PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rokok sekarang ini sudah menjadi trend gaya hidup masa kini.
Permintaan akan rokok saat ini sangat berkembang pesat tidak hanya di
Indonesia tetapi di seluruh dunia. Perusahaan rokok berlomba-lomba
memberikan hasil yang terbaik bagi kepuasan konsumen rokok. Untuk
memperoleh keuntungan tentunya tidak lepas dari kinerja positif para pekerja
di tiap departemen yang saling terintegrasi satu sama lain. Di suatu
perusahaan tentunya memiliki departemen-departemen yang bertugas untuk
menjalankan proses bisnis perusahaan. Untuk masing-masing departemen
memiliki tugasnya masing-masing, yang berbeda antara departemen satu
dengan yang lainnya. Dalam menjalankan proses bisnis perusahaan tentunya
kinerja setiap departemen saling berhubungan dan terintegrasi, maka dari itu
diperlukan keaktifan dan konsistensi antar departemen agar proses bisnis
dapat berjalan baik dan dengan waktu yang optimal.
Di PT. Djarum pun tentunya proses bisnis perusahaan tidak lepas dari
kinerja dan sinkronisasi antar departemennya. Jika terdapat departemen yang
kurang berjalan baik, maka tentunya akan menghambat jalannya proses bisnis
perusahaan. Hal inilah yang ditemukan pada bagian pengendalian kinerja
sebagai faktor penghambat kinerja departemen. Salah satunya adalah
departemen Giling dan Pak yang merupakan departemen yang berperan
sebagai proses pembuatan batang rokok serta pengepakan yang nantinya akan
diteruskan dan diolah oleh departemen dan bagian yang lainnya.
SKT MEGAWON-2 adalah perusahaan yang memproduksi rokok
kretek tangan dengan merk DJARUM COKLAT dengan daerah pemasaran
meliputi jawa barat, bandung, dan daerah sekitarnya. Kualitas olahannya
menjadi faktor utama serta focus karyawan untuk mengawasi dan membenahi
system yang ada. Hal ini memunculkan ide untuk melakukan penelitian
terhadap karyawan/buruh mandor di PT DJARUM untuk membuktikan
kemungkinan adanya beban mental pada mandor tersebut. Berikut ini hasil
evaluasi pada pengawas buruh di SKT MEGAWON-2:
1
1.2
Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi pada PT. Djarum SKT-MEGAWON 2 yang
diangkat dalam laporan kerja praktek ini adalah :
a.
b.
Seberapa besar beban kerja mental yang ditanggung oleh tenaga kerja di
departemen produksi giling dan pak.
c.
Penyelesaian yang seperti apa yang dapat diterapkan pada karyawan yang
mengalami beban kerja mental.
b.
c.
1.4
Batasan Masalah
a.
Data yang digunakan ialah data dari hasil kuisoner yang diberikan
kepada 20 mandor buruh di departemen Giling dan Pak SKT-Megawon
2.
b.
c.
1.5
1.6
Nama
: PT. DJARUM
Alamat
Waktu Pelaksanaan
Sistematika Penulisan
Dalam menyusun laporan kerja praktek, penulis menggunakan
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan
kerja praktek, batasan masalah yang digunakan, lokasi dan waktu
pelaksanaan kerja praktek, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
Bab ini berisi dasar-dasar teori yaitu beban kerja mental, Konsep
Ergonomi, Human Mental Workload, Teknik Analisis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja dll, yang dijadikan sebagai referensi
sesuai dengan bidang kajian yang diambil.
TINJAUAN SISTEM
Bab ini berisi tentang profil perusahaan, sejarah singkat perusahaan,
lokasi perusahaan, struktur organisasi dan sistem kerja yang dijalankan
perusahaan.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang kerangka pemecahan masalah yang
meliputi studi pendahuluan, perumusan masalah, tujuanpenelitian,
pembahasan (pengumpulan, pengolahan data,analisa) serta kesimpulan
dan saran.
BAB V
BAB VI
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari laporan yang dibuat dan saran yang
dapat diberikan setelah melakukan kerja praktek.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon dan nomos, dapat juga
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Tarwaka, dkk, 2004) adalah
sebagai berikurt:
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas hidup yang tinggi.
2.3
menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan
segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa
pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan
tugas dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga
dicapai performansi kerja yang tinggi. Dalam kata lain, tuntutan tugas tidak boleh
terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan (overload).
Karena keduanya, baik underload maupun overload akan menyebabkan stress.
Konsep keseimbangan antara kapasitas kerja dengan tuntutan tugas tersebut
dapat diilustrasikan pada Gambar 2.1 berikut :
Capacity
(Kemampuan
Fisiologis);
meliputi
2.4
manusia dan mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan
satu atau beberapa mesin dan salah satu mesin dengan lainnya saling berinteraksi
untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang
diperoleh. Oleh karena itu apabila suatu pekerja berinteraksi dengan bidang
kerjanya yang menangani satu bidang teknis seperti menangani mesin pesawat,
motor dan lain sebagainya dapat dikatakan pula hal itu termasuk interaksi manusia
sebagai komponen manusia dan mesin Apabila kita perhatikan dengan seksama
dalam kehidupan sehari-haripun banyak kita jumpai interaksi manusia dengan
7
2.5
Fisiologi Kerja
Fisiologi kerja adalah ilmu yang mempelajari fungsi (faal) tubuh manusia
pada saat bekerja. Fisiologi kerja merupakan dasar dari berkembangnya ergonomi.
