Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN MUTU

KESALAHAN TRANSFUSI

DISUSUN OLEH :
NOVI PUJI PRASTIWI
11111038
S1 REGULER 4

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA


(STIKes PERTAMINA BINA MEDIKA)
Jalan Bintaro Raya No. 10, Tanah Kusir, Kebayoran Lama Utara
Jakarta Selatan
MEI 2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
A.

PENGANTAR MANAJEMEM MUTU SECARA UMUM ................................................................... 3

B.

PERAN MANAJEMEN MUTU PADA DUNIA PELAYANAN KESEHATAN ......................................... 5

BAB II ....................................................................................................................................................... 9
Konsep Dasar Transfusi Darah ............................................................................................................ 9
A.

Latar Belakang............................................................................................................................. 9

B.

Definisi ...................................................................................................................................... 10

C.

Tujuan Transfusi Darah ............................................................................................................. 11


Kepentingan dari pencegahannya serta standar dan elemen penilaian ...................................... 11
Standar Akreditas 2011. ................................................................................................................ 12

BAB III .................................................................................................................................................... 13


A.

Metode ujung tumpul dan ujung tajam .................................................................................... 13

B.

Metode fishbone dari ishikawa................................................................................................. 15

BAB IV.................................................................................................................................................... 16

BAB I

A. PENGANTAR MANAJEMEM MUTU SECARA UMUM


Pengertian Mutu
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas
merupakan suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan
pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar (Tjiptono, 1998:4). Istilah mutu tidak
lepas dari manajemen mutu yang mempelajari setiap area manajemen operasi dari
perencanaan produk dan fasilitas, sampai penjadwalan dan pemantauan hasil. Kata
mutu (kualitas) memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi.
Menurut American Society For Quality Control,Mutu adalah totalitas bentuk
dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk
kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun tersembunyi.
Sumber:Tentang Nico Ramoz Napitupulu Consultant, APB Indonesia
Mutu (quality) adalah keinginan pelanggan yang mungkin selama ini paling
kurang dikelola. Dalam kenyataan, istilah menajemen mutu (quality management)
jarang dipergunakan sampai tahun 1980an melainkan istilah dan konsep pengendalian
mutu dan kemudian kepastian mutu(quality assurance). Lebih dari itu, sampai barubaru ini terdapat kesadaran yang cukup bahwa obyek mutu adalah pertama-tama,
proses berikutnya.
Manajemen mutu mempelajari setiap area dari manajemen operasi dari
perencanaan lini produk dan fasilitas sampai penjadwalan dan memonitor hasil.

Manajemen mutu merupakan bagan dari semua fungsi usaha lain (pemasaran, sumber
daya manusia, keuangan dan lain-lain). Dalam kenyataannya, penyelidikan mutu
adalah suatu penyebab umum yang alamiah untuk mempersatukan fungsi-fungsi
usaha.
Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/management/2038890arti-mutu/#ixzz2NQbETKL9
Mutu merupakan topik yang hangat di dunia bisnis dan akademik. Namun
demikian istilah tersebut memerlukan tanggapan secara hati-hati dan perlu mendapat
penafsiran secara cermat. Factor utama yang menentukan performansi suatu
perusahaan adalah mutu barang dan jasa yang sesuai dengan apa yang di inginkan
konsumennya. Oleh karena itu organisasi atau perusahaan perlu mengenal konsumen
atau pelanggannya dan mengetahui kebutuhan dan keinginannya. J.M. Juran
mengatakan bahwa Mutu adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya.
Menurut W.Edward Deming, mutu harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan
sekarang dan masa mendatang. Crosby berpendapat bahwa mutu adalah kesesuaian
dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, realiabity, matainability,
effecetiveness. Sedang menurut A.V. Feigenbaum, mutu merupakan keseluruhan
gabungan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering,
manufacture, dan maintenance melalui nama produk dan jasa dalam pemakaian akan
sesuai dengan harapan pelanggan. Pendapat david L. Goestsch dan Stanley Davis
bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan,
orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan.
Istilah mutu tidak lepas dari menejemen dari menejemen mutu yang
mempelajari setiap area dari menejemen oprasi dari perencanaan produk ini dan
fasilitas,

sampai

penjadwalan

dan

memonitor

hasil.

