Anda di halaman 1dari 5

Nama

: Aziz Yusuf M. Rizki

NIM

: 135010100111096

Mata Kuliah

: Tindak Pidana Dalam KUHP

Gambar Artikel Pencurian Motor1


Dilihat dari kasus diatas, unsur melawan hukum dalam rumusan tindak pidana
pencurian Pasal 362 KUHP termasuk sifat melawan hukum khusus karena dicantumkan
secara tegas dan eksplisit dalam perumusannya. Selain secara tegas, unsur melawan hukum
dalam Pasal 362 KUHP memiliki makna yang berbeda dengan unsur melawan hukum Pasal
lainnya. Melawan hukum dalam rumusan tindak pidana pencurian Pasal 362 berarti tiap
perbuatan mengambil milik orang lain dengan maksud memiliki dilakukan dengan cara yang

http://www.merdeka.com/peristiwa/curi-motor-di-stadion-jatidiri-didik-narto-nyaris-hajarmassa.html

bertentangan dengan hukum dan didasarkan pada niat jahat. Bertentangan dengan hukum
maksudnya bertentangan dengan undang-undang dan hak subyektif orang lain.
Diaturnya unsur melawan hukum secara tegas dalam rumusan tindak pidana
mempunyai arti penting untuk memberikan perlindungan atau jaminan tidak dipidananya
orang yang berhak atau berwenang melakukan perbuatan-perbuatan sebagaimana yang
dirumuskan dalam undang-undang . Selain itu, ditambahkannya unsur melawan hukum dalam
rumusan tindak pidana pencurian bertujuan untuk membatasi ruang lingkup rumusan agar
tidak terlalu luas karena tidak semua perbuatan mengambil seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki merupakan perbuatan melawan hukum.
Sifat melawan hukum perbuatan dalam Pasal 362 KUHP, tidak dilihat dari perbuatan
lahiriah yang telah dilakukan tetapi dilihat dari niat orang yang mengambil barang tersebut.
Oleh sebab itu, dengan dirumuskannya unsur melawan hukum dalam Pasal 362 KUHP
tentang Pencurian, memunculkan konsekuensi bagi Jaksa Penuntut Umum mencantumkan
unsur melawan hukum dalam surat dakwaan sebagai unsur utama tindak pidana yang harus
dapat dibuktikan kebenarannya karena menyangkut hak subjektif seseorang.

Kesimpulan
Unsur melawan hukum dalam rumusan Pasal 362 KUHP mengandung makna sebagai
unsur melawan hukum yang subjektif yaitu suatu perbuatan dapat disebut melawan hukum
apabila perbuatan mengambil barang milik orang lain dengan maksud memilikinya, telah
terbukti dilakukan berdasarkan dengan kehendak atau niat yang jahat dan orang yang
melakukannya sadar telah melakukan perbuatan melawan hukum.

Gambar Artikel Penganiayaan2


Dilihat dari aerikel diatas, bahwa si majikan telah melakukan tindak pidana penganiayaan
ringan yang telah diatur oleh pasal 351 KUHP, yang berbunyi:
1. Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan
bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500.
2. Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, sitersalah dihukum penjara selama-lamanya
lima tahun
3. Jika perbuatan itu menjadikan mati orangnya, dia dihukum penjara selama-lamanya
tujuh tahun
4. Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja
5. Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat di hukum3
Pengenaan pasal ini dikarenakan korban hanya mengalami lebam di daerah muka dan
bagian tubuh tertentu yang tidak megakibatkan kematian atau luka berat yang dapat
mengganggu aktifitasnya sehari hari atau jabatannya. Pemberian kualifikasi sebagai
penganiayaan biasa yang dapat disebut juga dengan penganiayaan bentuk pokok terhadap
2
3

http://www.merdeka.com/peristiwa/kerja-tak-becus-prt-di-jambi-dianiaya-majikan.html
Pasal 351 KUHP