Dengan mempelajari pengukuran kerja secara fisiologis akan diketahui beberapa
faktor-faltor dalam fisiologi kerja yang diharapkan mampu meringankan beban
kerja seorang pekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Pengetahuan dasar
mengenai fisiologi kerja memungkinkan suatu evaluasi sistem kerja yang efektif.
Meski teknologi telah kian maju dan pekerjaan yang menggunakan kekuatan
otot berangsur digantikan oleh kekuatan mesin yang dapat diatur dan mengatasi
pekerjaan berat namun studi mengenai konsumsi energi manusia tetapmenjadi
prioritas utama, tujuannya antara lain :
1. Pemilihan frekuensi dan periode istirahat pada manajemen waktu kerja.
2. Perbandingan metode alternative pemilihan peralatan untuk mengerjakan
suatu jenis pekerjaan.
Tubuh manusia dirancang untuk melakukan aktivitas serhari-hari, adanya
masa otot yang bobotnya lebih dari separuh tubuh memungkinakan manusia untuk
dapat menggerakkan tubuh dan melakukan kerja. Dari sudut pandang ergonomic,
setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap
kemampuan fisik, kognitif, maupun keterbatasan manusia menerima beban tersebut.
Menurut
bahwa kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari yang satu dengan
lainnya, dan sangat tergantung pada ketrampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi,
jenis kelamin, usia, dan ukuran tubuh pekerja yang bersangkutan
(Tarwaka, Solichul, H.A Bakri, 2004)
2.6
bentuk perkiraan awal yang mewakili beban yang disebabkan oleh operator untuk
mencapai suatu level performansi tertentu. Selain itu Hancock dan Meshkati (1988)
menjelaskan pula bahwa beban kerja (work load) diartikan sebagai suatu beban
yang dipusatkan pada manusia bukan pada suatu pekerjaan. Beban kerja bukan
suatu properti yang melekat tetapi merupakan suatu yang muncul dari interaksi
9
Kapasitas
untuk
melakukan
pekerjaan
Proporsi yang didibutuhkan dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan
(Nurmianto,E. 2010)
Beban kerja dalam perkembangannya dibagi menjadi dua, secara garis besar
dalam McCormick dan Sanders (2003) dijelaskan bahwa kegiatan-kegiatan kerja
manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak).
Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapat hubungan
yang erat antara satu sama lainnya.
10
2.7
11
Kategori
Konsumsi
Ventilasi
Beban
Oksigen
Paru
Kerja
(l/min)
(l/min)
Ringan
0.5 - 1.0
20-Nov
Sedang
1.0 - 1.5
20 - 30
Berat
1.5 - 2.0
31 - 43
Sangat
Berat
Sangat
Berat
Sekali
2.0 - 2.5
43 - 56
2.5 - 4.0
60 - 100
Suhu
Denyut
Rektal
(C
Jantung
(denyut/min)
)
37.5
75 - 100
37.5 38.0
38.0 38.5
38.5 39.0
100 - 125
125 - 150
150 - 175
> 39
> 175
Kategori
Sangat
buruk
Umur (tahun)
< 30
30 - 39
40 -49
> 50
< 25.0
< 25.0
< 25.0
25.0 Buruk
33.7
33.8 -
Biasa
42.5
42.6 -
Baik
51.5
Sangat baik
> 51.6
25.0 30.1
25.0 26.4
30.2 39.1
26.5 35.4
25.0 33.7
39.2 48.0
35.5 45.5
33.8 43.0
> 48.1
25.0
> 45.1
> 43.1
otot. Beberapa hal yang berkaitan dengen pengukuran denyut jantung adalah
sebagai berikut :
1. Astrand dan Christensen meneliti pengeluaran energi dari tingkat denyut
jantung dan menemukan adanya hubungan langsung antara keduanya.
Tingkat pulsa dan denyut jantung permenit dapat digunakan untuk
menghitung pengeluaran energi.
( Hart, Staveland, 2008 )
2. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut jantung dan
pernapasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh lingkungan,
atau tekanan akibat kerja keras, di mana ketiga faktor tersebut
memberikan pengaruh yang sama besar. Pengukuran berdasarkan criteria
fisiologis ini bisa digunakan apabila faktor-faktor yang berpengaruh
tersebut dapat diabaikan atau situasi kegiatan dalam keadaan normal.
13
Selain metode
denyut
10 Denyut
60
Waktu Perhitungan
jantung tersebut,
% HR Reserve =
100
Denyut nadi maksimum
%CVL
Denyut nadi maksimum
Denyut nadiistirahat
< 30%
0-<60%
60-<80
80-<100%
>100%
= Tidak diperbolehkan beraktivitas
Selain cara-cara tersebut di atas, mengusulkan bahwa cardiovasculair
Jika P1 P3 10, atau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal
Jika rata-rata P1 tercatat 110, dan P1 P3 10, maka beban kerja tifak
berlebihan
k
k s
( ) x100
s
k Bm
2
T ( k s)
k Bm
(Mustafa Pulat,2002)
Dimana :
R
= Waktu istirahat
= Pengeluaran
cadangan
direkomendasikan
yang
dalam
16
Dengan:
VO2: Konsumsi oksigen (liter/menit) HR : Denyut jantung (denyut / menit)
h : Tinggi badan (cm) w : berat badan (kg) a : usia (tahun)
(Widyasmara,2007)
Sedangkan nilai VO2 max untuk wanita dapat diukur secara tidak langsung
dengan menggunakan rumus :
(Rakhmaniar, 2007)
Sedangkan menurut strand dan Rodahl (2003), energi ekspenditure
dapatdihitungdengan persamaan:
1 liter O2 = 5 kkal.
Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk
energi, maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat dituliskan
dalam bentuk energi, maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat
dituliskan dalam bentuk sebagai berikut :
KE = Et Ei
Dimana :
KE = Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori / menit
Et
Ei
Tingkat
Pekerjaan
Energi Ekspenditur
Kkal / menit
Kkal / 8 jam
Detak
Jantung detak
/ menit
Konsumsi
Oksigen
Liter/menit
Unduly
Heavy
Very Heavy
> 12,5
> 6000
> 175
> 2.5
10 12,5
4800 6000
150 175
2 2.5
Heavy
7,5 10
3600 4800
125-150
1.5 2
Moderate
5 7,5
2400 3600
100 125
1 1.5
Light
2,5- 5
1200 - 2400
60 100
0.5 1
Very Light
< 2,5
< 1200
< 60
< 0.5
(http://ilestar.blogspot.com/p/climate-chamber.html)
Sebagian individu
18
umum,
peningkatan
denyut
jantung
berkaitan
dengan
dan
Meshkati
(2003)
menjelaskan
beberapa
fisik
sebagai
komponen
kerja
utama.
Hasil
22
SKALA
RATING
KETERANGAN
MENTAL
DEMAND (MD)
Rendah,
tinggi
PHYSICAL
DEMAND (PD)
Rendah,
Tinggi
TEMPORAL
DEMAND (TD)
Rendah,
tinggi
PERFORMANCE
Tidak
(OP)
tepat,
FRUSTATION
Sempurna
Rendah,tin
ggi
Rendah,
tinggi
LEVEL (FR)
EFFORT (EF)
b. Pembobotan
Pada bagian ini responden diminta untuk melingkari salah satu
dari dua indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan
beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut.
23
Menghitung produk.
Produk diperoleh dengan cara mengalikan rating dengan bobot
faktor untuk masing-masing deskriptor. Dengan demikian
dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator ( MD, PD, TD, CE,
FR, EF).
Produk = rating x bobot faktor
2.
3.
24
15
Interpretasi Hasil Nilai Skor
Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam teori
NasaTLX, skor beban kerja yang didapatkan terbagi dalam tiga
bagian yaitu pekerjaan menurut para responden tergolong agak
berat (di mana nilai > 80 menyatakan beban pekerjaan agak berat,
nilai 50-80 menyatakan beban pekerjaan sedang, dan nilai < 50
menyatakan
beban pekerjaan agak ringan).
teori
untuk
mendefinisikan
beban
kerja
pilot.
melaksanakan
perhitungan,
pekerjaan
pembuatan
dengan
keputusan,
baik.
Aktifitas
mengingat
seperti
informasi,
dan
dan
keyidakkenalan
(unfamilirity).
sekali.
Aktivitas
yang
sangat
kompleks
dan
27
2.
3.
.......................................... (i)
28
Dimana :
x = Harga nilai rata-rata dari sub group ke-i n = Besarnya sub group
2. Hitungan harga rata-rata dari rata-rata sub group
......................................... (ii)
Dimana :
N = Jumlah pengamatan
3. Hitung standar deviasi
........................................ (iii)
.......................................... (iv)
5. Penentuan batas-batas control
BKA = x + 38x
BKA = x - 38 x
Batas-batas kontrol tersebut menunjukkan batas keseragaman atau tidaknya
suatu sub group. Dalam perhitungan selanjutnya data yang akan digunakan adalah
datadata yang berada dalam batas kontrol tersebut.
29
........................(v)
Dimana :
N = Jumlah pengamatan minimum
N = Jumlah pengamatan yang telah dilakukan
K = Tingkat keyakinan
S = Tingkat ketelitian
Jika N < N, maka pengamatan yang dilakukan dianggap cukup dan
dilanjutkan dengan perhitungan waktu baku. Tetapi jika N > N, maka dengan
tingkat keyakinan dan ketelitian yang demikian perlu dilakukan pengamatan lagi
sebanyak N dikurangi N.
2.8.3 Uji Kenormalan Data
Uji kenormalan data bertujuan untuk menentukan apakah data-data yang
diperoleh telah terdistribusi normal atau tidak. Uji yang dipakai adalah uji kebaikan
suai (Goodness of Fit Test), uji kebaikan suai digunakan untuk mengetahui apakah
suatu populasi mengikuti suatu distribusi teoritik tertentu. Uji ini didasarkan pada
30
seberapa baik kesesuaian antara frekuensi yang teramati dalam sampel dengan
frekuensi harapan yang didasarkan pada distribusi yang dihipotesiskan.
