KEAGAMAAN
PADA REMAJA
A. PENDAHULUAN
1. Pengertian Perkembangan
1
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
Santrock (1996) menjelaskan perkembangan sebagai berikut:
“development is a pattern of changes that begins at conception and
continous through life span. Most development involves growth,
although it includes decay (as in death and dying). The pattern of
movement is complex because it is product of several processes-
biological, cognitive, and socioemotional.”
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu:
2
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
a. Masa pra remaja atau pra pubertas (10 – 12 tahun)
b. Masa remaja awal atau pubertas (12 – 15tahun)
c. Masa remaja pertengahan (15 – 18 tahun)
d. Masa remaja akhir (18 – 21 tahun)
Istilah moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan.
Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan
melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai
moral itu, seperti:
3
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
1. Tahapan-Tahapan Perkembangan Moral Pada Remaja
4
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
Pada fase ini, anak atau remaja berperilaku sesuai dengan
aturan dan patokan moral agar memperolah persetujuan orang
dewasa, bukan untuk menghindari hukuman lagi seperti pada
tahap pre konvensional atau tahap anak-anak. Ia juga menilai
bahwa perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya,
jadi ia sudah memiliki kesadaran terhadap perlunya aturan.
5
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih
berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi dari pada masa
anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai
masalah moral yang dihadapinya.
4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti
bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan
ketegangan psikologis.
6
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
Dunia remaja merupakan suatu tahap yang kritikal didalam
kehidupan manusia, yaitu peralihan dari dunia anak-anak menuju ke
dunia dewasa. Di tahapan ini seseorang memulai untuk mencari
identitas dan penampilan diri. Bahkan pakar psikologi mengistilahkan
dunia remaja sebagai “emotional age” (umur emosi). Tetapi faktor yang
bisa mempengaruhi moral remaja juga mempengaruhi ketika dia
menginjak dewasa.
7
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
4. Gagal dalam studi/pendidikan
8
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
perkelahian antar kelompok, pencurian, tindak kekerasan, prostitusi,
pencurian, perampokan dan bentuk-bentuk perilaku antisosial lainnya.
c. Prilaku menyimpang
9
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
kelompok belajar atau diskusi, yang diorganisasikan oleh
mereka sendiri dengan bimbingan dan monitoring dari para
pendidik.
b. Menciptakan hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher
association) untuk saling mendekatkan dan menyelaraskan
sistem nilai yang dikembangkan dan pendekatan terhadap
siswa remaja serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang
diberikan dalam pembinaannya.
c. Suatu keluarga harus memiliki standar moral yang jelas. Semua
anggota keluarga wajib mentaati “undang-undang” yang telah
diketahui dan disepakati.
d. Membangun komunikasi yang aktif dari dua arah antara orang
tua dan anak. Orang tua memang memiliki otoritas terhadap
anaknya, tapi sikap otoriter memiliki dampak negatif terhadap
perkembangan remaja, karena mereka sudah memiliki sikap
kritis sesuai dengan perkembangan kognitifnya.
e. Remaja dibimbing untuk menemukan idolanya yang dapat
memberi pengaruh positif baginya. Tentunya bagi umat Islam,
orang tua dan para pendidik wajib mengenalkan mereka pada
tokoh Rasulullah Saw., tentang akhlaknya, keteladanannya,
kejujurannya serta kecintaan dan kerinduan Nabi terhadap
umatnya yang tidak pernah bertemu dengannya. Karena nilai-
nilai ini sangatlah sulit diperolah anak di tempat yang lain.
f. Rumah sebagai al-Madrosatul Ula (sekolah pertama) harus
difungsikan dengan baik sehingga remaja dapat merasakan
kenyamanan dan ketentraman ketika berada di dalam rumah.
Sehingga jika anak menemukan permasalahan, maka ia tidak
akan mencarinya di tempat yang lain.
10
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
Hal ini pun sesuai dengan isi Al-Qur’an yang menyebut manusia sebagai
individu yang berfikir (ulul Albab).
