Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Kelompok 4
Aliefia Ditha K.
0910720022
1. Definisi
Kanker leher rahim atau carcinoma cervix adalah keganasan dari serviks yang ditandai
dengan adanya perdarahan lewat jalan lahir atau vagina, tetapi gejala tersebut tersebut
tidak muncul sampai tingkat lanjut, dimana tanda dan diagnosa pasti bisa ditegakkan
dengan menggunakan pap smear. Kanker serviks adalah terjadinya pertumbuhan sel
abnormal yang tidak terkendali sehingga menimbulkan benjolan atau tumor pada serviks.
Berawal dari serviks, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke
organ-organ lain di seluruh tubuh (Mansjoer dkk, 2008). Kanker serviks dapat disebabkan
oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). HPV sangat mudah menular dan dapat
menginfeksi siapa saja yang sudah aktif secara seksual, baik pria atau wanita. Tujuh puluh
persen penularan HPV terjadi melalui hubungan seksual sehingga kanker serviks dapat
dikategorikan kedalam penyakit menular seksual. Golongan HPV yang menyebabkan
kanker serviks disebut sebagai HPV onkogenik yang berperan dalam 99,7% kanker serviks.
HPV tipe 16 dan 18 merupakan golongan high risk penyebab utama pada 70% kasus
kanker serviks di dunia.
2. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual
semakin besar mendapat kanker serviks. Menikah pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda
b. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus
semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
d. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata
diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
e. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor
sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada
golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak
terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian
menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
3. Klasifikasi
Klasifikasi
kanker
serviks
menurut
KOmite
Ginekologi
Onkologi
FIGO
Keterangan
Kanker serviks terbatas di serviks (penyebaran ke corpus uteri
IA
diabaikan)
Kanker invasive didiagnosa hanya dengan mikroskopis. Semua lesi yg
dapat terlihat dengan mikroskop meskipun dengan invasi superficial
IA1
IA2
IB
IB2
II
IIA
IIA1
IIA2
IIB
III
IIIA
IIIB
IVA
IVB
Metastasis jauh
Kriteria
Tidak ditemukan tumor primer
Karsinoma pra invasif (KIS)
Karsinoma terbatas pada serviks
Pra klinik: karsinoma yang invasif terlibat
T1b
T2
dalam histologik
Secara klinik jelas karsinoma yang invasif
Karsinoma telah meluas sampai di luar
serviks,
tetapi
belum
sampai
dinding
T4
celah bebas)
Ca telah menginfiltrasi mukosa rektum,
kandung kemih atau meluas sampai diluar
T4a
panggul
Ca melibatkan kandung kemih / rektum
T4b
Nx
N0
/ Nx-.
Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada
N1
limfografi
Kelenjar limfa regional berubah bentuk
N2
M0
M1
4. Manifestasi Klinis
Gejala umum yg dapat ditemukan yaitu: perdarahan kontak, keputihan campur darah
& berbau, serta tanda2 anemia. Sedangkan gejala khusus yg dijumpai yaitu: keluar cairan
dari kemaluan berupa darah bercampur dengan keputihan & berbau khas. Dengan semakin
berlanjutnya penyakit, tanda-tanda klinis akan terlihat jelas, berupa serviks yg membesar,
irregular & padat. Pertumbuhan serviks dapat berupa endofitik, eksofitik maupun ulseratif.
Dapat melibatkan vagina, parametrium maupun dinding panggul.
Menurut Dalimartha (2004) pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada
gejala2 khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidakteraturannya siklus haid, amenorrhea,
hipermenorrhea, & penyaluran secret vagina yg sering atau perdarahan intermenstrual, post
koitus serta latihan berat. Perdarahan yg khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yg keluar
berbentuk mukoid. Nyeri yg dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian bahwah dari
daerah lumbal.
Gejala yang muncul :
a)
Keputihan: makin lama, makin berbau busuk, diakibatkan infeksi dan nekrosis jaringan
b)
c)
Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan
makin lama makin sering terjadi, terutama pada tumor yang bersifat eksofitik.
d)
e)
f)
Gagal ginjal: infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan obstruksi total.
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan pap smear
Dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yg tidak memberikan
keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada secret yg diambil dari posio serviks.
Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah
melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah 3x hasil pemeriksaan pap smear setiap
3 tahun sekali sampai usia 65 tahun.
b. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan paps smear untuk
wanita diatas 30 tahun. Deteksi DNA HPV yg positif yg ditemukan kemudian dianggap
sebagai HPV yg persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita dengan usia yg lebih tua
maka akan terjadi peningkatan resiko kanker serviks.
c. Biopsy
Biopsy dilakukan jika pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka
pada serviks atau jika hasil pemeriksaan pap smear emnunjukkan suatu abnormalitas
atau kanker. Teknik yg biasa dilakukan adalah punch biopsy yg tdk memerlukan anastesi
& teknik cone biopsy yg menggunakan anastesi. Biopsy dilakukan untuk mengetahui
kelainan yg ada pada serbiks. Jaringan yg diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil
biopsy akan memperjelas apakah yg terjadi itu kanker invasive atau hanya tumor saja.
d. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yg terkena proses metaplasia.
Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear karena kolposkopi
memerlukan ketrampilan & kemampuan kolpokospi dalam mengetes darah yg abnormal.
e. Tes schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan iodium. Pada serviks yg normal
akan membentuk bayangan yg terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen.
Sedangkan pada sel epitel serviks yg mengadnung kanker akan menunjukkan warna yg
tidak berubah karena tidak ada glikogen.
f. Radiologi
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih &
rectum yg meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, & sigmoidoskopi.
Magnetic resonance imaging (MRI) atau CT scan abdomen/pelvis digunakan untuk
menilai penyebaran local tumor &/atau terkenanya nodus limpa regional.
Pelvic limphangiografi dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvic
atau peroartik limfe
Pemeriksaan intravena urografi dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, yg
dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal.
6. Penatalaksanaan
a. Radiasi
Radiasi merupakan perawatan standart pada penderita kanker servik untuk penyakit
kanker yang sudah lanjut (stadium 1B keatas ) dan untuk wanita yang tidak cocok dengan
pembedahan. Secara umum radioterapi akan memberikan efek secara fisik, psikologis
dan sosial hidup penderita sehingga hal ini akan menyebabkan penurunan kualitas hidup
pasien yang mendapatkan perawatan dengan radiasi. Efek samping utama yang terjadi
adalah diare, kelemahan, mual, dan abdominal kram.
b. Kemoterapi
Tujuan pengobatan menggunakan kemoterapi tergantung jenis kanker dan fase saat
diagnosis. Kemoterapi disebut sebagai pengobatan adjuvant ketika kemoterapi digunakan
untuk mencegah kanker kambuh. Kemoterapi sebagai pengobatan paliatif ketika kanker
sudah menyebar luas dan dalam fase akhir, sehingga dapat memberikan kualitas hidup
yang baik. (Galle, 2000). Kemoterapi bekerja saat sel aktif membelah, namun kerugian
dari kemoterapi adalah tidak dapat membedakan sel kanker dan sel sehat yang aktif
membelah seperti folikel rambut, sel disaluran pencernaan dan sel batang sumsum
tulang. Pengaruh yang terjadi dari kerja kemoterapi pada sel yang sehat dan aktif
membelah menyebabkan efek samping yang umum terlihat adalah kerontokan rambut,
kerusakan mukosa gastrointestinal dan mielosupresi. Sel normal dapat pulih kembali dari
trauma yang disebabkan oleh kemoterapi, jadi efek samping ini biasanya terjadi dalam
waktu singkat.
Macam-Macam kemoterapi
Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin obst
golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel
tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang
berakibat menghambat sintesis DNA.
Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada
gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis
protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker
tersebut.
c. Pembedahan
Tahap awal dari kanker, biasanya Total Abdominal Hysterectomy (TAH) sering kali
digunakan untuk mengendalikan perluasan, namun jika kanker sudah metastasis maka
operasi, radiasi akan dikombinasikan. Kebanyakan ahli bedah dalam memberikan
histerektomi dilakukan pada tumor atau kanker yang kecil seringkali <4cm.
7. Komplikasi
a. Komplikasi yang terjadi karena radiasi
Waktu fase akut terapi radiasi pelvik, jaringan-jaringan sekitarnya juga terlibat seperti
intestines, kandung kemih, perineum dan kulit. Efek samping gastrointestinal secara akut
termasuk diare, kejang abdominal, rasa tidak enak pada rektal dan perdarahan pada GI.
