PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era
\reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 63 tahun yang lalu
disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi
bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia,
terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan
pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila
yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang
Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia.
Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila
itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan
kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam
Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia
menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat
mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain
yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan
diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan normanorma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta
norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan
segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang
bertuhan dan ber-agama.
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara
Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan
oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk
kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap
meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan bebe-rapa
rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1. Bagaimana peran pancasila terhadap otonomisasi Daerah?
2. Faktor-faktor apa yang menghambat peran pancasila terhadap
otonomisasi daerah?
BAB II
PEMBAHASAN
PANCASILA DAN OTONOMISASI DAERAH
A. PENGERTIA PANCASILA
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
B. ARTI PENTING PANCASILA SEBAGA IDEOLOGI INDONESIA
membahas mengenai arti penting pancasila bagi Indonesia serta dinamika dan
perkembangan interpretasinya.
Dalam pidatonya di sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno
mengatakan bahwa sebuah negara harus memiliki sebuah prinsip, seperti
Tiongkok yang memiliki San Min Chu I sebagai dasar negaranya (Soekarno,
2007 : 37). Dalam sidang tersebut, Ir. Soekarno mengusulkan lima prinsip
dasar
yang
berisi
kebangsaan
Indonesia,
internasionalisme
atau
Namun dalam proses pematangan rancangan UUD 1945, para tokoh kristen
dan katolik menuntut perubahan pada sila pertama pancasila di dalam
rancangan tersebut karena bagi mereka, bunyi sila pertama tersebut
menyiratkan makna konsekuensi mengenai konsistensi bahwa presiden
Indonesia adalah orang Indonesia yang beragama islam, padahal Indonesia
adalah negara yang beragam agama. (Somantri, 2006 : 6-7).
Hatta mengatakan bahwa jika Piagam Jakarta tersebut tidak diubah, maka
kemerdekaan akan sulit dicapai dan kalaupun tercapai justru akan menyulut
perpecahan (Somantri, 2006 : 7). Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945,
PPKI mengesahkan UUD dengan lima sila di dalam pembukaannya yang
4
urutannya sama seperti Piagam Jakarta akan tetapi sila pertama diubah
bunyinya. Isi kelima sila tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Somantri, 2006 : 7).
Ada tiga hal yang menjadi esensi dari pemikiran pancasila (Kroef,
1954 : 226). Pertama, ideologi komunalime tradisional yang nilai
komunalismenya adalah pengembangan sifat khas bangsa Indonesia seperti
gotong-royong. Kedua, ideologi islam yang menegaskan Indonesia bukan
negara sekuler dan bukan juga negara yang berasaskan pada satu agama
tertentu atau disebut teokrasi. Ketiga, campuran antara ideologi liberalisme
historis dan ideologi marxis. Dalam hal ini, kebebasan rakyat ditekankan oleh
liberalis sedangkan marxis lebih menekankan pada nilai-nilai kebersamaan.
Hal inilah yang kemudian turut melatar belakangi dipilihnya pancasila sebagai
ideologi dan dasar negara Indonesia. Alasan lainnya ialah Pancasila berasal
dari nilai religius, budaya dan orientasi nilai masyarakat Indonesia itu sendiri
sehingga diharapkan mampu menjadi nilai luhur dari rangkaian sejarah dan
kebudayaan Indonesia (Somantri, 2006 : 20). Hal ini menunjukan bahwa
pancasila sesuai dengan karakter dan kepribadian bangsa Indonesia.
Selain itu, pada masa ini pancasila lebih ditekankan sebagai ideologi
negara yang sifatnya kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila dijadikan
sebagai instrument politik untuk menjaga status quo.Dari penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa pancasila merupakan ideology yang sesuai dengan
Indonesia karena mampu mewadahi heterogenitas Indonesia yang tinggi
dengan beragamnya agama, adat, budaya dan lain-lain.
