Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di
Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia
data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke
empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit. Di negara maju
diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan dinegara
berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta
diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya.
WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan
mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun
sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan
terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah
sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan.
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter
jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya
disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh
Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien
diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi,
berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk
penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.
B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah selain untuk menyelesaikan salah
satu tugas kepaniteraan klinik stase pediatri, juga untuk mengetahui serta
mempelajari lebih jauh mengenai kasus diare hingga penatalaksanaan yang tepat
pada pasien di lapangan.
1

BAB II
KASUS

A. Identitas
Nama Pasien

: An. R

Usia

: 8 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Nama Orangtua
Ayah

: Tn.A

Ibu

: Ny.D

Pekerjaan Orangtua
Ayah

: Buruh

Ibu

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: jl. Promoya Gg semboja RT 01/08, cianjur

Tanggal Masuk RS

: 21 september 2010

No RM

: 416275

B. Anamnesis (alloanamnesis)
Keluhan Utama
Berak-berak sejak 5 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Berak-berak sejak 5 hari SMRS dengan konsistensi cair yang awalnya
masih bercampur ampas makanan lalu lama kelamaan hanya berupa cairan, setiap
harinya mencapai 10 kali, volume feses banyak, feses berwarna kuning disertai
lendir tapi tidak ada darah dan berbau seperti bau feses biasa. 2 hari SMRS, OS
panas yang timbul secara mendadak, panas naik turun sepanjang hari, tidak ada
perbedaan antara pagi dan malam hari. Keluhan panas tidak disertai dengan
menggigil, kejang, mengigau, meracau. Jika diberi minum, OS masih mau minum
seperti biasa, saat menangis air mata masih ada, OS terlihat lemas dan tidak rewel.
Frekuensi BAK tidak diketahui karena BAK bersamaan dengan BAB. Tidak ada

riwayat makan makanan di luar kebiasaan makan OS sehari-hari. Tidak ada


muntah, tidak ada batuk dan pilek maupun sesak napas.

Riwayat Penyakit Dahulu


OS pernah mengalami berak-berak sebelumnya tetapi keluhannya tidak
seberat yang dialami saat ini. Anak juga sering demam dan batuk berulang.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan OS di keluarga.
Riwayat penyakit TB di keluarga di sangkal.

Riwayat pengobatan
Sudah berobat ke dokter dan minum obat sirup (ibu tidak tahu obat apa)
dan oralit (renalit) tapi tidak ada perbaikan.

Riwayat alergi
Riwayat alergi obat disangkal. Riwayat alergi makanan disangkal.

Riwayat Kehamilan
OS merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Selama kehamilan, ibu
melakukan ANC secara teratur di bidan. Tidak ada penyulit selama kehamilan
berlangsung.

Riwayat Persalinan
Lahir spontan di RS dengan bantuan bidan. Lahir cukup bulan (9 bulan).
Saat lahir, pasien langsung menangis. BB lahir 3000 gram, PB lahir 48 cm.

Riwayat Makanan
ASI hanya diberikan sampai usia 1 bulan, karena menurut ibu ASI nya
sudah tidak keluar, setelah itu diberi susu formula sampai usia 6 bulan, lalu
sampai saat ini selain ASI dan susu formula ditambahkan serelac. Susu formula

diberikan 4 kali per hari dan serelac 3 kali setiap hari. Anak belum dikenalkan
dengan buah-buahan maupun nasi tim.

Riwayat Imunisasi
-

Imunisasi BCG 1x, saat usia 1 bulan

Imunisasi DPT 1x, saat usia 2 bulan

Imunisasi Polio 1x, saat usia 2 bulan

Imunisasi Hepatitis B 2x, saat lahir dan usia 2 bulan

Imunisasi Campak : belum

Kesan imunisasi belum lengkap

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan (8 bulan)


o Motorik kasar : sudah bisa merangkak, tengkurap dan berbalik sendiri
o Motorik halus : memindahkan benda dari 1 tangan ke tangan lain
o Bahasa : mengucapkan satu kata seperti mama, papa
o Sosial : berpartisipasi dalam permainan
Kesan riwayat tumbuh kembang sesuai dengan usia

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

Tanda Vital
Suhu

: 36,1 C

Nadi

: 120x/menit regular

Pernapasan

: 40x/menit

Tekanan darah : tidak dilakukan

Antropometri
BB

: 6,2 kg

PB

: 64 cm

LK

: 43 cm
4

Status Gizi
BB/U : 6,2/8,8 x 100% = 70%
PB/U : 64/70 x 100% = 91%
BB/TB : 6,2/7 x 100% = 88 %
Kesan KEP ringan

Status Generalis
Kepala

: normocephali, UUB cekung (-)

Rambut

: hitam, distribusi merata

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (+/+)

Hidung

: sekret (-/-)

Mulut

: bibir sianosis (-), bibir kering (+)

Telinga

: serumen (-/-)

Leher

:Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe

Thorax
Pulmo
-

Gerakan dinding dada simetris

Retraksi sela iga (-)

Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)

Ictus cordis tidak terlihat

Bunyi jantung 1 dan 2 tunggal.

