Anda di halaman 1dari 12

TEKNOLOGI MENGAMBIL ALIH TUGAS GURU

Di Susun oleh :
MASRUHIL

Fakultas Ilmu Pendidikan


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

Pengantar
Manusia tidak pernah berhenti memperhatikan dan menjadikan pendidikan
sebagai kompas untuk menerangi jalannya kearah yang lebih baik dan dapat
memberdayakan manusia sebagaimana fitrahnya. Tanpa pendidikan manusia tidak
akan pernah mengenal atau dapat membedakan mana yang benar dan mana yang s
tidak benar dan tidak akan mengetahui sejarah orang terdahulu sebagaimana
perjalan hidupnya hingga dapat menemukan titik terang yang dapat mengantarkan
kearah jalan yang baik dan benar. Melalui pendidikan kita dapat mengetahui jejak
jejak orang dapat melampaui realitas kehidupan dalam memikirkan perubahan
zaman yang akan terjadi dan yang akan di persiapkan untuk memenuhi berbagai
tantangan yang akan terjadi di berbagai lini kehidupan. Kecemasan banyak pihak
terhadap kehidupan pada era global ini menuntut persaingan yang sangat tinggi
pada satu pihak dan ketangguhan pada pihak lain untuk menghadapi perubahan
yang amat cepat pada pihak lain.
Kalau kita membicarakan tentang seputar pendidikan tidak akan pernah ada
habis-habisnya diterpa oleh apapun itu karena begitu kompleks permasalahan yang
dihadapi oleh dunia pendidikan. Akan tetapi, pendidikan berusaha melepaskan
semua belenggu yang dapat mengganggu kestabilan dalam memainkan perannya
sebagaimana substansialnya yang berada di dalam dunia pendidikan. Oleh karena
itu, banyak akademisi dan praktisi pendidikan mencoba mencari jalan keluar untuk
memecahkan kebuntuan yang ditemukan di dalam tubuh pendidikan agar terlepas
dari semua itu, tapi realita yang terjadi justru malah bertambah semakin rumit
dipecahkan karena disebabkan oleh latar belakang ideology dan budaya kebaratbaratan (sekuler) yang menimpa pada peserta didik (siswa) sehingga masalah
sebelumnya belum terselesaikan malah ditambah lagi dengan masalah yang jauh
lebih rumit mencari jalan keluarnya. Hal itu tidak dapat dipungkiri keberadaannya
dan tidak mungkin kita untuk menutup mata tentang hal-hal yang bernuansa
ideology dan budaya yang tersebar diberbagai penjuru Indonesia melalui berbagai
media massa. Hal itu dapat diminimalisir dengan peran pendidikan untuk lebih
selektif dalam mengadopsi budaya dari luar. Maka dari itu senjata yang paling
ampuh dapat digunakan untuk saat ini dengan memprioritaskan dan
mengembalikan fungsi pendidikan yang sebenarnya agar tidak terjadi multitafsir
terhadap ideology dan budaya yang masuk di area kita. Kadang-kadang kita
langsung memvonis yang bernuansa kebarat-baratan tanpa memperhitungkan
konsekuensi yang akan terjadi pada kita. Jika kita yakin dan optimis tentang fungsi
pendidikan dan dijadikan sebagai kompas hidup tentunya tidak akan mengalami
krisis moral yang gencar dibicarakan dimana-mana hingga tak berujung usai
permasalahan itu.
2