Pancasila memiliki arti penting bagi Indonesia sebagai identitas
nasional yang kemudian menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia yang berbeda
dari bangsa yang lainnya namun bukan berarti menganggap rendah bangsa
lain,tetapi
harus
tetap
menjunjung
persaudaraan
dunia.
Dalam
Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei
1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri
Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.
Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah,
peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di
Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin
tersebut.[1]
Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam
pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila".
Sukarno
mengemukakan
dasar-dasar
sebagai
berikut:
Kebangsaan;
bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas
kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi
beberapa dokumen penetapannya ialah:
Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat tanggal 27 Desember 1949
10
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia,
karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
Persatuan Indonesia
1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berBhinneka Tunggal Ika.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
11
12
Bintang.
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan
agama
dan
kepercayaannya
masing-masing
menurut
dasar
Rantai.
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
13
Pohon Beringin.
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
14
Sila keempat
Kepala Banteng
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
15
16
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.
F. OTONOMISASI DAEARAH
A.PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Di dalam pelaksanaan otonomisasi daerah diharapkan kepada pemerintah
kabupaten dan pemerintah desa dapat melakukan pendataan terhadap jumlah
penduduk miskin dan juga pengangguran untuk kemudian dapat dibuatkan program
khusus serta dapat di jadikan tolak ukur keberhasilan pembangunan, sekaligus
sebagai bahan laporan pertanggungjawaban pemerintah.Dalam lembaran penjelasan
Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, dijelaskan bahwa
pemberian otonomisasi daerah itu luas kepada daerah untuk diarahkan mempercepat
terjadinya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan
dan peran serta masyarakat, dan dalam rangka itu efesiensi dan efektifitas
penyelenggara otonomi daerah-pun perlu mendapat perhatian yang lebih serius.
Sebagaimana digambarkan di atas bahwa kemiskinan masih menjadi
persoalan banyak kabupaten di Indonesia, dan secara khusus di Maluku Utara, angka
kemiskinan tertinggi berada di Kabupaten Halmahera Utara, dan untuk itu sangat
penting perlu ada upaya bagaimana memanfaatkan peluang otonomi daerah untuk
member peranserta orang miskin untuk ikut menentukan apa yang harus dilakukan
mereka untuk keluar dari kemiskinannya.Masalah yang dihadapi dalam rangka
penganggulangan kemisikinan adalah terhadap masalah orang miskin itu sendiri,
Apakah orang miskin dapat menanggulangi kemiskinannya? Apakah memang orang
miskin
tidak
memiliki
kemampuan
sama
sekali
sehingga
17
dalam
upaya
Apakah ada upaya yang dapat dilakukan agar orang miskin memiliki
keberdayaan untuk mengatasi kemiskinannya? Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini
kami berpendapat bahwa tidak ada cara lain untuk mengatasi kemiskinan yang
dilakukan oleh orang miskin
sendiri
langkah
desa,
sudah
terbangun
pemahaman
di
masyarakat
bahwa
dengan
pembangunan
desa
masyarakat
selalu
menunggu
dan
berjenjang
yang
dikenal
dengan
Musyawarah
Perencanaan
memberikan ruang bagi masyarakat untuk ikut dalam proses pembangunan sejak
perencanaan tetapi dalam prakteknya tidak dilakukan sebagaimana yang disyaratkan.
Tentunya ini harus menjadi pengalaman sekaligus merupakan sebuah catatan
penting dalam rangka membangun keberdayaan masyarakat, terutama dalam rangka
membangun partisipasi dan peranserta masyarakat dalam proses pembangunan
melalui refleksi terhadap; Kenapa prosesnya tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan? Apakah memang benar masyarakat tidak memiliki kemampuan itu?
Ataukah juga karena niat yang kuat dari pembuat rencana yang belum memberikan
ruang bagi rakyat untuk terlibat karena berbagai alasan? Apapun alasan dari para
perencana, bila pola perencanaan lama masih tetap diberlakukan menurut hemat kami
itu merupakan kesalahan yang sangat fatal dan sangat menyimpang dari hakekat
otonomi daerah.