Murmur (-), gallop (-)

Cor

Abdomen
-

Distensi abdomen (-)

Turgor kulit kembali lambat

Hipertimpani (+)

Bising usus (+) meningkat

Anogenital

: kemerahan dan lecet pada anus (-)

Extremitas

: akral hangat (+), edema (-)

D. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Leukosit

: 13.100 /L

Limfosit % : 64.6 %
Monosit

: 6.2 %

Granulosit : 29.2%
Limfosit : 8.5 /L
Monosit

: 0.8 /L

Granulosit : 3.8 /L
Eritrosit

: 4.51 106/L

Hemoglobin

: 12,3 gr/dl

Hematokrit

: 34 gr%

MCV

: 75.4 fl

MCH

: 27.3 pg

MCHC

: 36.2 g/dl

Trombosit

: 324 ribu

RDC

: 13.1 %

PCT

: 0.12 %

MPV

: 3.8 fl

PDW

: 18.7 %

E. Resume
Bayi laki-laki usia 8 bulan datang ke rumah sakit dengan keluhan berakberak sejak 5 hari SMRS dengan konsistensi cair yang awalnya masih bercampur
ampas makanan lalu lama kelamaan hanya berupa cairan, setiap harinya mencapai
10 kali, volume feses banyak, feses berwarna kuning disertai lendir tapi tidak ada
darah dan berbau seperti bau feses biasa. 2 hari SMRS, OS panas yang timbul
secara mendadak, panas naik turun sepanjang hari, tidak ada perbedaan antara
pagi dan malam hari. Jika diberi minum, OS masih mau minum seperti biasa, saat
menangis air mata masih ada, OS terlihat lemas dan tidak rewel. Frekuensi BAK

tidak diketahui karena BAK bersamaan dengan BAB. Sudah berobat ke dokter
dan minum obat sirup (ibu tidak tahu obat apa) dan oralit (renalit) tapi tidak ada
perbaikan. Sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama tetapi tidak seberat
saat ini dan di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan OS.
Riwayat kehamilan dan persalinan OS tidak ada masalah. Riwayat makan
pada OS saat ini berupa ASI, susu formula, dan bubur susu. OS belum dikenalkan
dengan buah-buahan maupun nasi tim.
Riwayat imunisasi pada OS belum lengkap dan riwayat tumbuh
kembangnya sesuai dengan usia anak.
Pada

pemeriksaan

fisik

didapatkan

anak

tampak

sakit

sedang,

kesadarannya kompos mentis, tanda-tanda vital dalam batas normal, status gizi
termasuk dalam KEP ringan, mata cekung, bibir kering, turgor kulit kembali
lambat, hipertimpani dan bising usus yang meningkat. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan leukositosis.

F. Diagnosis
Diagnosis banding :
-

Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang ec viral infection


Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang ec bacterial infection

Diagnosis kerja : Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang ec viral infection
G. Tatalaksana
1. Rehidrasi oral dengan oralit 75 cc/kgBB selama 3 jam (465 cc/3 jam)
2. Infus RL (6,2 x 130) / 96 = 8 tetes makro/menit
3. New oralit 50 cc tiap BAB
4. Zinc 1x1 cth
H. Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad xanationam : dubia ad bonam

I.