Abstrak
Setiap kali kita membicarakan tentang pendidikan merupakan satu kata yang
mempunyai beberapa interpretasi yang sangat luas cakupannya, sehingga tidak
akan pernah selesai membicarakan seputar tentang pendidikan. Praktik pendidikan
dewasa banyak menyinggung beberapa pokok permasalahan yang akan di hadapi
oleh pendidikan keguruan. Dalam kehidupan manusia selalu muncul dimensi
perkembangan nilai-nilai baru yang merobek-robek batas kehidupan manusia yang
berjalan dengan cepat. Perkembangan IPTEK dapat merasuki jiwa seseorang untuk
selalu hidup berdampingan dengannya, sehingga peradaban manusia akan diambil
alih oleh kehidupan yang cenderung Materialistik, hedonistik, dan individualistik.
Motor penggerak kemajuan IPTEK tidak berjalan secara otomatis, akan tetapi
berbagai loncatan-loncatan dari inovasi-inovasi manusia yang selalu bergerak
progress ke arah perkembangan ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan itu
bersifat tentative. Dalam menghadapi kondisi seperti ini diperlukan seorang
pemikir yang peduli terhadap dunia pendidikan untuk memanusiakan manusia
(humanistik).
Esensi kemajuan IPTEK adalah kebebasan seseorang untuk selalu mencari
sesuatu tanpa batas. Ketika kebebasan sudah didapatkan oleh seseorang, maka
mereka akan membebaskan diri dari cengkraman aturan-aturan yang determinan,
sehingga membiarkan diri berjalan secara otomatis tanpa arah yang jelas dan tanpa
misi hidup. Ketika IPTEK memasuki lorong-lorong kehidupan manusia hakikatnya
akan daya kreativitasnya. Oleh sebab itu, fungsi pendidikan akan diambil alih
dengan sendirinya. Perubahan fungsi pendidikan tidak berjalan secara otomatis,
tetapi sedikit orang yang memikirkan tentang esensi pendidikan yang
sesungguhnya. Apabila misi suatu perguruan tinggi utuk mengembangkan
kepeduliannya terhadap lembaga pendidikan yang berada di bawahnya untuk
menciptakan sumber daya manusia tenaga pendidik yang memiliki berbagai variasi
gaya mengajar untuk dapat mengkonstruksi peserta didik pengetahuannya sendiri
untuk di bangun.
Kata Kunci : Teknologi, Guru, dan pendidikan

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kualitas suatu bangsa akan tercermin dari bagaimana system pendidikan
yang diterapakan untuk anak-anak bangsa yang nantinya akan menjadi dan
menjalankan roda kepemimpinannya yang lebih baik bahkan menjadi semua
harapan suatu warga negara itu sendiri. Oleh karena itu, bersifatlah sebaik mungkin
terhadap pendidikan yang akan mencetak generasi muda bangsa yang akan
memprovokasi kepada masyarakat yang lebih luas. Kunci keberhasilan suatu
bangsa tidak ditentukan oleh aspek ekonomi, dan politik. Akan tetapi, ditentukan
oleh aspek atau bidang pendidikan. Ironisnya, kelihatannya pemerintah bersikap
parsial terhadap dunia pendidikan bahkan diskriminasi dengan aspek atau sector
yang lain dibandingkan dengan pendidikan. Semestinya kita banyak belajar dari
negara tetangga yang dulunya pernah belajar kepada kita justru sekarang malah
berbalik arah, kita yang belajar kepada mereka, Sebut saja Malaysia dan
Singapura, apalagi kalua kita bandingkan dengan Jepang yang hanya sebagaian
kecil daratannya justru menjadi raksasa kedua di dunia, kalau dibandingkan dengan
kita yang datarannya sangat luas, subur, ditambah dengan kekayaan alamnya yang
melimpah justru kita tidak menikmati kekayaan alam yang kita miliki sendiri
malah terbalik yang menikmati justru orang lain yang notabenenya negara
berkembang.
Sampai kapan kita akan mengalami seperti itu ?
Rasanya sulit sekali untuk menjawab pertanyaan tersebut, jika kita menutup
mata dan tidak menghargai hasil karya kita sendiri yang dipandang sangat rendah
jika dibandingkan dengan karya orang lain (bangsa lain). Bangsa kita sebenarnya
merupakan sebuah bangsa yang sangat kaya akan semua bidang kehidupan jika
4

