Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian IPTEK.............................................................................................7
2.2. Pengertian Seni..................................................................................................................
2.3. Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni.......................................................................
2.4. Keutamaan Orang yang Berilmu.....................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................
3.2. Saran...........................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bagi manusia, ilmu adalah sesuatu yang sangat berharga di dalam hidup. Banyak
saudara-saudara kita yang hidupnya serba kekurangan. Ada yang bekerja sebagai pemulung,
pengemis, pengamen, dan lain-lain. Semuanya ini dapat teratasi apabila mereka memiliki ilmu
yang dapat dimanfaatkan, sehingga mereka tidak lagi bekerja sebagai pemulung, pengemis,
pengamen dan lain-lain sebagainya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan
kebutuhan yang sangat penting bagi setiap umat yang ada di dunia ini, terlebih lagi bagi umat
muslim. Dalam ajaran agama islam, menuntut ilmu sangat ditekankan dalam kitab suci
AlQuran dan Al-Hadits. Orang mempunyi ilmu berbeda dengan orang yang tidak mempunyai
ilmu. Orang yang mempunyai ilmu, apabila dia ingin melakukan sesuatu dia harus
memikirkan dengan matang sebelum dia melakukan sesuatu. Dan orang yang memiliki ilmu
juga mempunyai tujuan hidup yang jelas. Sedangkan orang tidak memiliki ilmu, apabila dia
ingin melakukan sesuatu dia tidak lagi memikirkan dengan matang apa yang akan dia lakukan
nantinya. Dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW, Beliau bersabda tuntutlah ilmu
walau ke negeri cina. Begitu pentingnya sebuah ilmu sehinggan Nabi sendiri menyuruh kita
untuk menuntut ilmu sampai ke negeri cina. Untuk mendapatkan ilmu, banyak cara yang
dapat kita lakukan diantaranya dengan cara membaca, mendengarkan, melihat atau membaca
situasi yang pernah kita rasakan, dan masih banyak cara lagi untuk mendapatkan ilmu. Seni
merupakan ekspresi dari jiwa seseorang yang menghasilkan sebuah budaya yang diidentik
dengan keindahan. Seorang seniman sering menggunakan benda-benda yang diolah secara
kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga menghasilkan sebuah keindahan. Seni yang lepas
dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal
dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang
kematangan jiwanya terus bertambah.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian iptek dan seni?
2. Bagaimana korelasi antara iman, ilmu, teknologi dan seni dalam Islam?

1.3. Tujuan Penulisan :


1. Untuk memenuhi tugas kuliah agama islam.
2. Untuk mengetahui hubungan antara iptek dan seni dalam agama islam.
3. Untuk menambah wawasan pembaca mengenai berbagai hal macam hukum menurut
islam dalam pengaplikasian antara iptek dan seni dalam kehidupan sehari hari .

BAB II
IPTEK DAN SENI
2.1. Pengertian IPTEK
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ilmu yang berarti pengetahuan. Kata ilmu
sekalipun berbeda, tetapi memiliki kemiripan dengan kata marifah, fiqh, hikmah, dan
syuur. Dari segi bahasa, ilmu berarti jelas, baik dalam arti, proses, maupun obyeknya. Kata
ilmu dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 854 kali dalam al-Quran. Kata ini
digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan (Quraish
Shihab:434). Setiap ilmu dibatasi pada salah satu bidang kajian. Karena itu seseorang yang
memperdalam ilmu-ilmu tertentu disebut spesialis. Sedangkan dari sudut pandang filsafat,
ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.
Ilmu yang berarti pengetahuan yang jelas itu ada 2 macam, yaitu pengetahuan biasa
dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya
kemanusiaaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra, dan intuisi untuk
mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan obyek, cara, dan kegunaanya. Dalam bahasa
Inggris, jenis ilmu ini disebut knowledge. Sedangkan ilmu dalam pengertian pengetahuan
ilmiah sekalipun juga merupakan keseluruhan bentu upaya kemanusiaan untuk mengetahui
sesuatu, tetapi disertai memperhatikan obyek yang ditelaah, cara yang dipergunakan, dan
kegunaannya. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah memperhatikan obyek ontologis,
landasan epistemologis, dan aksiologis. Dalam bahasa inggris, jenis pengetahuan ilmiah
disebut science, dan di Indonesiakan dengan sains. (Ensiklopedi Islam, hal.201).
Sedangkan menurut Iskandar Alisyahbana (1980) Teknologi telah dikenal manusia
sejak jutaan tahun yang lalu karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur
dan lebih sejahtera.Istilah teknologi berasal dari techne atau cara dan logos atau
pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara.
Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang,
memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.
Peran Islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi adalah bahwa syariat Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai tolak ukur. Artinya
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan syariat boleh dimanfaatkan, akan tetapi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertentangan dengan syariat harus dijauhi. Dengan kata
lain syariat juga berfungsi sebagai filter dari pengaruh-pengaruh negatif akibat dari kemajuan