Follow up

Tanggal 22 september 2010


S : masih mencret 6x, konsistensi cair dan ada ampas nya sedikit, warna
kuning, ada lendir, tidak ada darah. Sudah tidak panas. Anak mau
minum susu, tidak rewel.
O : tampak sakit ringan, compos mentis

Nadi : 120 x/menit; RR : 40 x/menit; suhu : 370C


Mata cekung (-/-)
Bibir kering (-/-)
Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/S1 dan S2 normal, reguler
Turgor kulit kembali cepat
Hipertimpani, BU (+) meningkat

A : diare akut tanpa dehidrasi


P : Infus RL (6,2 x 130) / 96 = 8 tetes makro/menit
New oralit 50 cc tiap BAB
Zinc 1x1 cth

Tanggal 23 september 2010


S : masih mencret 4x, konsistensi cair dan ada ampas nya, warna kuning,
tidak ada lendir dan darah. Anak sudah lebih aktif dibandingkan
kemarin.
O : tampak sakit ringan, compos mentis
-

Nadi : 106 x/menit; RR : 45 x/menit; suhu : 36,10C


Mata tidak cekung
Bibir basah
Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/S1 dan S2 normal, reguler
Turgor kulit kembali cepat
Timpani, BU (+) meningkat

A : diare akut tanpa dehidrasi


P : Infus RL (6,2 x 130) / 96 = 8 tetes makro/menit
New oralit 50 cc tiap BAB
Zinc 1x1 cth

Tanggal 24 september 2010


S : semalam masih mencret 2x, konsistensi lunak, warna kuning, tidak ada
lendir maupun darah. Pagi ini belum BAB.
O : tampak sakit ringan, compos mentis
-

Nadi : 100 x/menit; RR : 36 x/menit; suhu : 360C


Mata tidak cekung
Bibir basah
Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/S1 dan S2 normal, reguler
Turgor kulit kembali cepat
Timpani, BU (+) normal

A : diare akut tanpa dehidrasi


P : Infus RL (6,2 x 130) / 96 = 8 tetes makro/menit
New oralit 50 cc tiap BAB
Zinc 1x1 cth
Observasi sampai sore

J.

Analisa kasus
Anamnesis
Penderita adalah bayi berusia 8 bulan yang berjenis kelamin laki-laki. Diare

merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. penelitian
WHO mendapatkan bahwa episode diare pada bayi dan balita berkisar antara 2-8
kali per tahun. Telah lama diduga bahwa virus merupakan penyebab utama
terjadinya diare. Rotavirus merupakan penyebab utama diare pada bayi dan anakanak terutama anak kelompok usia 6 bulan-2 tahun.

Berdasarkan referensi, Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi
yang meningkat lebih dari 3x/hari dengan konsistensi tinja cair, bersifat
mendadak, dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare karena
infeksi dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman baik virus, bakteri, atau
parasit lainnya. Hal ini berarti seorang anak yang mengalami diare dapat
menunjukkan gejala-gejala yang berbeda-beda tergantung dari penyebab diarenya
itu.
Hasil dari anamnesa di ketahui bahwa OS BAB dengan konsistensi cair,
sebanyak 10 kali setiap harinya, yang awalnya masih bercampur ampas makanan
lalu lama kelamaan hanya berupa cairan, volume feses banyak. Infeksi saluran
pencernaan yang disebabkan suatu virus yang disebut rotavirus akan
menyebabkan diare yang encer. Adanya darah dan lendir perlu diketahui karena
jika dalam kotoran anak ditemui darah, yang berarti ada kerusakan pada lapisan
saluran pencernaan akibat aktivitas kuman. Selain itu, dapat pula dijumpai lendir
di kotorannya. Umumnya diare seperti ini disebabkan oleh bakteri seperti
Shigella. Diare tanpa adanya darah biasanya disebabkan oleh virus, parasit atau
toksin yang dihasilkan oleh bakteri. Bau feses juga dapat memberikan gambaran
kuman penyebab diare, seperti feses yang berbau busuk atau anyir jika feses
bercampur darah. Tinja seperti cucian beras khas pada kolera.
Pada kasus, keluhan diare disertai dengan demam yang timbul mendadak,
naik turun sepanjang hari, tidak ada perbedaan antara pagi dan malam hari. Perlu
ditanyakan apakah keluhan demam disertai kejang, menggigil, mengigau,
meracau atau manifestasi perdarahan untuk mengetahui kemungkinan keluhan
demam tersebut disebabkan

oleh penyebab lain selain diare yang sedang

berlangsung. Diare yang disertai demam biasanya disebabkan oleh virus,


walaupun pada diare yang disebabkan bakteri juga dapat timbul menifestasi
demam. Sebagian besar kuman yang menyebabkan diare juga dapat menyebabkan
gejala-gejala lain seperti demam, hilangnya nafsu makan, nyeri perut, kram perut,
mual, muntah, hilangnya berat badan, dan terutama dehidrasi. Oleh karena itu
penting untuk menentukan derajat dehidrasi anak dengan menanyakan apakah saat
10