(Walpole, P632)
Untuk mengetahui apakah data yang akan digunakan sudah berdistribusi
normal atau tidak, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan uji kolmogorov
Smirnov menggunakan program SPSS.
Ketentuan yang digunakan dalam uji Kolmogorov Smirnov adalah :
1. Jika probabilitas (Asymp. Sig) > 0.05 maka data berdistribusi normal.
Jika probabilitas (Asymp. Sig) < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.
pengukuran-pengukuran.
Yang
ideal
tentunya
dilakukan
ketelitian
menunjukan
penyimpangan
maksimum
hasil
BAB III
TINJAUAN SISTEM
3.1
Profil Perusahaan
PT. Djarum adalah salah satu perusahaan rokok di Indonesia. Perusahaan ini
mengolah dan menghasilkan jenis rokok kretek dan cerutu. Ada tiga jenis rokok
yang kita kenal selama ini. Rokok Cerutu (terbuat dari daun tembakau dan
dibungkus dengan daun tembakau juga), rokok putih adalah jenis rokok yang
terbuat dari daun tembakau dan dibungkus dengan kertas sigaret, serta rokok kretek
yang terbuat dari tembakau ditambah dengan cengkeh dengan pembungkus kertas
sigaret.
Rokok kretek merupakan pertemuan atau perpaduan antara budaya dari Barat
dan budaya dari Timur. Pengaruh pemerintah kolonial Belanda sangat besar dalam
mempengaruhi terbentuknya rokok kretek ini. Munculnya rokok kretek yaitu pada
akhir abad ke-19 atau pada awal 1880an, di mana pada saat itu bapak Hj.
32
Djamahari penduduk asli Kudus yang pada saat itu menderita penyakit asma
menggunakan cengkeh sebagai obat analgesic ringan yang dicampur dalam
tembakau dan dijadikan sebuah rokok. Dari percobaan tersebut menghasilkan
sebuah rokok yang disebut dengan istilah rokok kretek, alasan disebutnya rokok
kretek dikarenakan letupan api yang membakar rokok campuran cengkeh tersebut
menghasilkan bunyi kretek-kretek. Penemu rokok kretek ini sendiri yaitu Bapak
Haji Djamhari meninggal dunia di Kudus pada tahun 1890.
Pada awalnya perdagangan rokok kretek hanya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat Kudus dan beberapa daerah disekitarnya akan produk rokok
kretek ini. Namun dalam perkembangannya rokok kretek ini diminati oleh daerahdaerah lainnya sehingga dalam waktu singkat produk rokok kretek ini menjangkau
berbagai daerah di pulau Jawa. Perusahaan rokok kretek pertama kali muncul pada
tahun 1905 yang didirikan oleh M. Nitisemito, perusahaan rokok kretek ini
dinamakan Tjap Bal Tiga yang secara resmi terdaftar dalam kantor perdagangan
Hindia Belanda. Permintaan pasar terhadap produk rokok kretek ini sangat
berkembang pesat, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya beberapa perusahaan
rokok kretek yang ada di daerah Kudus.
PT. Djarum adalah salah satu perusahaan yang memproduksi rokok kretek
sejak tahun berdirinya yaitu sekitar tahun 1951 tapatnya pada tanggal 21 april
1951. Pendiri Djarum adalah Oei Wie Gwam dengan 17 pekerja yang mengawali
bisnisnya dengan memasok rokok kretek untuk Dinas Pembekalan Angkatan Darat.
Sejarah Djarum berawal dari usaha pembelian usaha kecilk rokok kretek
yang bernama Djarum Gramaphone pada tahun 1951 oleh Oei Wie Gwan dan
merubah nama Djarum Gramaphone menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan
rokok kretek dengan merk dagang Djarum di pasaran dan ternyata rokok kretek
produksi Djarum ini cukup sukses dipasaran. Namun setelah kebakaran yang
hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963, Bapak Oei Wie Gwam
meninggal dunia. Djarum kembali bangkit dan mulai memodernisasi peralatan
produksi yang ada di pabriknya dalam upaya untuk memaksimalkan hasil produksi
rokok kretek Djarum. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengekspor produk
rokoknya ke luar negeri. Saat ini Djarum dipimpin oleh Budi Hartono dan
Bambang Hartono yang dua-duanya merupakan putra Oei. Pada tahun 1983 secara
resmi Djarum menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Perkembangan industri rokok terutama PT. Djarum Kudus itu sendiri dimulai
dari variasi produk rokok yang dihasilkan dan diproduksi oleh perusahaan PT.
33
Djarum Kudus. Sebagai produk awal berdirinya PT. Djarum Kudus adalah produk
rokok kretek tangan saja, namun pada tahun 1985 PT. Djarum Kudus berkembang
dan mulai memproduksi rokok Djarum Lights. Perkembangan variasi produk terus
dilakukan dengan mulai memproduksi rokok cerutu untuk memenuhi pasar rokok
cerutu di Indonesia sehingga pada tahun 1990 diproduksinya Djarum Cigarilos.
Perkembangan inovasi produk yang paling memiliki kesan yang sangat baik bagi
perusahaan PT. Djarum Kudus adalah diproduksinya rokok kretek mesin dengan
merk dagang LA dan Djarum Black pada tahun 1996.
