuhan tulang, muka, rahang, dan jaringan lunak secara
berlebihan dan kelainan metabolik sekunder akibat hiperseksresi hormon
pertumbuhan yang berlebihan sesudah terjadi penutupan lempeng epifiseal.1
Etiologi
Pada hampir 90% kasus, disebabkan oleh hipersekresi hormon pertumbuhan
dari adenoma hipofisis jinak atau yang dinamakan somatotropinoma. Kadangkadang tumor hipofisis menghasilkan prolaktin bersama hormon pertumbuhan
atau hormon lainnya, termasuk TSH dan ACTH (adrenal corticotropichormone).
Adenoma ini meskipun paling sering terjadi pada kelenjar hipofisis sendiri, dapat
juga muncul di lokasi ektopik. Jarang sekali keadaan yang tidak dapat dibedakan
11

secara klinis dari akromegali ini dapat ditemukan pada individu dengan kadar
hormon pertumbuhan basal dan dinamis yang normal dengan sekret hipofisis yang
tidak terdeteksi. Kasus semacam ini mempunyai faktor pencetus pertumbuhan
yang unik,dan didiatnosis sebagai

akromegaloidisme. Secara umum, kadar

hormon pertumbuhan berhubungan secara proposional dengan ukuran adenoma


dan keparahan penyakit secara menyeluruh.1
Gambaran Klinis
Pertumbuhan berlebihan dari tangan, kaki, dan muka bagian bawah
disebabkan oleh pembentukan hormon pertumbuhan somatotropin. Pada banyak
kasus sekresi berlebihan pada hormon dapat berasal dari tumor hipofisis. Dapat
diikuti oleh kelemahan yang progresif dan kadang-kadang diabetes melitus.1
Karena kebanyakan pasien dengan Akromegali memiliki hipofisis adenoma,
gejala yang berhubungan langsung dengan ruang massa tumor dapat hadir.2

Gambar 6. Pembesaran tulang tangan dan struktur wajah yang kasar7


Terlihat perubahan orofasial seperti penonjolan tulang frontal, hipertrofi
tulang hidung, dan prognatisme mandibula. Pembesaran sinus paranasal dan
hipertrofi laringeal sekunder menghasilkan suara dengan resonansi dalam yang
merupakan ciri khas akromegali. Gambaran muka secara keseluruhan kasar
sebagai akibat sekunder dari hiperplasia jaringan ikat.1,7
Mikroadenoma hipofisis dapat juga menyebabkan hipotirodisme sekunder,
hipogonadisme, insufisiensi adrenal dan sakit kepala,gangguan penglihatan, dan
neuropati kranial.1
Manifestasi Oral

12

Pembesaran maksila dan mandibula dengan spacing gigi disebabkan oleh


pertumbuhan alveolar yang berlebihan. Pasien memiliki prognatisme mandibular
sebagai hasil dari peningkatan pertumbuhan mandibula yang dapat menyebabkan
apertognathla (open bite anterior).1,7

Gambar 7. Pembesaran mandibula7


Hiperplasia kondil bersama dengan pembentukan tulang pada bagian depan
mandibula dan penambahan sudut mandibula yang jelas, menghasilkan maloklusi
gigi yang agak tipikaldan prognati. Gigitan silang (crossbite) posterior yang
menyeluruh merupakan temuan yang umum ditemukan. 7
Penebalan mukosa mulut, hipertrofi jaringan kelenjar liur, makroglosia, dan
bibir yang menonjol ditemukan pada hampir semua kasus. Bersamaan dengan
perubahan pada struktur mandibula, dapat terjadi sindrom disfungsi nyeri
miofasial dan kelainan bicara. 7
Pemeriksaan
Tes diagnosis yang spesifik seperti kadar hormon pertumbuhan yang tidak
tertekan oleh pengikatan dengan glukosa. Harus digunakan tomografi dari sella
tursica untuk melengkapi kriteria biokimiawi.pemeriksaan radioimmunoassay
somatomedin C juga dapat digunakan sebagai tes rutin dan untuk menentukan
korelasi antara aktivitas penyakit dengan tes lainnya. 7
Perawatan
Perawatan berhubugan dengan normalisasi kadar hormon pertumbuhan dan
mengembalikan fungsi normal hipofisis. Paling sering digunakan terapi bedah

13

trans-sfenoidal yang memberi respon cepat,yaitu pembuangan jaringan yang


hiperfungsi, radiasi kelenjar hipofisis, dan obat untuk menekan hormon
pertumbuhan. 7
Radioterapi konvensional pada daerah ini selama 4-6 minggu menghasilkan
70% normalisasi fungsi hipofisis, meskipun dapat menyebabkan terjadinya
hipohipofisis. Keberhasilan perawatan terlihat dengan menghilangnya jaringan
lunak abnormal,meskipun cukup banyak deformitas muka yang tetap ada. Pada
kasus ini,deformitas perlu di koreksi dengan bedah maksilofasial, termasuk
mandibular osteotomi dan glosektomi parsial. 7
Farmakoterapi dengan salah satu analog somatostatin membantu untuk
mengendalikan acromegali jika perawatan bedah atau operasi gagal atau jika
bedah merupakan kontraindikasinya. obat ini juga digunakan sebagai tambahan
untuk terapi radiasi selama periode berkepanjangan yang kadang-kadang
diperlukan untuk pengambilan efek pengobatan. 7
d. Phantom Bone Disease (Osteolisis Massif)
Merupakan suatu proses yang tidak umum, ditandai oleh kerusakan tulang
yang lambat, progresif, dan terlokalisasi. Juga merupakan keadaan non neoplastik
yang jarang terjadi dan ditandai oleh proliferasi vaskular serta respon jaringan
ikat.1 dimana kerusakan tulang pada awalnya digantikan oleh proliferasi vaskuler.
Area yang terinfeksi tidak bisa meregenerasi atau memperbaiki dirinya sendiri,
dan pada akdirnyadaerah tersebut akan hancur kemudian diisi oleh jaringan ikat.7
Etiologi
Tidak ada predileksi etnik atau seks, dan tidak ada dasar genetika. Studi
metabolisme, endokrin, dan tes neurologi tak dapat menentukan etiologi penyakit
ini.1 Meskipun telah diketahui penyakit ini sering mengenai pasien dengan usia 70
tahun ke atas akan tetapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada usia anakanak dan dewasa muda.7
Gambaran Klinis
Sakit umumnya bukan merupakan gambaran penyakit ini, kecuali terjadi
faktur patologis. Umumnya menyerang 1 tulang (mono-ostotik), tetapi dapat juga
poliostotik, umumnya menyerang tulang-tulang yang berdekatan. 1 Daerah yang
14

paling sering terlibat adalah panggul, humeral head, humeral shaft, and axial
skeleton.7
Penyakit ini berprogresif tetapi bervariasi, tulang dapat hilang seluruhnya
atau dapat stabil. Regenerasi yang signifikan tidak pernah terjadi.1
Sekitar 30% pasien yang terkena melibatkan cacat maksilofasial.
Keterlibatan simultan rahang atas dan rahang bawah dapat terjadi. Tanda dan
gejala termasuk gigi goyang, nyeri, maloklusi, deviasi dari mandibula, dan
deformitas jelas secara klinis. Fraktur patologis mandibula mungkin terjadi.7
Gambaran radiogram awal terlihat sebagai radiolusen subkortikal dalam
medula dengan ukuran yang bervariasi, umumnya dengan tepi yang tidak jelas
dan dibatasi oleh radiopak tipis. Kemudian fokus ini membesar, bersatu, dan
menyerang korteks. Gambaran yang meruncing dan karakteristik terjadi bila
tulang panjang yang terkena.7

Gambar 8. Gambar Radiografi periapikal menunjukkan area radiolusen yang tidak


jelas dan hilangnya lamina dura pada gigi vital di mandibular7

Gambar 9. Kehilangan tulang yang luas dan fraktur patologis dari mandibula kiri.
Penghancuran ini terjadi selama periode ke 8 bulan7
15

Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium tidak dapat mendeteksi kelainan biokimiawi.
Secara mikroskopis terlihat penggantian tulang oleh jaringan ikat dengan banyak
dilatasi kapiler dan pembuluh darah yang bersatu. Begitu penyakit ini progresif,
pelarutan unsur korteks dan medula terlihat dengan sisa pita jaringan fibrotik yang
merupakan sisa jaringan periosteum.7
Perawatan
Tidak ada terapi yang efektif untuk penyakit ini, keberhasilan graf tulang
dan implan terbatas.1 Ketika operasi pengangkatan tulang dikombinasikan dengan
bone graft sering mengalami osteolisis. Terapi radiasi adalah terapi yang paling
sukses dan diterima secara luas, akan tetapi tidak menutup kemungkinan
terjadinya kegagalan. Terapi ini memiliki risiko terjadinya sarkoma setelah
radiasi.7
e. Mikrognasia
Istilah mikrognasia umumnya dipakai khusus untuk mandibula meskipun
dapat pula dipakai untuk menunjukkan pengecilan ukuran mandibula dan maksila.
Dagu dapat sangat retrusif atau absen sama sekali. Hidung dan bibir atas menjadi
menonjol sehingga muka seperti burung.8
Etiologi
Mikrognasia disebabkan oleh kegagalan pusat pertumbuhan di kepala sendi.
Penyebab mikrognasia dapat terjadi secara congenital dan acquired (didapat).
Mikrognasia congenital diduga berasal dari genetic disebabkan kelainan
kromosom dan kerusakan genetic, dijumpai pada penderita sindroma Pierre
Robin, Treacher Collins, cat cry, Down, Turner, progeria dan non genetic seperti
nutrisi, obat teatogenik, infeksi serta trauma. Mikrognasia acquired disebabkan
trauma atau infeksi yang menimbulkan gangguan pada sendi rahang, dijumpai
pada penderita ankilosis yang terjadi pada masa anak-anak.9
Selain itu, dapat pula disebabkan oleh faktor non genetik seperti nutrisi, obat
teratogenik, infeksi, dan trauma.9
16

Gambaran Klinis
Secara klinis mikrognasia mandibular terlihat berupa retrusi dagu,
mandibula berada lebih ke posterior dalam hubungannya dengan struktur cranium,
bibir bawah turun dan tidak dapat menutup dengan bibir atas. Pada pemeriksaan
intraoral, ditemukan maloklusi klas II, gigi anterior atas protrusi dan anterior open
bite. Makrognasia maksila terlihat adanya retraksi sepertiga tengah wajah.9

Gambar 10. Mikrognasia8


Perawatan
Osteotomy dan device placement :
Di bawah anestesiumum, gabungan pendekatan intraoral dan ekstraoral
Risdon digunakan (Gambar 1). Osteotomy inverted L umumnya lebih sering
dipilih dibandingkan dengan osteotomy vertical Ramal karena kemajuan prosesus
koronoideus dengan osteotomy vertical Ramal dapat menyebabkan tabrakan
dengan zygoma (Gambar 2). Setelah menyelesaikan osteotomy, microdistractor
(KLS- Martin, Jacksonville, FL) tetap dengan rod ditempatkan pada vektor miring
untuk mendapatkan ketinggian Ramal dan panjang tubuh (Gambar 4 ).10
Pascaoperasi, intubasi Nasotracheal dan sedasi dipertahankan di unit
perawatan intensif neonatal selama distraksi. Setelah distraksi selesai, pasien
dibawa ke ruang operasi untuk menghilangkan turning arms dari distraktor dan
ekstubasi. Pernapasan

pasien diperiksa menggunakan bronkoskopi pada saat

17

ekstubasi. Bayi biasanya mulai makan dari mulut pada hari berikutnya. Evaluasi
dilakukan setiap 6 bulan sekali.10

f. Makrognasia

18

Makrognasi adalah suatu keadaan dimana mandibula dan region


protuberansia pada penderita lebih besar daripada ukuran normal, biasanya terjadi
pertumbuhan berlebih dari maksila dan atau mandibula penderita. Makrognasia
juga kadang disebut sebagai megagnathia. Makrognasia mengalami gambaran
klinis yaitu dagu berkembang lebih besar. Sebagian besar makrognasia ini tidak
menyebabkan terjadinya maloklusi pada penderita. Makrognasia ini paling mudah
terjadi pada kondisi hormonal yaitu akromegali. Disini pertumbuhan terus
berlanjut diransang karena sekresi yang berlebihan dari hormone pertumbuhan
(growth hormone). Pada akromegali selain rahangnya besar gigi juga mengalami
pembesaran yang tidak normal.8
Etiologi

Herediter misalnya sindrom Pierre Robin, sindrom Treache-Collins, sindrom

Down, dan Pitituary Gigantisme.


Faktor penyakit misalnya akromegali dan Crouzon.
Namun diantara tersebut yang paling banyak terjadi adalah karena trisomi

kromosom 13 maupun 18. Juga etiologi makrognasia berhubungan dengan


perkembangan protuberantia yang berlebih yang dapat bersifat congenital dan
dapat pula bersifat dapatan melalui penyakit.8
Gambaran Klinis8

Rahang yang besar


Jika terjadi pada rahang bawah akan menyebabkan protrusi (kelas angle III)
Dagu menonjol

19

Gambar 13. Makrognasia8

Patogenesis
Beberapa

kondisi

yang

berhubungan

dengan

makrognasia

adalah

gigantisme pituitary, pagets disease dan akromegali. Gigantisme dan akromegali


adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormone pertumbuhan yang
berlebihan yang disebabkan oleh tumor hipofisis jinak (adenoma). Penderita
biasanya menunjukkan hipertiroidisme, lemas otot, parestesi, pada tulang muka
dan rahang terlihat perubahan orofasial seperti penonjolan tulang frontal,
hipertrofi tulang hidung, dan pertumbuhan berlebih pada tulang rahang
(mandibula) yang bisa menyebabkan rahang menonjol (prognatisme). Selain itu,
makrognasia juga bisa disebabkan oleh factor keturunan (herediter). Brophy
mengatakan bahwa ligament artikular menjadi longgar dan memungkinkan
mandibula untuk bergerak kedepan. Ketika gigi anterior rahang bawah tumbuh
untuk pertama kali, rahang bawah akan mendesak maju, sehingga bagian posterior
rahang bawah lebih luas dibandingkan bagian anterior rahang atas. Keadaan ini
terus berkembang sehingga dapat menyebabkan makrognasia.11
Perawatan
Pengobatan dilakukan dengan proses pembedahan. Mandibula makrognasia
umumnya dilakukan pengobatan dengan reseksi sebagian dari mandibula diikuti
oleh perawatan ortodontik. Pengobatan terdiri dari empat tahap:

Penempatan peralatan ortodontik dengan perawatan pra-operasi.


Ekstraksi premolar kedua dan molar pertama di setiap sisi.
Osteoctomy
Penyelesaian dengan terapi ortodontik.
Alat yang digunakan pada terapi adalah Angle edgewise dengan band dan

bracket yang disemen ke semua mesial gigi sampai geraham pertama. Band molar
memiliki tabung bukal yang terpasang dengan lumen 0,022 x 0,028. Pada
lengkung rahang atas, 0,016 round stainless steel archwire dimasukkan untuk
mendapatkan keterlibatan bracket. Ini diikuti tiap interval dua minggu oleh 0,020,

20

0,021 x 0,025 dan diakhiri edgewise archwire 0,022 x 0,028. Archwire ini
dimasukkan di semua bracket, diligasi di tempat yang aman dan terikat pada gigi
molar.11
Pada lengkung rahang bawah prosedur yang sama diikuti dengan
penempatan band dan sementasi kecuali pada gigi yang diekstrak. Pada perawatan
ini, gigi molar pertama rahang bawah dan premolar kedua telah diekstraksi.
Sepuluh hari kemudian stainless steel archwire 0,022 x 0,028 disesuaikan dengan
ketidakteraturan gigi yang ada. Panjang archwire ditentukan oleh diagnostic
articulated cast yang sebelumnya telah disiapkan. 11
Dalam operasi, diikuti penghapusan segmen tulang, archwire mandibula
yang telah dibuat sebelumnya diligasi ke bracket pada gigi dari segmen anterior
mandibular. Setelah ligasi selesai, segmen anterior dan posterior mandibular
diambil secara bersama sehingga archwire bisa dimasukkan kedalam tabung bukal
dan diikat dengan aman. Setelah hal tersebut dicapai pada kedua sisi, dokter bedah
kemudian mengikat segmen tulang di batasan inferior dari mandibula pada kedua
sisinya dengan wire stainless steel yang berat. Soft ligature wire stainless steel
0,010 ditempatkan secara vertikal di segmen bukal, dari molar sampai caninus,
dalam arah Kelas III dari vertical spurs dari archwire maksila ke vertical spurs
dari archwire mandibula. Dalam satu minggu elastic digunakan untuk
menggantikan ligature wire. 11

g. Makroglosia
Makroglosia adalah kondisi umum yang ditandai dengan pembesaran
ukuran lidah. Pembesaran ini dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi,
termasuk cacat bawaan dan penyakit yang diperoleh setelah lahir. Penyebab yang
paling sering adalah kelainan pembuluh darah dan hipertropi otot. 7
Etiologi12

