Anda di halaman 1dari 14

WONO TIRTO SUMBER KRABYAKAN

DESA SUMBER NGEPOH KECAMATAN LAWANG

MAKALAH
Tugas ini disusun guna memenuhi mata kuliah Geografi Pariwisata
Yang dibimbing oleh Bapak Drs. I Komang Astina, M.S, Ph.D.

Disusun oleh:
Shima Tandya Lestari
110721435066
OFFERING B 2011

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
Maret 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang memiliki wilayah yang sangat luas
membentang dari Sabang sampai Merauke dan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan
kebudayaan.Indonesia juga memiliki banyak potensi pariwisata yang sangat potensial untuk
di kembangkan. Dunia kepariwisataan sekarang ini dapat dirasakan semakin bertambah pesat
dari tahun ke tahun dan menjadi sektor yang sangat strategis bagi setiap negara untuk
menambah devisa Negara dari sektor nonmigas, Sehingga perlu adanya perhatian yang sangat
serius terhadap pengelolaan di sektor ini. Kebudayaan dan keindahan alam merupakan aset
berharga yang selama ini mampu menyedot wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk
datang dan berkunjung untuk menikmati keindahan alam maupun untuk mempelajari
keanekaragaman kebudayaan Bangsa Indonesia.
Pariwisata dapat didefinisikan sebagai suatu perjalanan dari satu tempat menuju
tempat lain yang bersifat sementara, yang biasanya dilakukan orang-orang yang ingin
menyegarkan pikiran setelah bekerja terus dan memanfaatkan waktu libur dengan
menghabiskan waktu bersama keluarga untuk berekreasi. Alasan seseorang berwisata
diantaranya dikarenakan adanya dorongan keagamaan seperti berekreasi ke tempat-tempat
suci agama untuk mendalami ilmu tentang agama dan ada juga yang bertujuan untuk
berolahraga atau sekedar menonton pertandingan olahraga (Spillane,1987).
Industri pariwisata di Indonesia tidak sedikit memberi peran penting bagi
perekonomian Indonesia karena dapat memberikan tambahan devisa bagi negara sehingga
penerimaan negara meningkat, selain itu dapat menambah lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar objek wisata misalnya dengan adanya pedagang-pedagang kecil seperti
pedagang makanan ringan dan penjual souvenir yang dapat mengurangi pengangguran dan
kemiskinan (Oka A.Yoeti,2008).
Pariwisata sekarang ini telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat di berbagai lapisan
bukan hanya untuk kalangan tertentu saja, Sehingga dalam penangananya harus dilakukan
dengan serius dan melibatkan pihak-pihak yang terkait, selain itu untuk mencapai semua
tujuan pengembangan pariwisata, harus diadakan promosi agar potensi dan daya tarik wisata
dapat lebih dikenal dan mampu menggerakkan calon wisatawan untuk mengunjungi dan
menikmati tempat wisata. Dalam hal ini industri pariwisata berlomba-lomba menciptakan
produk pariwisata yang lebih bervariasi menyangkut pelestarian dari obyek itu sendiri sesuai

dengan tujuan pembangunan pariwisata yaitu untuk mengenalkan keindahan alam, budaya
dan adatistiadat yang beraneka ragam.
Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No.9 Tahun 1990, Pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan
maksud tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tapi hanya semata untuk
menikmati perjalanan tersebut untuk mencapai kepuasan (UU Kepariwisataan No.9 Tahun
1990). Dengan adanya pariwisata akan lebih mengenal bangsa, kebudayaan, adat-istiadat dan
sekaligus dapat menikmati keindahan alam di negara lain. Pengembangan pariwisata
memiliki kekuatan penggerak perekonomian yang sangat luas, tidak semata-mata terkait
dengan peningkatan kunjungan wisatawan, namun yang lebih penting lagi adalah
pengembangan pariwisata yang mampu membangun semangat kebangsaan dan apresiasi
terhadap kekayaan seni budaya bangsa. Beberapa langkah konkrit yang dilakukan oleh
pemerintah sebagai upaya pengembangan potensi obyek-obyek wisata alam antara lain
dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang obyek wisata dalam merawat
dan melestarikan lingkungan serta menjalain kerjasama dengan pihak swasta. Hal tersebut
dilakukan dengan harapan pengelolaan obyek wisata yang ada lebih terjamin dan terarah.
Pola pembangunan yang berlangsung saat ini perlu diubah dan didefinisikan secara
jelas. Aspek pembangunan tidak semata-mata hanya untuk pemenuhan kebutuhan aspek
ekonomi namun juga perlu memberikan bobot yang setara pada aspek-aspek sosial dan
lingkungan. Pembangunan yang dilakukan harus merupakan pembangunan yang membumi,
yang selalu selaras dengan keseimbangan alam. Dimana pembangunan membumi dapat
diidentikkan dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan berwawasan
lingkungan.
Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa, ide dasar pembangunan
berkelanjutan adalah kelestarian sumberdaya alam dan budaya. Ide kemudian diturunkan ke
dalam konsep pariwisata berkelanjutan. Artinya adalah pembangunan sumberdaya (atraksi,
aksesibilitas, amenitas) pariwisata yang bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal
bagi pemangku kepentingan dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka
panjang.
Wisata adalah industri yang kelangsungannya sangat ditentukan oleh baik dan
buruknya lingkungan. Tanpa lingkungan yang baik tidak mungkin wisata berkembang. Oleh
karena itu pengembangan wisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab
dalam industri wisata, lingkungan itulah yang sebenarnya dijual (Soemarwoto, 2004).
Kebijakan pembangunan pariwisata yang dikaitkan dengan upaya pengelolaan lingkungan