Secara spesifik di SKT Megawon II PT.Djarum Kudus yang memproduksi
rokok kretek tangan dengan merk dagang Djarum Coklat 12 ini mengalami
perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Perkembangan yang cukup
signifikan adalah adanya multi proses yang terjadi dalam proses pengerjaan rokok
kretek tangan ini, maksud dari adanya multi proses adalah dalam satu brak atau
satu tempat sudah terjadi proses secara lengkap dari penggilingan, pembatilan,
pengepakan serta pengepresan sampai produk terkirim semuanya terdapat dalam
satu atap sehingga diharapkan mutu batangan rokok ini tetap terjaga serta mampu
mengefisienkan biaya yang ditimbulkan. Kebijakan ini dimulai sekitar tahun 2010,
awalnya di brak SKT Megawon II hanya terpusat pada penggilingan dan
pembatilan sedangkan bagian pengepakan dan pengepresan terdapat di brak I dan
III, keadaan ini menyebabkan sistem kerja tidak efisien sehingga menimbulkan
pembengkakan biaya selain itu mutu rokok juga akan menurun karena sudah
terjadi campur tangan orang banyak.
3.2 Visi dan Misi Perusahaan
3.2.1 Visi
Menjadi yang terbesar dalam nilai penjualan dan profitabilitas di industri rokok
Indonesia.
3.2.2 Misi
Kami hadir untuk memuaskan kebutuhan merokok para perokok.
3.2.3
Nilai Inti
a. Fokus pada pelangan (mendengarkan pelanggan, memenuhi kebutuhan
pelanggan). Karakteristik.
34
35
Visi masa depan yang menjadi salah satu visi yang nantinya akan diupayakan
maksimalisasi pencapaiannya antaralain sebagai berikut:
a. Kepemimpinan dalam pasar dengan cara menghasilkan produk produk
produk yang berkualitas tinggi secara konsisten dan inovatif untuk memuaskan
konsumen.
b. Penciptaan citra positif yang kuat untuk perusahaan dan merekmerek kita.
c. Manajemen professional yang berdedikasi serta sumber daya manusia yang
kompeten
3.3
Lokasi dan tata letak perusahaan berkaitan langsung dengan upaya serta
strategi yang nantinya akan di terapkan oleh perusahaan pada masing-masing unit
yang ada. Lokasi perusahaan memiliki hubungan yang erat dengan tujuan
perusahaan dalam hal lokasi pendirian perusahaan apakah dekat dengan daerah
pemasaran, bahan baku, maupun dekat dengan tempat pembuangan limbahnya.
Sementara itu tata letak perusahaan berkaitan dengan bagaimana susunan dari
alat-alat produksi dalam upaya untuk mengefisienkan berjalannya proses produksi
dalam upaya untuk menjaga kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Semakin baik susunan atau tata letak alat-alat produksi dalam suatu perusahaan
maka dapat dipastikan proses produksi dapat berjalan dengan baik.
Lokasi perusahaan dalam pelaksanaan magang ini dilaksanakan di PT.
Djarum Kudus, namun penempatan lokasi magang secara spesifik yaitu pada 1
departemen yaitu bagian produksi rokok kretek tangan Djarum Cokelat 12 di SKT
Megawon II.
3.3.1 Lokasi dan Tata Letak SKT Megawon II
PT. Djarum merupakan perusahaan rokok yang memiliki cakupan lokasi
terbesar di Kabupaten Kudus. Kantor pusat PT. Djarum Kudus terletak di jalan
Ahmad Yani No. 28. Sedangkan lokasi tiap unitunit perusahaan PT. Djarum
Kudus tersebar di berbagai lokasi di Kudus, Demak, Jepara dan Pati. PT. Djarum
Kudus selalu berupaya untuk selalu melakukan pemekaran wilayah produksi
terutama untuk bagian Sigaret Kretek Tangan yang bertujuan yaitu untuk
pemaksimalan keuntungan dan berupaya untuk semakin banyak menyerap tenaga
36
37
Local
Area
Giling
BARAT
&
MA
TA
TIMUR
G
U
10
1
1
1
N N
12
G
D TA
A MA
M
Gambar 3.1. Layout atau Tata Letak Di SKT Megawon II PT. Djarum Kudus
A
T
E
RI
A
L
38
Sarana dan prasarana merupakan salah satu hal yang fungsinya menjadi
sangat penting dalam upaya untuk menunjang kesuksesan dan
keberhasilan proses produksi dalam suatu perusahaan. Sarana dan
prasarana bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam menjalankan
semua tahapan-tahapan kegiatan dalam memproduksi suatu produk dalam
hal ini produk dari PT. Djarum Kudus.
42
3.6
Struktur organisasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
upaya untuk mencapai kesuksesan tercapaian tujuan perusahaan itu
sendiri. Aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik apabila
perusahaan terdapat struktur organisasi yang baik dan jelas. Struktur
organisasi merupakan kerangka yang skematis tentang hubungan kerja
antara orang-orang, bidang kerja, wewenang dan tanggung jawab yang
terdapat pada suatu badan organisasi yang berfungsi untuk mencapai
tujuan organisasi.
