Anda di halaman 1dari 70

IMPLEMENTASI LAPORAN

KEUANGAN KEMENTERIAN
AGAMA BERBASIS AKRUAL
Paparan Kepala Biro Keuangan dan BMN
Disampaikan pada Acara Rekonsiliasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Ditjen Bimas Buddha
Best Western Hariston Hotel, 19 s.d. 21 November 2014

POKOK BAHASAN
A.

PROFIL DITJEN BIMAS BUDDHA

B.

VISI DAN MISI DITJEN BIMAS BUDDHA

C.

STRUKTUR ORGANISASI

D.

PELAKSANAAN ANGGARAN KEMENAG TAHUN 2014

E.

DASAR HUKUM PENERAPAN PELAPORAN KEUANGAN


DENGAN BASIS AKRUAL

F.

ROADMAP LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL

G.

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

PROFIL
DITJEN BIMAS BUDDHA

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

PROFIL PEGAWAI
Profil Pegawai Berdasarkan
Jenis Kelamin
[CATEGORY
NAME],
[VALUE]

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki

41

68%

Perempuan

19

32%

Total

60

100%

[CATEGORY
NAME],
[VALUE]

Laki-laki

Perempuan

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

PROFIL PEGAWAI
Profil Pegawai Berdasarkan
Golongan
[CATEGORY
NAME],
[VALUE]

[CATEGORY
NAME],
[VALUE]

Golongan

Jumlah

II

3%

III

47

78%

IV

11

18%

Total

60

100%

[CATEGORY
NAME],
[VALUE]
II

III

IV

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

PROFIL PEGAWAI
Profil Pegawai Berdasarkan Usia
[CATEGORY
NAME], [VALUE] [CATEGORY
NAME], [VALUE]

[CATEGORY
NAME], [VALUE]

[CATEGORY
NAME], [VALUE]

[CATEGORY
NAME], [VALUE]

25 s.d. 30

31 s.d. 35

[CATEGORY
NAME], [VALUE]

36 s.d. 40

41 s.d. 45

46 s.d. 50

Usia

Jumlah

25 s.d. 30

11,67%

31 s.d. 35

14

23,33%

36 s.d. 40

12

20,00%

41 s.d. 45

15,00%

46 s.d. 50

17

28,33%

> 50

1,67%

Total

60

100,00%

> 50

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

VISI DAN MISI


DITJEN BIMAS BUDDHA

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

VISI DAN MISI


VISI:
Terwujudnya Masyarakat Buddha Indonesia yang Taat Beragama
Maju Sejahtera dan Harmonis dalam Kehidupan Bermasyarakat dan
Bernegara dalam Wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

MISI:
1.

Meningkatkan kualitas bimbingan, pemahaman, penghayatan,


pengamalan dan pelayanan kehidupan beragama Buddha;

2.

Meningkatkan penghayatan moral dan etika bagi pendidik dan


mempersiapkan peserta didik untuk menjadi ahli agama serta
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya;

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

Lanjutan
3.

Meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan umat Buddha;

4.

Memberdayakan umat beragama Buddha dan lembaga


keagamaan Buddha untuk kemajuan bangsa dan Negara;

5.

Menciptakan suasana harmonis dalam memperkokoh kerukunan


umat beragama;

6.

Mengembangkan keselarasan pemahaman keagamaan Buddha


dan wawasan kebangsaan Indonesia;

7.

Memberikan
kesempatan
kepada
pembina/pendidik,
guru/dosen untuk meningkatkan kualitas diri sehingga mutu
dan kualitas kompetensi dan profesionalisme pendidik agama
Buddha makin meningkat;

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

Lanjutan
8.

Terciptanya kualitas SDM di setiap individu sehingga


tercipta kondisi yang harmonis, persamaan hak antara
laki-laki dan perempuan serta menurunnya tingkat
kekerasan dalam rumah tangga;

9.

Meningkatkan SDM aparatur Negara.