kita benar-benar memanfaatkannya dan menjadikan nilai ekonomis yang terjual


dengan harapan yang memuaskan bagi kita. Dewasa ini kita mengalami distorsi
moral, kepercayaan dan ideology yang sangat memalukan dipentas dunia bahkan
kita bisa jadi dikatakan bangsa yang tidak mempunyai komitment terhadap
Ideologi bangsa kita sendiri. Kembali lagi kepada pembicaraan awal kita tentang
pendidikan yang tidak mempunyai tempat dipentas nasional jika dibandingkan
dengan bidang yang lain. Sejatinya pendidikan hanya dipandang sebagai
melanggengkan kekuasaan belaka oleh kepentingan orang-orang dan kelompok
tertentu. Selama ini keterpurukan dalam dunia pendidikan terletak pada system
yang mengaturnya yang menjadi sentral control terhadap dunia pendidikan
dipegang oleh orang-orang yang tidak mempunyai keahlian dalam bidang
pendidikan sebagaimana sejati dan substansialnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang harus diajarkan guru kepada peserta didik (siswa) untuk
menghadapi perkembangan teknologi yang semakin canggih ?
2. Bagaimana caranya guru mengajarkan materi kepada peserta didik tanpa
alat bantu teknologi sebagai media pembelajaran yang modern atau
canggih untuk merangsang keingintahuannya ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk membantu guru dalam mempersiapkan pembelajaran yang
semakin modern atau canggih
2. Memahami karakteristik arus globalisasi (teknologi) yang mempengaruhi
sikap peserta didik (siswa)
3. Mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan guru dalam pembelajaran
4. Membantu guru untuk menemukan cara yang efektif dalam pembelajaran
supaya peserta didik tidak bosan ketika di dalam kelas
5

BAB II
Tinjauan Pustaka
Landasan Teori
1. Satu prinsip penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak
dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa
harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan dalam proses ini dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menentukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri
untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang akan membawa
siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri harus
memanjat anak tangga tersebut Siswa sangat mendambakan seorang
pendidik atau kehadiran transformator hidup yang dapat mengarahkan
pemikirannya kearah transformasi kesadaran akan selalu berinovasi dalam
belajar. Seorang guru harus mempunyai integritas penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk menopang peranannya sebagai
seorang motivator dan fasilitator dalam pendidikan.
2. Hasil penelitian Arora Kamla menunjukkan bahwa karakteristik, latar
belakang, dan keahlian yang sangat mempengaruhi efektivitas guru dalam
mengajar,

tidak

hanya

berkaitan

dengan

kemampuan

menguasai

pengetahuan tentang mata pelajaran secara akurat, tetapi juga berkaitan


dengan

kemampuan

menyesuaikan

mata

pelajaran

dengan

tingkat

pemahaman siswa.
3. Finkelstein mengatakan bahwa seorang pendidik (guru) bukan hanya teknisi
atau pemimpi dengan

ide-ide besar, tetapi

ia adalah penafsir akan

kenyataan, seorang penemu dan yang ikut serta dalam


pendidikan (dalam Tilaar, 1990: 224).

kegiatan nyata

BAB III
Metode Penulisan
Sehubungan dengan pembahasan mengenai langkah-langkah/prosedur
pengumpulan data dengan mengidentifikasi tiga teknik yang dapat dilakukan, yaitu
:
a. Metode Angket
Metode angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab dengan yang sebenarnya untuk mendapatkan data
yang konkret.
b. Metode Tes
Metode tes merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan
sejumlah item pertanyaan yang menyangkut masalah penggunaan
pembelajaran di sekolah
c. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
menanyakan langsung kepada koresponden tentang pembelajaran di kelas
dengan tingkat perkembangan teknologi yang canggih

BAB IV
Pembahasan
Globalisasi akan menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam pelaksanaan
pembelajran di sekolah-sekolah yang menuntut keprofesionalan dalam mengajar
dan mendidik. Globalisasi menuntut pendidikan dan /atau guru sanggup
mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di
masyarakat.