3.6.1
45
Adapun tugas dari masing-masing bagian dalam struktur PT. Djarum Kudus yang
memproduksi rokok Djarum antara lain sebagai berikut:
1. Chief Executive Officer (C.E.O)
Jabatan C.E.O merupakan jabatan tertinggi dalam struktur organisasi
perusahaan. Bertugas mengawasi jalannya perusahaan dalam segala bidang dan
mengontrol perkembangan perusahaan. Tahapan tugas dan tangung jawab C.E.O
a. Merumuskan kebijakan umum yang akan berlaku untuk periode berikutnya.
b. Menyusun rencana kerja dan anggaran belanja perusahaan untuk periode
c.
yang akan datang serta menetapkan anggaran belanja dalam satu periode.
Menetapkan, membina, mengarahkan kebijakan perusahaan pada bawahan,
mendelegasikan fungsi karyawan secara tepat dan melakukan pengawasan
secara keseluruhan.
2. Chief Operating Officer (C.O.O)
Jabatan C.O.O bertugas menjalankan perusahaan agar dapat berjalan dengan
baik. Bertanggung jawab terhadap laju perkembangan perusahaan menuju
kearah kesuksesan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Jabatan C.O.O
bertanggung jawab kepada C.E.O.
a. Membawahi departemen dan melakukan pengawasan seluruh aktifitas
b.
c.
perusahaan.
Melakukan tugas yang telah ditetapkan Chief Executive Officer
Mempersiapkan dan membantu menyelenggarakan rapat umum dan rapat-
rapat lainnya.
3. Cooperate Affair
Cooperate Affair bertugas menjaga hubungan perusahaan dengan stakeholder.
Bertugas menangani isi seputar kegiatan industri hulu sampai hilir.
4. Corporate comunication
Bertugas menjalin hubungan perusahaan dengan media untuk membangun citra
perusahaan.
5. Biz Development
Bertugas memformulasikan perkembangan sistem internal organisasi yang lebih
produktif dan efisien.
6. Strategic Affair
Sebagai pengambil keputusan yang berhubungan dengan isu-isu ketertiban
masyarakat
7. Management Representative
Mengatur sistem yang meliputi kualitas produk, lingkungan, kesehatan dan
keamanan (K3).
8. Internal Audit
46
Melakukan auditor untuk pemeriksaan pada sistem organisasi yang ada dan
bertanggung jawab pada keuangan perusahaan.
9. Direktur Pembelian (purchasing)
Bertugas atas pembelian bahan baku yang digunakan untuk proses produksi dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelian untuk keperluan
perusahaan. Direktur pembelian bertaggung jawab kepada C.O.O.
a. Merencanakan dan mengawasi bahan dan alat-alat yang diperlukan untuk
poduksi maupun untuk operasional perusahaan.
b. Mengusahakan kesediaan informasi tentang bahan baku dan kualitas yang
diperlukan perusahaan.
c. Memberikan laporan pembelian mengenai harga, jumlah, kualitas yang
diperlukan perusahaan.
10.Direktur Biztech
Bertugas untuk masalah perkembangan teknologi informasi. Bertanggung jawab
kepada C.O.O.
a. Menyusun dan mengusulkan kebijakan, prosedur, rencana jangka pendek dan
jangka penjang dibidang teknologi informasi.
b. Merencanakan kebutuhan hardware dan software dan peralatan lainnya yang
diperlukan untuk aktifitas produksi.
c. Menyelenggarakan perbaikan dan pemeliharaan jaringan komputer dan
peralatan lain secara berkala.
d. Mengikuti perkembangan teknologi informasi dan mempelajari kemungkinan
penerapan teknologi tersebut pada perusahaan.
11. Direktur Marketing
Bertugas terkait pemasaran produk-produk perusahaan. Bertanggung jawab
kepada C.O.O.
a. Menyusun, mengusulkan kebijakan dan rencana jangka pendek dan rencana
jangka panjang dibidang pemasaran. Baik dalam wilayah luar negeri maupun
dalam negeri.
b. Menyusun rencana, melaksanakan serta mengawasi program dibidang
pemasaran
untuk
mendukung
dan
meningkatkan
penjualan
produk
perusahaan.
c. Menyusun dan melaksanakan sistem informasi, prediksi penjualan dan
pengendalian segmen pasar.
d. Memonitor perkembangan pasar dan memprediksi permintan pasar.
e. Mengatur dan mengawasi distribusi produk perusahaan berdasarkan rencana
yang sudah ditetapkan.
12. Direktur research and Development (R&D)
47
c.
d.
e.
f.
49
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian memberikan gambaran mengenai pelaksanaan
kerja praktek secara lebih sistematik. Metodologi penelitian merupakan tata cara
dan
prosedur
yang
mendefinisikan
siklus
pemecahan
masalah
dan
Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan suatu studi yang dilakukan pada
awal penelitian dengan tujuan untuk menemukan masalah yang ada
pada objek penelitian,
sehingga
dapat lebih
terfokus
dan
51
menghitung
bobot,
rating,
dan
skor,
serta
pengamatan/observasi
langsung
terhadap
setiap
n=20
untuk
mendapatkan
skor
awal
untuk
sebelumnya
Menghitung produk.
Produk diperoleh dengan cara mengalikan rating dengan bobot
faktor untuk masing-masing deskriptor. Dengan demikian
dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator ( MD, PD, TD, CE,
FR, EF).
Produk = rating x bobot faktor
52
2.
3.