menangis air mata masih ada, frekuensi BAK dalam 6 jam terakhir dan
kemampuan anak untuk minum serta upaya rehidrasi yang telah dilakukan pada
anak.
Penularan diare terjadi secara fekal-oral. Kejadian diare terutama karena
adanya kontaminasi air atau makanan oleh kuman, maka penting untuk
menanyakan riwayat makanan yang dimakan sebelum anak sakit maupun riwayat
diare di lingkungan keluarga. Selain itu pada riwayat keluarga juga perlu
ditanyakan riwayat penyakit TB pada anggota keluarga, hal ini penting karena
anak memiliki riwayat sering demam dan batuk yang berulang.
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak, perlu ditanyakan
riwayat kehamilan dan persalinan, riwayat imunisasi maupun riwayat makanan
anak. Anak yang mengalami masalah selama masa kehamilan dan persalinannya
dapat mengalami gangguan pertumbuhan maupun perkembangan. Anak dengan
riwayat imunisasi yang tidak lengkap, cenderung mudah mengalami penyakit
infeksi karena imunitas yang rendah. Dengan mengetahui riwayat makanan, dapat
dinilai apakah kualitas dan kuantitasnya adekuat, yakni memenuhi angka
kecukupan gizi yang dianjurkan. Pada kasus diatas, status gizi anak termasuk
dalam KEP ringan, hal ini dapat berhubungan dengan riwayat imunisasi dan
riwayat makan pasien. Karena imunisasinya tidak lengkap, anak mudah terserang
penyakit infeksi sehingga anak sering sakit-sakitan. Pada usianya (8 bulan)
seharusnya anak sudah dikenalkan dengan buah-buahan maupun nasi tim, tetapi
pada kasus ini anak belum dikenalkan dengan kedua jenis makanan tersebut.
Kedua hal tersebut dapat menyebabkan berat badan anak tidak mengalami
peningkatan.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan kesadaran penderita tergantung dari derajat dehidrasi,
mulai dari tampak sakit ringan sampai dengan tampak sakit berat dan dari kompos
mentis sampai koma bahkan dapat terjadi kematian jika kondisi syok hipovolemik

11

(nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur) yang terjadi tidak ditatalaksana
dengan benar. Pada kasus ini, keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan
kesadaran kompos mentis dan tanda-tanda vitalnya dalam batas normal.
Status gizi pada kasus dilihat dari BB/U dan BB/PB, dimana didapatkan
bahwa status gizi pasien ini termasuk dalam Kurang Energi Protein (KEP) ringan.
Diare yang terjadi dapat memperburuk status gizi pasien karena dehidrasi yang
dialaminya dan intake cairan yang berkurang.

Diare yang terjadi dapat pula

dikarenakan status gizi yang kurang baik sehingga mudah terjadi infeksi.
Tanda-tanda dehidrasi harus dicari pada pasien diare karena hal ini penting
untuk menentukan terapi yang akan diberikan. Tanda-tanda dehidrasi yang
ditemukan pada pasien ini antara lain mata cekung, air mata tidak diketahui
karena anak tidak sedang menangis tapi menurut keterangan ibu saat menangis air
mata ada, bibir kering, turgor kulit kembali lambat.
Pada pemeriksaan fisik abdomen ditemukan hipertimpani dengan bising
usus yang meningkat yang menandakan terjadi peningkatan aktifitas pada saluran
cerna terutama usus. Pada pemeriksaan fisik didaerah anogenital tidak terdapat
kemerahan dan lecet yang menandakan bahwa diare yang terjadi bukan karena
intoleransi laktosa.
Pemeriksaan laboratorium
Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari
pemeriksaan feses yakni adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung
leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik infeksi
maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus diperiksa
sesegera mungkin. Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau
kehilangan cairan harus diperiksa kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum,
kreatinin, analisa gas darah dan pemeriksaan darah lengkap. Pada kasus, tidak
dilakukan analisa terhadap tinja, hanya dilakukan pemeriksaan darah yang hasil
nya limfisitosis yang menunjukkan adanya infeksi.

