Dosen pembimbing:
Dr. Eleazar Permana, Sp.An
Abstrak
Terapi kombinasi antibiotik pada sepsis Gram-negative cukup kontroversial. Pada
tinjauan sebelumnya menjelaskan secara singkat mengenai terapi kombinasi pada
infeksi berat Pseudomonas spp, Acinetobacter spp, dan Enterobacteriaceae dengan
Multidrug-resistant (MDR). Terapi dengan kombinasi antibiotik secara empiris
disarankan pada kasus sepsis berat dan syok septik untuk menurunkan angka
mortalitas terkait pengobatan yang tidak tepat. Terapi kombinasi definitif disarankan
pada carbapenemase-yang memproduksi Enterobacteriaceae dan juga harus
dipertimbangkan pada kasus infeksi berat dengan Pseudomonas dan Acinetobacter
spp, pada keadaan dimana beta-laktam tidak dapat digunakan. Karena resistensi
terhadap beta-laktam spectrum-luas meningkat pada bakteri Gram-negative dan
dikarenakan tidak adanya antibiotik baru yang dapat tersedia dalam waktu dekat,
maka potensi antibakteri dari terapi kombinasi harus lebih dieksplorasi. Pada
keadaan dimana tidak ada bukti klinis, data in vitro dapat berguna untuk mendukung
keputusan terapi pada infeksi berat bakteri Gram-negatif dengan Multidrug-resistant
(MDR).
Kata kunci : Acinetobacter, terapi kombinasi, enterobactericeae, in vitro, multidrugresistant, pseudomonas, sepsi, sinergi.
Pendahuluan
Terapi kombinasi antibiotik cukup sering digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri
Gram-negative berat, namun masih kontroversi dan masih dalam perdebatan.
Pencapaian kombinasi yang potensial dapat dipadukan dengan monoterapi
termasuk antibakteri spectrum-luas, efek sinergistik dan mengurangi resiko
resistensi selama terapi. Pada pillhan terapi yang tidak terdapat bukti dasar,
kombinasi ini dapat menyebabkan semakin bertambahnya efek antibakteri dalam
obat yang tersedia terhadap strain multidrug-resistant (MDR). Bagaimanapun juga,
penggunaan kombinasi terapi yang berlebihan harus dihindari, karena dapat
meningkatkan resiko toksisitas, superinfeksi, seleksi terhadap strain resisten dan
biaya yang mahal.
Terapi kombinasi secara empiris pada sepsis dengan bakteri gram negative
Pada ulasan artikel, terapi kombinasi yang dikaitkan dengan penurunan mortalitas
hanya pada bakteremia dengan subgroup Pseudomonas aeruginosa.
Dari banyaknya hasil yang bertentangan dapat disebabkan oleh berbagai
variasi, diantaranya penelitian yang berkaitan dengan karakteristik pasien, beratnya
infeksi, bakteri penyebab dan pengobatan dengan antibiotik. Tertundanya terapi
antibiotik yang tepat sangat berkaitan dengan meningkatnya angka mortalitas pada
pasien dengan syok septik dan terapi kombinasi spektrum luas akan meningkatkan
kemungkinan ketepatan terapi jika dipadukan dengan antibiotik tunggal. Oleh sebab
itu, terapi kombinasi secara empiris sangat disarankan pada sepsis berat dan syok
septik dengan bakteri gram-negative, khususnya pada pasien dengan neutropenia
dan pasien dengan resiko tinggi terinfeksi starin multidrug-resistant (MDR). Pilihan
yang optimal dari antibiotik tergantung pada daya tahan serta faktor resiko individu
terhadap perlawanan, termasuk pengunaan antibiotik sebelumnya, rawat inap dan
kolonisasi atau infeksi dengan strain resisten sebelumnya.
Mekanisme sinergi.
Kolistin, meningkatkan permeabilitas dari antibiotik lainnya melalui membran luar.
Mekanisme ini dapat melawan resistensi yang didapat dengan menurunkan
permebailitas antibiotik yang pada umumnya tidak dianggap sebagai pilihan
pengobatan pada bakteri Gram-negative. Misalnya, penambahan rifampisin untuk
kolistin dan meropenem/doripenem telah menghasilkan efek sinergis in vitro
terhadap Pseudomonas spp, Acinetobacter spp, dan carbepenemase-yang
memproduksi Enterobactericeae dengan multidrug-resitant (MDR) dilaporkan
sebagai pengobatan yang berhasil pada laporan kasus. Sinergisitas kadang-kadang
ditunjukkan pada terapi kombinasi yang terdiri dari beberapa beta-laktam. Seperti,
ertapenem-doripenem
telah
digunakan
terhadap
carbapenemase-yang
memproduksi Klebsiella penumoniae.