hidup, merupakan salah satu kebutuhan penting bagi pelayanan para wisatawan.
Pembangunan pariwisata dan pengelolaan lingkungan hidup laksana dua sisi mata uang.
Saling melengkapi dan dapat menjadi daya tarik dan pesona bagi wisatawan.
Kepariwisataan alam kemudian berkembang dan bergeser menjadi pola wisata minat
khusus dan wisata ekologis. Kedua pola wisata ini pada umumnya sangat mengandalkan
kualitas alam sehingga akan menjamin tetap terpeliharanya keberadaan dan kelestarian alam
yang merupakan obyek dan daya tarik wisata. (Fandeli,2002:3)
Kabupaten Malang

yang berbatasan dengan Kabupaten Lumajang di sebelah

timur,Kabupaten Pasuruan di sebelah utara dan Kabupaten Blitar serta Kediri di sebelah
barat serta memiliki keanekaragaman wisata, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata
sejarah, dan wisata lainnya. Beberapa objek wisata yang terkenal di Kabupaten Malang
diantaranya adalah sebagai berikut :
Dewi Sri
Waduk Selorejo
Coban Pelangi

Candi Singosari
Kasembon Rafting
Agrowisata PTPN XII Kebun Teh Wonosari
Waduk Selorejo
Wono Tirto Sumber Krabyakan
Dari beberapa objek wisata yang ada di Kabupaten Malang, beberapa objek wisata
yang telah disebutkan di atas yang dikelola oleh Pemerintah hanya 2 objek wisata yaitu
Agrowisata kebun teh Wonosari dan Candi Singosari.Sedangkan objek wisata lainnya
dimiliki dan dikelola oleh swasta. Kabupaten Malang yang memiliki tempat-tempat wisata
yang menarik memiliki potensi yang baik untuk menumbuhkan perekonomian, namun, hal ini
harus didukung dengan strategi pengembangan pariwisata di masing-masing objek wisata
agar lebih menarik bagi masyarakat yang ingin berkunjung dan berekreasi.
Salah satu objek wisata baru yang ada di Kabupaten Malang adalah Wono Tirto
Sumber Krabyakan. Objek wisata ini dapat dikatakan cukup potensial sebagai wisata
pedesaan karena menawarkan produk wisata berupa keindahan alam

yang bernuansa

pedesaan yang udara sekitar masih bersih dan sejuk. Wono Tirto Sumber Krabyakan terletak
di kaki pegunungan tepatnya di Dusun Krajan, Desa Sumber Ngepoh Kecamatan Lawang
yang dilengkapi fasilitas tempat singgah berupa gubuk , dan arena outbound.