Diare biasanya dikontrol oleh loperamide atau atropin sulfate. Sistouretritis bisa terjadi
dan menyebabkan disuria, nokturia dan frekuensi. Antispasmodik bisa mengurangi gejala
ini. Pemeriksaan urin harus dilakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih. Bila infeksi
saluran kemih didiagnosa, terapi harus dilakukan segera. Kebersihan kulit harus dijaga
dan kulit harus diberi salep dengan pelembap bila terjadi eritema dan desquamasi. Squele
jangka panjang (1 4 tahun setelah terapi) seperti : stenosis pada rektal dan vaginal,
obstruksi usus kecil, malabsorpsi dan sistitis kronis.
b. Komplikasi akibat tindakan bedah
Komplikasi yang paling sering akibat bedah histerektomi secara radikal adalah disfungsi
urin akibat denervasi partial otot detrusor. Komplikasi yang lain seperti vagina
dipendekkan, fistula ureterovaginal, pendarahan, infeksi, obstruksi usus, striktur dan
fibrosis intestinal atau kolon rektosigmoid, serta fistula kandung kemih dan rektovaginal.
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian meliputi:
Identitas pasien dan penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
pendidikan, dll)
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat psikososial
Pola kebiasaan sehari-hari (pola nutrisi, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola
istirahat dan tidur)
Pemeriksaan fisik (pemeriksaan kesadaran, tanda-tanda vital, dan pemeriksaan head to
toe)
Pemeriksaan penunjang
b. Diagnosa dan Intervensi
Nyeri akut
Tujuan
:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami nyeri
Kriteria hasil
:
Klien melaporkan nyeri berkurang
Klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
Klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI
Lakukan
pengkajian
komprehensif
durasi,
presipitasi
Observasi
nyeri
termasuk
frekuensi,
RASIONAL
lokasi
kualitas
reaksi
dan
nonverbal
selanjutnya
faktor
dari Mengidentifikasi adanya nyeri pada
ketidaknyamanan
Kontrol tekanan darah klien
klien
Perubahan
tekanan
darah
dapat
lingkungan
mempengaruhi
nyeri
yang
seperti
pemberian obat-obatan
dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri
suhu
Apabila
faktor
pencetus
berkurang
dari
keluarga
dapat
napas dada, relaksasi, distraksi, kompres akan membuat klien rileks dan nyaman
hangat/dingin
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi:
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri,
seperti
sehingga
nyeri
dapat
berkurang
Penggunaan agens-agens farmakologi
untuk mengurangi atau menghilangkan
nyeri
Resiko Infeksi
Tujuan
:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi tidak menjadi
aktual
Kriteria hasil
:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Klienmenunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
INTERVENSI
RASIONAL
denyut
jantung,
dan
mengurangi
keparahan
hasil
laboratorium
tangan
dengan
benar
benar
Pengetahuan
tentang
memungkinkan
tanda
dapat
gejala
pencegahan
Mencegah infeksi
Ansietas
Tujuan
:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kecemasan klien teratasi
Kriteria hasil
:
TTV klien dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
INTERVENSI
RASIONAL
klien
mengenali
Membantu
situasi
selanjutnya
yang Mengidentifikasi
menimbulkan kecemasan
Dorong
klien
untuk
menentukan
sumber
intervensi
kecemasan
klien
mengungkapkan Mengungkapkan perasaan, ketakutan,
dan
kecemasan klien
Membuat klien merasa tenang dan
Temani
klien
untuk
memberikan
persepsi
mengurangi takut
Mengurangi
meningkatkan
akan
mengurangi
kecemasan
klien,
pemahaman
klien
pada
klien
dilakukan
Keluarga dapat
member
dukungan
kebutuhan
klien
dapat
b.
c.
dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, ke arah os sacrum kiri dan kanan2
Ligamentum rotundum sinistra dan dekstra,
yakni ligamentum yang menahan uterus ke dalam antefleksi dan berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal kanan dan kiri. Pada
kehamilan, terkadang terasa sakit di daerah inguinal waktu berdiri cepat karena
uterus berkontraksi kuat, dan ligamentum rotundum menjadi kencang serta
mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan juga teraba kencang
dan terasa sakit bila dipegang.
d.
e.
dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan syaraf, pembuluh limfe, arteri dan vena
ovarica.
Di samping ligamentum tersebut di atas ditemukan pada sudut kiri dan kanan belakang
fundus uteri ligamentum ovarii proprium kiri dan kanan yang menahan ovarium. Ligamentum
ovarii ini secara embriologis berasal dari gubernaculums, sama seperti halnya ligamentum
rotundum.
PERDARAHAN UTERUS
Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina sinistra dan dekstra yang terdiri dari
ramus ascenden dan ramus descenden. Pembuluh darah ini berasal dari a. iliaka interna (=
a. hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum, masuk ke dalam uterus di daerah
serviks kira-kira 1,5 cm dari forniks vagina.