21

Gambaran Klinis
Makroglosia paling sering terjadi pada anak-anak dan berkisar dalam derajat
ringan sampai berat. Manifestasi awal dari makroglosia dapat terlihat seperti
pernapasan yang berisik, saliva yang menetes dan susah makan. Pembesaran lidah
juga dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Tekanan dari lidah terhadap
mandibula dan gigi dapat menghasilkan batas crenated di lateral lidah, open bite,
dan prognasi mandibula. Jika lidah terus menjorok keluar dari mulut, lidah dapat
mengalami ulserasi, infeksi sekunder atau bahkan mungkin mengalami nekrosis.
Makroglosia yang parah dapat menghasilkan obstruksi jalan napas.7
Pada pasien edentulous yang telah berlangsung lama, lidah sering terlihat
lebih tinggi dan cenderung menyebar secara lateral karena kehilangan gigi di
sekitarnya. Sebagai akibatnya, memakai gigi tiruan menjadi lebih sulit.7

Gambar 14. Pasien dengan makroglosia7


Gambaran Histologi
Penampilan mikroskopis makroglosia tergantung pada penyebabnya. Dalam
beberapa kasus, seperti pembesaran lidah yang terlihat pada sindrom Down atau
pasien edentulous, tidak ada gambaran histologist khas yang dapat dideteksi.
Ketika makroglosia muncul karena tumor, proliferasi neoplastik dari jaringan
tertentu dapat ditemukan (misalnya pembuluh limfatik. pembuluh darah, jaringan
saraf dsb). Pembesaran otot dapat terjadi pada sindrom Beckwith-Wiedemann.
Pada pasien dengan amyloidosis, bahan protein abnormal dapat terlihat pada
lidah.7

22

Perawatan
Pengobatan dan prognosis makroglosia tergantung pada penyebab dan
keparahan kondisinya. Pendekatan terapi harus mencakup tindak lanjut
pengamatan, pengobatan kondisi sistemik yang menjadi penyebab pembesaran
lidah, terapi orofacial, dan intervensi bedah yang tepat yang melindungi
vaskularisasi dan persarafan lidah. Pada kasus ringan pembedahan mungkin tidak
diperlukan, namun terapi bicara dapat membantu jika kemampuan bicara pasien
terganggu. Pada kasus berat, pembedahan glossectomy dapat dilakukan.7,12

Prosedur glossectomy
Glossoplasty dilakukan pada pasien dengan anestesi umum, sesuai dengan
teknik modifikasi glossectomy subtotal dengan reseksi luas berbentuk lengkung
(Gothic) dari ujung lidah (Gambar 16). Sayatan dilakukan dengan menggunakan
pisau bedah; tanda titik dua diselesaikan dengan elektrokauter, untuk hemostasis
yang lebih baik. Dengan cara ini, jaringan otot lidah yang berlebihan telah
dibuang (Gambar 17). Lidah ditutup menggunakan jahitan Vicryl yang dapat
menyatu dengan jaringan (Gambar 18).12

Gambar 15. Pasien umur 6 tahun dengan makroglosia12

23

Gambar 16. Sketsa sayatan12

Gambar 17. Jaringan lidah yang dibuang12

, Gambar 18. Penjahitan setelah

glossectomy12
h. Mikroglosia
Makroglosia adalah kondisi kelainan perkembangan yang jarang diketahui
penyebabnya, ditandai dengan keadaan abnormal lidah yang kecil.7
Etiologi
Kebanyakan kasus mikroglosia dilaporkan berkaitan dengan salah satu dari
sekelompok kondisi yang dikenal sebagai sindrom hypogenesis oromandibularlimb. Sindrom ini terkait dengan anomali seperti hypodactylia dan hypomelia
(hipoplasia sebagian atau seluruh anggota tubuh tertentu). Pasien lain juga
menunjukkan adanya anomali lain seperti sumbing palatum, intraoral bands, atau
situs inversus. Mikroglosia dapat terjadi karena lengkung rahang atas yang kecil

24

atau bentuk mandibula yang sempit dan mengalami kelainan misalnya pada
mikgrognasia atau agnasia.7
Gambaran Klinis
Gambaran klinis mikroglosia adalah keadaan abnormal lidah yang terlihat
lebih kecil dari ukuran normal. Dalam kasus yang jarang terjadi, hampir seluruh
lidah mungkin hilang (aglosia) dan pada derajat ringan mikroglosia mungkin sulit
untuk dideteksi dan mungkin tidak diketahui.7

Gambar 19. Mikroglosia karena sempitnya lengkung rahang bawah7

Gambar 20. Mikroglosia terkait bentuk abnormal rahang atas7


Perawatan
Pengobatan pasien dengan mikroglosia tergantung pada penyebabnya dan
keparahan kondisi. Perawatan harus melibatkan gizi, psikologi, ucapan &
pendengaran, kedokteran gigi umum, dan ortodontik jika perlu. Perawatan juga
perlu ditindaklanjuti terus menerus sampai remaja untuk mengevaluasi hambatan
dalam berbicara, kepercayaan diri dari penampilan wajah dan gigi untuk
mengatasi masalah oklusal.7,13

25

i. Condylar Hyperplasia
Condylar hyperplasia merupakan malformasi langka yang terjadi pada
mandibula, yaitu pertumbuhan yang berlebihan pada salah satu kondilus.
Penyebab hiperplasia ini tidak diketahui. Tetapi, masalah peredaran darah lokal,
gangguan kelenjar endokrin serta trauma diketahui memiliki faktor penting dalam
menyebabkan condylar hiperplasia. Condylar hyperplasia sulit dibedakan dari
hemifacial hyperplasia, tetapi pada condylar hyperplasia di ikuti juga dengan
pembesaran jaringan lunak dan gigi.7
Gambaran Klinis dan Radiografi
Condylar hiperplasia dapat bermanifestasi pada bentuk muka, termasuk
asimetri wajah, pronagtisme, dan open bite. Gambaran rontgen dari kelainan ini
cukup beragam, beberapa pasien memiliki pembesaran kepala kondilus yang
teratur, perpanjangan leher kondilus. Banyak kasus juga menunjukkan hiperplasia
pada keseluruhan ramus. 7

26

Gambar 21 dan 22 : Tampilan klinis tampak depan dan gambaran radiografi dari
Condylar hiperplasia. 7
Perawatan dan Prognosis
Perawatan ditentukan oleh tingkat keparahan fungsional serta fungsi
estetik. Beberapa pasien bisa dilakukan tindakan unilateral condylectomy.
Sedangkan beberapa pasien lainnya membutuhkan tindakan unilateral atau
bilateral osteotomy.

Pada kompensasi pertumbuhan maksila dapat dilakukan

maksilari osteotomy. Serta di iringi dengan perawatan orthodonti juga sering


diperlukan. 7

j. Condylar Hypoplasia
Condylar hypoplasia atau kurang berkembangnya kondilus rahang bawah.
Dapat berupa bawaan atau diperoleh pada masa pertumbuhan. Condylar
hypoplasia sering dihubungkan dengan sindrom kepala leher, termasuk
mandibulofacial

dysostosis,

sindrom

oculoauriculovertebral

(syndrome

Goidenhar), dan hemifacial microsomia. Dalam kasus yang paling parah, didapati
adanya agenesis dari seluruh kondilus atau ramus (Condylar aplasia).