Menejemen

mutu

merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain ( pemasaran, sumber daya
manusia, keuangan, dan lain-lain ).
Mutu memerlukan suatu proses perbaikan yang terus-menerus (conituous
improvement process) dengan individual yang dapat diukur, korporat dan tujuan
performa nasional. Dukungan menejemen, karyawan, dan pemerintah untuk
pembaikan mutu adalah penting untuk kompetisi yang efektif di pasar global.
Pembaikan mutu lebih dari suatu setrategi usaha, melainkan suatu tanggung jawab

pribadi, bagian dari warisan kultural, dan sumber penting kebangaan nasional.
Komitmen terhadap mutu adalah suatu sifat yang di formuasikan dan didemostrasikan
dalam setiap lingkup kegiatan dan kehidupan, serta mempunyai karakteristik
hubungan kita yang paling dekat dengan anggota masyarakat.
Sumber: PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nurul Diena
Novania ST

B. PERAN MANAJEMEN MUTU PADA DUNIA PELAYANAN


KESEHATAN
Semata-mata dilihat dari aspek teknis medis tetapi juga dari sudut pandang
social dan system pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Dr Avedis Donabedian
menyatakan mutu adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan proses pelayanan
yang berdasarkan tingkat di mana pelayanan memberikan kontribusi terhadap nilai out
come. Proses pelayanan kesehatan dibagi dua dimensi utama yaitu
1. Pelayanan teknis (medis)
2. Manajemen hubungan interpersonal antara praktisioner dank lien.

Mutu pelayanan kesehatan dapat dipandang dari dua sudut yaitu sudut
pandang pasien dan provider.
1. Sudut pandang pasien
a. Sussman et.al (1961) memberikan gambaran pasien tantang mutu klinik
1) Dokter terlatih baik
2) Melihat dokter yang sama setiap visite
3) Perhatian pribadi dokter terhadap pasien
4) Privacy dalam diskusi penyakit
5) Ongkos klinik terbuka
6) Waktu tunggu dokter yang singkat

7) Informasi dari dokter


8) Ruang istirahat yang baik
9) Staf yang menyenangkan
10) Ruang tunggu yang nyaman
a. Ware dan Snyder (1973) mendesain aspek dari perilaku dokter dan atributatribut dari system pelayanan kesehatan yaitu
1) Tingkah laku dokter
2) Fungsi "pengobatan/penyembuhan (caring)
a) Pemberian informasi
b) Ukuran-ukuran preventif
c) Tenggang rasa
d) Perawatan lanjutan
e) Kebijaksanaan
3) Fungsi pemeliharaan/perawatan (caring)
a) Menentramkan hati
b) Penuh perhatian
c) Sopan santun, respek
4) Tersedianya (availability sarana dan prasarana
a) Mempunyai RS
b) Mempunyai spesialis
c) Mempunyai dokter
5) Kelangsungan suatu hal yang dapat menyenangkan (convenience)
a) Kelangsungan perawatan
b) Dokter keluarga yang teratur
c) Ketenteraman pelayanan

6) Akses
a) Biaya perawatan
b) Perawatan gawat darurat
c) Mekanisme pembayaran
d) Cakupan asuransi kesehatan
e) Kemudahan medical check up
2. Sudut pandang provider
Menurut Donabedian, provider pemeliharaan atau perawatan kesehatan
terdiri dari jajaran berbagai penentu kebijakan, administrator, supervisor, dan
praktisioner, melengkap atau menyediakan berbagai macam pelayanan klinik dan
yang berkaitan. Pertanyaan-pertanyaan yang terkait adalah
a. Perilaku seseorang terhadap pasien, dokter, dsb
b. Koordinasi antar peran masing-masing, interdepartemen
c. Jumlah kontak dengan pasien
d. Kepuasan pasien dalam hal yang menyenangkan
e. Keterampilan medis dan fasilitas
f. Fasilitas fisik
g. Kelangsungan perawatan, dokter yang sama visite pasien berikutnya
h. Follow up
i. Penyuluhan pasien dan pemahamannya
j. Hubungan pasien staf
k. System pencatatan
l. Penekanan riset
m. Hubungan antar staf.

Menurut Sanazaro dan Williamson (1965), ada dua jenis pertanyaan mendasar yang
harus ditanyakan yaitu :
a. Manajemen hubungan interpersonal
1) Tanggung jawab professional
2) Sifat professional
3) Persepsi psikologi
4) Dukungan psikologi
5) Pendidikan pasien
b. 2 akses, kontinuiti dan koordinasi
1) Tersedianya dokter
2) Penggunaan tim kesehatan
3) Penggunaan sumber daya masyarakat
4) Review masalah
5) Review terapi
6) Follow up
7) Regulasi diet dan kegiatan.
Menurut John Hopkins dan asosiasinya (1970) menyatakan ada beberapa dalil atau
dimensi dan atribut-atribut yang harus diperhatikan yaitu
a. Preventif (check up, pemeriksaan rectal, pemeriksaan pelvic, pap smear, prenatal
check up, imunisasi, pemeriksaan bayi, serologi, dan nasihat)
b. Komprehensif (keadaan sekunder dan factor-faktor Social
c. Koordinasi (rujukan spesialis, rujukan paramedic dan pelayanan kontribusi)
d. Kelangsungan (follow up visite, follow up visite yang diminta, kelangsungan
tenaga medis, catatan kemajuan, dan pelayanan rehabilitasi)
e. Rasionalitas (keluhan utama, riwayat, pemeriksaan fisik, diagnosis, permintaan
lab, catatan hasil lab, pengamatan dokter, pembedahan, pengobatan injeksi,

pengobatan resep, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan urine, pekerjaan lab


yang lain, dan pekerjaan radiologi lain.