Pembuluh darah lain yang memvaskularisasi uterus adalah a. ovarika sinistra et dextra.
Ini berjalan dari lateral dinding pelvis, melalui ligamentum infundibulo-pelvikum mengikuti
tuba Falopii, beranastomosis dengan ramus asendens arteri uterina di sebelah lateral,
kanan dan kiri uterus. Bersama-sama dengan arteri-arteri tersebut di atas terdapat venavena yang kembali melalui pleksus vena ke vena hipogastrika.
Syaraf yang berasal dari torakal 11 dan 12 mengandung syaraf sensorik dari uterus dan
meneruskan perasaan sakit dari uterus ke serebrum. Syaraf sensorik dari serviks dan
bagian atas vagina melalui syaraf sakral 2, 3, dan 4, sedangkan dari bagian bawah vagina
melalui nervus pudendus dan nervus ileoinguinalis.
BAGIAN UTERUS
Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
-
Fundus
Merupakan tonjolan bulat di bagian uterus proksimal, dimana merupakan tempat kedua tuba
Falopii masuk ke uterus. Di dalam klinik penting untuk diketahui sampai dimana fundus uteri
berada oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada fundus
uteri.
-
Korpus
Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri. Korpus uteri adalah bagian
uterus yang terbesar. Pada kehamilan, bagian ini memiliki fungsi utama sebagai tempat
janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri (rongga
rahim).
-
Serviks
Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis services uteri yang disebut portio dan pars
supravaginalis services uteri adalah bagian serviks yang berada di atas vagina.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran
lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks berbentuk
sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis.
Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum, dan pintu di
vagina disebut ostium uteri eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik, misalnya pada
penilaian jalannya persalinan, abortus, dan sebagainya. Secara histologik, uterus terdiri atas
endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri, otot-otot polos, dan lapisan
serosa yakni peritoneum viseral.
Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan perimetrium.
a.
Endometrium
Selaput yang melapisi permukaan dalam miometrium disebut endometrium.
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak
pembuluh darah yang berkelok-kelok. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan
memiliki arti penting dalam siklus haid seorang wanita dalam masa reproduksi
(childbearing age). Dalam masa haid, endometrium sebagian besar dilepaskan,
kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa sekretorik
(kelenjar-kelenjar telah berkelok-kelok dan terisi dengan getah). Masa-masa ini dapat
diperiksa dengan mengadakan biopsi endometrium.
Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan di sebelah luar
berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk
anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan oleh karena sesudah plasenta
lahir, otit akan berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
yang berada di tempat itu. Endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah
adalah suatu lapisan membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam
padat yang menghubungkan endometrium dengan miometrium. Selama menstruasi
dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang padat dan lapisan tengah yang
berongga tanggal. Segera setelah aliran menstruasi berkahir, tebal endometrium 0,5
mm. Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal
endometrium menjadi 5 mm.
Endometrium mempunyai 3 fungsi penting yaitu sebagai :
-
Tempat nidasi
Tempat terjadinya proses haid
Petunjuk gangguan fungsional dari steroid seks
Pada usia reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, endometrium mengalami
berbagai perubahan siklik yang berkaitan dengan aktivitas ovarium. Endometrium terdiri
dari dua lapisan, yaitu lapisan basal dan lapisan fungsional.
1) Lapisan Fungsional
Dibawah pengaruh estrogen, lapisan fungsional akan berploriferasi dan di bawah
pengaruh estrogen dan progesteron, lapisan itu akan mengalami sekresi. Bilamana
terjadi fertilisasi dan implantasi, maka dari lapisan ini akan beradaptasi untuk
membentuk lingkungan optimum bagi embrio dengan terbentuknya desidua, dan
bilamana tidak terdapat fertilisasi, lapisan ini akan luruh dan terbentuk haid lagi.
2) Lapisan Basal
Lapisan basal adalah lapisan yang berdekatan dengan endometrium dan
letaknya di bawah lapisan fungsional. Lapisan basal tidak luruh saat siklus
menstrusi. Lapisan fungsional berkembang dari lapisan basal.
Apabila kadar progesteron mencapai titik terendah, arteri yang menyuplai darah
ke lapisan fungsional akan berkonstriksi sehingga sel-sel dalam lapisan tersebut
akan iskemik dan mati, kemudian terjadi menstruasi.
Berikut
ini
adalah
tabel
perubahan
endometrium
berdasarkan
fase
menstruasinya.
Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan perdarahan.
Hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan stratum basale, stadium ini
berlangsung 4 hari. Dengan haid itu keluar darah, potongan potongan endometrium dan
lendir dari serviks. Darah tidak membeku karena adanya fermen yang mencegah
pembekuan darah dan mencairkan potongan potongan mukosa. Hanya kalau banyak
darah keluar maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan bekuan darah
dalam darah haid.
2. Fase post menstruasi atau stadium regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara berangsur
angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel sel
epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium 0,5 mm, stadium
sudah mulai waktu stadium menstruasi dan berlangsung 4 hari.
3. Fase intermenstruum atau stadium proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung
dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase proliferasi dapat dibagi dalam 3
subfase yaitu:
a. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase ini
dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama
dari mulut kelenjar. Kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk
kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi; sel sel kelenjar mengalami
mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana fase menstruasi dimana
terlihat perubahan perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid.
Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel selnya berbentuk
bintang dan lonjong dengan tonjolan tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma
relatif besar karena sitoplasma relatif sedikit.
b. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat dikenal dari
permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel
kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat
b.
stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons. Ini
disebabkan oleh banyak kelenjar yang melebar dan berkeluk keluk dan hanya
sedikit stroma di antaranya.
c.
stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran saluran kelenjar
sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema.
Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan mendorong
janin ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan paling besar.
-
Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh
darah ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan. Karena
kemampuannya untuk menutup (irigasi) pembuluh darah yang berada di antara serabut
tersebut, maak serabut otot polos disebut sebagai ikatan hidup.
c. Perimetrium
Perimetrium adalah lapisan serosa yang merupakan bagian viseral dari peritoneum.
Estrogen adalah hormon steroid dengan 10 atom C dibentuk terutama dari 17ketosteroid androstendion. Estrogen alamiah yang terpenting adalah estradiol (E2), estron (E1),
dan estriol (E3). Secara biologis, estradiol adalah yang paling aktif. Perbandingan khasiat
biologis dari ketiga homon tersebut E2:E1:E3 = 10:5:1. Selain di Ovarium, estrogen juga
disintesis di adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak dan susunan saraf pusat.
Estrogen yang dihasilkan oleh adrenal disebut estrogen residu. Metabolismenya
terutama melalui esterifikasi ke glukoronida atau sulfida, dan pengeluarannya melalui tinja.
Pada organ sasaran seperti uterus,vagina, serviks, payudara, maupun hipofisis, hipotalamus,
estrogen diikat oleh reseptor yang terdapat di dalam sitoplasma dan diangkut ke inti sel.
Fungsi umum
Khasiat biologis utama dari estrogen adalah sebagai perangsang sintesis DNA melalui RNA
(messenger RNA), sehingga terjadi peningkatan sintesis protein.
Fungsi pada endometrium
Estradiol memicu proliferasi endometrium dan memperkuat kontraksi otot uterus.
Progesteron
Progesteron merupakan steroid dengan 21 atom C dan terutama dibentuk di dalam
folikel dan plasenta. Selain itu dapat berasal dari metabolisme pregnandiol, dan disebut
progesteron residu, serta dibentuk pula di dalam adrenal. Dengan demikian tampak bahwa
progesteron tidak hanya merupakan hormon dasar, melainkan juga sebagai hasil antara pada
ogan-organ yang membentuk steroid.
Penghancuran progesteron terjadi setelah pengubahan menjadi pregnandiol sebagai
glukoronida atau sulfat. Selama fase folikuler kadar progesteron plasma sekitar 1 ng/ml,
sedangkan pada fase luteal 10-20 mg/ml
Fungsi Umum
Progesteron mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan, sehingga merupakan syarat
mutlak untuk konsepsi dan implantasi. Semua khasiat progesteron terjadi karena ada pengaruh
estradiol sebelumnya, karena estradiol mensintesis reseptor untuk progesteron.
Fungsi Khusus
Endometrium
Terhadap endometrium, progesteron menyebabkan perubahan sekretorik. Perubahan ini
mencapai puncaknya pada hari ke 22 siklus haid normal. Bilamana progesteron terlalu lama
mempengaruhi endometrium, maka akan terjadi degenerasi endometrium, sehingga tidak cocok
lagi menerima nidasi.
Miometrium
Sebagian
besarnya
merupakan
adenokarsinoma
(90%).
