Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM


BUDIDAYA KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Disusun oleh :
1. M. Itsnan
(11354)
2. Deciana Widyantika
(11497)
3. M. Restu Setiawan
(11598)
4. Fahmi Ardianto
(11642)
5. Meta Harkitawati
(11695)
6. Iswin Raka
(11753)
7. Arif Wahyu Widada
(11791)
8. Fahriz Winandra
(11824)
9. Alif Saifudin
(11828)
10. Fathin Nabihaty
(11891)
Golongan / Kel. : C2 / 5
Asisten
: Surya

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
BUDIDAYA KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)
ABSTRAK

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang
banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur kacang hijau dan isi onde-onde, dan lain-lain. Selain
itu, tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam
kehidupan sehari-hari yakni sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di
Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan
kacang tanah. Oleh karena itu perlu dikembangkan lebih baik mengenai budidaya tanaman tersebut
dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat dan terampil sejak dari persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan (termasuk pemupukan, pengairan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit),
sampai pemanenan dan pemasaran ataupun penanganan pasca panen. Praktikum ini bertujuan agar
mahasiswa mampu menerapkan teknik budidaya tanaman semusim secara langsung di lapangan dan
menganalisis usaha tani dengan baik. Tanaman tersebut ditanam secara monokultur karena teknis
budidaya relatif mudah dan kemungkinan dapat menghasilkan produksi yang tinggi dikarenakan
persaingan antara tanaman satu dengan yang lainnya tidak saling mempengaruhi. Lokasi kegiatan
dilaksanakan di Kebun Percobaan Banguntapan Bantul Yogyakarta, dimulai awal bulan September
sampai pertengahan Desember 2011. Percobaan dilakukan pada jenis tanah regosol dengan luas lahan
total 70 m2. Bahan-bahan yang digunakan antara lain benih kacang hijau, Pupuk Kandang, Phonska,
dan pestisida bila diperlukan. Alat-alat yang digunakan meliputi alat pengolahan tanah (cangkul, cetok,
tugal, patok, rafia, dan ember), alat pemeliharaan tanaman (sprayer, pipa pengairan, dan sabit), dan alat
untuk pengamatan (meteran, alat tulis, dan tabel pengamatan).

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman semusim didefinisikan sebagai tanaman yang menyelesaikan satu siklus
hidupnya dalam satu musim tanam. Hasil komoditas tanaman semusim pada umumnya
merupakan kebutuhan pangan pokok bagi masyarakat, seperti padi, jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, dan shorgum.padi merupakan makanan poko terutama bagi
penduduk Indonesia, sedangkan jagung dan shorgum merupakan sumber karbohidrat
selain padi. Komoditas kacang-kacangan pada umumnya merupakan sumber protein
nabati.
Satu-satunya cara untuk memperoleh komoditas bahan-bahan pangan tersebut
adalah melalui usaha budidaya tanaman atau produksi tanaman (crop production).
Sampai saat ini belum ditemukan metode lain untuk tujuan tersebtu. Oleh karena itu,
teknik-teknik budidaya tanaman khususnya tanaman semusim wajib dikuasai terutama
oleh pelaku-pelaku bidang pertanian termasuk di dalamnya mahasiswa fakultas
pertanian.
Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang banyak
dimakan rakyat Indonesia. Tanaman ini selain banyak mengandung zat-zat gizi juga
bermanfaat untuk proses pengobatan. Secara agronomis dan ekonomis, tanaman kacang
hijau memiliki kelebihan dibanding tanaman kacang-kacangan lainnya. Meskipun
tanaman kacang hijau memiliki banyak manfaat, namun tanaman ini masih kurang
mendapatkan perhatian petani untuk dibudidayakan. Permintaan pasar terhadap kacang

hijau terus mengalami peningkatan sedangkan produksi di dalam negeri masih rendah.
Sebagian besar kebutuhan kacang hijau domestik untuk pakan atau industri pakan dan
sebagian lainnya untuk pangan, dan kebutuhan industri lainnya. Selain untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, produksi kacang hijau nasional juga berpeluang besar untuk
memasok sebagian pasar kacang hijau dunia.
Klasifikasi taksonomi tanaman kacang hijau adalah sebagai berikut
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Rosidae