Terbentuknya condylar hipoplasia merupakan hasil dari gangguan di pusat


pertumbuhan kondilus. Penyebab yang paling sering adalah trauma di daerah
thocondylar selamamasa kecil atau masa anak-anak. Penyebab lainnya adalah
infeksi, radioterapi, dan arthritis atau degeneratif Arthritis.7

Gambaran Klinis dan Radiografi


Condylar hypoplasia dapat berupa unilateral ataupun bilateral. Gambaran
nya berupa rahang bawah kecil dengan tipe II maloklusi. Condylar hypoplasia
unilateral merupakan hasil dari distorsi dan penekanan dari faceon yang
mempengaruhi garis tengah. Pergeseran garis tengah dari mandibula ke bagian
yang terlibat ketika mulut dibuka, sehingga menonjolkan deformily. Ankilosis dari

27

temporobandibular joint (TIMJ) dapat berkembang pada kasus-kasus yang


disebabkan oleh trauma. 7
Foto rontgen panoramik dapat observasi dengan mudah dengan berbagai
tingkat keparahan. Pada kasus yang parah, jika kondilus dan ramus mungkin
benar-benar tidak ada. Pada kasus yang lebih ringan, yaitu shallow sigmoid notch.
Kedudukan antegonial menonjol mungkin dapat ditemukan. CT scan dapat
membantu dalam mengevaluasi kondilus.7

Gambar 23. Penderita Condylar Hypoplasia7


Perawatan dan Prognosis
Perawatan pada condylar hypoplasia tergantung pada penyebab dan tingkat
keparahan cacat, namun perawatan bedah sering dilakukan. Jika kondilus tidak
ada, maka cangkok tulang rusuk costochondral dapat dilakukan untuk membantu
membangun active growth center. Osteotomi terkadang dapat memberikan hasil
estetik yang memuaskan. 7

k. Ankilosis Sendi Temporomandibula


Ankilosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti kekakuan pada sendi
akibat proses dari suatu penyakit. Ankilosis dapat didefenisikan sebagai penyatuan
jaringan fibrous atau tulang antara kepala kondilar dengan fosa glenoidalis yang
28

dapat menyebabkan keterbatasan dalam membuka mulut sehingga menimbulkan


masalah dalam pengunyahan, berbicara, estetis, kebersihan mulut pasien, dan
masalah psikologis.1 Ankilosis juga merupakan immobilisasi atau fiksasi sendi
akibat keadaan yang patologis yang dapat bersifat intrakapsular atau
ekstrakapsular.7

Gambar 24. Ankilosis pada sendi temporomandibula7


Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ankilosis sendi
temporomandibula antara lain7 : trauma, Stills disease (artritis kronik juvenil) dan
artritis

rhematoid,

inflamasi

pada

sendi,

riwayat

bedah

pada

sendi

temporomandibula
Klasifikasi
Topazian (1966) mengklasifikasikan ankilosis sendi temporomandibula
antara lain7:

Tipe I : Perlekatan fibrous pada atau di sekitar sendi yang membatasi


pergerakan kondilar.

Tipe II: Pembentukan tulang antara kondilus dan fosa glenoidalis.

Tipe III : Penyatuan leher kondilus pada fosa secara menyeluruh.


Gejala Klinis

29

Gejala-gejala yang diakibatkan oleh ankilosis pada sendi temporomandibula


dapat dilihat dari aspek fungsional,estetis, dan psikologi. Ankilosis pada
mandibula dapat menyebabkan7:
Keterbatasan pada pergerakan rahang
Berkurangnya fungsi pengunyahan
Keterbatasan pada pembukaan mulut
Terhambatnya pertumbuhan wajah
Pengucapan yang tidak jelas
Pertumbuhan mandibula berkurang sehingga menyebabkan bird face
Asimetri pada wajah apabila ankilosis terjadi hanya pada satu sisi
Susah bernafas dan menelan
Mendengkur dan susah bernafas saat tidur
Gigi yang tidak teratur akibat kurangnya ruang untuk erupsi komponen
gigi yang normal.

Gambar 25. Gejala yang diakibatkan ankilosis tampak depan dan


samping7

30

Gambar 26. Terbatasnya pembukaan mulut pada ankilosis sendi


temporomandibula7

Diagnosa
Diagnosa dari penyakit atau gangguan fungsi sendi temporomandibula
dilakukan dengan pemeriksaan riwayat pasien, pemeriksaan klinis yang hati-hati
dan terkadang membutuhkan pemeriksaan tambahan yaitu artroskopi. Diagnosa
dari penyakit atau gangguan fungsi sendi temporomandibula juga tergantung pada
ketepatan interpretasi hasil foto rontgen.

Gambar 26. Gambaran radiografis ankilosis pada sendi temporomandibula


sebelah kanan7
Pengobatan dan Prognosis
Bedah Osteoplasty pada sendi dengan pemindahan jaringan fibrous atau
jaringan yang terkalsifikasi secara berlebihan adalah pilihan perawatan yang tepat
untuk ankilosis TMJ. Untuk kasus yang parah, penggantian sendi yang
lengkap/penuh mungkin diperlukan.7

l. Hairy Tongue (Black Hairy Tongue)

31

Hairy Tongue ditandai dengan adanya akumulasi keratin pada papilla filiform
dari dorsal lidah, yang menghasilkan penampakan seperti rambut. Kondisi yang
muncul merupakan peningkatan produksi keratin atau penurunan deskuamasi
keratin normal. Hairy tongue ini ditemukan di sekitar 0,5% orang dewasa.
Meskipun penyebabnya tidak pasti, banyak orang yang terkena kondisi ini
merupakan dampak dari perokok berat. Faktor-faktor lain yang mungkin terkait
meliputi: terapi antibiotik, kebersihan mulut yang buruk, kondisi umum tubuh
yang melemah, terapi radiasi, penggunaan obat kumur oksidasi atau antasida,
pertumbuhan berlebih dari organisme jamur atau bakteri. 7
Gambaran Klinis
Hairy Tongue paling umum berdampak pada garis tengah dari anterior ke
papila sirkumvalata, secara lateral dan perbatasan anterior (Gambar 27). Papila
yang memanjang biasanya berwarna coklat, kuning atau hitam sebagai hasil dari
pertumbuhan bakteri penghasil pigmen atau pewarnaan dari tembakau dan
makanan. Kadang-kadang sebagian besar dorsal lidah mungkin terlibat dan
menebal. Kondisi ini biasanya tanpa gejala, walaupun terkadang pasien mengeluh
dengan sensasi tersedak atau rasa tidak enak di mulut. Karena biasanya diagnosis
didapat

dari penampilan klinis, maka biopsi tidak terlalu diperlukan dalam

kebanyakan kasus. 7

Gambar 27. Hairy Tongue. Papila filiform yang berwarna hitam &
memanjang di bagian posterior dorsal lidah. 7

32

Gambaran histopatologis
Pada pemeriksaan histopatologi, Hairy Tongue ditandai dengan adanya
hyperparakeratosis dari papilla filiform yang memanjang. Biasanya banyak
bakteri yang terlihat tumbuh di permukaan epitel nya.
Pengobatan dan Prognosis
Hairy Tongue adalah kondisi jinak (tidak berbahaya) yang tidak disertai
gejala sisa yang serius. Yang sering menjadi perhatian utama adalah pada
penampakan estetika dari lidah yang kemungkinan terkait dengan bau mulut.
Faktor-faktor predisposisi seperti tembakau, antibiotik atau obat kumur harus
dihilangkan dan kebersihan mulut yang baik juga harus didukung. Deskuamasi
dari papila hiperkeratotik dapat ditingkatkan dengan mengoreknya (menggesek)
secara berkala atau menyikatnya dengan menggunakan sikat gigi atau pengikis
lidah. Agen keratolitik seperti podophyllin juga sudah dicoba dengan sukses,
tetapi untuk alasan keamanan, penggunaannya mungkin masih tidak dianjurkan. 7

m. Stafne Defect
Stafne Defect diklasifikasikan sebagai lesi tulang yang ditemukan pada
mandibula dan merupakan lesi tulang yang berasal dari kegagalan pembentukan
remodeling korteks mandibula sehingga menghasilkan kavitas dan lesi ini
dipenuhi dengan kelenjar saliva, jaringan adipos, kapiler darah, jaringan limfoid
atau bisa juga terdiri dari kavitas yang kosong.14
Etiologi
Penyebab yang jelas dari Stafne Defect masih belum diketahui.15
Klasifikasi

33

Menurut Ogunsalu dkk, berdasarkan hubungan antara garis terluar lesi dan
plat kortikal bukal, lesi tersebut bisa dibagikan kepada tiga klasifikasi yaitu 16 :

Tipe I : Dasar kavitas tidak sampai mengenai plat kortikal bukal.

Tipe II : Dasar kavitas sudah mengenai plat kortikal bukal tetapi tidak ada
ekspansi dan distorsi plat terlihat.