Karsinoma
Sebagian besar kanker endometrium adalah adenokarsinoma (75 %), yang berasal dari
lapisan tunggal dari sel-sel epitel yang melapisi endometrium dan membentuk kelenjar
endometrium. Ada banyak subtipe mikroskopis karsinoma endometrium, termasuk jenis
common endometrioid, di mana sel kanker menyerupai gambaran endometrium normal,
Papillary serous carcinoma yang agresif serta clear cell carcinoma.
3. Klasifikasi Carcinoma Endometrium
Kanker endometrium adalah neoplasma yang mempunyai 2 tipe dengan patogenesis
berbeda pada masing-masing tipenya. Tipe pertama adalah estrogen dependen dan tipe
kedua estrogen independen. Perubahan genetik molekular yang terdapat pada karsinoma
endometrium tipe I dan tipe II berbeda dan mungkin dapat membantu dalam menjelaskan
sifat-sifat klinisnya.
- Tipe I Estrogen dependen
Tipe I berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen dalam darah, yang umumnya
menyerang wanita pre dan perimenoupause. Pada anamnesis didapatkan riwayat terpapar
estrogen dan berasal dari atipikal endometrial hiperplasia. Tipe ini berdiferensiasi baik,
minimal invasif, sehingga mempunyai prognosis yang baik. Pada beberapa kasus mungkin
didapatkan
menstruasi. Pada kenyataannya, lesi tipe I berpotensi dapat diecegah melalui pengenalan
risiko pada pasien, diagnosis lesi prekursor (hiperplasia endometrium atipikal), dan
pengobatan yang sesuai.
- Tipe II Estrogen Independen
Tipe ini bisanya didapatkan pada wanita postmenopause, kurus, dan fertil atau wanita
dengan siklus hormonal yang normal. Tipe II lebih agresif dan mempunyai prognosis lebih
buruk daripada tipe I. Tipe II paling sering didapat pada wanita Afro-Amerika. Yang termasuk
kanker endometrium tipe II adalah:
Terdapat 3 lokasi dimana kanker endometrium sering terjadi yaitu fundus, tuba dan isthmus.
Hal ini berkaitan dengan pengaruh hormonal pada lapisan uterine di lokasi tersebut6.
Siklus menstrual normal, rata-rata berlangsung 28 hari, terdapat 2 fase. Pada 2 minggu
pertama, estrogen adalah hormon seks yang dominan. Estrogen menyebabkan lapisan sel
uterus bertumbuh dan bertambah jumlahnya. Pada 14 hari selanjutnya, hormon sex yang
dominan adalah progesteron. Progesteron menyebabkan kematangan sel sehingga lapisan
uterus dapat menerima dan menutrisi ovum yang sudah difertilisasi.
Apabila tidak terdapat cukup progesteron, sel pada lapisan uterus (epitelium) akan
bertumbuh dan bermultiplikasi semakin banyak. Hal ini disebut hiperplasia simpleks. Apabila
situasi ini terus berlanjut, akan terbentuk kelenjar baru pada lapisan uterus. Hal ini disebut
hiperplasia kompleks. Akhirnya,
menyimpang.
Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan pada
beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama, mengkonsumsi
estrogen dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi tiroid, penyakit hepar.
Kanker endometrium mungkin berasal di area minoris (misalnya,
endometrium) atau multifokal difus. Pertumbuhan awal dari tumor
sebuah polip
eksofitik yang menyebar. Pertumbuhan tumor ditandai dengan kerapuhan dan perdarahan
spontan, bahkan pada tahap awal. Kemudian pertumbuhan tumor ditandai oleh invasi
miometrium dan pertumbuhan menuju leher rahim. Empat rute penyebaran terjadi di luar
rahim:
1. Langsung
Penyebaran adenokarsinoma endometrium biasanya lambat terutama pada yang
differensiasi baik. Penyebarannya ke arah permukaan kavum uteri dan endoserviks.
Dari kavum uteri menuju ke stroma endometrium ke miomterium ke ligamentum latum
dan organ sekitarnya. Jika telah mengenai endoserviks, penyebaran selanjutnya seperti
pada adenokarsinoma serviks.
2. Melalui kelenjar limfe
Penyebarannya melalui kelenjar limfe ovarium akan sampai ke para aorta dan melalui
kelenjar limfe uterus akan menuju ke kelenjar iliaka interna, eksterna dan iliaka komunis
serta melalui kelenjar limfe ligamentum rotundum akan sampai ke kelenjar limfe
inguinal dan femoral.
3. Melalui aliran darah
Biasanya proses penyebarannya sangat lambat dan tempat metastasenya adalah paru,
hati dan otak.