Suasana yang lebih alami, sejuk dan segar dapat diperoleh bila pengunjung berjalan kaki ke
arah sumber mata air . Di lokasi tersebut dapat ditemukan beberapa sendang kecil yang
airnya mengalir sepanjang tahun. Selain potensi keindahan alam yang dimiliki oleh wisata ini,
juga terdapat potensi berupa hamparan sawah padi organik.
Dengan adanya potensi yang terkandung dalam setiap sudut Wono Tirto Sumber
Krabyakan berupa lahan pertanian yang luas, keindahan alam pegunungan dengan dikelilingi
sumber mata air serta udara yang sejuk, sesungguhnya dapat diolah menjadi suatu program
wisata. Adapun program wisata yang baik dan sesuai untuk kawasan wisata alam seperti ini,
bukanlah program wisata hiburan semata namun juga perlu mengandung nila-nilai edukasi yang
baik. Kegiatan wisata yang ideal dikembangkan pada kawasan Wono Tirto merupakan kegiatan
yang mengindikasikan upaya pelestarian alam dan mengedukasi wisatawan untuk lebih
menghargai alamnya, karena pada ahakikatnya istilah wana wista diperuntukkan bagi kawasan
alam yang mengadopsi nilai keseimbangan atara wisata dan konservasi.
Pengembangan wisata yang dilaksnakan dengan demikian diharapkan agar wisatawan
dapat menikmati sesuatu yang baru. Potensi daerah yang cukup besar ini seharusnya dapat
dikelola dan dikembangkan dengan strategi yang sesuai dengan keragaman faktor internal dan
eksternal yang dimiliki. Oleh karena itu peneliti ingin menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi minat maupun permintaan kunjungan wisatawan ke Wono Tirto Sumber
Krabyakan dengan Pendekatan SWOT.
Pendekatan SWOT digunakan sebagai metode dalam penelitian ini karena memiliki
banyak keunggulan dibandingkan pendekatan yang lain yaitu dengan Analisis SWOT maka dapat
diketahui situasi objek wisata dengan mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang
berpengaruh pada objek wisata, yaitu menganalisis peluang dan kekuatan yang dimiliki untuk
menentukan rencana masa depan dan mengatasi kelemahan dan ancaman dengan cara rencana
perbaikan . Menurut Freddy Rangkuti(2005), Analisis SWOT merupakan suatu identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), dan
secara bersamaan dapat meminimalisir kelemahan (weknesses) dan ancaman (Threats). Proses
pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,tujuan,strategi, dan
kebijakan perusahaan. Strategi pengembangan dengan analisis SWOT diharapkan mampu
menjadi fundamental dalam pengembangan obyek wisata yang sesuai dengan hakikat wana
wisata sesungguhnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang, sehingga dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana faktor-faktor eksternal objek wisata dalam mempengaruhi kunjungan
obyek Wono Tirto Sumber Krabyakan
2. Bagaimana faktor-faktor internal objek wisata dalam mempengaruhi kunjungan obyek
Wono Tirto Sumber Krabyakan
3. Bagaimana strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan dalam meningkatkan
jumlah pengunjung obyek Wono Tirto Sumber Krabyakan?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis faktor-faktor eksternal objek wisata dalam mempengaruhi tingkat
kunjungan obyek Wono Tirto Sumber Krabyakan
2. Menganalisis faktor-faktor internal objek wisata dalam mempengaruhi tingkat kunjungan
obyek Wono Tirto Sumber Krabyakan
3. Memformulasikan rekomendasi pengembangan yang tepat yang harus dilakukan oleh
pengelola dalam meningkatkan jumlah pengunjung obyek wisata Wono Tirto Sumber

Krabyakan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONDISI DAERAH PENELITIAN
Kondisi umum pada lahan pengamatan yaitu Desa Sumber Ngepoh, Kecamatan Lawang,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Yang berada di Kabupaten Malang ini terletak disebelah
utara kota Malang yaitu sebagai perbatasan kota Malang dengan Kota Pasuruan. Dimana
daerah tersebut banyak dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan, serta juga terdapat
beberapa sumber mata air. Desa Sumber Ngepoh itu sendiri terletak dibalik perbukitan yang
terlihat di sepanjang jalan. Lahan pada Desa Sumber Ngepoh ini memiliki tanah yang sangat
subur, sehingga mayoritas penduduk Desa Sumber Ngepoh berprofesi sebagai petani. Mereka
lebih memilih profesi tersebut karena untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada
sekaligus untuk menambah penghasilan.
Sebagian besar petani di Desa Sumber Ngepoh memilih komoditas Padi yang akan
ditanam pada lahan pertanian mereka dengan luas lahan pertanian 29,5ha. Komoditas Padi
dipilih karena menurut salah satu petani yang ada di Desa tersebut Padi merupakan suatu
komoditas yang tidak rakus akan unsur hara dan Padi yang dipilih untuk lahan pertanian
organik yaitu varietas Mentik Wangi dan Barito untuk pertanian semi organik digunakan
varietas Ciherang. Sedangkan untuk pengolahan lahan pada lahan tersebut yaitu dengan cara
dicangkul biasa.

2.2 ANALISIS DATA


Faktor Internal
1.