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus

: Phaseolus

Spesies

: Vigna radiata L.
Kacang hijau merupakan salah satu komoditas pertanian yang telah

dikembangkan sejak dahulu dan permintaan akan kacang hijau dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Tanaman kacang hijau memiliki potensi yang tinggi untuk
dikembangkan. Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan lainnya, kacang hijau
memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan
kekeringan, (b) serangan hama dan penyakit lebih sedikit, (c) dapat dipanen pada umur
55-60 hari, (d) dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan (e) cara budidayanya
mudah (Sunantara, 2000).Oleh karena itu, sangat penting bagi mahasiswa untuk dapat
mengetahui teknik budidaya kacang hijau baik secara teori maupun aplikasi dan
prakteknya secara langsung di lapangan.
Kacang hijau (Vigna radiata) merupakan salah satu bahan pangan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat luas selain beras. Karena tergolong tinggi penggunaannya
dalam masyarakat, maka kacang hijau ini memiliki tingkat kebutuhan yang cukup tinggi.
Dengan teknik budidaya dan penanaman yang relatif mudah budidaya tanaman kacang
hijau memiliki prospek yang baik untuk menjadi peluang usaha bidang agrobisnis. Pada
umumnya, kacang hijau umumnya ditanam di lahan sawah pada musim kemarau setelah
padi atau tanaman palawija yang lain. Adapun kegiatan dalam budidaya tanaman
semusim secara umum dimulai dari persiapan lahan, penanaman benih, pengairan,

pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan serta


penanganan pasca panen. Proses fotosintesis merupakan dasar dari usaha budidaya
tanaman.
B. Tujuan
1. Mempraktikkan teori budidaya tanaman semusim secara langsung, khususnya
budidaya tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.).
2. Meningkatkan pengalaman lapangan bagi praktikan sehingga lebih peka terhadap
masalah-masalah yang mungkin timbul dalam usaha budidaya tanaman semusim.
3. Mempraktikkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Praktikum Budidaya Tanaman
Semusim : Dasa-Dasar Agronomi, Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman,
Ilmu Perlindungan Tanaman, Ilmu Gulma, Fisiologi Tanaman, Ekologi Tanaman,
Klimatologi Pertanian, Kesuburan Tanah, Dasar Manajemen, Analisis Usaha Tani,
dan lain-lain.
II.

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang banyak


dimakan rakyat Indonesia. Tanaman ini selain banyak mengandung zat-zat gizi juga
bermanfaat untuk proses pengobatan. Secara agronomis dan ekonomis, tanaman kacang hijau
memiliki kelebihan dibanding tanaman kacang-kacangan lainnya (Atman, 2007). Menurut
Balitkabi (2005), semua varietas kacang hijau yang telah dilepas cocok di tanam di lahan
sawah. Namun, untuk daerah endemik penyakit embun tepung dan bercak daun (Cercospora)
dianjurkan menanam varietas Sriti, Kenari, Perkutut, Murai, dan Kutilang. Diharapkan petani
mempunyai banyak pilihan dalam menggunakan varietas kacang hijau yang mereka sukai.
Kacang hijau dapat tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang kelembaban dan
tersedianya unsur hara yang cukup. Untuk itu lahan yang akan dipergunakan harus
dipersiapkan sebaik-baiknya. Pada lahan sawah setelah panen padi, tidak perlu dilakukan
pengolahan tanah (tanpa olah tanah=TOT) (Atman, 2007). Pada umumnya petani melakukan
penanaman benih kacang hijau sesudah padi dengan cara sebar benih sebelum atau sesudah
padi dipanen. Sebar benih kacang hijau setelah padi dipanen dilakukan dengan atau tanpa
pembabatan jerami, dan benih yang diperlukan berkisar 50-75 kg/ha (Hilman et.al., 2004).
Sunantara (2000) menyarankan pemberian pupuk sebanyak 50 kg Urea + 60 kg SP36
+ 50 kg KCl/ha. Pupuk diberikan pada saat tanam secara larikan di sisi lubang tanam
sepanjang barisan tanaman. Bahan organik berupa pupuk kandang sebanyak 15-20 t/ha atau

abu dapur/abu hasil pembakaran jerami sebanyak 5 t/ha sangat baik diaplikasikan untuk
menutup lubang tanam.
Kassam dan Kowal (1973) melaporkan fotosintesis optimum untuk tanaman C3
terjadi pada intensitas radiasi dari 0,15-0,60 cal/cm2/min atau 216-864 cal/cm2/hari, saat
kejenuhan

daun

tercapai.

