Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bab III
Tinjauan Pustaka
3.1 Anatomi Palpebra
Kulit kelopak mata membaur dengan kulit periorbita disekitarnya, dengan
ketebalan yang bervariasi dari 0,5 mm pada tepi kelopak mata, sampai 1 mm pada
tepian bola mata. Selain hanya ditumbuhi rambut- rambut vellus halus, kulit
kelopak mata ditumbuhi rambut kelopak mata yaitu bulu mata atau silia
disepanjang tepi kelopak mata atas maupun kelopak mata bawah. Silia diganti
setiap 3-5 bulan, silia biasanya tumbuh kembali dalam dua minggu ketika
dipotong, dan dalam dua bulan ketika dicabut (AAO, 2011).
Epidermis kelopak mata berubah menjadi epitel skuamosa nonkeratinisasi
bertingkat pada pertautan mukokutaneus tepi kelopak mata, sepanjang deretan
orifisium kelenjar meibom. Kelenjar sebasea hookrin dan kelenjar keringat ekrin
terdapat pada kulit kelopak mata. Didekat tepi kelopak mata terdapat kelenjar
keringat apokrin (krlrnjar moll) dan banyak kelenjar sebasea (kelenjar Zeis)
(AAO, 2011).
11
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva palpebra) (Salmon,
2008).
Struktur Palpebra :
a. Lapis Kulit
Kulit palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar,
dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
b. Muskulus Orbikularis Okuli
Fungsi musukulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat
ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal, bagian diatas septum
orbita adalah bagian preseptal. Segmen diluar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli di sarafi nervus facialis.
C. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat dibawah muskulus orbikularis
okuli berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
D. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang bersama sedikit jaringan elastis disebut tarsus superior dan inferior.
12
Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita oleh
ligamen palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior juga
tertambat oleh fascia tipis dan padat pada tepian atas dan bawah orbita. Fascia
tipis ini membentuk septum orbita.
E. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu dari
tepian palpebra membelah palpebra menjadi lamel kulit dan muskulus orbikularis
okuli di anterior dan lamella tarsal dan konjungtiva palpebra di posterior (Salmon,
2008).
3.2 Definisi
Hordeolum adalah infeksi kelenjar di palpebra. Bila kelenjar meibom
terkena timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum internum.
Hordeolum interna yang lebih kecil dan lebih superficial adalah infeksi di kelenjar
Zeis atau Moll (Hordeolum Eksternum). Penyakit ini dapat dicetuskan oleh
kelelahan, diet yang kurang, stress dan dapat kambuh (F.Salmon, 2008; Nurwasis,
Komaratih, & Soewono, 2006; Skorin, 2002).
3.3
13
muncul pada konjungtivitis yang disertai dengan blefaritis akut maupun kronis.
Lesi pada hordeolum interna bisa terjadi rupture dan keluar melalui permukaan
konjungtiva (Skorin, 2002)
3.4
Epidemiologi
Dalam praktek klinis, hordeolum merupakan kasus yang umumnya sering
terjadi, tetapi tidak ada data yang tersedia mengenai insiden terjadinya hordeolum
di Amerika Serikat maupun internasional. Baik pria maupun wanita tampaknya
memiliki insiden yang sama. Hordeolum lebih sering terjadi pada orang dewasa
dibandingkan anak-anak, mungkin karena kombinasi adanya perbedaan faktor
kadar androgenic, viskositas peningkatan sebum, dan rosacea pada orang dewasa.
Namun, hordeolum juga dapat terjadi pada anak-anak
3.5
Gejala Klinis
Hordeolum eksterna ditandai dengan peradangan lunak di lid margin
khususnya di daerah anterior kulit. Pada kebanyakan kasus, lesi keluar secara
spontan sekitar 3-4 hari sejak timbulnya lesi. Lesi bisa timbul lebih dari 1,
kadang-kadang perjalanan abses dapat menutupi seluruh margin kelopak mata
(Skorin, 2002).
Hordeolum interna ditandai dengan adanya nyeri hebat yang diserta edema
dan eritema, seringkali pada seluruh kelopak mata. Pada pembalikan kelopak mata
akan didapatkan banyak lesi local, dan pada kasus lanjut didapatkan nodul
kekuningan yang tampak di permukaan konjungtiva tarsal (Skorin, 2002).
14
Biasanya disertai adanya reaksi berat seperti konjungtivitis atau kemosis pada
konjungtiva bulpar. Pseudoptosis dan pembengkakan kelenjar limfa di bagian
prearikular juga bisa terjadi (Lang, 2006).
3.6
Penatalaksanaan
Karena infeksi hordeolum terdapat jauh di dalam jaringan tutup, aplikasi
topikal antibiotik biasanya tidak efektif, tetapi pemberian salep antibiotic pada
saccus conjungtivitis setiap 3 jam ada manfaatnya. Antibiotik sistemik
diindikasikan jika terjadi selulitis (Skorin, 2002; F.Salmon, 2008)
Pasien harus melakukan kompres panas selama 5 sampai 10 menit, 2-4
kali sehari, untuk mencairkan secret yang buntu dan memfasilitasi drainase
melalui orificium meibom. Membersihkan kelopak mata dengan sampo juga
membantu untuk menghilangkan kotoran, apapun yang mungkin telah
terakumulasi pada permukaan marjin kelopak mata, dan pada pasien dengan
blepharitis (Skorin, 2002)
Karena spesies staphylococcus yang menyebabkan infeksi, terapi medis
utama harus terdiri dari penisilinase-resistant seperti dicloxacillin. Dosis 125mg
untuk 250mg setiap enam jam, biasanya menghasilkan resolusi cepat dari infeksi
tersebut. Pasien yang alergi terhadap penisilin dapat mencoba eritromisin oral,
kloramfenikol atau aminoglycosides. Pada kasus-kasus yang menolak terapi
medis, insisi dan drainase dengan menggunakan jarum steril atau pisau mungkin
diperlukan (Skorin, 2002).
Pengobatannya adalah kompres hangat, 3-4 kali sehari selama 10-15
menit. Jika keadaan tidak membaik dalam 48 jam, dilakukan insisi vertical pada
permukaan konjungtiva untuk menghindari terpotongnya kelenjar meibom. Syatan
ini dipencet untuk mengeluarkan sisa nanah. Jika hordeolum menonjol ke luar,
dibuat insisi horizontal pada kulit untuk mengurangi luka parut (F.Salmon, 2008).
Berikut merupakan tahap penatalaksanaan Hordeolum berdasarkan
Pedoman Diagnosis Dan Terapi BAG/SMF Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit
Utama Dokter Utomo Surabaya:
15
Cara insisi:
penting untuk tidak memencet atau menusuk-nusuk radang karena hal ini dapat
menyebabkan penyebaran infeksi.
3.7
Komplikasi
Suatu hordeolum yang besar dapat menimbulkan abses palpebra dan
16
Dalam kondisi yang lebih serius, nfeksi dapat menyebar ke orbit mata dan
jaringan di sekitarnya, tetapi jarang. Kondisi ini disebut selulitis preseptal atau
dalam kasus yang lebih berat dapat terjadi selulitis Orbital, yang dimana jika tidak
ditangani dapat mengancam nyawa serta
Diagnosis Banding
Chalazion merupakan suatu peradangan lipogranuloma menahun dengan