12

Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis diare diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan dibantu dengan pemeriksaan analisa tinja untuk mengetahui etiologi yang
menyebabkan diare tersebut. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada pasien ini, diagnosis kerja yang timbul adalah diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang et causa infeksi virus karena :

buang air besar dengan frekuensi yang meningkat yakni 10x/hari dengan
konsistensi tinja cair, dan berlangsung selama 5 hari

volume feses banyak, feses berwarna kuning, tidak ada darah dan berbau
seperti bau feses biasa

disertai demam

OS masih mau minum seperti biasa, saat menangis air mata masih ada, OS
terlihat lemas dan tidak rewel

Pada

pemeriksaan

fisik

didapatkan

anak

tampak

sakit

sedang,

kesadarannya kompos mentis, tanda-tanda vital dalam batas normal, mata


cekung, bibir kering, turgor kulit kembali lambat, hipertimpani dan bising
usus yang meningkat serta tidak terdapat kemerahan dan lecet pada anus.
Diagnosis kerja diatas dapat didiagnosis banding dengan diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang et causa infeksi bakteri karena :

BAB konsistensi cair >3x/hari yang berlangsung selama 5 hari

Terdapat lendir pada feses dimana kemungkinan penyebabnya adalah


Escherichia coli patogen

Tatalaksana
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang
adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan
rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak

13

dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena
yang membahayakan jiwa.
Pada kasus ini, pasien tergolong dalam dehidrasi ringan sedang sehingga di
tatalaksana dengan rencana terapi B.

Oralit 75 cc/kgBB selama 3 jam (465 cc/3 jam)

Tunjukkan pada ibu cara pemberian oralit

Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan

Tunjukkan cara memberikannya, sesendok teh tiap 1-2 menit (<2


tahun) dan beberapa teguk dari cangkir pada anak yang lebih tua

Bila muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan pemberian oralit


tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2-3 menit

Berikan tablet zink selama 10 hari

<6 bulan : 10 mg { tablet atau I cth (zinc syrup 10 mg/5 ml)}


per hari

>6 bulan : 20 mg (1 tablet atau II cth) per hari

Karena OS berusia 8 bulan maka zinc syrup seharusnya diberikan


sebanyak 2 sendok teh per hari

14

Nilai kembali setelah 3 jam klasifikasi derajat dehidrasi lalu


tentukan rencana terapi yang sesuai (A/B/C)

Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana terapi A, bila dehidrasi


telah hilang, anak biasanya mengantuk dan tidur

Bila menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulang rencana terapi


B, tetapi tawarkan makanan, susu dan buah seperti rencana terapi
A

Bila menunjukkan dehidrasi berat, ganti ke rencana terapi C

Pada dehidrasi ringan/sedang tidak diperlukan terapi cairan melalui


intravena

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi dan mencegah


berkurangnya berat badan. ASI dan susu formula diberikan lebih sering dari
biasanya. Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti,
pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan anak.
Pada kasus ini diare disertai dengan KEP ringan, maka setelah dehidrasi
teratasi tatalaksana pada KEP ringan dapat diberikan, seperti penyuluhan
gizi/nasihat pemberian makanan di rumah, teruskan pemberian ASI sampai usia 2
tahun.

Prognosis
Prognosis pada kasus ini adalah baik selama dilakukan penggantian cairan
yang adekuat dan perawatan yang mendukung sehingga :

tidak menimbulkan kematian

organ dapat berfungsi dengan baik

dapat terjadi diare berulang jika tidak dilakukan upaya pencegahan


yang baik

15

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA DIARE AKUT
A.

Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari
14 hari.
B.

Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan

3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama
kehidupan. Hasil survei oleh Depkes, diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000
sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada
tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab
utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian
bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan
peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan
secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat.

C.

Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh

gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik.


Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi
kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat

16

diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan


diare pada anak dan bayi.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 60%)
sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus,
Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia,
Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile, Clostridium
perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococus
aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare
oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium,
Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski,
Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.
D.

Faktor resiko
Perilaku yg menyebabkan penyebaran kuman meningkat :

Tidak memberikan ASI secara penuh utk 4-6 bulan pertama

Menggunakan botol susu

Menyimpan makanan masak pada suhu kamar

Menggunakan air minum yg tercemar oleh bakteri yg berasal dari tinja

Tidak mencuci tangan sesudah BAB, sesudah membuang tinja atau


sebelum masak

Tidak membuang tinja dengan benar


Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan tehadap diare :

Kurang gizi/malnutrisi

Campak

Imunodefisiensi/imunosupresi

Umur 2 tahun pertama rentan

Variasi musiman

Infeksi asimtomatik
17

E.

Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu

diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik
terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan
difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat
yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan
menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi,
post reseksi usus serta hipertiroid.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi
dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru
yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP,
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini
dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti
susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak
sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahanbahan kimia. Beberapa macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi

18

penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora normal usus sehingga organisme
yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan berkembang bebas.
F.