Proses pelaksanaan pembangunan Dalam pelaksanaan pembangunan, masih
sangat kuat terbangun pemahaman, baik di kalangan birokrat pemerintah, juga di
masyarakat, terhadap kurang pentingnya proses terhadap pelaksanaan sebuah
program, dan juga terhadap hasil-hasilnya,sehingga proses tidak menjadi hal yang
utama, tetapi lebih banyak terarahkan untuk kepentingan terlaksananya proyek,
sedangkan dampak dari proyek terhadap masyarakat (terutama keberlanjutannya)
tidak menjadi perhatian yang serius. Masyarakat selalu hanya merupakan objek, dan
kadang-kadang ada cukup banyak proyek tertentu yang tidak pernah melibatkan
masyarakat tetapi melibatkan pihak ketiga, hal ini memang sangat tidak menolong
untuk mendidik masyarakat agar semakin merasa bertanggung jawab terhadap
pembangunan yang dilaksanakan. Yang menarik juga yang perlu dicermati adalah
pelaksanaan pembangunan melalui tiap-tiap sektor yang terkesan tidak memiliki
saling hubungan dan keterkaitan antar sektor, padahal dalam banyak hal program
yang dilaksanakan satu sektor memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan sektor
yang lain di kala orientasi yang digunakan adalah orientasi proses, hasil dan out come
pembangunan. Apakah ke depan koordinasi perencanaan dapat dilakukan agar
terhadap program-program tertentu yang difasilitasi oleh dinas tertentu yang tidak
20
memiliki keahlian secara fungsional, dapat tersiasati juga oleh dinas yang
bersangkutan terutama dalam hal pembiayaan pendampingan teknis atau juga dapat
terakomodir dalam rencana dinas tertentu yang punya kompetensi untuk itu untuk
mendukung program yang dicanangkan oleh dinas lain, sehingga dalam penerapan
dilapangan benar-benar berbagai persoalan telah terantisipasi sejak dini. Perlu
dicermati dan disikapi adalah terhadap peranan pihak ke tiga sebagai pelaksana
proyek.
Realitas d imasyarakat pada umumnya terhadap pelaksana proyek yang
dilaksanakan oleh pihak ke tiga sangatlah tidak efisien dan sangat tidak
memberdayakan masyarakat terutama terhadap proyek-proyek yang sasarannya
diperuntukkan bagi masyarakat di desa. Kenapa tidak efisien karena pihak ketiga
selalu berorientasi untung, dan umumnya sudah ada hitungan-hitungan 10 30 %
bahkan sampai dengan 40%. Terhadap cara kerja seperti ini kualitas hasil perlu
dipertanyakan. Apakah kedepan mungkin bisa melibatkan masyarakat dalam
pelaksanaan proyek terutama proyek fisik yang masuk ke desa? Tentunya kalau itu
dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat sangat mungkin dilakukan. Hal
lain yang juga menurut hemat kami perlu dikedepankan adalah menyangkut dengan
pelaksanaan proyek yang pelaksananya dari instansi dan pihak ke 3 dari Propinsi.
Proyek pengembangan tanaman jagung misalnya yang dilaksanakan di beberapa
kecamatan di Halmahera Utara yang langsung ditangani oleh Propinsi. Pertanyaan
kritisnya adalah untuk apa dinas pertanian di kabupaten diadakan bila itu dapat
dilaksanakan oleh Propinsi.
rentang kendali
evaluasi. Padahal temuan-temuan ini menurut hemat kami akan sangat membantu
untuk memperbaiki terhadap apa yang seharusnya ditindaklanjuti dalam upaya
perbaikan proses pembangunan selanjutnya. Evaluasi yang dilakukan, juga kurang
melibatkan masyarakat secara aktif, padahal evaluasi merupakan salah satu aspek
yang sangat penting untuk mengukur dan menilai seberapa jauh pencapaian
pembangunan sebagaimana yang telah ditetapkan dan seberapa jauh tingkat
keterlibatan masyarakat. Terkesan evaluasi yang dilakukan selama ini adalah dalam
rangka memenuhi persyaratan saja, dan tidak dipakai sebagai alat untuk memperoleh
informasi untuk kajian proses selanjutnya, tetapi untuk memenuhi perlaporan saja.