teknologi terutama teknologi informasi yang tidak terbatas dengan adanya teknologi internet.
Karena, sebenarnya Al- Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang
yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang-orang yang lalim
2.2 Pengertian Seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian
dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari nilainilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi.
Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan
jiwanya terus bertambah.
2.3 Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni
Islam, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, maka syariatnya bukan saja
mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun dan
membina peradaban, bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan menyelamatkan
baik di dunia terlebih lagi di akhirat kelak. Rasulullah SAW pernah bersabda:
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat.
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut
Dienul Islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syariah dan akhlak,
dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan, sebagaimana yang dinyatakan dalam
Al-Quran Surat Ibrahim (14:24-25). Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul Islam
bagaikan sebatang pohon yang baik, iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang
menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan dengan batang pohon yang mengeluarkan
dahan-dahan/cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu
identik dengan teknologi dan seni.
QS: Ibrahim :24-25

Pesatnya perkembangan sains dan teknologi semakin terasa dari hari ke hari. Banyak
hasil dari perkembangan sains dan teknologi yang tadinya diluar angan-angan manusia sudah
menjadi keperluan harian manusia. Contohnya penyampaian informasi yang dahulu
memerlukan waktu hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya telepon, handphone, faksimile
dan internet dapat sampai ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja, bahkan pada masa yang
(hampir) bersamaan. Melalui TV, satelit dan alat komunikasi canggih lainnya, kejadian di satu
tempat di permukaan bumi atau di angkasa dekat permukaan bumi dapat diketahui oleh umat
manusia di seluruh dunia dalam masa yang bersamaan. Selain dalam bidang komunikasi,
perkembangan dalam bidang lain pun seperti material, alat-alat transportasi, alat-alat rumah
tangga, bioteknologi, kedokteran dan lain-lain begitu maju dengan pesat. Kita mengakui
bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting dalam pembangunan
peradaban material atau lahiriah manusia.
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai
ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya
bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri. Ilmu-ilmu yang dikembangkan
atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan memberikan jaminan kemaslahatan
bagi kehidupan ummat manusia termasuk bagi lingkungannya. Dengan demikian manusia
harus selalu meningkatkan kemampuannya dalam ipteknya dan semakin bertambah imannya
kepada Allah SWT (QS. Thaha:114 dan QS. Yusuf:72).
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena
empat alasan. Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa kepada Allah
SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang
bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek
hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan
pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat
berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidup manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani, tetapi juga
membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan
pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah,
dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan
jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.
Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia
menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut duniawi, seperti harta,

pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih
kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah SWT,
hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan
palsu. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Quran :
Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di
tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya
air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya,
lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya. (Q.S. An-Nur : 39).
Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang tepat
sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia dan
kebaikan akhirat.
2.4 Keutamaan Orang yang Berilmu
Seringkali manusia melupakan segi etika atau moral dari hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungan. Secara moral adalah normal apabila lingkungan akan
memberikan kepada manusia berbagai hal yang akan diketemukannya. bahkan manusia juga
harus memberikan toleransi kepada kenyataan bahwa sewaktu-waktu dapat timbul malapetaka
bagi kehidupan manusia. Jika manusia dapat berlaku adil dengan semua yang makhiuk hidup
di alam ini, maka disini letak kebenaran norma moral yang baik, dimana manfaat yang
dieroleh dari alam ini, harus juga memberikan manfaat kepada manusia lain.
Manusia dan masyarakat mengembangkan sistem nilai yang sesuai dengan keadaan
lingkungan. Manusia menyesuaikan pada hidupnya dengan irama yang ditentukan oleh
lingkungan alam. Karena perubahan lingkungan alam berada diluar kendali tangan manusia,
maka manusia memasrahkan diri kepada lingkungan. Hal inilah yang melahirkan suatu
kebiasaan, tradisi dan hukum yang tidak tertulis, yang kemudian mengatur pergaulan hidup
masyarakat.
Perilaku manusia merupakan pencerminan dari moral manusia yang dimilikinya. Citra
manusia hanya mempunyai relevansi, jika dalam kehidupan bersama dalam kelompok
masyarakat. Sebab dalam kehidupan berkelompok itulah terdapat sistem-sistem perlambang
yang selanjutnya berfungsi sebagai sumber nilai. Cara manusia mewujudkan diri adalah hasil
pilihannya sendiri. Oleh karena itu, apapun pilihannya, manusia sendiri yang bertanggung
jawab.

2.5

Tanggungjawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan


Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun atau hamba Allah dan

sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan
kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggungjawab
terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan
alam.
Dalam konteks abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini
memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada penciptanya.
Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan
rasa syukur atas anugerah yang diberikan sang pencipta berupa potensi yang sempurna yang
tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal. Dengan hilangnya rasa syukur
mengakibatkan ia menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia
menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama
manusia termasuk pada dirinya. Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu
kecenderungan kepada ketakwaan dan kecenderungan kepada perbuatan fasik (QS. AsySyams/91:8).

Dengan kedua kecenderungan tersebut, Allah memberikan petunjuk berupa agama


sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan
bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah.
Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusia
diberikan

kebebasan

untuk

mengeksplorasi,

menggali

sumber-sumber

daya

serta

memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan untuk kehidupan umat manusia dengan


tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, karena alam diciptakan untuk
kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Allah menciptakan alam, karena Allah
menciptakan manusia. Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dari Allah untuk
memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat
manusia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut
Dienul Islam. Di dalam Dienul Islam terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syariah dan
akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan. Pengembangan IPTEK yang
lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan
manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya.
Fungsi utama manusia yaitu, abdun: ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan, dan khalifah: tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Allah memberikan petunjuk
berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan
ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Manusia mendapat
amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya
untuk kepentingan umat manusia.
3.2 Saran
a. Dalam penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dalam bentuk apapun,
lebih baik untuk mampu memilah nilai positif dan negatif yang diberikan dari
teknologi tersebut.
b. Dalam penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, mampu mengendalikan
diri sehingga tidak menimbulkan kerusakan bagi ligkungan sekitar, atau dengan kata
lain, lingkungan di mana populasi-populasi berada.
c. Sebagai manusia yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan
mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni sesuai dengan
koridor-koridor Islam, sehingga tidak menjadi suatu yang mudharat.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.si.its.ac.id/kurikulum/materi/iptek/manusialingkungan.html
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-s2-2004-simonsimor1746&q=Human
http://www.ziddu.com/download/5235808/4MakalahSeniBudayadanIptekdalamPandanganIsl
am.rtf.html
http://saiful-jihad.blogspot.com/2009/07/vi-ipteks-dalam-islam.html
Fanani, Sunan. 2010. Pendidikan Agama Islam I. Surabaya : PT. Al-Maktabah.
Rochmah, dkk. 2004. Islam untuk Disiplin Ilmu Teknologi. Jakarta : Departemen Agama RI.

Anda mungkin juga menyukai