11
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
formal operational religious thought, di mana remaja memperlihatkan
pemahaman agama yang lebih abstrak dan hipotesis. Peneliti lain juga
menemukan perubahan perkembangan yang sama, pada anak-anak dan
remaja. Oser & Gmunder, 1991 (dalam Santrock, 1998) misalnya
menemukan bahwa remaja usia sekitar 17 atau 18 tahun makin
meningkat ulasannya tentang kebebasan, pemahaman, dan
pengharapan konsep-konsep abstrak ketika membuat pertimbangan.
a. Masa awal remaja (12-18 tahun) dapat dibagi ke dalam tiga sub
tahapan sebagai berikut:
12
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
3) Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptik (diliputi kewas-
wasan) sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai
kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan kepatuhan.
b. Masa remaja akhir (18 – 21 tahun) yang ditandai antara lain oleh hal-
hal berikut ini:
13
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
penghayatan keagamaan anak:
1) Lingkungan keluarga
14
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
Lingkungan keluarga sangat menentukan bagaimana
kedewasaan dan kematangan perkembangan remaja dalam
memahami dan menghayati kaidah-kaidah agamanya serta
menerapkannya dalam mengaktualisasikan dirinya di tengah
masyarakat.
2) Lingkungan sekolah
3) Lingkungan masyarakat
15
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
positif menurut akal manusia, tetapi istilah akhlak dalam perspektif
agama adalah nilai-nilai abadi yang tetap berdasarkan wahyu. Contoh
sederhana, etika makan dengan tangan kiri berdasarkan nilai-nilai yang
berkembang di masyarakat bukan suatu hal yang tercela. Tetapi dalam
Islam diajarkan bahwa cara makan seperti itu tidak dibenarkan dan itu
akan berlaku selamanya.
a. Kebimbangan
16
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
“kalaupun saya akan dihukum oleh tuhan karena durhaka kepada
orang tua, apa boleh buat; tapi saya akan protes kepada-Nya, karena
saya durhaka bukan karena keinginan saya, tapi karena perlakuan
merekalah yang menyebabkan saya duraka, mereka kejam, kasar dan
sering menyakiti saya.”
Gadis yang merasa sakit hati dan tidak senang hati atas perlakuan
orang tuanya yang tidak bijaksana, merasa Tuhan tidak adil, apabila
kedurhakaannya kepada orang tuanya itu akan menyebabkannya
dihukum di akhirat nanti.
Hal ini dapat terjadi apabila seorang anak merasa tertekan oleh
kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam sesuatu
tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya terhadap
kekuasaan apapun termasuk kekuasaan Tuhan. Atau apabila remaja
telah mengetahui sedikit tentang bermacam-macam ilmu pengetahuan,
dirinya menyangka telah hebat dan mendalam ilmunya. Ilmu tersebut
kemudian digunakan untuk berdebat dan berdiskusi seolah-olah mereka
telah mengetahui dengan sungguh-sungguh apa yang dikatakanya.
Filsafat dan tokoh-tokoh dpat menguasai jiwanya, sebagai pengganti
kitab suci.
17
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
d. Dekadensi Moral
Pada fase usia remaja ini mulai terjadi berbagai macam masalah
yang cukup menggoyahkan rasa agamanya yang telah didapatkanya
sejak anak-anak. Semakin bertambah usia, maka semakin banyak
tantangan yang harus dihadapi. Berinteraksi dengan dunia luar
merupakan jalan mudah untuk masuknya pengaruh negatif yang dapat
menguragi rasa agamanya.
18
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
d. Nasehat serta peringatan dari orang tua yang terus ditegakkan.
Dan atas dasar saling mempercayai, tidak otoriter dan saling
menghargai
D. KESIMPULAN
Kita sebagai pendidik dan orang tua, atau calon pendidik dan
calon orang tua harus memahami mereka sebagi manusia yang berada
dalam masa transisi, dengan memberikan mereka bimbingan yang lebih
intensif serta membantu mereka untuk menemukan jati dirinya sendiri
dengan memproyeksikan dirinya sesuai dengan figur yang ideal.
19
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja
SUMBER :
Samsu, Yusuf, Mpd. Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, PT. Remaja
Rosdakarya, , Bandung
www.scribd,com
20
Perkembangan Moral dan Pengahayatan Keagamaan Pada Remaja