4. Intraperitoneal atau melalui tuba.
menstruasi)
Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40
tahun)
Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
7. Cara mendeteksi (skrining) Carcinoma Endometrium
Sebagian besar kanker endometrium terdiagnosis pada stadium dini. Hal ini dikarenakan
wanita menopause cenderung memeriksakan dirinya ke dokter apabila terdapat perdarahan
vaginal. Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik termasuk melakukan pap smear dan pemeriksaan pelvik.
Pemeriksaan pelvik merupakan langkah awal pemerikasaan fisik pada kanker
endometrium. Pada pemeriksaan pelvik, dokter memeriksa daerah sepanjang kandungan
apakah terdapat lesi, benjolan, atau mengetahui daerah mana yang terasa sakit jika diraba.
Untuk daerah kandungan bagian atas dokter menggunakan alat spekulum. Teknik
pemeriksaan ini sebenarnya harus rutin dilakukan oleh wanita untuk mengetahui kondisi
vaginanya.
Biopsi endometrial diperlukan untuk menegakkan diagnosis kanker endometrium. Pada
pemeriksaan biopsi, akan diambil sebagian kecil dari lapisan uterus (endometrium)
kemudian dilihat sediaan tersebut di mikroskop. Karena kanker endometrium dimulai di
dalam uterus, kelainannya tidak selalu dapat dideteksi dengan pap smear. Karena itu,
sampel dari jaringan endometrium harus diambil dan dilihat dengan mikroskop untuk
dideteksi apakah terdapat sel kanker atau tidak. Salah satu prosedur dibawah ini dapat
dilakukan :
memasukkan selang yang kecil dan fleksibel melalui serviks kedalam uterus. Selang ini
kemudian akan mengikis sebagian kecil jaringan endometrium sehingga kemudian
didapatkan sampel jaringan. Patolog kemudian akan memeriksa sampel sel kanker di
bawah mikroskop
Dilatasi dan kuretase : Caranya yaitu leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian
diyakini
banyak
penelitian
sebagai
langkah
awal
pemeriksaan
kanker
rendah.
Papanicolau Test
adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias Papanicolau, untuk
mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papilomavirus.
Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop
(PA). Cara untuk mendapatkan sampel adalah dengan aspirasi sitologi dan
biopsy hisap (suction biopsy) menggunakan suatu kanul khusus. Alat yang
digunakan adalah novak, serrated novak, kovorkian, explora (mylex), pipelly
(uniman), probet. Pap smear tidak sensitif untuk mendiagnosa kanker
endometrium. Pada pemeriksaan pap smear, 50% dari penderita kanker
endometrium menunjukkan hasil yang normal. Sel endometrium yang jinak
terkadang ditemukan saat pemeriksaan pap smear pada wanita diatas 40 tahun
Bia sel ini ditemukan, maka resiko kanker pada wanita tersebut adalah 3-5%.
Pada wanita premenopause, temuan ini kurang akurat, terutama bila hasil
didapatkan saat penderita sedang haid. Pada penderita yang memakai terapi
hormon, resiko keganasan berkurang (1-2%).
Pada awal menopause, wanita harus diberitahu mengenai resiko dan gejala awal kanker
endometrium. Mereka harus didorong untung melaporkan apabila terdapat perdarahan
vagina ataupun spotting ke dokter.
Screening terutama harus dilakukan jika mereka memiliki anggota keluarga yang
didiagnosis dengan kanker endometrium, usus besar, atau kanker ovarium.
9. Penatalaksanaan Carcinoma Endometrium
1. Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim).
Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena
sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang
mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh
ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar
tumor, maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah
ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar
ke bagian tubuh lainnya. Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium
(lapisan rahim), maka penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya.
2. Radioterapi
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di
daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan
pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium
menurun 20-30% dibanding dengan pasien dengan operasi dan penyinaran.
Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor)
atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa). Stadium I
dan II secara medis hanya diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan risiko rendah
(stadium IA grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi.
Radiasi adjuvan diberikan kepada :
Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi melebihi
setengah miometrium.
Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III.
Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri (Prawirohardjo, 2006).
Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker endometrium:
Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk mengarahkan
sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama
beberapa minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi
B.
Tujuan Kemoterapi
Kemoterapi bertujuan untuk :
(1) Membunuh sel-sel kanker.
(2) Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
(3) Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.
Jenis kemoterapi:
1) Terapi adjuvan
Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan
radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase.
2) Terapi neoadjuvan
pada saat sel bereproduksi, sehingga sel tumor yang aktif merupakan target utama
dari kemoterapi. Namun, efek samping obat kemoterapi yaitu dapat mempengaruhi
sel yang sehat.