BAB II
KESALAHAN TRANSFUSI

Konsep Dasar Transfusi Darah


A. Latar Belakang
Transfusi darah secara universal dibutuhkan untuk menangani pasien
anemia berat, pasien dengan kelainan darah bawaan, pasien yang mengalami
kecederaan parah, pasien yang hendak menjalankan tindakan bedah operatif dan
pasien yang mengalami penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang
mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah
sebagaimana mestinya.
Pada negara berkembang, transfusi darah juga diperlukan untuk menangani
ke gawat daruratan melahirkan dan anak-anak malnutrisi yang berujung pada
anemia berat (WHO, 2007). Tanpa darah yang cukup, seseorang dapat mengalami
gangguan kesehatan bahkan kematian. Oleh karena itu, transfusi darah yang
diberikan kepada pasien yang membutuhkannya sangat diperlukan untuk
menyelamatkan jiwa. Angka kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan
transfusi darah pada negara berkembang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan
ketidakseimbangan perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan rasional.
Di negara berkembang seperti Indonesia, persentase donasi darah lebih
minim dibandingkan dengan negara maju padahal tingkat kebutuhan darah setiap
negara secara relatif adalah sama. Indonesia memiliki tingkat penyumbang enam
hingga sepuluh orang per 1.000 penduduk. Hal ini jauh lebih kecil dibandingkan
dengan sejumlah negara maju di Asia, misalnya di Singapura tercatat sebanyak 24
orang yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk, berikut juga di Jepang
tercatat sebanyak 68 orang yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk
(Daradjatun, 2008).

Indonesia membutuhkan sedikitnya satu juta pendonor darah guna


memenuhi kebutuhan 4,5 juta kantong darah per tahunnya. Sedangkan unit
transfusi darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) menyatakan bahwa pada tahun
2008 darah yang terkumpul sejumlah 1.283.582 kantong. Hal tersebut
menggambarkan bahwa kebutuhan akan darah di Indonesia yang tinggi tetapi darah
yang terkumpul dari donor darah masih rendah dikarenakan tingkat kesadaran
masyarakat Indonesia untuk menjadi pendonor darah sukarela masih rendah. Hal
ini dapat disebabkan oleh beberapa kendala misalnya karena masih kurangnya
pemahaman masyarakat tentang masalah transfusi darah, persepsi akan bahaya bila
seseorang memberikan darah secara rutin. Selain itu, kegiatan donor darah juga
terhambat oleh keterbatasan jumlah UTD PMI di berbagai daerah, PMI hanya
mempunyai 188 unit transfusi darah (UTD). Mengingat jumlah kota/kabupaten di
Indonesia mencapai sekitar 440.
Prinsip transfusi darah bagi anak dan remaja serupa dengan dewasa tetapi
neonatus dan bayi mempunyai banyak pertimbangan khusus. Maka untuk dapat
menentukan kapan seorang anak harus dilakukan transfusi dan berapa banyak
jumlah darah atau komponen darah yang akan di transfusikan maka disini akan di
bahas mengenai persiapan, indikasi, prinsip transfusi komponen darah dan darah
lengkap sesuai umur anak dan komplikasi transfusi darah.
Persiapan Transfusi Darah
Darah donor diambil dengan teknik antiseptik dan dimasukkan dalam
kantong plastik khusus yang mengandung anti koagulan. Antikoagulan yang sering
digunakan adalah citrat phosfat dextrose (CPD) dan adenin citrat phosfat dextrose
(ACPD) yang dapat memperpanjang umur penyimpanan darah. Semua darah dari
donor baik yang akan disimpan di bank darah maupun langsung dilakukan
transfusi, akan di lakukan pemeriksaan golongan darah menurut sistem ABO dan
Rhesus, tes pemeriksaan silang (cross match) dan pemeriksaan penyaring untuk
menyingkirkan sifilis, AIDS dan hepatitis.

B. Definisi
1.

Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela
untuk disimpan di bank darah untuk kemudian dipakai pada transfusi darah

2.

Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat
(donor) ke orang sakit (pasien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah
lengkap dan komponen darah.

3.

Transfusi darah adalah suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti


kehilangan darah pasien akibat kecelakaan, operasi pembedahan atau oleh
karena suatu penyakit. Darah yang tersimpan di dalam kantong darah
dimasukan ke dalam tubuh melalui selang infus.