A. Yang harus diajarkan guru kepada peserta didik


Manusia tetap memiliki kebebasan untuk selalu bertindak tanpa batas yang
tidak dimiliki oleh mesin secanggih apapun itu (teknologi dan informasi) karena
terciptanya mesin tersebut merupakan hasil rekayasa otak manusia sendiri, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Mengembangkan perkembangan potensial peserta didik


Pendidikan karakter
Melatih pemikiran yang beraneka ragam
Mengajarkan materi pembelajaran di kelas dihubungkan dengan kehidupan
Pendidikan kritis transformative

B. Cara mengajarkan kepada peserta didik


1. Pembelajaran didalam kelas
Di dalam kehidupan yang didominasi oleh nilai-nilai IPTEK, tentunya
meringankan tugas guru di sekolah bahkan bisa jadi tugas guru tergantikan oleh
IPTEK. Hal demikian tidak menutup kemungkinan akan terjadi, kalau hal ini
terjadi maka tujuan dan fungsi pendidikan itu gagal. Di bawah ini akan dijelaskan
bagaimana yang harus dilakukan guru dan diajakarkan kepada peserta didik. Hal
ini berkesinambungan dengan keempat hal di atas yang harus diajarkan, yaitu :
1. Bawalah mereka ke Dunia kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia mereka.
Sebagai langkah pertama dan utama seorang pendidik (guru) harus mampu
memasuki dunia peserta didik (siswa) untuk mempermudah menerapkan berbagai
metode pembelajaran yang sesuai dengan keinginannya dan mampu membawa
8

peserta didik (siswa) tetap untuk belajar. Seorang pendidik untuk mendapatkan hak
mengajar, pertama-tama harus membangun jembatan autentik pentingnya
memasuki kehidupan peserta didik (siswa) yang melibatkan semua aspek
kepribadian manusia baik pikiran, perasaan, bahasa tubuh, sikap, dan keyakinan.
Hal ini merupakan sesuatu yang paling mendasar dilakukan oleh setiap pendidik
(guru) yang sedang mengajar. Tindakan

ini akan

memberikan izin untuk

memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan menuju kesadaran ilmu


pengetahuan yang lebih luas
2. Menggunakan pendekatan TANDUR
Salah satu yang membedakan model pembelajaran yang satu dengan yang
lain adalah tingkah laku mengajar (syntaks) yang digunakan oleh masing-masing
model pembelajaran. Syntaks inilah yang menjadi ciri khas dari suatu model
pembelajaran TANDUR, yaitu :
T : Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan menunjukkan Apakah manfaatnya
bagiku, dan bagi kehidupanku
A : Alami, ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua peserta didik
N : Namai, sediakan kata-kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebagai
sebuah masukan
D : Demonstrasikan, sediakan waktu dan kesempatan bagi peserta didik untuk
menunjukkan bahwa mereka tahu
U : Ulangi, tunjukkan pada peserta didik cara mengulangi materi dan tegaskan
bahwa Aku tahu bahwa aku memang tahu ini
R : Rayakan, untuk mengakui hasil belajar peserta didik, baik dalam bentuk
penyelesaian, partisipasi, perolehan keterampilan ataupun ilmu pengetahuan
lainnya, maka akuilah dan rayakan.
3. Memotivasi peserta didik dengan pembelajaran Dekonstruksi.
9