Tipe III : Dasar kavitas sudah mengenai plat kortikal bukal serta terjadinya
ekspansi pada plat kortikal bukal.
Gambaran Radiografi
Lesi ini menyerupai kista pada gambaran radiografi intraoral, berbentuk

bulat atau ovoid, berbatas jelas, unilokular, radiolusen dan posisinya biasanya
dibawah kanal mandibula yaitu diantara molar satu dan sudut mandibula.
Berlokasi diantara saluran alveolar inferior dan tepi inferior dari mandibula pada
regio molar ketiga dan kedua. 7

Gambar 28. Radiografi Stafne Defect7


Perawatan
Pembedahan tidak perlu dilakukan untuk pengobatan Stafne Defect anterior
atau posterior. Eksplorasi bedah atau biopsi harus dilakukan dalam kasus-kasus
atipikal atau lesi yang dicurigai lainnya. Cacat tulang dua pasien dalam beberapa
penelitian adalah asimtomatik dan sama seperti lesi tulang lainnya, seperti kista
dan tumor, dikeluarkan karena tidak ada tanda-tanda perubahan inflamasi atau
tumoral yang nyata. Oleh karena itu, operasi tidak diperlukan dan pasien terus
34

difollow up selama 1 tahun. Tidak ada perubahan yang luar biasa dari cacat
terlihat selama periode follow-up, dengan demikian, membenarkan keakuratan
diagnosis awal.7

n. Fraktur Wajah
Klasifikasi yang paling umum adalah klasifikasi yang dikembangkan oleh
Rene Le Fort (1869-1951), ahli bedah dali Lilie, dan Matrin Wassmund (18921956), ahli bedah mulut dan maksilofasial dari Berlin17.
Tabel 1. Klasifikasi fraktur17
Lokasi
Sentral wajah

Lateral wajah

Kombinasi bagian

Jenis fraktur

Fraktur infrazigomatik(fraktur tulang alveolar

dan kompleks dentoalveolar)


Fraktur Le Fort I atau fraktur Guerin dengan

atau tanpa fraktur sagital


Fraktur Le Fort II dengan atau tanpa fraktur

sagital
Fraktur

nasoetmoidalis
Defek fraktur
Fraktur kompleks zigomatokoorbital
Fraktur zigomatik
Fraktur zigomatikomasila
Fraktur akrus zigomatikus
Fraktur kombinasi zigomatik dan kompleks

nasomaksila

dan

kompleks

arkus zigomatiko
Fraktur orbita, termasuk Blow out fracture
Fraktur zigomatikomandibula
Fraktur Le Fort III

sentral dan lateral


wajah(sentrolateral)

lateral basis tengkorak


Bagian anterior dan

Fraktur frontobasal
Fraktur tulang temporalis dan pars petrosa os

temporalis (fraktur laterobasal)


Fraktur kombinasi yang tidak termasuk klasifikasi diatas

35

Gambar 29.Garis fraktur Le Fort I-III. Le Fort I (biru muda), Le Fort II


(merah), Le Fort III (ungu) 17

Definisi
Le Fort I atau Fraktur Guerin
Garis fraktur berjalan dari apertura piriformis di bagian atas spina nasalis,
kemudian berjalan ke dinding sinus maksilaris, krista zigomatikoalveolaris,
tubermaksila, bagian ujung kaudal prosessus pterigoideus, dinding posterior sinus
maksilaris hingga kembali ke apertura piriformis17.
Le Fort II (Wassmund II)
Pada jenis fraktur ini, maksila terpisah dari wajah bagian tengah dengan
bentuk menyerupai piramida. Garis fraktur berjalan dari sutura frontonasalis atau
sutura frontomaksilaris ke bagian anteromedial dari dinding inferior orbita terus
ke bagian tengah cincin infraorbital, dinding fasial sinus maksilaris, krista
zigomatikoalveolaris, bagian posterior sinus maksilaris, prosesus pterigoideus,

36

fisura orbitalis inferior hingga sampai ke garis fraktur pada bagian orbita. Sebagai
tambahan juga terjadi fraktur pada vomer dan lamina perpendikularis. 17
Wassmund I
Sama dengan Le Ford II hanya saja bagian apeks dari hidung tidak
mengalami fraktur. 17
Le Fort III (Wassmund IV)
Terjadi fraktur yang menisahkan viserokranium dan neurokranium. Garis
fraktur berjalan dari sutura frontonasalis atau sutura frontomaksilaris lewat os.
lacrimale, dinding medial orbital, foramen optikum. Dari sini garis fraktur
berjalan terus ke sutura zigomatikofrontalis. Terjadi juga fraktur arkus
zigomatikus. 17
Wassmund III
Sama dengan Le Fort III, hanya saja tanpa fraktur pada sutura frontonasalis
dan frontomaksilaris. 17
Fraktur Sentral Wajah
Termasuk disini adalah fraktur Le Fort I, Le Fort II, nasomaksila, kompleks
nasoetmoidalis, Wassmund I, dan Wassmund III. Fraktur dapat terjadi baik
bilateral maupun unilateral, dan dapat juga terjadi dengan kombinasi fraktur pada
bagian wajah lainnya yang tidak termasuk kedalam klasifikasi ini. 17

Etiologi
Penyebab fraktur sentral wajah ini umumnya adalah trauma yang keras pada
daerah wajah, misalnya saja akibat kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan
olahraga. 17
Gambaran Klinis
Gambaran klinis fraktur yang pasti adalah displacement, pergerakan
abnormal dari rahang, dan krepitasi. Hasil palpasi intraoral dibagian vestibulum
37

maksila adalah diastase tulang, terutama dapat dirasakan didaerah apertura


piriformis dan krista zigomatikoalveolaris. 17
Pada fraktur Le Fort I, perabaan dibagian rahang atas pada ketinggian di
daerah apertura piriformis dapat dirasakan bahwa rahang atas terasa bergerak
bebas (floating jaw). 17
Fraktur Le Fort I (fraktur Guerin) meliputi fraktur horizontal bagian bawah
antara maksila dan palatum atau arkus alveolar kompleks. Garis fraktur berjalan
ke belakang melalui lamina pterigoid. Fraktur ini bisa unilateral atau bilateral.
Kerusakan pada fraktur Le Fort akibat arah trauma dari anteroposterior bawah
dapat mengenai nasomaksila dan zigomatikomaksila vertikal buttress, bagian
bawah lamina pterigoid, anterolateral maksila, palatum durum, dasar hidung,
septum dan apertura piriformis. 17

Gambar 30. Fraktur Le Fort I17


Pada fraktur Le Fort II dapat dirasakan bahwa muka bagian tengah terasa
goyang atau lepas dan terpisah dari daerah zigoma dan orbita 3. Sering juga
terdapat diplopia dan gangguan sensibilitas di daerah persarafan nervus
infraorbitalis. Selain itu, dapat juga terjadi perdarahan dari mulut dan hidung dan
hematom serta dislokasi dari septum hidung. 17

38

Gambar 31. Fraktur Le Fort II17


Akibat fraktur Le Fort I dan Le Fort II terjadi displacement muka bagian
tengah ke kaudal atau dorsal. Hal ini sering kali membuat muka pasien tampak
lebh panjang dan rata (dish face)3. Gigitan terbuka dengan kontak prematur pada
gigi-gigi posterior dan pseudoprogeni dapat terjadi akibat displacement rahang
atas dan tekanan dari m. pterigoideus lateralis dan medialis. Kadang-kadang dapat
juga disertai fraktur sagital dari rahang atas yang berakibat terjadinya diastema
pada gigi anterior. 17
Pada fraktur nasoetmoidalis (NOE) hampir selalu terdapat telekhantus (jarak
interkhantal normal pada wanita 32-33 mm dan pada pria 33-34 mm). Selain itu,
dapat pula dijumpai brill hematom, hiposfagma, dan eksoptalmus. 17
Tanda-tanda fraktur yang tidak pasti adalah bengkak, hematoma,
perdarahan, protusio bulbi (dari perdarahan retrobulbar), gangguan sensibilitas
pada daerah persarafan infraorbitalis, gangguan penglihatan, rhinoliquorrho, dan
suara nyaring pada saat gigi diketuk. 17
Pemeriksaan Radiografis
Pemeriksaan standar adalah dengan radiograf Waters. Pada roentgen Waters,
sering kali terlihat adanya hematosinus dan kadang-kadang juga terlihat
displacement tulang. Jika diduga ada fraktur sagital maksila, perlu dilakukan
pembuatan foto oklusal rahang atas. 17
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan detail perlu dilakukan
pembuatan CT-scan dengan rekonstruksi 3D. Pada keadaan yang khusus dapat
pula dilakukan pembuatan MRI. 17