C. Tujuan Transfusi Darah


1. Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
2. Memelihara keadaan biologis darah atau komponen komponennya agar tetap
bermanfaat.
3. Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran
darah (stabilitas peredaran darah).
4. Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
5. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
6. Memperbaiki fungsi Hemostatis.
7. Tindakan terapi kasus tertentu.
Kepentingan dari pencegahannya serta standar dan elemen penilaian
Kesalahan transfusi dapat terjadi (eror), baik dari label kantong yang salah
penulisan, dari sortiran yang salah, bahkan saat kantong darah sudah dalam tangan
perawat pun dapat terjadi eror.
Pencegahannya secara umum dapat berupa membaca label dengan teliti
sebelum di gerakan ke pasien, tetapi kadang saat pekerjaan menumpuk, ada perawat
yang membaca labelnya terburu-buru, sehingga salah baca yang mengakibatkan salah
memberikan kantong darah kepada pasiennya.
Standar dan elemen penilaian yang dapat di uraikan dari kesalahan transfusi
adalah.
Kebijakan terkait

Dalam kesalahan transfusi belum ada kebijakan yang terkait. Kesalahan yang
dapat terjadi harus di tindak lanjuti agar tidak terulang kembali di satu rumah
sakit.
Prosedur terkait
Prosedur dalam pemberian transfusi sudah ada tetapi terkadang ada faktor
lingkungan yang mengganggu dalam prosedur pemberian, seperti terlalu bising,
atau perawat kurang mendengar perintah dokter, sehingga salah pemberian
transfusi.
Standar Akreditas 2011.

BAB III

A. Metode ujung tumpul dan ujung tajam


Banyak penyebab yang terjadi dalam kesalahan transfusi, proses apa saja yang
mungkin terjadi sebagai pencetus

Kesalahan
transfusi

Darah di ambil

darah ke RS oke

di siapkan

Tumpul

tajam

Laten

aktif

salah ambil

Pada satu tempat mengadakan acara donor darah,banyak yang mendonor,


setelah kantong darah masuk dan di sortir

1. Saat darah di ambil dan di tandai atau di sortir, petugas salah memberikan label
golongan darah (tumpul), kemudian kantong darah yang sudah eror tersebut di
bawa ke bank darah, setelah dari bank darah di kirim ke sebuah RS yang
membutuhkan, setelah tiba di RS masuklah kantong darah itu ke apotik. Dari
ruang perawatan kantong darah di pesan kemudian di jemputlah kantong darah ke
apotik, dari apotik di bawa ke ruang rawat , dari ruang rawat di berikanlah ke
pasien. Kantong darah yang eror itu tak seharusnya di terima oleh pasien. Itu akan
menjadi sebuah kesalahan dan masalah untuk pasien (tajam)
2. Saat darah di ambil dan di sortir, petugas sudah menuliskan label golongan darah
dengan benar, setelah di bawa ke bank darah, darah itu di cek setelah di cek

ternyata ada kantong darah yang tidak layak (terkena infeksi atau penyakit)
(tumpul), dan petugas pun kurang teliti sehingga kantong darah yang tak layak itu
menjadi masuk ke dalam RS, itu bisa berakibat menjadi kesalahan transfusi
(tajam)
3. Saat di ambil, dan saat pengecekan sudah baik tidak ada kesalahan, tetapi saat
tiba di RS dan masuk ke ruang rawat, terjadilah eror. Perawat yang di beri arah
oleh dokter salah mendengar golongan kantong darah yang akan di berikan,
sehingga terjadilah eror dalam transfusi

B. Metode fishbone dari ishikawa


Faktor apa saja yang dapat berperan

prosedur
saat transfusi waktu lebih

Lingkungan
Terlalu bising pendegaran
terganggu

orang yang pelupa

jarum yang non steril


selang infus yang tidak di ganti

man

material

Kesalahan
transfusi

BAB IV

Satu faktor atau penyebab yang paling mungkin terjadi dalam kesalahan
transfusi menurut saya adalah saat pemberian transfusi waktu yang berlebihan.
Alasannya karena saat pemberian biasanya pasien di tinggal, kemudian memberi
hibauan bila sudah habis tolong panggil ya. Ada yang sudah habis tapi tidak
memanggil karena sang pasien tertidur, keluarga juga ter tidur, atau tidak ada keluarga
yang sedang menjaga,perawat juga karena kesibukan jadi lupa bila sedang ada pasien
yang transfusi.
Ada lagi bisa jadi karena pasien yang sedang transfusi sedang terlelap, dan
tangannya yang sedang dalam proses transfusi ke sana kemari, sehingga, resik selang
infus terlipat, dan akibatnya darah pun terhambat, yang seharusnya proses transfusi
selesai ini belum selesai, karena ada eror di saluran nya.

Anda mungkin juga menyukai