Fotosintesis

daun

meningkat

dengan

radiasi

matahari

ke titik jenuh luar yang ada peningkatan lebih sedikit atau bahkan tidak pada
fotosintesis.
Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air, yang penting
tanah cukup kelembabannya. Namun, bila tanah pertanaman kacang hijau kekeringan
sebaiknya segera diairi terutama pada periode kritis, yaitu: saat tanam, saat berbunga (umur
25 hst), dan saat pengisian polong (umur 45-50 hst) (Sunantara, 2000). Untuk kacang hijau
yang ditanam di tanah bertekstur ringan (berpasir), umumnya pengairan dilakukan dua kali
yaitu umur 21 dan 38 hst, sedangkan pertanaman di tanah bertekstur berat (lempung),
biasanya diperlukan pengairan hanya satu kali (Balitkabi, 2005).
Serangan hama merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil di tingkat
petani. Dilaporkan terdapat sebanyak 30 jenis serangga yang telah diketahui merupakan hama
kacang hijau dan 20 jenis digolongkan sebagai hama penting yang dapat menurunkan kualitas
tanaman kacang hijau. Hama ini menyerang seluruh bagian tanaman kacang hijau sejak
tanaman tumbuh sampai panen (Tengkano, 1986 cit LPTP, 2000). Diantara hama penting
kacang hijau tersebut adalah: lalat bibit Ophyomia phaseoli, ulat jengkal Plusia chalsites,
kepik hijau Nezara viridula, kepik coklat Riptortus linearis, penggerek polong (Maruca
testulalis dan Etiella spp.) dan kutu thrips (Hilman, et al., 2004).
Menurut Atman (2007), umur panen barvariasi tergantung varietas yang ditanam.
Panen dilakukan bila polong berwarna hitam atau coklat serta telah kering dan mudah pecah.
Panen dapat dilakukan satu, dua, atau tiga kali tergantung varietas yang ditanam. Andersen
(2006) mengatakan, setelah biji dipanen dan dikeringkan, biji dapat disimpan dalam wadah
gelas / kaca dan disimpan untuk beberapa tahun. Pembekuan biji akan menghilangkan kutu
serangga dan menjaga viabilitas biji. Biji dapat disimpan untuk diajdikan kecambah (tauge)
atau untuk penanaman tahun berikutnya.

III.

METODOLOGI

A. Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan adalah benih kacang hijau, pupuk kandang dan
phonska. Alat-alat yang dipergunakan meliputi alat pengolahan tanah (cangkul, sabit,
cetok, tugal, patok, rafia, dan ember), alat pemeliharaan tanaman (sprayer, pipa
pengairan, dan sabit), dan alat untuk pengamatan (meteran, alat tulis, dan tabel
pengamatan).
B. Lokasi dan Waktu
Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian di Banguntapan, Bantul
Yogyakarta, September Desember 2011, pada lahan seluas 70 m2 dengan jenis tanah
Regosol ketinggian + 113 m dpl.
C. Pelaksanaan Budidaya
a. Persiapan Lahan. Pengolahan tanah dilakukan intensif, dibersihkan dari rumput dan
dicangkul hingga gembur (Anonim, 2011). Pada lahan kering/tegalan tanah dibajak
sedalam 15-20 cm, lalu digaru, dan diratakan, dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma
dan dibuat bedengan selebar 3-5 meter. Antar bedengan dibuat saluran drainase dalam
30 cm dan lebar 30 cm yang berfungsi sebagai saluran drainase pada musim hujan dan
saluran irigasi pada saat kering (Epetani, 2010).
b. Penanaman Benih. Penanaman dengan pola monokultur, yaitu menanam satu jenis
tanaman pada lahan dan waktu yang sama dalam satu musim tanam. Model budidaya
ini bertujuan untuk meraih produktivitas tinggi karena tidak adanya persaingan antara
tanaman yang berbeda serta efisiensi ekonomi dan kemudahan (dalam hal pemberian
pupuk dan pemeliharaan). Dalam situs resmi BPTP dijelaskan bahwa benih kacang
hijau ditanam dengan cara tugal, kedalaman lubang tanam 3-5 cm, dengan jarak 40 cm
x 10 cm, tiap lubang diisi 2 biji (berat 100 butir biji = 6 gram) (Anonim, 2011), namun
untuk mempermudah maka diberikan jarak tanam 20 x 20 cm. Lubang tanam ditutup
dengan tanah atau jerami yang telah dipotong dijadikan mulsa segera setelah
pemupukan dan tanam. Kebutuhan benih kacang hijau untuk praktikum ini adalah
150g/40m2.
c. Pengairan. Tanaman kacang hijau relatif tahan kering, namun tetap memerlukan
pengairan terutama pada periode kritis pada waktu perkecambahan, menjelang
berbungan dan pembentukan polong (BPTP, 2011). Periode kritis tanaman terhadap air