39

Terapi
Prinsip terapi adalah mengembalikan oklusi ke keadaan normal,
mengembalikan posisi tulang wajah terutama pilar utama wajah ke posisi normal,
dan kemudian memfiksasi tulang yang telah direposisi tersebut. 17
Terapi yang dapat dilakukan adalah terapi konservatif, kombinasi
konservatif-operatif, dan terapi operatif4. Terapi konservatif diindikasikan pada
fraktur tanpa displacement atau fraktur dengan displacement yang minimal sekali
tanpa ada gangguan oklusi, gangguan penglihatan, dan gangguan pada mata. Pada
terapi konservatif ini pasien diinstruksikan untuk diet makanan lunak selama 3-4
minggu dan menghindari aktivitas fisik yang berat, termasuk olahraga. Pasien
juga dianjurkan untuk kontrol secara berkala. 17
Pada terapi kombinasi konservatif-opertatif pertama-tama dilakukan reposisi
fraktur dan oklusi dengan menggunakan arch bar dan MMF dengan kawat.
Kemudian dapat dilakukan suspensi dengan menggunakan kawat, misalnya
suspensi zigomatikomaksilari atau suspensi frontomaksilari. 17
Terapi operatif dengan menggunakan miniplat dan mikroplat saat ini
dianggap sebagai state of the art dalam penatalaksanaan fraktur wajah4. Setelah
melakukan reposisi fraktur dengan reduksi terbuka, kemudian dilakukan fiksasi
dengan menggunakan miniplat atau mikroplat4. Sering kali perlu dilakukan
pemasangan MMF selama proses reposisi dan fiksasi agar didapatkan oklusi yang
baik. Apabila fraktur wajah ini terjadi dengan kombinasi fraktur rahang bawah
dan fraktur kondilus, MMF dapat dibiarkan selama beberapa hari sesuai indikasi
yang diperlukan. 17
Akses operasi harus dipilih sedemikian rupa, sehingga walaupun diperlukan
pemasangan miniplat dalam jumlah yang cukup banyak, namun nantinya bekas
akses operasi itu tidak mengganggu pasien secara estetik. Umumnya insisi dapat
dilakukan dari intraoral secara paramarginal atau marginal, lateroorbital,
infraorbital, subsiliar, maupun bikoronal. 17
Hematosinus jika perlu dapat dievakusi secara perlahan-lahan, membran
Schneiderian pada sinus maksilaris pada kebanyakan kasus dapat dipertahankan.
Jika fraktur melibatkan dasar orbita, pasien diinstruksikan untuk tidak buang
ingus dan bersin, karena dapat menyebabkan protusio bulbi akibat emfisema.

40

Operasi dengan teknik Caldwell Luc untuk melakukan pembersihan sinus


maksilaris saat ini dipandang terlalu agresif karena sering kali menyebabkan lesi
pada N. infraorbitalis dan gangguan estetik, sehingga sudah tidak dilakukan lagi.17

o. Varicosities (Varises)
Varicosities atau varises, merupakan keadaan vena yang melebar dan
berlekuk. Usia merupakan faktor utama dari etiologi varises, varises jarang
ditemukan pada anak-anak tapi sering terjadi pada orang tua. Semakin
bertambahnya usia akan terjadi kehilangan kemampuan supporting oleh jaringan
penghubung. Varises yang terjadi di rongga mulut tidak memiliki hubungan
dengan hipertensi sistemik atau penyakit cardiopulmonary lainnya. Meskipun
terdapat suatu studi yang mengmukakan bahwa, orang yang menderita varises
pada kakinya akan lebih mungkin mengalami varises pada lidah.7
Gambaran Klinis
Tipe varises oral yang paling umum adalah sublingual varises, yang terjadi
pada dua dari tiga orang-orang

berusia diatas 60 tahun. Varises sublingual

biasanya muncul dengan warna biru keunguan. Blebs tinggi atau papular pada
perbatasan ventral dan lateral lidah. Lesi yang ada biasanya asimptomatik, kecuali
pada beberapa kasus yang jarang ditemukan yaitu ketika terjadi trombosis
sekunder. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, terdapat varises soliter
ditempat lain disekitar mulut, biasanya terdapat di daerah bibir dan mukosa
bukal.7
Pada varises yang terisolasi biasanya pertama disadari setelah berubah
menjadi thrombosed. Secara klini sebuah varix thrombosed tampak jelas, nyeri
saat di tekan, nodul bewarna ungu kebiruan di bawah permukaan mukosa. 7

41

Gambar 32. Varises di dasar lidah7


Perawatan
Varises sublingual biasanya muncul asimptomatik, dan tidak ada perawatan
khusus yang diindikasikan. Varises pada bibir dan mukosa bukal membutuhkan
perawatan pembedahan untuk membuang secondary thrombus yang terbentuk. 7
p. Kista Nasopalatina
Kista nasopalatinus merupakan kista dengan dinding epitel dan termasuk
kista non-odontogen yakni kista yang penyebabnya tidak bersumber dari gigi.
Sering juga disebutnasopalatine duct cyst, incisive canal cyst, atau median
anterior maxillary cyst. Kista ini berasal dari sisa-sisa epitel embrionik dalam
kanalis nasopalatinus, juga merupakan suatu saku berisi cairan yang berasal dari
kanal insisivus atau papila. Perkembangan kista duktus nasopalatinus di duga
berkaitan dengan proliferasi sisa-sisa epitel dari saluran embrionik yang
berpasangan di dalam kanal insisivus.18

Patogenesis
Duktus nasopalatina biasanya berdegenerasi secara progresif walaupun
begitu persistensi dari sisa epitel nantinya bisa menjadi sumber dari epitelial yang
akan menjadi kista nasopalatinus dari salah satu proliferasi yang spontan atau
proliferasi yang diikuti trauma contohnya pada removabledenture, infeksi bakteri,

42

dan retensi mukus. Faktor genetik juga dapat mempengaruhi terjadinya kista ini.
Adanya

kelenjar

mukus

diantara

proliferasi

epitel

dapat

memberikan

pembentukan kista sekunder oleh sekret musin dalam struktur yang tertutup
(enclosed structure). 18
Kista Duktus Nasopalatina dapat terbentuk dalam kanal insisivus yang
lokasinya pada tulang palatum dan dibelakang prosessus alveolar dari insisivus
sentral rahang atas atau pada jaringan lunak pada palatum yang menutupi foramen
disebut kista insisivus papilla. 18
Histopatologi
Epitel bagian luar pada kista ini yaitu epitel squamosa stratifikasi atau epitel
columner bersilia atau keduanya. Tipe epitelium ini tergantung dari lokasi kista itu
sendiri. Pada beberapa sel yang sudah mengalami inflamasi kronik biasanya
terlihat dibawah epitelium pada beberapa bagian dari dinding kista tersebut tapi
tidak begitu jelas. Kelenjar mucus sering terlihat di dinding kista. 18
Gambaran yang tidak biasa terlihat adalah adanya neurovascular bundle
pada dinding kista. Yang dimaksud adalah saraf spenho-palatine yg panjang dan
pembuluh-pembuluh darah yang melewati kanal insisivus dan sering terlepas oleh
kista.Pada raksi inflamasi yang kronik terdapat limfosit dan sel plasma yang
ditemukan pada dinding kista. Dan juga ditemukan perdarahan pada 71 % kasus.
airan kista terdiri dari eritrosit, leukosit, sel epitel desquamatif, debris tissue dan
bakteri. 18
Gambaran Klinis
Kista ini tumbuh lambat dan menyerupai kista lain pada rahang, pada
tempat tersendiri. Terkadang kista ini menyebabkan kesalahan yang intermitent
terhadap rasa asin. Jika ini terus tumbuh membesar, dapat terjadi pembengkakan
pada bagian tengah depan palatum, pada bagian superficial juga dapat terjadi yang
disebut palatine papilla cyst. Biasanya asimptomatis atau gejala- gejala kecil yang
masih dapat ditoleransi. 18
Terjadi pembengkakan yang fluktuatif dan kebiruan jika kista terdapat di
permukaan. Apabila terjadi tekanan yang diakibatkan oleh pembengkakan akan

43

terasa seperti terbakar atau mati rasa pada mukosa palatum. Terkadang cairan kista
tersebut keluar ke rongga mulut melalui sinus atau sisa dari duktus
nasopalatinus. Pasien dapat mendeteksi cairan ini karena akan terasa asin. 18

Gambaran Radiologis

Gambaran radiologis terlihat daerah radiolusen yang bulat, ovoid atau


terkadang heart-shaped (biasanya ukuran < 1 cm) dengan cirri khas adanya tepi
sklerotik pada bagian tengah depan maksila. Kista ini biasanya simetri tetapi dapat
juga besar pada satu sisi. Terlihat kerusakan dasar epithel antrum rahang maxilla.
Pada beberapa individu prominentia canal insisivus terlihat radiolusen. Beberapa
peneliti setuju batas normal dari canal insisivus sekitar 6mm. Apabila terdapat
radiolusen lebih besar diperkirakan berpotensi menjadi keadaan yang patologis. 18
Perawatan
Enukleasi pada kista ini yaitu pengangkatan kista beserta isinya. 18
Prognosis