Cara penularan
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang

terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat


terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.

G.

Manifestasi klinis
Manifestasi klinis diare akibat virus dan bakteri berbeda. Gejala klinis yang

didapat pada diare akibat Rotavirus antara lain :


BAB cair 5 - 10 x/hari.
Volume tinja banyak, warna kuning-hijau, konsisten cair, tidak ada darah,
tidak berbau, tidak berbuih.
Masa tunas 12 - 72 jam.
Lamanya sakit 5 - 7 hari.
Sering terjadi pada musim dingin.
Panas.
Sering mual-muntah.
Nyeri perut, tenesmus.
Ditemukan virus dalam tinja.
Penderita dengan kasus ringan gejalanya berlangsung selama 3-5 hari,
kemudian sembuh sempurna. Diare karena Adenovirus cenderung ringan dan
sembuh sendiri. Gejalanya meliputi demam ringan, tinja cair, muntah dan
kadang-kadang ada gejala-gejala pernafasan.

Manifestasi klinis diare yang disebabkan oleh bakteri berbeda berdasarkan


etiologinya masing-masing.
Stafilococcus aureus
Keracunan makanan karena stafilokokkus disebabkan asupan makanan yang
mengandung toksin stafilokokkus. Gejala terjadi dalam waktu 1 6 jam setelah

19

asupan makanan terkontaminasi. Sekitar 75 % pasien mengalami mual, muntah,


dan nyeri abdomen, yang kemudian diikuti diare sebanyak 68 %. Demam sangat
jarang terjadi. Lekositosis perifer jarang terjadi, dan sel darah putih tidak terdapat
pada pulasan feses. Masa berlangsungnya penyakit kurang dari 24 jam.

Bacillus cereus
Enterotoksin dari B. cereus menyebabkan gejala muntah dan diare, dengan
gejala muntah lebih dominan. Gejala dapat ditemukan pada 1 6 jam setelah
asupan makanan terkontaminasi, dan masa berlangsungnya penyakit kurang dari
24 jam. Gejala akut mual, muntah, dan nyeri abdomen, yang seringkali berakhir
setelah 10 jam.

Clostridium perfringens
Gejala berlangsung setelah 8 24 jam setelah asupan produk-produk daging
yang terkontaminasi, diare cair dan nyeri epigastrium, kemudian diikuti dengan
mual, dan muntah. Demam jarang terjadi. Gejala ini akan berakhir dalam waktu
24 jam.

Vibrio cholerae
Gejala awal adalah distensi abdomen dan muntah, yang secara cepat menjadi
diare berat, diare seperti air cucian beras. Pasien kekurangan elektrolit dan volume
darah. Demam ringan dapat terjadi.

Escherichia coli patogen


Kebanyakan pasien mengalami gejala ringan yang terdiri dari diare cair,
mual, dan kejang abdomen. Diare berat jarang terjadi, dimana pasien melakukan
BAB lima kali atau kurang dalam waktu 24 jam. Lamanya penyakit ini rata-rata 5
hari. Demam timbul pada kurang dari 1/3 pasien. Feses berlendir tetapi sangat
jarang terdapat sel darah merah atau sel darah putih. Lekositosis sangat jarang
terjadi.

20

Shigella
Secara klasik, Shigellosis timbul dengan gejala adanya nyeri abdomen,
demam, BAB berdarah, dan feses berlendir. Gejala awal terdiri dari demam, nyeri
abdomen, dan diare cair tanpa darah, kemudian feses berdarah setelah 3 5 hari
kemudian. Lamanya gejala rata-rata pada orang dewasa adalah 7 hari, pada kasus
yang lebih parah menetap selama 3 4 minggu.

Campylobakter
Manifestasi klinis infeksi Campylobakter sangat bervariasi, dari asimtomatis
sampai sindroma disentri. Masa inkubasi selama 24 -72 jam setelah organisme
masuk. Diare dan demam timbul pada 90% pasien, dan nyeri abdomen dan feses
berdarah hingga 50-70%. Gejala lain yang mungkin timbul adalah demam, mual,
muntah dan malaise. Masa berlangsungnya penyakit ini 7 hari.

H.