adalah pada saat tanam dan pada saat berbunga (umur 25 hari), pembentukan dan
pengisian polong (umur 45 hari). Pada masa lainnya jumlah air yang dibutuhkan relatif
sedikit. Pengairan dilakukan melalui selokan antar bedengan.
d. Pemupukan. Pemupukan dilakukan secara semi organik menggunakan pupuk kandang
sebagai pupuk dasar dan pupuk lengkap phonska untuk memacu pertumbuhan vegetatif
dan generatif tanaman. Penambahan pupuk organik seperti pupuk kandang dapat
meningkatkan kapasitas menahan air didalam tanah. Pada tanah yang kurang subur
kebutuhan pemupukan 45 kg Urea + 45 - 90 kg TSP + 50 kg KCL/ha (BPPT, 2011).
Dosis phonska yang akan diberikan adalah 0, 50, 100, 150 kg/ha. Pemupukan tanaman
kacang hijau dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pupuk disebar dan di
campur dalam tanah dengan baik sebelum tanam atau pupuk diletakkan sedalam biji
yang ditanam dengan jarak antara 3-5 cm dari biji tadi. Pemberian pupuk secara local
pada sisi dan bawah benih dengan jarak dan kedalaman tertentu merupakan cara yang
paling efisien dari pada diberikan dengan cara disebar. Perlu dijaga agar pupuk yang
diberikan tidak kontak langsung dengan benih karena dapat mengakibatkan kerusakan
benih dan menghambat perkecambahan. Pemberian pupuk pada jalur tempat benih
sedalam 5 cm kemudian ditutup dengan tanah sampai rata. Pupuk ini di berikan pada
saat tanam mengingat umur kacang hijau yang relative pendek.
e. Pemeliharaan. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih dari 7
hari. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama.
f. Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit. Penyiangan dilakukan seawal mungkin
karena kacang hijau tidak tahan bersaing dengan gulma. Penyiangan dilakukan 2 kali
pada umur 2 dan 4 minggu. Hama yang sering menyerang adalah Agromyza phaseolli
(lalat kacang), Meruca testualitis, Spidoptera sp, Plusia chalsites (ulat) dan kutu trips.
Penyakit kacang hijau yang sering ditemui antara lain Scierotium rolfsii, Cercospora
Canescens (bercak daun). Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan varietas
unggul yang tahan hama penyakit. Penggunaan pestisida dan atau fungisida dilakukan
apabila serangan hama tidak dapat dikendalikan dengan cara biologi (BPTP, 2011).
Selama masa tanam dilakukan pengamatan lingkungan biotic (kondisi tanaman yang
dibudidayakan, serta hewan dan tumbuhan lain di lingkungan) dan abiotik (cuaca, suhu,
lengas, presipitasi).
g. Pemanenan. Kacang hijau dipanen sesuai dengan umur varietas, biasanya dipanen pada
umur 55-60 hari. Tanda-tanda lain bahwa kacang hijau telah siap untuk di panen adalah
berubahnya warna polong dari hijau menjadi hitam atau coklat dan kering.