44

Diharapkan pada pasien terjadi regenerasi komplit pasca operasi. Setelah


perawatan bedah, dilaporkan terjadi kista rekurent. 18

q. Kista Duktus Tiroglosus


Kista duktus tiroglosus merupakan kista yang terbentuk dari duktus
tiroglosus yang menetap sepanjang alur penurunan kelenjar tiroid, yaitu dari
foramen sekum sampai kelenjar tiroid bagian superior di depan trakea. Kista ini
merupakan 70% dari kasus kista yang ada di leher.19
Etiologi
Kista duktus tiroglosus merupakan kista yang terdapat di leher. Kista ini
merupakan dilatasi kistik pada sisa epitelial dari saluran duktus tiroglosus,
terbentuk selama perpindahan tiroid selama fase embriogenesis. 19
Patogenesis
Kelenjar tiroid pertama kali tampak sebagai divertikulum ventral garis
tengah dari dasar faring tepat di distal perlekatan arkus brankial pertama dan
kedua yang dikenal sebagai foramen sekum. Tiroid yang berkembang pindah ke
distal sepanjang saluran yang melewati ventral korpus hyoid, kemudian
membelok dibawahnya dan turun sampai tingkat kartilago krikoidea. 19

Selama perkembangan janin, kelenjar tiroid asalnya didalam mulut pada


pangkal lidah. Kelenjar tiroid sisa terhubung dengan pangkal lidah dengan sebuah
cekungan berbentuk tabung (traktus sinus) sampai mencapai posisi akhirnya
dibagian bawah leher. Traktus kemudian akan menghilang. Jika tidak, mungkin
terdapat cekungan berbentuk tabung persisten yang membuat akumulasi material
mukoid dan pada akhirnya pembentukan kista. Sebuah kista duktus tiroglosus
paling sering muncul sebelum usia 5 tahun, namun tetap dapat muncul pada segala
usia. 19

45

Terdapat dua teori yang dapat menyebabkan terjadinya kista duktus


tiroglosus :19

Infeksi tenggorok berulang akan merangsang sisa epitel traktus, sehingga

mengalami degenerasi kistik.


Sumbatan duktus tiroglosus akan mengakibatkan terjadinya penumpukan
sekret sehingga membentuk kista.
Teori lain mengatakan, mengingat duktus tiroglosus terletak di antara

beberapa kelenjar limfe di leher, jika sering terjadi peradangan, maka epitel
duktus juga ikut meradang, sehingga terbentuklah kista. 19
Gambaran Klinis
Kista duktus tiroglosus paling sering dijumpai dengan massa di garis tengah
leher yang dapat diraba dan asimtomatis dibawah tingkatan tulang hyoid. Massa
pada leher ikut bergerak jika menelan. Beberapa pasien akan mengalami nyeri
pada leher atau tenggorokan, atau disfagia. Spektrum gejala klinis mungkin
bervariasi. 19

Massa bulat, licin, kecil di bagian depan tengah leher

Pembukaan kecil di kulit dekat massa, dengan drainase mucus dari kista

Sulit bernafas atau menelan

Lembek dan kemerahan

Perawatan
Penatalaksanaan yang pada kista duktus triglosus ini adalah, jika terjadi
infeksi, maka atasi dahulu infeksinya dengan antibiotik dan kompres hangat.
Untuk penggunaan antibiotik yang tepat, mungkin memerlukan aspirasi jarum
halus pada kista untuk diambil sampelnya sehingga dapat di kultur atau dengan
pewarnaan gram untuk menentukan bakterinya. 19
Setelah teratasi infeksinya, maka langkah

selanjutnya

adalah

penatalaksanaan kista duktus. Penatalaksanaan kista duktus tiroglosus bervariasi


dan banyak macamnya, antara lain insisi dan drainase, aspirasi perkutan, eksisi

46

sederhana, reseksi dan injeksi dengan bahan sklerotik. Dengan cara-cara tersebut
angka kekambuhan dilaporkan antara 60-100%. Schlange (1893) melakukan
eksisi dengan mengambil korpus hioid dan kista beserta duktus-duktusnya;dengan
cara ini angka kekambuhan menjadi 20%.19
Seorang ahli yang bernama Sistrunk

memperkenalkan teknik baru

berdasarkan embriologi, yaitu kista beserta duktusnya, korpus hioid, traktus yang
menghubungkan kista dengan foramen sekum serta otot lidah sekitarnya kurang
lebih 1 cm diangkat. Cara ini dapat menurunkan angka kekambuhan menjadi 2-4
%.19
Cara Sistrunk :
Penderita dengan anestesi umum dengan tube endotrakea terpasang, posisi
terlentang, kepala dan leher hiperekstensi. Dibuat irisan melintang antara tulang
hioid dan kartilago tiroid sepanjang empat sentimeter. Bila ada fistula, irisan berbentuk elips megelilingi lubang fistula.Irisan diperdalam melewati jaringan lemak
dan fasia; fasia yang lebih dalam digenggam dengan klem, dibuat irisan memanjang di garis media. Otot sternohioid ditarik ke lateral untuk melihat kista di
bawahnya.19
Kista dipisahkan dari jaringan sekitarnya, sampai tulang hioid. Korpus hioid
dipotong satu sentimeter.Pemisahan diteruskan mengikuti jalannya duktus ke
foramen sekum. Duktus beserta otot berpenampang setengah sentimeter diangkat.
Foramen sekum dijahit, otot lidah yang longgar dijahit, dipasang drain dan irisan
kulit ditutup kembali.19

r. Kista Celah Brankhial


Branchial Cleft Cyst atau Kista celah brankial merupakan sisa aparatus
brankial janin yang tertinggal dimana struktur leher berasal. Kista celah brankial
dilapisi oleh campuran epitel skuamosa dan epitel respiratorius serta dikelilingi
oleh dinding jaringan limfoid, sehingga mungkin terjadi kekacauan histologi.20

47

Etiologi
Penyebab terjadinya kista brankial masih belum jelas.20
Gambaran Klinis
Pada pemeriksaan fisik dapat dimulai dengan inspeksi leher untuk melihat
adanya benjolan yang nyata.17 Benjolan ini kadang-kadang lebih baik dilihat
daripada diraba.Suruh pasien menelan dan perhatikan gerakan kartilago tiroidea
dan ada atau tidaknyageraknan mass yang dapat ditemukan. Benjolan lateral
bukan kelenjar limfe mencakupaneurisma arteri karotis, higroma kistik dan kista
celah brankial. Aneurisma akanberdenyut. Higroma kistik terutama ditemukan
pada anak-anak dan tampak terang padatransluminasi. Kista celah brankial
biasanya timbul pada orang dewasa sebagaipembengkakan kistik yang keras di
bawah otot sternokleidomastoideus, dekat angulusmandibula20
Palpasi suatu massa dilakukan untuk menentukan letak, konsistensi, ukuran
danmobilitasnya. Kelenjar limfe dapat terpisah-pisah atau menyatu, seperti karet
atau kerasseperti batu, bebas atau melekat, tidak nyeri atau nyeri tekan. Sedikit
banyaknyafluktuansi massa kistik pada leher, tergantung pada tebal dinding kista,
viskositas didalamnya, dan tekanan dalam kista. Demikian pula pada
transluminasi memberikanhasil yang berbeda-beda pula. 20
Perawatan
Pengobatan terdiri dari pengangkatan pembedahan yang sempurna dari kista
dan salurannya (pembedahan eksisi). Jika terdapat infeksi atau peradangan,
sebaiknya

diobati

dan

dibiarkan

sampai

tenang

sebelum

dilakukan

pengangkatan4. Insisi dan drainase sebaiknya dihindari. Insisi dan drainase karena
salah didiagnosis sebagai abses adenitis servikalis mengakibatkan drainase
persisten dan menyulitkan usaha pengangkatan menyeluruh nantinya. Terapi
elektif kista celah brankial dengan eksisi teliti, dan mempertahankan struktur di
sekitarnya. Nervus hipoglosus dan asesorius terletak sangat dekat dengan dinding
kista. 20

48

s. Palatal Cysts Of The Newborn (Epstein'spearls; Bohn's Nodules)