Belajar untuk membebaskan teks dari makna tunggal resmi yang mungkin
diberikan oleh kultur dominan. Peserta didik pada akhirnya terlatih untuk
menemukan hal-hal baru dari yang tersedia sebelumnya, yang didahului untuk
mampu meruntuhkan dan mengkritisinya secara baik.
4. Metode problem solving
Metode problem solving dan metode proyek telah dirintis oleh John Dewey
(1859-1952) dan dikembangkan oleh W.H Kilpatrick. Peserta didik dituntut untuk
dapat memfungsikan akal dan kecerdasannya dengan jalan dihadapkan pada
materi-materi pelajaran yang menantang peserta didik untuk terlibat aktif dalam
proses belajar-mengajar. Peserta didik (siswa) dituntut untuk berpikir ilmiah
seperti menganalisis, melakukan hipotesis dan menyimpulkan dengan penekanan
pada kemampuan intelektualnya.
5. Metode pembelajaran konstruktivis

2. Pengembangan Profesi Guru Dalam Era Teknologi Informasi


Ada beberapa cara dan usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam
mengembangkan
profesinya, antara lain: (1) berusaha memahami tujuan pendidikan dan
pengajaran secara jelas dan konkrit, (2) berusaha memahami dan memilih
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan, (3) berusaha memahami problem, minat
dan kebutuhan dalam proses belajar peserta didik, (3) mengorganisasi bahan
dan pengalaman belajar dan mendayagunakan sumber belajar yang ada, (4)
mengharuskan profesi guru dikembangkan, (5) berusaha memahami, menyeleksi
dan menerapkan metode pembelajaran, (6) berusaha memahami dan kesanggupan
membuat dan mendayagunakan berbagai alat pelajaran, (7) berusaha membimbing
dan mendorong kemajuan pertumbuhan dan perkembangan belajar peserta didik,
(7) mampu menilai program dan hasil pembelajaran yang telah dicapai, (8)
10

mengadakan penilaian diri sendiri (self evaluation), untuk melihat kekurangan


dan keberhasilan pelaksanaan tugasnya, (10) professional reading (berusaha
membaca

bahan-bahan

yang

relevan dengan

tugas

profesinya),

(11)

professional writing (berusaha mengembangkan diri dengan menulis karya


ilmiah di berbagai media), (12) individual conference (pertemuan pribadi
antar sejawat dan dengan ahli lain dalam mengembangkan wawasan keilmuan
dan

wawasan

proses

dan

strategi

pembelajaran),

(13) experimentation

(berusaha melakukan percobaan-percobaan atas inovasi yang ditemukan atau


strategi pembelajaran baru). (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume IX No.1 April
2009).

BAB V
PENUTUP

Simpulan
Implementasika pembelajaran di era teknologi informasi dan komunikasi
menuntut seorang guru untuk selalu berinovasi dalam pembelajaran yang dapat
mengembangkan daya kreativitas peserta didik. Pengembangan kreativitas, minat,
potensi, dan berpikir kritis peserta didik itu membutuhkan sosok seorang guru yang
dapat mengarahkan kearah itu. Memahami dan memilih strategi pembelajaran
sangat mempengaruhi belajar peserta didik, tetapi gurulah yang sangat berperan
dalam membentuk dan menciptakan output yang berkualitas sehingga dapat
bersaing dengan siapapun. Di dalam era teknologi informasi dan komunikasi
membutuhkan seorang transformator hidup yang dapat mengarahkan dan
membimbing kearah yang lebih baik dan lebih mengarah kepada paragmatisme
kehidupan peserta didik itu sendiri.
11

Daftar Pustaka
Tilaa, HAR, 1990, Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad
21. Jakarta : Balai Pustaka
Karim, Muhammad, 2009, Pendidikan Kritis Transformatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media
De Porter, B. Reardon, M Dan Siregar. 2000. Quantum Teaching. Bandung :
Penerbit Kaifa
Jalaluddin dan Idi, Abdullah. 2012. Filsafat Pendidikan; Manusia, Filsafat dan
Pendidikan : Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Firman, 2009. Tanggung Jawab Profesi Guru Dalam Era Teknologi Informasi.
Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume IX No.1 April 2009.

12

Anda mungkin juga menyukai