Keterlambatan panen dapat mengakibatkan polong pecah saat dilapangan. Panen


dilakukan dengan cara dipetik. Panen dapat dilakukan satu, dua atau tiga kali
tergantung varietas. Jarak antara panen kesatu dan ke dua 3-5 hari. Pada pasca panen,
pengeringan polong dilakukan selama 2-3 hari dibawah sinar matahari. Pembijian
dilakukan secara manual yaitu memasukkan polong ke dalam plastic lalu dipukul-pukul
dengan tongkat kayu. Pembijian dilakukan di dalam kantong atau karung untuk
menghindari kehilangan hasil. Pembersihan biji dari kulit polong dilakukan dengan
tampi/nyaru. Sebelum disimpan biji kacang hijau di jemur kembali sampai mencapai
kering simpan yaitu kadar air 8 - 10 %.
IV.

HASIL PENGAMATAN

1. Tinggi tanaman
Perlakuan

TT1

TT2

TT3

TT4

TT5

TT6

TT7

TT8

6,0533a

8,952a

11,752a

18,5a

29,332a

42,167a

50,832a

57,417a

5,52a

8a

12,170a

19,165a

26,085a

40,315a

51,080a

54,830a

6,45a

7,935a

10,585a

19,335a

30,5a

43,835a

52,320a

56,465a

6,15a

7,617a

10,667a

18,250a

27,083a

46a

57,833a

65a

Keterangan :
A : Kontrol
B : pupuk dosis 50
C : pupuk dosis 150
D : pupuk dosis 100

2. Jumlah Daun

Perlakuan

JD1

JD2

JD3

JD4

JD5

JD6

JD7

JD8

3,5a

4,5a

6,5a

7,5a

9,5a

11a

11,5a

10,89c

3a

4a

6a

7a

9a

11a

15a

16,0550a

3,5a

4a

6a

8a

10a

11,5a

14a

14,5ab

3a

4,5a

6a

8a

10,5a

10,5a

12a

12,445bc

Keterangan :
A : Kontrol
B : pupuk dosis 50
C : pupuk dosis 150
D : pupuk dosis 100

3. Berat Segar
Perlakuan

BS1

BS2

BS3

0,4583a

10,388a

72,01a

0,2867a

7,168a

107,97a

0,25a

9,463a

91,67a

0,1833a

6,420a

101,29a

Keterangan :
A : Kontrol
B : pupuk dosis 50
C : pupuk dosis 150
D : pupuk dosis 100

4. Berat Kering
Perlakuan

BK1

B2

BK3

0,17333a

1,9a

18,293a

0,13667ab

1,3184a

27,425a

0,13833ab

1,9118a

19,415a

0,12b

1,235a

25,168a

Keterangan :
A : Kontrol
B : pupuk dosis 50
C : pupuk dosis 150
D : pupuk dosis 100

5. Luas Daun

Perlakuan

LD1

LD2

LD3

13,975a

192,8a

772,1a

9,336a

301,8a

1199a

8,903a

339,9a

980,7a

7,942a

428,4a

1068,7a

Keterangan :
A : Kontrol
B : pupuk dosis 50
C : pupuk dosis 150
D : pupuk dosis 100

V.