53
54
55
BAB V
PEMBAHASAN dan ANALISIS
5.1 Pembahasan
Contoh Perhitungan :
Responden 1
Produk
Produk (MD)
Produk (PD)
Produk (TD)
Produk (OP)
Produk (FR)
Produk (EF)
=
= Produk (MD) + Produk (PD) + (Produk (TD) + Produk
(OP) + Produk (FR) + Produk (EF)
= 270 + 0 + 400 + 90 + 120 + 340
= 1220
56
Skor
bobot rating
skor
=
= 81,33
5.1.1 Uji Keseragaman
Tabel 5.1 Uji Keseragaman Skor NASA-TLX (Awal)
No.
1
x
81.33
73.00
74.00
94.80
96.00
56.00
54.00
66.00
80.00
10
84.67
11
75.00
12
64.67
13
16.00
14
69.33
15
78.67
16
78.00
x bar
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
stdv
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
BKA
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
BKB
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
57
17
76.00
18
69.00
19
77.80
20
80.67
Jumla
h
1444.
93
BKA
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
72.246
67
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
16.932
16
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
123.04
31
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
21.450
19
= 72,24667 + 3 (16,93216)
x 3
= 72,24667 + 50,79648
= 123,0431
BKB
x 3
= 72,24667 3 (16,93216)
= 72,24667 50,79648
= 21,45019
58
No.
1
x
81.33
73.00
74.00
94.80
96.00
56.00
54.00
66.00
80.00
10
84.67
x bar
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
stdv
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
BKA
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
BKB
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
59
11
75.00
12
64.67
13
69.33
14
78.67
15
78.00
16
76.00
17
69.00
18
77.80
19
80.67
Jumla
h
1428.
93
xi
n
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
75.207
02
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
10.845
03
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
107.74
21
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
42.671
92
= 75,20702
=
60
=
=
=
= 10,84503
BKA
x 3
= 75,20702 + 3 (10,84503)
= 75,20702 + 32,53509
= 107,7421
BKB
x 3
= 75,20702 3 (10,84503)
= 75,20702 32,53509
= 42,67192
61
= 7,87996 8
= 19
= 96
Nilai Min
= 54
Range (r)
= 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 19
Panjang Kelas
= 5,2199 5
r 42
k 5
= 8,4 = 8
62
x
= 75,20702
(S) = 10,84503
BB x
Z1
=
S
Z11
=
= -2,00
Z12
Z13
=
= -1,17
=
= -0,34
Z14
=
= 0,49
Z15
=
= 1,32
x Z2
Z21
=
= -1,17
Z22
=
= -0,34
Z23
=
= 0,49
Z24
=
= 1,32
Z25
=
= 2,15
BA
S
63
P( Z ) = P( Z1 < Z < Z2 )
= P( Z < Z2 ) P( Z < Z1 )
= P( Z2 ) P( Z1 )
P( Z )1 = P( Z21 ) P( Z11 )
= 0,121 0,028
= 0,093
P( Z )2 = P( Z22 ) P( Z12 )
= 0,3669 0,121
= 0,2459
P( Z )3 = P( Z23 ) P( Z13 )
= 0,6879 0,3669
= 0,321
P( Z )4 = P( Z24 ) P( Z14 )
= 0,9066 0,6879
= 0,2187
P( Z )5 = P( Z25 ) P( Z15 )
= 0,9842 0,9066
= 0,0776
Frekuen
si
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
f Observasi
f Harapan
Kela
s
Gambar 5.3 Grafik Distribusi Normal Skor NASA-TLX
64
Hipotesis
1. H0
2. H1
3.
= 0,05
4. Daerah kritis : ,2
5. Perhitungan :
2
(o i
ei ) 2
ei
(6 6,4391) 2
i 1
(8 6,099) 2
(5 5,6297) 2
6,4391
6,099
5,6297
= 0,029943 + 0,592524 + 0,070434 = 0,692901
6.
Keputusan :
2
: Ringan
50 80 : Sedang
> 80
: Berat
65
No.
Skor
Klasifikasi Beban
Pekerjaan
66
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
81.33
73.00
74.00
94.80
96.00
56.00
54.00
66.00
80.00
84.67
75.00
64.67
69.33
78.67
78.00
76.00
69.00
77.80
80.67
Berat
Sedang
Sedang
Berat
Berat
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Berat
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Berat
5.2 Analisis
5.2.1 Analisis Hasil Pengolahan NASA-TLX
Hasil pengolahan dengan metode NASA-TLX pada sub bab 5.1.2
didapatkan dengan cara perhitunagn produk, weighted workload, dan
perhitungan skor. Untuk nilai produk didapatkan dengan mengalikan rating
dengan bobot faktor untuk masing-masing indikator beban mental yang diukur.
Sebagai contoh, seperti pada responden ke-1, nilai produk untuk indikator
mental demand adalah dengan mengalikan rating yang bernilai 90 dengan
bobot faktor yang sebesar 3, sehingga menghasilkan 270.
Kemudian untuk perhitungan weighted workload didapatkan dengan
menjumlahkan produk dari semua indikator yang ada. Sebagai contoh, pada
responden ke-1, weighted workload didapat dengan menjumlahkan 270, 0, 400,
90, 120, dan 340 sebagai nilai produk dari masing-masing indikator, sehingga
menghasilkan weighted workload sebesar 1220.