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

STRUKTUR ORGANISASI
DITJEN BIMAS BUDDHA

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

STRUKTUR ORGANISASI

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

PELAKSANAAN ANGGARAN
KEMENAG TAHUN 2014

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

TREND ANGGARAN DAN REALISASI KEMENAG


TAHUN 2010 S.D. 2014
60,000

51.712.
45.789

50,000
Dalam Miliar Rupiah

39.714
35.476

40,000
30.627

30,000
20,000

91,43%
93,55%

92,67%

56,55 %
Per 24 Oktb 2014

91,45%

10,000
0
2010

2011

2012

REALISASI

2013

2014

ANGGARAN

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

REALISASI KEMENAG
MENURUT PROGRAM
NO

PROGRAM

Program Bimbingan Masyarakat Islam

PAGU

REALISASI

2,585,669,208,140

1,946,187,322,722

75.27

Program Penelitian Pengembangan dan Pendidikan Pelatihan Kementerian Agama

303,418,195,819

209,243,703,745

68.96

Program Penyelenggaraan Haji Dan Umrah

654,413,584,611

409,930,587,714

62.64

Program Bimbingan Masyarakat Katolik

630,185,509,800

391,635,987,628

62.15

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Agama

136,713,451,000

83,051,004,860

60.75

Program Bimbingan Masyarakat Kristen

1,054,021,422,650

638,500,568,422

60.58

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian


Agama

1,955,348,257,071

1,175,285,150,446

60.11

Program Bimbingan Masyarakat Hindu

583,832,897,099

337,681,501,610

57.84

Program Pendidikan Islam

42,714,080,057,558

24,357,696,116,062

57.02

10

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Agama

104,906,062,000

53,527,625,288

51.02

11

Program Bimbingan Masyarakat Buddha

275,405,724,830

108,418,957,639

39.37

50,997,994,370,578

29,711,158,526,136

58.26

TOTAL

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

REALISASI KEMENAG
MENURUT JENIS SATKER DAN JENIS BELANJA
JENIS KEWENANGAN
KANTOR DAERAH
KANTOR PUSAT
TOTAL
JENIS BELANJA

PAGU

REALISASI

45,632,309,827,778

28,696,715,475,794

62.89

5,365,684,542,800

1,014,443,050,342

18.91

50,997,994,370,578

29,711,158,526,136

PAGU

REALISASI

58.26
%

51 BELANJA PEGAWAI

25,938,528,443,269

17,836,297,220,470

68.76

52 BELANJA BARANG

9,880,089,456,932

4,470,465,394,009

45.25

53 BELANJA MODAL

2,767,915,287,680

1,018,395,921,060

36.79

12,411,461,182,697

6,385,999,990,597

51.45

50,997,994,370,578

29,711,158,526,136

58.26

57 BELANJA BANTUAN SOSIAL


TOTAL

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

REALISASI KEMENAG MENURUT WILAYAH


UNTUK PROGRAM DITJEN BIMAS BUDDHA
NO

WILAYAH

PAGU

REALISASI

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

3,733,553,000

3,049,688,353

81.68

SUMATERA SELATAN

5,172,604,000

4,014,293,872

77.61

KEPULAUAN RIAU

7,935,372,000

5,858,990,350

73.83

JAWA TIMUR

9,480,066,000

6,599,285,308

69.61

SULAWESI SELATAN

2,195,455,000

1,526,917,460

69.55

KALIMANTAN BARAT

6,541,908,390

4,466,321,354

68.27

BENGKULU

1,695,396,000

1,156,321,095

68.20

BALI

7,046,822,400

4,736,137,669

67.21

MALUKU

997,863,000

668,543,552

67.00

10

SULAWESI TENGAH

1,962,144,000

1,310,114,084

66.77

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

REALISASI KEMENAG MENURUT WILAYAH


UNTUK PROGRAM DITJEN BIMAS BUDDHA
NO

WILAYAH

PAGU

REALISASI

11

NUSA TENGGARA TIMUR

1,035,864,910

678,805,871

65.53

12

PAPUA BARAT

1,742,208,000

1,101,735,413

63.24

13

SULAWESI TENGGARA

1,182,880,000

747,456,187

63.19

14

KALIMANTAN TENGAH

2,186,388,000

1,369,621,743

62.64

15

SULAWESI BARAT

933,430,000

582,080,190

62.36

16

SUMATERA BARAT

1,273,268,000

787,160,982

61.82

17

PAPUA

2,539,699,710

1,565,192,332

61.63

18

KALIMANTAN TIMUR

3,575,092,000

2,201,502,338

61.58

19

SULAWESI UTARA

1,348,812,000

830,547,004

61.58

20

DI YOGYAKARTA

3,230,885,000