Proses penguatan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan selama ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Sosialisasi tentang proyek yang akan dilakukan.
2. Pembentukan kelompok oleh masyarakat bukan oleh SANRO atau orang
kunci di desa tetapi bersama masyarakat.
3. Penguatan kelompok; dilakukan sebagai langkah persiapan sosial bagi
masyarakat sebelum program / proyek dikucurkan.
4. Memfasilitasi diskusi untuk mengidentifikasi dan menginventarisir masalahmasalah yang sering dihadapi oleh masyarakat terhadap proyek yang akan
dilaksanakan, dan juga diupayakan untuk menggali pengalaman pelaksanaan
proyek yang pernah dilaksanakan masyarakat selama ini, terutama diarahkan
untuk menggali keberhasilan dan kegagalannya.
5. Membuat rencana kegiatan tahunan, semesteran, tribulanan dan bulanan.
6. Mendiskusikan tentang bagaimana rencana akan dioperasionalkan, (siapa
mengerjakan apa, kapan siapa mengerjakan apa, dari mana sumber
pembiayaan, dll)
7. Mengevaluasi hasil kerja selama satu bulan
8. Mengevaluasi pencapaian hasil kerja tribulanan, dengan melibatkan semua
kelompok dan para pihak untuk membantu mendis kusikan sekaligus
22
tentang
kebutuhan-kebutuhan
kelompok
masyarakat
untuk
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pancasila dan otonomisasi daerah terdapat banyak kejadian
yanh terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada
tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara Indonesia. Pancasila pertama
kali dicetuskan oleh Ir. Soekarno melalui pidatonya dalam sidang BPUPKI
tanggal 1 Juni 1945 (Somantri, 2006 : 5). Selain itu, penulis juga akan
membahas mengenai arti penting pancasila bagi Indonesia serta dinamika dan
perkembangan interpretasinya.
Di dalam pelaksanaan otonomisasi daerah diharapkan kepada
pemerintah kabupaten dan pemerintah desa dapat melakukan pendataan
terhadap jumlah penduduk miskin dan juga pengangguran untuk kemudian
dapat dibuatkan program khusus serta dapat di jadikan tolak ukur
keberhasilan.
B. SARAN
Sebagaimana digambarkan di atas bahwa kemiskinan masih menjadi
persoalan banyak
menentukan apa yang harus dilakukan mereka untuk keluar dari kemiskinan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia.
Mulders, Niels, 2005. Pancasila Philosphy and Society, dalam Mysticism in
Java: Ideology in Indonesia, Yogyakarta: Kanisius Publishing House, pp.
124-132.
Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:
Pancoran Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta
Somantri, Gumilar Rusliwa, 2006. Pancasila dalam Perubahan Sosial-Politik
Indonesia Modern, dalam Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas
dan Modernitas, Jakarta: Brighten Press, pp. 1-32.
Sukarno, Ir., 2007. Lahirnya Pancasila: Pidato dihadapan Sidang BPUPKI 1
Juni 1945, dalam Revolusi Indonesia: Nasionalisme, Marhaen dan Pancasila,
Yogyakarta: Galang Press, pp. 27-55.
Van der Kroef, Justus M., 1954. Pantjasila; the National Ideology of the New
Indonesia, Philosophy East and West, Vol. 4 No. 3, pp.225-251.
http://regional.kompasiana.com/2013/06/09/pemekaran-maluku-utara567198.html Jam 4, 11 oktober 2014
http://wanda-prescilia-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-99324-SOH205Arti%20Penting%20Pancasila%20sebagai%20Ideologi%20Indonesia.html
Jam 5, 11 oktober 2014
25