ketentuan Pasal 351 KUHP sungguh tepat, setidak-tidaknya untuk membedakannya dengan
bentuk-bentuk penganiayaan lainnya.
Dalam doktrin/ilmu hukum pidana, berdasarkan sejarah pembentukan dari Pasal 351
KUHP di atas, penganiayaan diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
untuk menimbulkan rasa sakit (pijn) atau luka (letsel) pada tubuh orang lain.
Menurut doktrin penganiayaan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:4
a) Adanya rasa sakit
b) Adanya perbuatan
c) Adanya akibat perbuatan (yang dituju), yakni: rasa sakit pada tubuh, dan luka pada
tubuh.
Unsur yang pertama adalah berupa unsur subjektif (kesalahan), unsur kedua dan ketiga
berupa unsur objektif.
Berdasarkan doktrin dan pendapat dari arrest-arrest HR, maka dapat ditarik kesimpulan
perihal arti penganiayaan ialah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada tubuh orang lain, yang akibat mana
semata-mata merupakan tujuan si petindak.
Pengertian seperti yang baru disebutkan di atas itulah yang banyak dianut dalam praktek
hukum selama ini. Dari pengertian itu, maka penganiayaan mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Adanya kesengajaan
2. Adanya perbuatan
3. Adanya akibat perbuatan (dituju) yakni (1) rasa sakit, tidak enak pada tubuh (2)
lukanya tubuh.
4. Akibat mana menjadi tujuan satu-satunya.
5. Penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP)
Kejahatan yang diberi kualifikasi sebagai penganiayaan ringan oleh UU ialah
penganiyaaan yang dimuat dalam Pasal 352 KUHP, yang rumusannya sebagai berikut:
1) kecuali yang tersebut dalam Pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian, dipidana sebagai penganiyaan ringan, dengan pidana penjara paling lama
3 bulan atau pidana denda paling banyak Rp 4.500.
2) Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap
orang yang berkerja padanya atau menjadi bawahannya 5.
4
5

http://www.negarahukum.com/hukum/kejahatan-terhadap-tubuh.html
Pasal 352 KUHP

Penganiyaaan bentuk ringan tidak terdapat dalam WvS Belanda. Dengan dibentuknya
penganiayaan ringan ke dala KUHP kita adalah sebagai perkecualian dari asas concordantie.
Dalam rumusan di atas terdapat ketentuan, yakni:
1. Mengenai batasan dan ancaman pidana bagi penganiayaan ringan
2.

Alasan pemberatan pidana pada penganiayaan ringan

Batasan penganiyaan ringan adalah penganiayaan yang:


1. Bukan berupa penganiayaan berencana (Pasal 353 KUHP)
2. Bukan penganiayaan yang dilakukan:
a) Terhadap ibu atau bapaknya yang sah, istri atau anaknya
b) Terhadap pengawai negeri yang sedang dan atau karena menjalankan tugasnya
yang sah.
c) Dengan memasukkan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau untuk dimakan
atau diminum (Pasal 356 KUHP).
3. Tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian.
Tiga unsur itulah, di mana unsur b dan c terdiri dari beberapa alternatif, yang harus dipenuhi
untuk menetapkan suatu penganiayaan sebagai penganiayaan ringan. Dengan melihat unsur
penganiayaan ringan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penganiayaan ringan tidak mungkin
terjadi pada penganiayaan berencana (Pasal 353 KUHP) dan penganiayaan terhadap orangorang yang memiliki kualitas tertentu dalam Pasal 356 KUHP, walaupun pada penganiayaan
berencana itu tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencaharian.

Kesimpulan
Pemberian pasal ini dirasa sudah tepat karena dari luka yag korban alami masuk
dalam unsur tindak pidana penganiayaan ringan yaitu bukan berupa penganiayaan berencana
(Pasal 353 KUHP), penganiayaan terhadap orang-orang yang memiliki kualitas tertentu
dalam Pasal 356 KUHP, tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencaharian.

Anda mungkin juga menyukai