Kista perkembangan kecil yang umum ditemukan pada palatum mulut
bayi baru lahir. Menurut teori, kista inklusi ini dapat muncul dalam salah satu
dari dua cara. Pertama, karena palatal shelves bertemu dan menyatu di garis
tengah selama kehidupan embrional untuk membentuk palatum sekunder, pulau
kecil epitel dapat terperangkap di bawah permukaan sepanjang median palatal
raphe dan membentuk kista. Kedua, kista ini mungkin timbul dari sisa-sisa epitel
yang berasal trem perkembangan kelenjar saliva minor palatum mulut.7
Seperti aslinya sebagaimana digambarkan, Epstein's pearls terjadi di
sepanjang median palatal raphe dan mungkin timbul dari epitel yang
terperangkap sepanjang garis fusi. Bohn's nodules tersebar di palatum durum,
seringnya dekat dengan sambungan palatum mole dan diyakini berasal dari
kelenjar ludah minor. Namun, kedua istilah telah digunakan hampir bergantian
dalam literatur dan juga sering digunakan untuk menggambarkan kista gingiva
bayi baru lahir, tampakan lesi mirip dengan yang berasal lamina dental. Oleh
karena itu, istilah palatal cysts of the newborn mungkin lebih baik untuk
membantu membedakan mereka dari kista gingiva pada bayi baru lahir. Selain itu,
karena kista ini paling umum di dekat garis tengah di persambungan palatum
durum dan mole, biasanya sulit untuk memastikan secara klinis apakah mereka
muncul dari epitel yang terperangkap oleh fusi palatum mulut atau dari
perkembangan kelenjar saliva minor. 7
Gambaran Klinis
Palatal cysts of the newborn cukup umum dan telah dilaporkan di 65%85% dari neonatus. Kista kecil berukuran 1-3 mm, berwarna putih atau papula
putih kekuningan yang paling sering muncul sepanjang garis tengah dekat
persambungan dari palatum durum dan mole.Terkadang, mereka mungkin terjadi
di lokasi yang lebih anterior di sepanjang raphe atau palatum lateral posterior ke
garis tengah. Seringnya sekelompok 2-6 kista diamati, meskipun lesi juga dapat
terjadi secara tunggal. 7

49

Gambar 37. Eipstein's pearl. Kista kecil berisi keratin pada persambungan
palatum durum dan mole. (Dari Neville BW, Damm DO, White OK:Color atlas of
clinical oral pathology. ed 2, Philadelphia, 1999,Williams& Wilkins) 7
Gambaran Histopatologis
Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan kista dipenuhi keratin yang
dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis. Kadang-kadang kista ini menunjukkan
hubungan dengan mukosa permukaan. 7
Pengobatan dan Prognosis
Palatal Cysts of the newborn adalah lesi tidak berbahaya, dan tidak ada
perawatan yang diperlukan. Mereka dapat sembuh dengan sendirinya dan jarang
diamati beberapa minggu setelah lahir. Agaknya epitel berdegenerasi, atau kista
pecah ke permukaan mukosa dan menghilangkan isi keratinnya. 7
t. Globulomaxillary Cyst
Globulomaxillary cyst dianggap menjadi kista fisural yang tumbuh dari
epitel yang terperangkap selama fusi dari bagian globularmedial nasal
processdengan maxillary process. Konsep ini telah dipertanyakan, namun, karena
bagian globularmedial nasal process terutamabersatu dengan maxillary process
dan fusi tidakterjadi. Karena itu, epitel yang terperangkap seharusnya tidak terjadi
selama pengembangan embriologik daerah ini. Teori saat ini menyatakan bahwa
sebagian besar (jika tidak semua) kista yang berkembang di daerah
globulomaxillary sebenarnya berasal dari odontogenik. 7
Gambaran Klinis dan Radiografi
Globulomaxillary cystklasik berkembang antara gigi insisivus lateral
maksila dan gigi kaninus, meskipun lesi globulomaxillary sesekali telah
dilaporkan antara gigi insisivus sentralis dan lateral. Radiografibiasanya
menunjukkan radiolusen unilokular berbatas jelas antara dan apikal pada gigi.
Karena radiolusensi ini sering terbatas karena memanjang ke bawah di antara gigi,
mungkin menyerupaipir terbalik. Ketika lesi mengembang, tipping akar gigi dapat
terjadi. 7

50

Gambar 38. Globulomaxillary cyst. Radiolusensi berbentuk pir terbalik (panah)


antara caninus dengan insisivus lateral kanan maksila. Biopsi mengungkapkan
kista periapikal. 7
Gambaran Histopatologis
Hampir semua kista di wilayah globulomaxiliary dapat dijelaskan secara
odontogenik. Banyak yang dibatasi epitel skuamosa berlapis yang terinflamasi
dan konsisten dengan kista periapikal. Beberapa menujukkan gambaran
histopatologis tertentu dari suatu odontogenic keratocystatau perkembangan
lateral periodontal cyst. Telah juga diakui bahwa beberapa lesi ini mungkin
timbul dari peradangan enamel epitel yang berkurang pada saat erupsi gigi. 7
Pada kesempatan langka kista di daerah globulomaxiliary dapat dibatasi
oleh epitel kolumnar bersilia semu. Kasus tersebut dapat memberikan anggapan
pada teori asal fissural. Namun epitel ini mungkindijelaskan oleh kedekatan
lapisan sinus. Selain itu, epitel pernapasan juga telah dilaporkandalam kista
periapikal, kista dentigerous. dan kelenjar kista odontogenik ditemukan di lokasi
lain. 7
Perawatan dan Prognosis
Pengobatan kista di daerah globulomaxillary biasanya terdiri dari bedah
enukleasi. Jika lesi berhubungan dengan gigi nonvital yang berdekatan, maka
terapi endodontik mungkin tepat dilakukan. Prognosis tergantung pada jenis
histopatologi spesifik kista. Kecuali untuk odontogenic keratocyst, potensi
kekambuhan seharusnya rendah. 7

Daftar Pustaka

51

1. Koesoemahardja, [et al.] Tumbuh Kembang Dentofasial Manusia, Edisi


Kedua. Universitas Trisakti Press. 2008.
2. Bahn RS, Burch HB, Cooper DS, et al. Hyperthyroidism and other causes of
thyrotoxicosis: Management Guidelines of the American Thyroid Association
and American Association of Clinical Endocrinologists. Endocr Pract. 17:
457-520. 2011.
3. C. Scully, S. R. Flint, J. V. Bagan, [et al]. Oral and Maxillofacial Diseases, 4th
edition. Informa Healthcare. 2010.
4. L. E. Braverman, D. S. Cooper. Werner & Ingbar's The Thyroid : A
Fundamental and Clinical Text. Lippincott Williams & Wilkins. 2013.
5. A. G. Ghom. Textbook of Oral Radiology. Jaypee. 2008.
6. Garber JR, Cobin RH, Gharib H, et al. Clinical practice guidelines for
hypothyroidism in adults: cosponsored by the American Association of
Clinical Endocrinologists and the American Thyroid Association. Thyroid. 22
(12): 1200-1235. 2011.
7. B. W. Neville, [et al.]. Oral and Maxillofacial Pathology, 3rd edition. Elsevier.
2009.
8. Janti Sudiono. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. EGC. 2007.
9. W.G. Shafer, [et al.]. A textbook of oral pathology. 4th ed. WB Saunders Co.
1983.
10. Karam AA, Samia MAS, Tarek AA, Hazem MMA, Henry KK, James PB.
Neonatal Mandibular Distraction Osteogenesis: A Technique for Treating
Neonates with Micrognathia and Risk of Respiratory Obstruction. Egypt J.
Plast. Reconstr. Surg. 35(2): 191-197, 2011.
11. Lubowitz AH. Macrognathia: diagnosis, treatment, and cephalometric
appraisal. Philadelphia Pa. 27(1): 52-60. 1997.
12. Cymrot, R., et al. Subtotal glossectomy by modified keyhole lingual resection
technique for the treatment of true macroglossia. Rev Bras Cir Plst, 27 (1):
165-169. 2012.
13. Stanley Voigt, B.A., Aric Park, M.D., Mark A. Vecchiotti, M.D. Microglossia
in a newborn: a case report and review of the literature. Tufts Medical Center,
Boston, Massachusetts. 2010.
14. Vicky Noonan, et.al. Stafne Defect. Pathology Snapshot. 57(2) : 41. 2008
15. Kim E Goldman, et.al. Mandibular Cysts and Odontogenic Tumors.
Department of Oral and Maxillofacial Surgery. 2008.
16. Y, Sisman, et.al. Anterior Stafne Bone Defect Mimicking a Residual Cyst.
Case Report, 39: 124-126. 2010.
17. A.S. Budihardja [et al]. Trauma Oral & Maksilofasial. EGC. 2011.
52

18. Francescco ceceti. et.al. Nasopalatine duct cyst: report of 52 cases in a


retrospective epidemiological study. Journal of Surgery, 1(2) : 14-17. 2013.
19. Foley, DS, Fallat, ME. Thyroglossal duct and other congenital midline
cervical anomalies. Pediatric Surgery; 15:70. 2006.
20. Mitroi M, Dumitrescu D, Simionescu C, et al. Management of Second
Branchial Cleft Anomalies. Romanian Journal of Morphology and
Embryology; 49(1): p69-74. 2008.

53

Anda mungkin juga menyukai