E. Persiapan Kemoterapi
Darah tepi
: HB, Leukosit, hitung jenis, trobosit.
Fungsi hepar
: bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase.
Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan creatinine clearance test (bila serum
kreatinin meningkat).
Audiogram (terutama pada pemberian cis-platinum).
akan terjadi.
Faal ginjal dan hati baik.
Diagnosis histopatologik.
Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
Riwayat pengobatan (radioterapi atau kemoterapi) sebelumnya.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb > 10 gr%, leukosit > 5000/mm3,
7)
8)
9)
Fibrosis paru.
Ginjal.
Gangguan pada saraf.
Neuropati.
Tuli.
Letargi.
Penurunan libido.
Tidak ada ovulasi pada wanita.
AP
(Doxorubicin
50-60
mg/m2,
Kemoradiasi
20-40
mg/m2
setiap
atau
Rekomendasi
Kemoterapi
rekuren
Tumor stadium
atau
(cisplatin/doxorubicin/paclitaxel)
Hormonal therapy (oral progestin
lanjut
4. Terapi Hormonal
Terapi primer
Salah satu keunikan kanker endometrium adalah merespon terapi hormon. Progestin
digunakan sebagai terapi primer wanita yang mempunyai resiko tinggi operasi. Namun
terapi ini jarang dilakukan. Ini bisa saja merupakan satu-satunya pilihan terapi paliatif
dalam beberapa kasus. Pada kasus yang jarang lainnya, pada adenocarcinoma
stadium 1 yang sulit di operasi, intrauterine progestional dapat membantu. Namun
terapi ini harus digunakan dengan hati-hati.
Terapi Hormonal Adjuvan
Single-agent progestin telah menunjukkan aktifitas pada penderita dengan stadium
lanjut. Tamoxifen memodulasi ekspresi dari progesteron reseptor dan meningkatkan
efikasi progestin. Tamoksifen dan progestin sebagai terapi adjuvan telah menunjukkan
tingkat respon yang tinggi. Secara umum, toksisitas sangat rendah, kombinasi ini
paling sering digunakan untuk penyakit rekuren
Terapi Pengganti Estrogen
Karena dugaan kelebihan estrogen sebagai penyebab perkembangan kanker
endometrium, ada kekhawatiran bahwa penggunaan estrogen pada wanita dengan
kanker endometrium dapat meningkatkan resiko kekambuhan atau kematian. Namun,
efek seperti itu belum ada penelitiannya. Gog meneliti efek terapi pengganti estrogen
secara acak pada 1236 wanita yang telah menjalani operasi kanker stadium I dan II
dengan memberikan estrogen atau plasebo.
rendah. Karena beresiko dan keamanannya belum terbukti, pasien harus diberi
konseling hati-hati sebelum memulai rejimen estrogen pasca operasi.
5. Terapi adjuvan
Pemakaian postoperatif radiasi pada wanita dengan kanker endometrium stadium 1
masih kontroversial karena rendahnya tingkat kekambuhan pada stadium 1 dan datadata penelitian yang masih kurang. Beberapa penelitian mendukung pemberian
postoperative external beam pelvic radiotherapy pada penderita stage IC, dan grade
III. Sebagian besar data retrospektif, pengalaman institusim dan beberapa penelitian
mendukung pemberian external beam pelvic radiation, vaginal brachytherapy pada
penderita stadium II. Pada stadium III, tumor directed postoperative external beam
radiation diindikasikan dengan atau tanpa kemoterapi. Kebanyakan terapi radiasi
ditujukan spesifik pada penyakit pelvis namun dapat juga ditujukan ke area para aortic
bila ada metastasis. Beberapa pasien dengan stadium IV radioterapi bertujuan
sebagai terapi kuratif. Namun pada penyakit stadium IV B dimana metastasis
intraperitoneal berada di luar jangkauan radiasi radioterapi, tidak disarankan untuk
dilakukan radiasi di seluruh bagian abdomen. Oleh sebab itu, pada stadium ini
radioterapi dimaksudkan sebagai terapi paliatif bukan kuratif.
Daftar Pustaka
1. Abdul bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.YBPSP. Jakarta
2. Aria wibawa dept obstetri dan ginekologi FKUI-RSUPN CM
3. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. EGC. Jakarta
4. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC. Jakarta
5. Varney, Helen. 2000. Buku Saku Bidan. EGC. Jakarta
6. Winkjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. 2006. YBPSP. Jakarta