2.
3.
4.
5.
6.
Faktor Eksternal

MATRIKS SWOT
Kekuatan (Strength)
Memiliki sumber daya
alam pertanian yang cukup
potensial
Pemandangan alam yang
indah
Keramahtamahan
masyrakat
Sumber daya air cukup
besar
Lokasi yang strategis
dengan jalam arteri utama
Kondisi jaringan jalan
sepanjang menuju lokasi
wisata cukup baik dengan
beraspal

Kelemahan (Weakness)
1. Kurangnya sarana
pariwisata dan kurang
tersedianya lahan parkir
2. Promosi belum maksimal
3. Kurang tertatanya
keberadaan warung dan
pedagang kaki lima
4. Belum tersedianya pusat
informasi
5. Belum tersedianya
cinderamata

Peluang (Opportunities)
1. Lawang dijadikan
sebagai pusat kegiatan
wilayah
2. Rencana Pengembangan
Lokasi Wisata Wono
Tirto dengan pihak
Perhutani
3. Ditetapkannya Desa
Sumberngepoh sebagai
sentra produsen pangan

Strategi SO

Strategi WO

Strategi yang menggunakan


kekuatan dan memanfaatkan
peluang

Strategi yang meminimalkan


kelemahan untuk
memanfaatkan
peluang

Strategi Pengembangan
Daya Tarik Wisata

Strategi pengembangan
promosi
daya tarik wisata

organik dari Lembaga


Sertifikasi Organik.

Ancaman (Threats)
1. Transportasi menuju
lokasi masih minim
2. Persaingan wisata
dengan obyek wisata
lainnya
3. Kurangnya kesadaran
dalam melestarikan
lingkungan
4. Terjadinya
bencana/gangguan alam
5. Kondisi jalan rusak

Strategi ST

Strategi WT

Strategi yang menggunakan


kekuatan untuk mengatasi
ancaman

Strategi yang meminimalkan


kelemahan dan menghindari
ancaman

Strategi pengembangan
pariwisata berkelanjutan

Strategi pengembangan
kelembagaan dan SDM

2.3 REKOMENDASI PENGEMBANGAN


2.3.1 Program Pengembangan dari Strategi SO
2.3.1.1 Penataan Kawasan dan program inventarisasi daya tarik wisata
a) Mengelompokkan potensi-potensi daua tarik wisata
b) Membuat aktivitas wisata baru yang dapat dijadikan sebagai upaya pelestarian
alam
c) Penetapan daya tarik wisata yang ada di kawasan barat Pulau Nusa Penida oleh
Pemerintah Kabupaten Klungkung dan penataan lokasi wisata berdasarkan produk
wisata. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengelola dalam melakukan
pengawasan terhadap aktivitas wisata di lokasi tersebut.
d) Membuat produk wisata unggulan, yaitu produk wisata bahari dan wisata spiritual
menjadi ikon daya tarik wisata di kawasan barat Pulau Nusa Penida
2.3.1.2 Program Pengembangan Sarana dan Prasarana
a) Pembuatan (pengadaan) fasilitas pengelolaan wisata, seperti:
1. Pusat informasi wisata.
2. Pos-pos jaga untuk meningkatkan keamanan dan kenyaman.

3. Pengadaan sarana pemantauan dan komunikasi.


b) Pembuatan bangunan peristirahatan (stop over) pada beberapa titik pada jalur tracking.
c) Program pembangunan akomodasi (homestay) dan tempat makan.
d) Penyediaan tempat sampah ramah lingkungan.
e) Pembangunan fasilitas MCK umum di tempat-tempat strategis
2.3.1.3 Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Berwisata
a) Mengaktifkan kembali siskamling (sistem keamanan lingkungan) yang dimotori
oleh penduduk setempat.
b) Membuat papan yang berisi susunan tata tertib berwisata (mana yang boleh dan
tidak boleh dilakukan).

2.3.2 Program Pengembangan dari Strategi WO


2.3.2.1 Program Promosi
a) Promosi kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Malang, Dinas Pertanian, Website
b) Memperkenalkan dan mempromosikan produk wisata melalui event-event penting
2.3.2.2 Penyediaan pusat informasi bagi wisatawan

2.3. 3. Program Pengembangan dari Strategi ST


2.3.3.1 Peningkatan Kualitas Lingkungan
a) Melakukan pengawasan pembuangan sampah
b) Pemeliharaan dengan gotong royong antar warga atau penyediaan tempah sampah
organik dan non organik
2.3.3.2 Peningkatan Kualitas Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
a) Peningkatan budaya lokal
2.3.3.3 Peningkatan Perekonomian Masyarakat
a) Pemerintah membantu memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman
modal usaha kepada masyarakat khususnya kepada masyarakat yang tidak memiliki
pekerjaan tetap.
b) Pemerintah dan para pelaku pariwisata bekerja sama untuk memberikan
pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai usaha apa saja yang bisa