PEMBAHASAN

Daun adalah salah satu organ terpenting pada tanaman. Fungsi utama daun adalah
sebagai salah satu tempat berlangsungnya system metabolism terpenting pada tanaman yaitu
fotosintesis. Banyak sedikitnya daun pada tanaman berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Berdasarkan table diatas perbedaan perlakuan yang diberikan pada
tanaman belum menunjukkan perbedaan pada jumlah daun yang tumbuh pada pengamatan
minggu pertama sampai dengan minggu keenam. Namun ketika memasuki minggu ketujuh
dan minggu kedelapan, perlakuan B menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dari
perlakuan yang lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah daun yang lebih banyak daripada
perlakuan yang lainnya. Adapun beberapa factor yang menyebabkan mengapa pertumbuhan
tanaman kacang hijau, khususnya jumlah daun yang tumbuh dengan dosis pupuk 50 lebih
baik daripada dosis 100 dan 150, yaitu gulma yang lebih banyak tumbuh pada petak dengan
dosis 100 dan 150, hal ini menyebabkan kompetisi antara tanaman kacang hijau dengan
gulma menjadi semakin tinggi sehingga berimplikasi pada pertumbuhan daun kacang hijau
yang terhambat.
Luas daun sangat berpengaruh pada aktifitas fotosintesis tanaman. Daun yang
permukaannya lebar akan menangkap sinar matahari dalam jumlah yang banyak, sehingga
memaksimalkan laju fotosintesis tanaman. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada
menyediaan makanan bagi tanaman dan akhirnya mempengaruhi metabolisme serta
pertumbuhan tanaman, baik secara vegetatif maupun generatif. Dari data dapat dilihat bahwa
pada tiap pengamatan terjadi penambahan luas daun. Dari empat perlakuan yang dilakukan,
pengamatan pertana perlakuan A (0) menunjukan luas daun paling besar diikuti perlakuan B
(50), C (100), D (150). Pada pengamatan kedua terjadi sebalinya, perlakuan D (150) paling
besar, diikuti dengan perlakuan C (100), D (50), dan A (0). Untuk angka dapat dilihat
langsung pada Tabel Luas Daun Tanaman. Pada pengamatan yang ketiga luas daun terbesar
pada perlakuan B (50), diikuti D (150), C (100), dan A (0). Perbedaan luas daun pada tiap
perlakuan dan pada tiap pengamatan disebabkan pada pengamatan kedua dan ketiga daun
banyak yang mulai menguning., ada juga dyang dimakan serangga dan ada pula yang rontok
sehingga menyebabkan jumlah daun maupun luas permukaan daun yang lebih kecil dari
perlakuan yang lainnya.
Pertumbuhan kacang hijau dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya air, pH,
suhu, pupuk dan jarak tanam. Kandungan air tanah berpengaruh nyata terhadap kandungan N
daun dan akar, kandungan klorofil dan kerapatan stomata daun. Sedangkan, kandungan P dan

K pada daun serta akar dipengaruhi oleh faktor tunggal. Kandungan air tanah juga
berpengaruh terhadap jumlah bunga, jumlah polong, jumlah biji, bobot biji, dan indeks
panen. Air adalah salah satu komponen lingkungan fisik yang sangat berarti bagi kehidupan.
Menurut Krammer (1980), tanaman dapat menyerap air dari tanah bila retensi oleh partikelpartikel tanah lebih kecil daripada daya serap tanaman. Jika kandungan air tanah rendah maka
tanaman tidak dapat menyerap air kemudian akan layu. Namun, jika dalam keadaan jenuh
walaupun retensi oleh partikel tanah tidak ada, air tidak dapat diserap oleh tanaman. Fungsi
air bagi tanaman adalah membentuk karbohidrat, menghindari hidrasi protoplasma dan
sebagai perantara proses translokasi mineral dan zat makanan. Menutupnya stomata dapat
menurunkan laju fotosintesis, perluasan akar, penyerapan hara dan mempengaruhi jumlah
hormon endogen yang berperan dalam proses fisiologi tanaman (Anon, 1984 dalam
Fernandez dan Shanmugasundaram, 1988). Kebutuhan tanaman akan air dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti:
1. Tipe da fase perkembangan tanaman
2. Tanah dan kandungan airnya yang berbeda beda dan
3. Kondisi cuaca dari suatu daerah.
Tanaman kacang hijau membutuhkan air sebanyak 288 mm/musim atau evaporasi 3,6
mm/hari (Syamsiah dan Fagi, 1986). Kebutuhan air tanaman kacang hijau relatif lebih rendah
jika dibandingkan dengan tanaman legum lainnya. pH tanah yang ideal untuk pertumbuhan
kacang hijau adalah lahan dengan pH tanah sekitar 5,8 serta mengandung banyak bahan
organik. Selain pH, suhu juga mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau. Suhu yang optimum
berkisar antara

C, maka tanaman kacang hijau sesuai untuk dataran rendah hingga

ketinggian mencapai 500 mdpl. Namun, tanaman ini cukup toleran terhadap cuaca yang
kering serta dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang kisaran curah hujan sekitar 700 -900
mm / tahun.
Pupuk yang biasa digunakan adalah Urea (45 % N), SP-36 (36 % ), KCl ( 60 % O),
dan pupuk majemuk (15-15-15). Suplai nitrogen di dalam tanah merupakan faktor yang
sangat penting dalam kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah.
Peranan N terhadap pertumbuhan tanaman adalah jelas, karena senyawa organik di dalam
tanaman pada umumnya mengandung N anatara lain asam amino, enzim dan bahan lainnya
yang menyalurkan energi (Nyakpa, 1988). P mempengaruhi tinggi tanaman, hasil dan berat
bahan kering, bobot biji dan memperbaiki kualitas hasil serta mempercepat masa
kematangan. Sedangkan, pengaruhnya terhadap resistensi penyakit dapat dikatakan bahwa P
meningkatkan daya resistensi terhadap serangan penyakit terutama cendawan (Nyakpa,