Langkah Diagnosis
Anamnesis
Sudah berapa lama diare berlangsung, berapa kali sehari, warna dan
konsistensi tinja, lendir dan/darah dalam tinja, adanya muntah, anak
lemah, kesadaran menurun, rasa haus, rewel, kapan terakhir kencing.
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Anak minum ASI atau susu formula, apakah anak makan makanan yang
tidak biasa
Apa ada yang menderita diare disekitarnya, dari mana sumber air minum
Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak
Diagnosa
Diare cair akut

Didasarkan pada keadaan


- Diare lebih dari 3 kali/hari berlangsung < 14
hari
- Tidak mengandung darah

Kolera

- Diare air cucian beras yang sering, banyak

21

dan cepat menimbulkan dehidrasi berat,


atau
- Diare dengan dihidrasi berat selama terjadi
KLB kolera atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk
Vibrio cholerae
Disentri

Diare disertai darah

Diare persisten

Diare berlangsung selama 14 hari

Diare dengan gizi buruk

Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi


buruk

Diare terkait antibiotik

Mendapat

pengobatan

antibiotik

oral

spektrum luas
Invaginasi

- Dominan darah dan lendir dalam tinja


- Massa intraabdominal
- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Pemeriksaan fisik
Timbang BB
Perhatikan tingkat kesadaran anak
Cari tanda-tanda dehidrasi ringan, sedang, berat
Tanda invaginasi ( massa intraabdominal, tinja hanya lendir dan darah)

22

Menilai dehidrasi
Tabel 2. Penilaian derajat dehirasi pada diare akut
PENILAIAN

DIARE TANPA
DEHIDRASI

DIARE

DIARE DEHIDRASI BERAT

DEHIDRASI
RINGAN SEDANG

LIHAT:
KEADAAN UMUM

Baik, sadar

* Gelisah, rewel

* Lesu, lunglai, anak tdk sdr

Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung dan kering

Air mata

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Mulut dan lidah

Basah

Rasa haus

Kering

Minum biasa

Sangat kering

* Haus

* Malas minum, tdk bs mnm

PERIKSA:
Turgor kulit
% TURUN BB
Estimasi def.cairan

Kembali cepat
<5%
50 %

Rencana pengobatan Rawat di rumah

* Kembali lambat
5 10 %

* Kembali sangat lambat


> 10 %

50 100 %

> 100 %

Rehidrasi: rawat rmh Rawat inap


atau rawat
Sumber : Sandhu 200115.

Diare dengan dehidrasi ringan sedang atau dehidrasi berat bila didapatkan 1 gejala
dengan tanda * ditambah 1 atau lebih gejala lain.

I.

Tatalaksana
Prinsip utama tatalaksana diare adalah penggantian cairan serta garam dan

mineral yang hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah
cairan yang hilang dan beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis terapi
yang akan diberikan. Cairan ini dapat diberikan baik melalui mulut ataupun
melalui infus bila anak mengalami dehidrasi berat.
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi
antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.

23

Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti anti


spasmodik/spasmolitik tidak dianjurkan untuk dipakai, karena akan memperburuk
keadaan. Obat ini dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi
usus, gangguan digesti dan absorpsi lainnya. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi
perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat.
Obat-obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pectin, narit, dan
sebagainya, telah terbukti tidak bermanfaat. Obat-obat stimulans seperti adrenalin,
nikotinamide dan sebagainya, tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi
beratnya karena penyebabnya adalah kehilangan cairan (hipovolemic shock),
sehingga pengobatan yang paling tepat yaitu pemberian cairan secepatnya.

Rencana terapi A (diare tanpa dehidrasi)


-

Pengobatan diare di rumah

Berikan cairan lebih banyak dari biasanya


o Oralit, cairan RT (air tajin, sup, yogurt, air)

Berikan makanan cegah kurang gizi


o ASI, susu formula yg biasa diberikan
o Sari buah segar (pisang : kalium)
o Makanan tambahan selama & setelah diare (2 mg)

Bawa anak ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari
atau menderita sebagai berikut :
o Buang Air besar cair lebih sering
o Muntah berulang-ulang
o Rasa haus yang nyata
o Makan atau Minum sedikit
o Demam
o Tinja berdarah

24

Jika akan diberi larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah
oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan diberikan oralit
yang cukup untuk 2 hari
Umur

Jumlah oralit tiap Jumlah

oralit

yang

BAB

disediakan di rumah

< 1 tahun

50-100 cc

400 ml /hari ( 2 bungkus)

1-4 tahun

100-200 cc

600 800 ml/ hari ( 3-4


bungkus)

>5 tahun

200-300 cc

800 1000 ml/hari ( 4-5


bungkus)