2.3. 4. Program Pengembangan dari Strategi WT


2.3.4.1 Program Pengembangan Kelembagaan dan Peningkatan SDM di Bidang

Pariwisata
a) Pembentukan kelembagaan pengelola pariwisata. Pemerintah berperan sebagai
fasilitator dan regulator
b) Pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM
c) Melakukan penyuluhan kepariwisataan (sadar wisata) agar penduduk masyarakat agar
dapat menerima pengembangan pariwisata di pulau ini.
d) Meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan
pariwisata untuk mengembangkan SDM penduduk lokal di bidang pariwisata.
e) Bekerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi lokal untuk melakukan penelitianpenelitian terkait dengan konservasi lingkungan dan pertanian

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pendekatan SWOT yang telah digunakan dalam menganalisis
Obyek wisata Wono Tirto Sumber Krabyakan maka terdapat beberapa aspek kekuatan yang
ditemukan diantaranya potensi lahan pertanian yang sangat kondusif, pemandangan yang
indah

dan keadaan sumber mata air yang mampu menjadi daya tarik wisata. sangat

berpotensi untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dikembangkan melalui pemilahan produk
wisata alam dan wisata edukatif.
Mengingat kawasan wisata ini baru sesaat lalu diresmikan pembukaan. Perlu adanya
upaya-upaya pengembangan dan peningkatan sarana prasarana di lokasi obyek wisata Wono
Tirto Sumber Krabyakan yang melibatkan peran serta masyarakat sekitar, pihak pemerintah
serta pihak swasta. Sementara itu mengingat masih terbatasnya Sumber Daya Manusia dari
masyarakat sekitar, yang kurang mampu dalam mengembangkan obyek wisata Wono Tirto
Sumber Krabyakan, untuk itulah peran pemerintah sangat penting tak terkecuali pihak swasta
yang sebagai investor dalam mendukung proses pengembangan Obyek wisata Wono Tirto
Sumber Krabyakan sebagai salah satu obyek wisata yang berpotensi.

3.2 SARAN
Pada akhir penulisan ini penulis memberikan beberapa saran yang nantinya dapat
digunakan untuk membangun dan mengembangkan Obyek Wisata Pantai Sepanjang dengan
baik, efisien serta bertanggung jawab. Adapun saran-sarannya adalah sebagai berikut :
1. Dalam proses mengembangkan Obyek Wisata Wono Tirto diharapkan menitik
beratkan pada konsep pelestarian alam yang bertanggungjawab dan bersifat edukatif
2. Mengembangkan Obyek Wisata Wono Tirto haruslah melibatkan berbagai pihak yang
saling terkait satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan, yaitu masyarakat
sekitar, pihak pemerintah serta pihak swasta.
3. Perlu adanya promosi dan pemasaran yang lebih baik dan meluas.
4. Perlu adanya pengikut sertaan acara budaya yang mampu menambah daya tarik
Obyek Wisata Wono Tirto, misalnya upacara wiwitan, atau kirab tumpeng

DAFTAR RUJUKAN
BAPPEDA Kabupaten Malang 2012. RKPD Kabupaten Malang 2012. Malang: BAPPEDA
Kabupaten Malang
BAPPEDA PEMPROV Jawa Timur
2011. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan
Agropolitan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011. Surabaya: BAPPEDA PEMPROV Jawa
Timur
Lampiran Perda No. 2 Tahun 2010. BAPPEDA Kabupaten Malang
Tien. 2011. Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi Sawah Aplikasi Pertanian Organik
( Studi Kasus Di Desa Sumber Ngepoh, Kecamatan Lawang ) Kabupaten Malang MT 2009
2010. El-Hayah 1 (4): 182-190
Laman:
http://lawang.malangkab.go.id/?page_id=58. Pertanian Kecamatan Lawang. Diakses pada
tanggal 19 februari 2014.
http://lawang.malangkab.go.id/?page_id=58. Selayang Pandang
Diakses pada tanggal 19 februari 2014.

Kecamatan Lawang.

LAMPIRAN

Beberapa kilas pemandangan selama perjalanan menuju obyek wisata Wono Tirto Sumber
Krabyakan di Desa Mulyoarjo

Hamparan Sawah Padi Organik Seluas 17 Ha dari total sawah keseluruhan 29,5 Ha

Beberapa sendang yang terdapat di obyek wisata Wono Tirto Sumber Krabyakan

Salah satu Fasilitas unik yaitu kolam terapi ikan

Anda mungkin juga menyukai