1,981,854,500

61.34

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

REALISASI KEMENAG MENURUT WILAYAH


UNTUK PROGRAM DITJEN BIMAS BUDDHA
NO

WILAYAH

PAGU

REALISASI

21

LAMPUNG

7,940,559,000

4,583,880,354

57.73

22

KALIMANTAN SELATAN

2,631,568,000

1,492,120,743

56.70

23

ACEH

1,658,348,000

891,380,605

53.75

24

RIAU

8,423,274,000

4,337,834,997

51.50

25

BANTEN

26,823,407,335

13,035,032,829

48.60

26

JAWA BARAT

7,235,920,785

3,403,803,360

47.04

27

JAMBI

5,087,271,000

2,190,477,278

43.06

28

NUSA TENGGARA BARAT

6,450,708,000

2,597,229,864

40.26

29

SUMATERA UTARA

10,684,560,000

3,728,118,085

34.89

30

DKI JAKARTA

11,698,854,000

3,561,427,796

30.44

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

REALISASI KEMENAG MENURUT WILAYAH


UNTUK PROGRAM DITJEN BIMAS BUDDHA
NO

WILAYAH

31

JAWA TENGAH

32
33

PAGU

REALISASI

35,713,388,300

9,356,549,213

26.20

GORONTALO

204,948,000

39,367,692

19.21

MALUKU UTARA

253,511,000

40,635,170

16.03

190,616,028,830

94,490,427,643

49.57

TOTAL

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

STRATEGI PERCEPATAN
PELAKSANAAN ANGGARAN

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

LANGKAH PERCEPATAN PELAKSANAAN


ANGGARAN
Segera melakukan revisi dokumen anggaran dengan
memperhatikan batas waktu revisi serta Inpres
pengendalian Anggaran;
2. Penguatan sistem monitoring sebagai bagian dari sistem
pengendalian internal dan instrumen manajemen
pimpinan;
3. Perketat jadwal pelaksanaan kegiatan dan penyerapan
anggaran melalui monitoring mingguan;
4. Konsisten dengan target penyerapan anggaran dan
capaian fisik serta output dan disusun sebagai bahan
laporan dalam sistem monitoring;
1.

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

Lanjutan
5.

6.

7.

8.

Melakukan inventarisasi dan segera merealisasikan paket


pekerjaan belanja modal dengan paket pekerjaan yang
bernilai sampai dengan Rp200 juta dan Rp200 juta s.d.
Rp5 milyar (Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012);
Menjadwalkan kembali rencana kegiatan dan rencana
penarikan dana yang akurat, untuk mengatasi
penumpukan pencairan dana pada akhir tahun anggaran;
Segera menyelesaikan pembayaran atas tagihan
pekerjaan yang telah dilaksanakan;
Tuntaskan pengadaan barang/Jasa paling lambat akhir
November 2014;
MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

Lanjutan
9.

10.

11.

Berikan perhatian khusus kepada pelaksanaan kegiatankegiatan prioritas;


Optimalkan
jumlah
pengajuan
SPM
dengan
memperhatikan daya tampung pemrosesan di KPPN.
Meningkatkan optimalisasi penggunaan UP/TUP dengan
mempedomani tata cara pembayaran dalam rangka
pelaksanaan
APBN
berdasarkan
PMK
Nomor
190/PMK.05/2012, antara lain:
a. UP dapat direvolving setelah realisasi mencapai 50%
b. TUP dapat dipertanggungjawabkan ke KPPN secara
bertahap atau tidak harus sekaligus

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

Lanjutan
12.

Pasal 55 Perpres Nomor 70 Tahun 2012, Tanda Bukti


Perjanjian Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya adalah sbb:
a. Bukti Pembelian, digunakan untuk pengadaan barang/jasa
yang nilainya sampai dengan Rp10 juta
b. Kwitansi, digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang
nilainya sampai dnegan Rp50 juta
c. Surat Perintah Kerja (SPK, digunakan untuk pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya s.d. Rp200 juta,
dan untuk jasa konsultasi s.d. Rp50 juta
d. Surat
Perjanjian,
digunakan
untuk
pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dengan nilai di
atas Rp200 juta dan untuk jasa konsultasi dengan nilai di
atas Rp50 juta

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

PERSIAPAN PELAKSANAAN
TUNJANGAN KINERJA

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

PERSIAPAN PELAKSANAAN TUNJANGAN


KINERJA
1.