Dewasa

300-400 cc

1200 2800 ml / hari

Rencana terapi B (diare dengan dehidrasi ringan/sedang)


-

Upaya rehidrasi oral (URO)

Oralit untuk 3 jam pertama


< 1 tahun

1-5 tahun

Ada timbangan
Tidak

>5tahun

Dewasa

75 cc/kgBB
ada 300 cc

600 cc

1200 cc

2400 cc

timbangan

Tunjukkan pada ibu cara pemberian oralit

Berikan tablet zink selama 10 hari

Nilai kembali setelah 3 jam klasifikasi derajat dehidrasi lalu tentukan


rencana terapi yang sesuai (A/B/C)

Rencana terapi C (diare dengan dehidrasi berat)


-

Beri cairan intravena secepatnya

25

Umur

Pemberian pertama

Pemberian

30 ml/kgBB selama

berikutnya
70 ml/kgBB selama

Bayi (<12 bulan)

1 jam*

5 jam

Anak (sampai 5 tahun)

30 menit*

2,5 jam

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba
-

Beri oralit segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam
pada bayi atau 1-2 jam pada anak dan beri tablet zinc

Periksa kembali bayi setelah 6 jam atau anak setelah 3 jam, klasifikasi
dehidrasi kemudian pilih rencana terapi yang sesuai

Bila tidak tersedia fasilitas pemberian cairan intravena, rehidrasi


dilakukan dengan pipa nasogastrik

Oralit 20 ml/kgBB/jam selama 6 jam

Evaluasi penderita setiap 1-2 jam

Muntah, kembung, tidak perbaikan dalam 3 jam rujuk untuk


pengobatan IV

Sesudah 6 jam klasifikasi dehidrasi kemudian pilih rencana terapi


yang sesuai

J.

Komplikasi
- Dehidrasi
- Gangguan keseimbangan asam basa
- Gangguan sirkulasi
- GGA
- Hipoglikemia
- Gangguan gizi

K.

Prognosis
26

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan


terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat
baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan
penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut
usia.

L.

Pencegahan
Hasil penelitihan terakhir menunjukkan ,bahwa cara pencegahan yang benar

dan efektif yang dapat dilakukan adalah :


- Memberikan ASI
- Memperbaiki makanan pendamping ASI
- Menggunakan air bersih yang cukup
- Mencuci Tangan
- Menggunakan Jamban
- Membuang tinja bayi yang benar
- Memberikan imunisasi campak

27

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu dengan pemeriksaan
laboratorium berupa pemeriksaan darah rutin, diagnosis dari kasus diatas adalah
diare akut dengan dehidrasi ringan sedang et causa infeksi virus yang disertai
dengan Kurang Energi Protein (KEP) ringan.
Pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan untuk memperkuat diagnosa
adalah pemeriksaan/analisa feses karena dapat diketahui pada feses pasien
tersebut mikroorganisme apa yang menjadi penyebab diarenya.
Penatalaksanaan yang diberikan meliputi rehidrasi oral dengan oralit,
memberikan ASI dan susu formula lebih sering dari biasanya, memberikan
makanan yang biasa dimakan seperti bubur sedikit-sedikit tetapi sering untuk
mencegah atau mengembalikan berat badan yang hilang akibat diare serta
memperbaiki status gizi pasien, berikan sari buah atau pisang untuk menambah
kalium dan pemberian zinc selama 10 hari. Setelah dehidrasi teratasi, berikan
terapi untuk KEP ringan.
Prognosis pada pasien ini baik selama rehidrasi dan perawatan dilakukan
dengan baik.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada ibu dalam kasus ini antara lain :

Upaya pencegahan terhadap diare lebih baik

dibandingkan upaya

penanggulangan diare. Oleh sebab itu peran ibu pada kasus diare sangat
dominan.

Melengkapi status imunisasi anaknya.

Memperkenalkan makanan lain selain susu formula dan bubur susu seperti
buah-buahan dan nasi tim

28

DAFTAR PUSTAKA

Feigin, Stadler, Diare : dalam Behrman, Vaughan, Nelson Ilmu Kesehatan Anak
Bagian 2. Jakarta : EGC.

Herman,diki pribadi. Pediatri Praktis edisi 3. Bandung. 2007


Juffrie, Mohammad. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Ikatan
Dokter Anak Indonesia : Jakarta. 2010
Pedoman Tatalaksana Diare. Available from :
http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf.

Risan,neli amalia, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak
edisi ketiga. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD. 2005

29

Anda mungkin juga menyukai