Lalu, dilakukan perhitungan skor NASA-TLX dengan membagi
weighted workload dan 15. Pembagi 15 ini merupakan jumlah bobot total dari
indikator-indikator beban mental yang diukur. Sebagai contoh, seperti pada
67
responden ke-1, skor didapat dengan membagi 1220 dan 15, sehingga
menghasilkan 81,33. Skor ini yang kemudian diklasifikasikan dan dianalisis
tingkat beban kerja mentalnya, apakah termasuk dalam beban mental ringan,
sedang, ataupun berat.
69
Pada responden ke-1 yang memiliki skor 81,33, ke-4 dengan skor 94,80,
ke-5 memiliki skor yang mencapai 96,00, ke-10 dengan skor 84,67, dan ke-19
memiliki skor 80,6 menunjukkan adanya beban mental kerja yang tinggi.
Dimana
dalam
pengawasannya
mandor
mengalami
kesulitan
untuk
mengkoordinasikan pekerjaannya.
Rekomendasi yang dapat diberikan ialah dengan melakukan koordinasi
yang baik dalam jaringan integritas kerja. Jika dilihat dalam bobot dan rating
kriteria beban mental, responden lebih dominan pada MD (Mental Demand)
dan EF (Frustation Level Effort) sehingga karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaannya seringkali merasakan tekanan terhadap waktu penyelesaian
pekerjaan. Maka dari itu, atasan dapat melakukan evaluasi menyangkut beban
pekerjaan dengan waktu penyelesaiannya (deadline), sehingga karyawan dapat
menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan optimal tanpa harus merasa terburuburu akan waktu karena hal tersebut dapat menimbulkan kegelisahan pada
pekerja yang dapat memicu stres kerja.
Rekomendasi selanjutnya adalah penataan ulang lembali layout di lantai
produksi yang dirasa belum cukup efektif dan efisien untuk mengurangi waktu
yang terbuang percuma.
70
71
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Di departemen Giling dan Pak terdapat beberapa 5 karyawan dari 20 karyawan
dalam evaluasi beban kerja mental. Beban kerja mental ini dapat disebabkan oleh
pekerjaan yang menuntut secara mental yaitu inspeksi dan control kualitas.
Seringnya tekanan yang dirasakan karyawan terhadap waktu penyelesaian
pekerjaan yang dilakukan dan usaha yang begitu besar dalam penyelesaian
pekerjaannya yang dapat menimbulkan kelelahan dan stres kerja.
2. Dengan rekomendasi berupa pengaturan ulang tata letak di lantai produksi yang
diharapkan akan lebih efektif dan efisien dalam memfokuskan pengawasan.
3. Dapat memberikan pekerjaan kepada karyawan yang berpengalaman menangani
pekerjaan tersebut, dan tentunya kemampuan karyawan dalam penyelesaian
pekerjaannya. Serta karena pekerjaaan tersebut menuntut secara mental (seperti
inspeksi dan kontrol kualitas) memerlukan kesabaran dan kehati-hatian.
6.2 Saran
a. Untuk meningkatkan produktivitas kerja, sebaikanya rekomendasi yang telah
diberikan dapat diterapkan pada departemen Giling dan Pak PT. DJARUM..
b. Untuk penelitian selajutnya, diharapakan dapat mempelajari dan mengamati proses
kerja yang ada di perusahaan dengan lebih detail dan intens, sehingga dapat
menemukan masalah-masalah yang membutuhkan solusi dengan segera guna
perbaikan pada perusahaan tersebut.
72
Daftar Pustaka
Hancock & Meshkati. (2003). Human Mental Workload, Elsevier Science Publisher B.V.,
New York, USA.
Manuaba, A. (2004). Pengaturan Suhu Tubuh dan Water Intake. Bunga Rampai Ergonomi I,
Program Studi ErgonomiFisiologi Kerja Universitas Udayana, Denpasar.
Nurmianto, Eko. (1998). Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya. Surabaya
Rakhmaniar, Merlyn. (2007). Tugas Akhir: Persamaan Prediksi Tingkat Konsumsi Oksigen
Berdasarkan Pengukuran atas Mahasiswi ITB. Teknik Industri-ITB.
Susilowati, S.Y. (2000). Pengaruh Posisi kerja terhadap produktifitas dan keluhan Subjektif
karyawan. Surabaya : Lembaga Penelitian Ubaya.
Sutalaksana, Iftikar (2006), dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Departemen Teknik
Industri ITB
Tarwaka, Bakri, S.H.A, & Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press, Surakarta.
Walpole, Ronald E. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Website (2011) http://digilib.petra.ac.id Definisi Ergonomic
Website (2012) (http://ilestar.blogspot.com/p/climate-chamber.html)
Widyasmara, Wiwied. (2007). Tugas Akhir: Penentuan Konsumsi Oksigen Berdasarkan
Variabel Fisiolgi, Anthropometri, dan Demografi pada Pria Dewasa Muda (Suatu Studi
Awal), Teknik Industri-ITB.
Wignjosoebroto, S. (2007), Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Teknik Analisis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Penerbit Guna Widya. Surabaya.
Wikipedia, Hart, dan Steaveland. (2008). Definisi Beban kerja.
73