Menerbitkan Paket Regulasi Kementerian Agama Tentang


Tunjangan Kinerja di Kementerian Agama, yaitu tentang Kelas
Jabatan dan Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan
Kinerja, yaitu:
a. Penetapan

Pemberian,
Penambahan,
Tunjangan Kinerja PNS pada Kemenag

Pengurangan

b. Penetapan Kelas Jabatan pada Kemenag


c. Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Umum pada

Kemenag
2.

Menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP), Kontrak Kinerja


Pegawai dan Standar Operasional Prosedure (SOP)

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

PENYELESAIAN SPP DAN SPM

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

PENYELESAIAN SPP
1.

2.

3.

4.

SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan


disampaikan kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja
setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar.
SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK
dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum
bulan pembayaran
Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan
hari libur atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS
kepada PPSPM dilakukan paling lambat pada hari kerja sebelum
tanggal 5

SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK


dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar dari
penerima hak

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

PENYELESAIAN SPM
1.

2.

3.

4.

5.

SPP-UP/TUP menjadi SPM-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2


(dua) hari kerja
SPP-GUP menjadi SPM-GUP diselesaikan paling lambat 4
(empat) hari kerja

SPP-PTUP menjadi SPM-PTUP diselesaikan paling lambat 3


(tiga) hari kerja
SPP-LS menjadi SPM-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari
kerja

Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP karena


dokumen pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka
PPSPM
harus
menyatakan
secara
tertulis
alasan
penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari
kerja setelah diterimanya SPP

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

Lanjutan
6.

7.

PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2


(dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan
SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada
KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan
pembayaran. Dalam hal tanggal 15 merupakan hari libur
atau hari yang dinyatakan libur, maka penyampaian SPMLS untuk pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan
paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

LATAR BELAKANG DAN RUANG


LINGKUP IMPLEMENTASI BASIS
AKUNTANSI AKRUAL

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

LATAR BELAKANG IMPLEMENTASI


AKRUAL
UU Paket
Keuangan Negara

Reformasi
Keuangan
Negara

Reformasi
Akuntansi

PP 24 Tahun 2005
tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
PP 71 Tahun 2010 meliputi SAP
Berbasis Akrual dan SAP berbasis Kas
Menuju Akrual
33

DASAR HUKUM
IMPLEMENTASI AKRUAL
Pasal 1
UU 17/2003

Pendapatan negara/daerah dalah hak


pemerintah pusat/ daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih
Belanja negara/daerah adalah kewajiban
pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih

Pasal 36 ayat
(1) UU
17/2003

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran


pendapatan dan belanja berbasis akrual
dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima)
tahun

Pasal 70 ayat
(2) UU
1/2004

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran


pendapatan dan belanja berbasis akrual
dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran
2008

34

DEKLARASI
IMPLEMENTASI AKRUAL

http://kemenag.go.id - Kamis, 12 September


2013
Dampak WTP, Menag Ditunjuk Jadi Deklarator
Laporan Keuangan Berbasis Akrual
Menteri Agama Suryadharma Ali bersama
Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri PU
Djoko Kirmanto, dan Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi didapuk menjadi deklarator
Laporan Keuangan Berbasis Akrual..

35

PERANAN
SETIAP UNIT ORGANISASI
1. Biro

Keuangan dan BMN serta Unit Eselon I perlu:

mensosialisasikan
meningkatkan

perubahan,

bimbingan kepada satker dan

memetakan

risiko-risiko yang mungkin dihadapi


pada implementasi awal akuntansi dan pelaporan
keuangan pada unit kerjanya masing-masing serta
mengupayakan mitigasi-nya.

Memonitoring

dan Evaluasi Persiapan Implementasi


Akuntansi Akrual

2. Pusdiklat

Administrasi perlu:

Membantu meningkatkan
melalui program training

kapasitas

SDM

satker
36

Lanjutan
3.

4.

Inspektur perlu:

memperkuat pemahaman auditor APIP agar


memahami konsep dan model penyusunan
audit laporan keuangan berbasis akrual dan

mengawal proses perubahan serta melakukan


pendampingan yang intensif di dalam proses
migrasi

Unit Eselon I:

Mensosialisasikan perubahan basis akuntansi ke


kanwil

Meningkatkan bimbingan ke kanwil

Melakukan monitor persiapan implementasi


akrual di kanwil

37

Lanjutan
5.

Kantor Wilayah Kemenag Provinsi:

Mensosialisasikan perubahan basis akuntansi ke


Satker

Meningkatkan bimbingan ke Satker

Melakukan monitor persiapan implementasi


akrual di Satker

38

DEFINISI
AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
BASIS AKRUAL adalah suatu basis akuntansi di mana
TRANSAKSI EKONOMI ATAU PERISTIWA AKUNTANSI DIAKUI,
DICATAT, DAN DISAJIKAN dalam laporan keuangan PADA SAAT
TERJADINYA TRANSAKSI tersebut, tanpa memperhatikan waktu
kas diterima atau dibayarkan.
PENDAPATAN DIAKUI/DICATAT PADA SAAT TIMBULNYA
HAK dan tidak semata-mata pada saat kas masuk ke kas
negara.
BELANJA DIAKUI/DICATAT PADA SAAT TIMBULNYA
KEWAJIBAN atau tidak selalu pada saat kas keluar dari kas
negara.
Aset diakui pada saat potensi ekonomi masa depan diperoleh
dan mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada
saat kewajiban timbul.
39

URGENSI
AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
Urgensi Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual:
International
Best
Practice
dalam
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara
khususnya untuk meningkatkan keandalan penyajian
nilai hak dan kewajiban pemerintah;
Perhitungan biaya lebih akurat untuk mencapai suatu
output tertentu sebagai dasar penilaian kinerja
dibandingkan jika hanya berdasarkan basis kas;
Penyajian aset di neraca menjadi lebih andal, karena
adanya perhitungan beban penyusutan, amortisasi
dan penyisihan piutang tak tertagih untuk dapat
menyajikan aset sesuai dengan nilai bersih yang
dapat direalisasikan (net realizable value).
40

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI


BERBASIS AKUNTANSI AKRUAL

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

KOMPONEN LAPORANKEUANGAN
BERBASIS AKRUAL

NO

LAPORAN KEUANGAN

KAS MENUJU
AKRUAL

AKRUAL

Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Operasional

Laporan Perubahan Ekuitas

Neraca

Catatan atas Lap. Keuangan

42

LAPORAN OPERASIONAL
LO merupakan Laporan Keuangan Pokok yang
menyajikan pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
2. Beban dari kegiatan operasional;
3. Surplus/defisit
dari
Kegiatan
Non
Operasional, bila ada;
4. Pos luar biasa, bila ada;
5. Surplus/defisit-LO.

43

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


LPE merupakan Laporan Keuangan yang sekurangkurangnya menyajikan pos-pos:

1. Ekuitas Awal;
2. Surplus/Defisit-LO pada periode bersangkutan;
3. Koreksi-koreksi
yang
langsung
menambah/
mengurangi ekuitas, misalnya: koreksi kesalahan
mendasar dari persediaan yang terjadi pada periodeperiode sebelumnya dan perubahan nilai aset tetap
karena revaluasi aset tetap.
4. Ekuitas Akhir.

44

PENGAKUAN PENDAPATAN
Pendapatan-LO

Pendapatan-LRA
Penerimaan oleh
BUN/BUD
atau
oleh
entitas
pemerintah
lainnya
yang
menambah
SAL
dalam periode TA
yang
bersangkutan
yang menjadi hak
pemerintah, dan
tidak
perlu
dibayar
kembali
oleh pemerintah

LRA
vs
LO

Hak
pemerintah
yang diakui sebagai
penambah
nilai
kekayaan
bersih.
Kekayaan
Bersih
adalah Selisih Aset
dengan Kewajiban
atau
disebut
dengan Ekuitas.

45

Lanjutan
SAAT PENGAKUAN
PENDAPATAN LRA

PENDAPATAN LO

PNBP diakui saat realisasi kas a. Saat diterima pembayaran PNBP dari
diterima di rekening kas umum
wajib bayar atas benefit/manfaat yang
negara
telah diterima oleh wajib bayar

b. Saat ditetapkan PNBP terutang melalui


penetapan instansi pengelola PNBP
maupun mitra pengelola instansi PNBP
atas benefit/manfaat yang telah diterima
oleh wajib bayar

46

PENGAKUAN BELANJA/BEBAN
Belanja-LRA

Semua
pengeluaran oleh
BUN/BUD yang
mengurangi SAL
dalam periode TA
bersangkutan yang
tidak akan
diperoleh
pembayarannya
kembali oleh
pemerintah

Beban-LO

LRA
vs

Kewajiban
pemerintah yang
diakui sebagai
pengurang nilai
kekayaan bersih.

LO

47

Lanjutan
NO

KLASIFIKASI

PENGAKUAN

Belanja

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari


Rekening Kas Umum Negara atau pengesahan dari
Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum
Negara.

Beban

Beban diakui pada saat:


a. timbulnya kewajiban;
b. terjadinya konsumsi aset;
c. terjadinya penurunan manfaat
potensi jasa.

ekonomi

atau

48

Contoh 1:
a. Satker menyewakan gedung

b. Satker membayar honorarium

49

AKRUAL VS KAS
Contoh 1A :

Satker A Pemilik Gedung Serbaguna telah menyewakan


gedung serbaguna kepada pelanggan pada tgl 25 Des'15
namun baru dibayar pada tgl 10 Jan'16 senilai
Rp.12.000.000, Kapan

timbulnya hak memperoleh pendapatan sewa?

Kapan

pengakuan pendapatan berbasis akrual?

Kapan

terjadinya aliran kas?

Kapan

pengakuan pendapatan berbasis kas?


50

Lanjutan
Penerbitan
Laporan
Keuangan
31 Des '15

Contoh 1A:
1 Jan '15

Peristiwa
Sewa
25 Des'15

Basis Akrual:
Pendapatan
dilaporkan pada
laporan 2015 (LO)

Penerbitan
Laporan
Keuangan
31 Des '16

Penerimaan
uang
10 Jan'16

Basis Kas:
Pendapatan
dilaporkan pada
laporan
2016
51
(LRA)

Lanjutan

Contoh 1B :

Honor pegawai penjaga Gedung pada Satker A, bulan


Des'15, dibayar tgl 10 Jan'16 sebesar Rp2.000.000, Kapan

terjadinya penggunaan jasa pegawai shg


timbulnya kewajiban membayar honor?

Bagaimana
Kapan

pengakuan beban?

terjadi aliran pengeluaran kas?

Bagaimana

pengakuan belanja?
52

Lanjutan

Contoh 1B:
1 Jan '15

Penerbitan
Laporan
Keuangan
31 Des '15

Peristiwa
penggunaan jasa
pegawai
1 sd 31 Des'15

Basis Akrual:
Beban Pegawai
dilaporkan pada
laporan 2015 (LO)

Penerbitan
Laporan
Keuangan
31 Des '16

Pembayaran
10 Jan'16

Basis Kas:
Belanja Pegawai
dilaporkan pada
laporan
2016
53
(LRA)

Lanjutan

Contoh 1A & 1B: Satker Pemilik Gedung Serbaguna

Satker telah menyewakan gedung serbaguna kepada pelanggan pada


tgl 25 Des15 namun baru dibayar pada tgl 10 Jan'16 senilai Rp.12
juta.

Basis
Kas (LRA)
Akrual
(LO)
Honor pegawai
penjaga
gedung bln Des'15 Basis
dibayar
tgl 10
Jan'16 Rp.2
juta.
2015
2016
2015
2016

Pendapatan

12 jt

12 jt

Belanja/
Beban

2 jt

2 jt

Silpa/Surplus

10 jt

10 jt

NERACA
Basis Kas maupun Basis Akrual

Lihat
Perbedaannya!

2015
Kas
Piutang

2016
0 Kas
12 jt Piutang

10 jt
0

54

Contoh 2:
- Satker menyewa gedung

- MASA SEWA Melampaui Tgl 31 Des

55

AKRUAL VS KAS
Contoh 2 :

Satker B menyewa Gedung untuk digunakan


sebagai kantor. Sewa dari tgl. 1 Okt'15 sd 30
September'16 sebesar Rp. 24 juta. Sewa dibayar
dimuka lunas pada tgl. 1 Okt'15.
Kapan

terjadinya beban sewa?

Berapa

besarnya beban sewa dan belanja sewa

2015?
Kapan

terjadi aliran pengeluaran kas?


56

Lanjutan
Penerbitan
Laporan
Keuangan
31 Des '15

Contoh 2:
1 Jan '15

Penerbitan
Laporan
Keuangan 31
Des '16

masa sewa

Peristiwa
pembayaran sewa
di awal masa
sewa
1 Okt '15

Basis Kas:
Belanja Jasa
dilaporkan pada
laporan 2015
Rp 24jt (LRA)

Akhir masa
sewa
30
Sept'16

Basis Akrual:
Beban Jasa
dilaporkan pada
laporan 2015
Rp 6jt (LO)

Basis Akrual:
Beban Jasa
dilaporkan pada
laporan
2016
57
Rp 18jt (LO)

Lanjutan

Contoh 2: Satker B Penyewa Gedung Kantor

Satker menyewa Gedung untuk digunakan sebagai kantor. Sewa


dari tgl. 1 Okt'15 sd 30 Sept'16 sebesar Rp. 24 juta. Sewa dibayar
dimuka lunas pada tgl. 1 Okt.
Basis Kas
2015

Pendapatan
Belanja/Beban

Surplus/(Defisit)

Basis Akrual

2016

2015

2016

24 juta

6000.000

18.000.000

(-24 juta)

(-6.000.000)

(-18.000.000)

NERACA
2015
Lihat
Perbedaannya!

Kas
Piutang
Kewajiban

2016
0

18.000.000
0

Kas
Piutang
Kewajiban

58

0
0

TERM PELAKSANAAN AKRUAL


KONDISI:
LKPP
LK tahun
2014 masih
menggunakan
basis CTA
Penyusunan
LK
audited
berbasis
CTA
LK tahun 2015 menggunakan
2014 basis AKRUAL

1
Januari
2015

Mulai akuntansi
akrual dengan
aplikasi SAIBA

Akrual
dan SAIBA

Akrual
dan SAIBA

DAMPAK:
1. Dua sistem akuntansi (SAI dan SAIBA) akan beroperasi
secara paralel di tahun 2015
2. SDM satker memerlukan penguatan kompetensi
dan/ataupenambahan jumlah
3. Sarana dan prasarana tambahan untuk mendukung
kondisi ini diperlukan

Pelaporan
Akrual 31
Des 2015

59

ROADMAP LAPORAN KEUANGAN


BERBASIS AKRUAL

MENGABDI DENGAN PENUH AMANAH

KERANGKA UTAMA IMPLEMENTASI


LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL

PERUMUSAN
KEBIJAKAN

Penyiapan peraturan/kebijakan terkait


akuntansi berbasis akrual, seperti peraturan
mengenai kebijakan akuntansi dan sistem
akuntansi

PENYIAPAN IT,
SARANA, DAN
PRASARANA

Penyiapan aplikasi, komputer, dan


anggaran/dana

SOSIALISASI
DAN
KOMUNIKASI

Sosialisasi dan rapat koordinasi dengan


berbagai pemangku kepentingan

TRAINING

Training secara teknis kepada seluruh Satker

61

TIME FRAME IMPLEMENTASI LAPORAN


KEUANGAN BERBASIS AKRUAL

2013
Sosialisasi
Laporan
Keuangan
Berbasis Akrual
Rapim
Rakor
Raker
Pendampingan

2014
Sosialisasi dan
Pelatihan
Laporan Keuangan
Berbasis Akrual

2015
Penerapan Laporan
Keuangan Berbasis
Akrual

Bimbingan Teknis
Pendampingan

Program Percepatan
Akuntabilitas
Keuangan
Pemerintah (PPAKP)
62

SINERGI IMPLEMENTASI LAPORAN KEUANGAN


BERBASIS AKRUAL
Dit. APK:2013

Sinergi dan Integrasi modul dan kegiatan

Dit. APK

Dit. TP

BPPK 2014 >>

PPAKP

Setditjen

Sosialisasi/
Training

Sosialisasi/
Training

Upgrading

Training

PENGAJAR
PPAKP

KANTOR
PUSAT
DJPB

SATKER
KEMENAG

Training/
Pembinaan

Stakeholder
s lain (a.l.
KSAP, IAI,
Perguruan
Tinggi)

KANTOR
VERTIKAL DJPB
(KANWIL/KPPN)

Training/
Pembinaan
Sinergi dan Koordinasi modul

PUSDIKLAT/
KANTOR PUSAT KEMENTERIAN
AGAMA

Sinergi dan Koordinasi modul

Tujuan: Pencapaian Standardisasi mutu modul dan kompetensi pegawai


63

TAHAP PERSIAPAN IMPLEMENTASI LAPORAN KEUANGAN


BERBASIS AKRUAL 2013
Sosialisasi Laporan Keuangan berbasis Akrual telah dilakukan pada Satker di lingkungan
14 Kantor Wilayah Kementerian Agama, yaitu:
1.

Kanwil Kemenag Prov. Bengkulu;

2.

Kanwil Kemenag Prov. Kalimantan Barat;

3.

Kanwil Kemenag Prov. Kalimantan Selatan;

4.

Kanwil Kemenag Prov. Gorontalo;

5.

Kanwil Kemenag Prov. Lampung;

6.

Kanwil Kemenag Prov. Sumatera Utara;

7.

Kanwil Kemenag Prov. Banten;

8.

Kanwil Kemenag Prov. Maluku Utara;

9.

Kanwil Kemenag Prov. Sematera Selatan;

10.

Kanwil Kemenag Prov. Jambi;

11.

Kanwil Kemenag Prov. Sulawesi Utara;

12.

Kanwil Kemenag Prov. Aceh;

13.

Kanwil Kemenag Prov. Bali;

14.

Kanwil Kemenag Prov. Sulawesi Tenggara.


64

Lanjutan

Sosialisasi Laporan Keuangan berbasis Akrual juga


telah dilakukan di lingkungan kantor pusat
Kementerian Agama, yaitu:
1.

Sosialisasi Akrual pada Pejabat Eselon 1 dan 2


Seluruh K/L di Hotel Sahid Jakarta oleh
Kementerian Keuangan;

2.

Rapat Kerja Sekretariat Jederal di Hotel Best


Western Resort Tangerang;

3.

Rapat Koordinasi Kuasa Pengguna Anggaran di


Sheraton Media Hotel Jakarta.

65

TAHAPAN IMPLEMENTASI LAPORAN KEUANGAN


BERBASIS AKRUAL 2014

MEI-JUNI

JUNI

Penyusunan regulasi (PMA) Akrual

Pelatihan Akrual untuk Tim Kantor Pusat

Pelatihan Akrual untuk Tim Asistensi pada Kantor


Daerah
JULI-NOV Meliputi 33 Kantor Wilayah dan 536 Kantor Kemenag

66

KONDISI SAAT INI


IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
1.

Mindset SDM:

Pola
pikir
dari
pimpinan
sampai
dengan
operator/petugas akuntansi masih Cash Toward Accrual
(CTA)
2.

Sistem Akuntansi belum sepenuhnya akrual:

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) dan Sistem


Akuntansi Instansi (SAI) saat ini masih berbasis CTA,
belum menggunakan sistem yang full accrual;
3.

Beberapa regulasi sudah diterbitkan, namun regulasi


mengenai pedoman penyusunan laporan keuangan
dengan akuntnsi berbasis akrual belum ditetapkan

67

TANTANGAN IMPLEMENTASI LAPORAN KEUANGAN


BERBASIS AKRUAL 2014
1.

2.

SDM:

SDM yang tersedia pada K/L belum memahami secara baik


mengenai akuntansi berbasis akrual

SDM belum siap untuk mengoperasikan sistem akuntansi


berbasis akrual

SDM teknis non akuntansi namun berkaitan langsung


dengan transaksi keuangan belum mendapatkan pelatihan

Sistem:

Sistem yang ada belum sepenuhnya


mengakomodasi
kompleksitas transaksi entitas akuntansi, khususnya yang
berbasis akrual

Penggantian dari sistem yang ada menjadi sistem yang


berbasis akrual membutuhkan waktu, usaha, dan biaya
68

Lanjutan

3.

Kesulitan dalam menyusun LK berbasis akrual


karena peraturan yang ada belum sepenuhnya
mendukung
(peraturan
mengenai
pedoman
penyusunan laporan keuangan dengan akuntansi
berbasis akrual belum ditetapkan)

4.

Perubahan basis akuntansi dari CTA ke akrual


berpotensi terjadi penurunan opini laporan
keuangan

69

Materi tersebut dapat di download pada link berikut ini:


https://drive.google.com/open?id=0BzVuCNs_Ju_VTA4b3VsM0pXN0U&authuser=0

Anda mungkin juga menyukai