1988). Kalium di dalam tanaman dapat berfungsi untuk menguatkan batang tanaman
sehingga tanaman tidak mudah rebah, meningkatkan hasil produksi dan memperbaiki kualitas
hasil. Selanjutnya, kalium akan meningkatkan resistensi tanaman terhadap serangan penyakit,
terutama oleh cendawan (Nyakpa, 1988).
Jarak tanam yang digunakan untuk mendukung pertumbuhan kacang hijau ada dua
yaitu, jarak antar baris dan jarak dalam baris. Jarak antar baris berkisar antara 30-60 cm
sedangkan jarak dalam baris 5-15 cm. Penanaman kacang hijau bisa dilakukan dengan
pengolahan tanah atau tanpa pengolahan tanah. Hal itu dikarenakan pada tanah yang
bertekstur berat pengolahan tanah akan meningkatkan aerasi tanah dan biji akan lebih mudah
berkecambah. Tetapi, agar benih dapat berkecambah dengan baik, sebaiknya penanaman
dilakukan saat tanah masih lembab atau saat sedang ada hujan.

VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam sistem monokultur, jarak tanam dan pemeliharaan tanaman sangat penting
karena jarak tanam yang ideal akan memberikan lingkungan tumbuh yan baik bagi
tanaman serta berguna dalam usaha peningkatan hasil.
2. Pertumbuhan kacang hijau dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya air, pH,
suhu, pupuk dan jarak tanam. Kandungan air tanah berpengaruh nyata terhadap
kandungan N daun dan akar, kandungan klorofil dan kerapatan stomata daun.
3. Dosis pupuk paling optimal untuk pemupukan kacang hijau di lahan Banguntapan
adalah dengan dosis 50% anjuran, yaitu 87.5 gram per petak.
B. Saran
1. Dalam pembudidayaan hendaknya dilakukan pemiliharaan tanaman secara intensif
agar panen maksimal.
2. Hendaknya digunakan dosis pupuk phonska 50% anjuran untuk budidaya kacang
hijau di lahan Banguntapan, yaitu 87.5 gram per petak ditambah pupuk kandang.

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, C.R. 2006. Mung Bean-Vigna radiata. University of Arkansas, Arkansas, United
States of America.
Atman. 2007. Teknologi budidaya kacang hijau (Vigna radiata L.) di lahan sawah. Jurnal
Ilmiah Tambua VI : 89-95.
Balitkabi. 2005. Teknologi Produksi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balai Penelitian
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
BPTP.

2011. Budidaya Kacang Hijau. <http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?


option=com_content&view=article&id=143:budidaya-kacanghijau&catid=48:panduanpetunjuk-teknis-leaflet&Itemid=53>. Diakses 24 September
2011.

Epetani.
2010.
Teknologi
Budidaya
Kacang
Hijau.
<http://epetani.deptan.go.id/budidaya/teknologi-budidaya-kacang-hijau-1495>.
Diakses 27 September 2011.
Hilman, Y., A. Kasno, dan N. Saleh. 2004. Kacang-kacangan dan umbi-umbian: Kontribusi
terhadap ketahanan pangan dan perkembangan teknologinya. Dalam Makarim, et al.
(penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor, 95-132.
Kassam A.H., and Kowal I.M. (1973). Productivity of crops in the Savanna and rainforest
zones of Nigeria. Savanna 2 : 39-49.
LPTP. 2000. Budidaya Tanaman Kacang Hijau di Lahan Sawah. Tim Program Pertanian
Berkelanjutan dan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan. Surakarta.
Sunantara, I.M.M. 2000. Teknik produksi benih kacang hijau. No. Agdex: 142/35. No. Seri:
03/Tanaman/2000/September 2000. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian Denpasar Bali.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai