KEUANGAN KEMENTERIAN
AGAMA BERBASIS AKRUAL
Paparan Kepala Biro Keuangan dan BMN
Disampaikan pada Acara Rekonsiliasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Ditjen Bimas Buddha
Best Western Hariston Hotel, 19 s.d. 21 November 2014
POKOK BAHASAN
A.
B.
C.
STRUKTUR ORGANISASI
D.
E.
F.
G.
PROFIL
DITJEN BIMAS BUDDHA
PROFIL PEGAWAI
Profil Pegawai Berdasarkan
Jenis Kelamin
[CATEGORY
NAME],
[VALUE]
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
41
68%
Perempuan
19
32%
Total
60
100%
[CATEGORY
NAME],
[VALUE]
Laki-laki
Perempuan
PROFIL PEGAWAI
Profil Pegawai Berdasarkan
Golongan
[CATEGORY
NAME],
[VALUE]
[CATEGORY
NAME],
[VALUE]
Golongan
Jumlah
II
3%
III
47
78%
IV
11
18%
Total
60
100%
[CATEGORY
NAME],
[VALUE]
II
III
IV
PROFIL PEGAWAI
Profil Pegawai Berdasarkan Usia
[CATEGORY
NAME], [VALUE] [CATEGORY
NAME], [VALUE]
[CATEGORY
NAME], [VALUE]
[CATEGORY
NAME], [VALUE]
[CATEGORY
NAME], [VALUE]
25 s.d. 30
31 s.d. 35
[CATEGORY
NAME], [VALUE]
36 s.d. 40
41 s.d. 45
46 s.d. 50
Usia
Jumlah
25 s.d. 30
11,67%
31 s.d. 35
14
23,33%
36 s.d. 40
12
20,00%
41 s.d. 45
15,00%
46 s.d. 50
17
28,33%
> 50
1,67%
Total
60
100,00%
> 50
MISI:
1.
2.
Lanjutan
3.
4.
5.
6.
7.
Memberikan
kesempatan
kepada
pembina/pendidik,
guru/dosen untuk meningkatkan kualitas diri sehingga mutu
dan kualitas kompetensi dan profesionalisme pendidik agama
Buddha makin meningkat;
Lanjutan
8.
9.
STRUKTUR ORGANISASI
DITJEN BIMAS BUDDHA
STRUKTUR ORGANISASI
PELAKSANAAN ANGGARAN
KEMENAG TAHUN 2014
51.712.
45.789
50,000
Dalam Miliar Rupiah
39.714
35.476
40,000
30.627
30,000
20,000
91,43%
93,55%
92,67%
56,55 %
Per 24 Oktb 2014
91,45%
10,000
0
2010
2011
2012
REALISASI
2013
2014
ANGGARAN
REALISASI KEMENAG
MENURUT PROGRAM
NO
PROGRAM
PAGU
REALISASI
2,585,669,208,140
1,946,187,322,722
75.27
303,418,195,819
209,243,703,745
68.96
654,413,584,611
409,930,587,714
62.64
630,185,509,800
391,635,987,628
62.15
136,713,451,000
83,051,004,860
60.75
1,054,021,422,650
638,500,568,422
60.58
1,955,348,257,071
1,175,285,150,446
60.11
583,832,897,099
337,681,501,610
57.84
42,714,080,057,558
24,357,696,116,062
57.02
10
104,906,062,000
53,527,625,288
51.02
11
275,405,724,830
108,418,957,639
39.37
50,997,994,370,578
29,711,158,526,136
58.26
TOTAL
REALISASI KEMENAG
MENURUT JENIS SATKER DAN JENIS BELANJA
JENIS KEWENANGAN
KANTOR DAERAH
KANTOR PUSAT
TOTAL
JENIS BELANJA
PAGU
REALISASI
45,632,309,827,778
28,696,715,475,794
62.89
5,365,684,542,800
1,014,443,050,342
18.91
50,997,994,370,578
29,711,158,526,136
PAGU
REALISASI
58.26
%
51 BELANJA PEGAWAI
25,938,528,443,269
17,836,297,220,470
68.76
52 BELANJA BARANG
9,880,089,456,932
4,470,465,394,009
45.25
53 BELANJA MODAL
2,767,915,287,680
1,018,395,921,060
36.79
12,411,461,182,697
6,385,999,990,597
51.45
50,997,994,370,578
29,711,158,526,136
58.26
WILAYAH
PAGU
REALISASI
3,733,553,000
3,049,688,353
81.68
SUMATERA SELATAN
5,172,604,000
4,014,293,872
77.61
KEPULAUAN RIAU
7,935,372,000
5,858,990,350
73.83
JAWA TIMUR
9,480,066,000
6,599,285,308
69.61
SULAWESI SELATAN
2,195,455,000
1,526,917,460
69.55
KALIMANTAN BARAT
6,541,908,390
4,466,321,354
68.27
BENGKULU
1,695,396,000
1,156,321,095
68.20
BALI
7,046,822,400
4,736,137,669
67.21
MALUKU
997,863,000
668,543,552
67.00
10
SULAWESI TENGAH
1,962,144,000
1,310,114,084
66.77
WILAYAH
PAGU
REALISASI
11
1,035,864,910
678,805,871
65.53
12
PAPUA BARAT
1,742,208,000
1,101,735,413
63.24
13
SULAWESI TENGGARA
1,182,880,000
747,456,187
63.19
14
KALIMANTAN TENGAH
2,186,388,000
1,369,621,743
62.64
15
SULAWESI BARAT
933,430,000
582,080,190
62.36
16
SUMATERA BARAT
1,273,268,000
787,160,982
61.82
17
PAPUA
2,539,699,710
1,565,192,332
61.63
18
KALIMANTAN TIMUR
3,575,092,000
2,201,502,338
61.58
19
SULAWESI UTARA
1,348,812,000
830,547,004
61.58
20
DI YOGYAKARTA
3,230,885,000
1,981,854,500
61.34
WILAYAH
PAGU
REALISASI
21
LAMPUNG
7,940,559,000
4,583,880,354
57.73
22
KALIMANTAN SELATAN
2,631,568,000
1,492,120,743
56.70
23
ACEH
1,658,348,000
891,380,605
53.75
24
RIAU
8,423,274,000
4,337,834,997
51.50
25
BANTEN
26,823,407,335
13,035,032,829
48.60
26
JAWA BARAT
7,235,920,785
3,403,803,360
47.04
27
JAMBI
5,087,271,000
2,190,477,278
43.06
28
6,450,708,000
2,597,229,864
40.26
29
SUMATERA UTARA
10,684,560,000
3,728,118,085
34.89
30
DKI JAKARTA
11,698,854,000
3,561,427,796
30.44
WILAYAH
31
JAWA TENGAH
32
33
PAGU
REALISASI
35,713,388,300
9,356,549,213
26.20
GORONTALO
204,948,000
39,367,692
19.21
MALUKU UTARA
253,511,000
40,635,170
16.03
190,616,028,830
94,490,427,643
49.57
TOTAL
STRATEGI PERCEPATAN
PELAKSANAAN ANGGARAN
Lanjutan
5.
6.
7.
8.
Lanjutan
9.
10.
11.
Lanjutan
12.
PERSIAPAN PELAKSANAAN
TUNJANGAN KINERJA
Pemberian,
Penambahan,
Tunjangan Kinerja PNS pada Kemenag
Pengurangan
Kemenag
2.
PENYELESAIAN SPP
1.
2.
3.
4.
PENYELESAIAN SPM
1.
2.
3.
4.
5.
Lanjutan
6.
7.
Reformasi
Keuangan
Negara
Reformasi
Akuntansi
PP 24 Tahun 2005
tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
PP 71 Tahun 2010 meliputi SAP
Berbasis Akrual dan SAP berbasis Kas
Menuju Akrual
33
DASAR HUKUM
IMPLEMENTASI AKRUAL
Pasal 1
UU 17/2003
Pasal 36 ayat
(1) UU
17/2003
Pasal 70 ayat
(2) UU
1/2004
34
DEKLARASI
IMPLEMENTASI AKRUAL
35
PERANAN
SETIAP UNIT ORGANISASI
1. Biro
mensosialisasikan
meningkatkan
perubahan,
memetakan
Memonitoring
2. Pusdiklat
Administrasi perlu:
Membantu meningkatkan
melalui program training
kapasitas
SDM
satker
36
Lanjutan
3.
4.
Inspektur perlu:
Unit Eselon I:
37
Lanjutan
5.
38
DEFINISI
AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
BASIS AKRUAL adalah suatu basis akuntansi di mana
TRANSAKSI EKONOMI ATAU PERISTIWA AKUNTANSI DIAKUI,
DICATAT, DAN DISAJIKAN dalam laporan keuangan PADA SAAT
TERJADINYA TRANSAKSI tersebut, tanpa memperhatikan waktu
kas diterima atau dibayarkan.
PENDAPATAN DIAKUI/DICATAT PADA SAAT TIMBULNYA
HAK dan tidak semata-mata pada saat kas masuk ke kas
negara.
BELANJA DIAKUI/DICATAT PADA SAAT TIMBULNYA
KEWAJIBAN atau tidak selalu pada saat kas keluar dari kas
negara.
Aset diakui pada saat potensi ekonomi masa depan diperoleh
dan mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada
saat kewajiban timbul.
39
URGENSI
AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
Urgensi Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual:
International
Best
Practice
dalam
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara
khususnya untuk meningkatkan keandalan penyajian
nilai hak dan kewajiban pemerintah;
Perhitungan biaya lebih akurat untuk mencapai suatu
output tertentu sebagai dasar penilaian kinerja
dibandingkan jika hanya berdasarkan basis kas;
Penyajian aset di neraca menjadi lebih andal, karena
adanya perhitungan beban penyusutan, amortisasi
dan penyisihan piutang tak tertagih untuk dapat
menyajikan aset sesuai dengan nilai bersih yang
dapat direalisasikan (net realizable value).
40
KOMPONEN LAPORANKEUANGAN
BERBASIS AKRUAL
NO
LAPORAN KEUANGAN
KAS MENUJU
AKRUAL
AKRUAL
Laporan Operasional
Neraca
42
LAPORAN OPERASIONAL
LO merupakan Laporan Keuangan Pokok yang
menyajikan pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
2. Beban dari kegiatan operasional;
3. Surplus/defisit
dari
Kegiatan
Non
Operasional, bila ada;
4. Pos luar biasa, bila ada;
5. Surplus/defisit-LO.
43
1. Ekuitas Awal;
2. Surplus/Defisit-LO pada periode bersangkutan;
3. Koreksi-koreksi
yang
langsung
menambah/
mengurangi ekuitas, misalnya: koreksi kesalahan
mendasar dari persediaan yang terjadi pada periodeperiode sebelumnya dan perubahan nilai aset tetap
karena revaluasi aset tetap.
4. Ekuitas Akhir.
44
PENGAKUAN PENDAPATAN
Pendapatan-LO
Pendapatan-LRA
Penerimaan oleh
BUN/BUD
atau
oleh
entitas
pemerintah
lainnya
yang
menambah
SAL
dalam periode TA
yang
bersangkutan
yang menjadi hak
pemerintah, dan
tidak
perlu
dibayar
kembali
oleh pemerintah
LRA
vs
LO
Hak
pemerintah
yang diakui sebagai
penambah
nilai
kekayaan
bersih.
Kekayaan
Bersih
adalah Selisih Aset
dengan Kewajiban
atau
disebut
dengan Ekuitas.
45
Lanjutan
SAAT PENGAKUAN
PENDAPATAN LRA
PENDAPATAN LO
PNBP diakui saat realisasi kas a. Saat diterima pembayaran PNBP dari
diterima di rekening kas umum
wajib bayar atas benefit/manfaat yang
negara
telah diterima oleh wajib bayar
46
PENGAKUAN BELANJA/BEBAN
Belanja-LRA
Semua
pengeluaran oleh
BUN/BUD yang
mengurangi SAL
dalam periode TA
bersangkutan yang
tidak akan
diperoleh
pembayarannya
kembali oleh
pemerintah
Beban-LO
LRA
vs
Kewajiban
pemerintah yang
diakui sebagai
pengurang nilai
kekayaan bersih.
LO
47
Lanjutan
NO
KLASIFIKASI
PENGAKUAN
Belanja
Beban
ekonomi
atau
48
Contoh 1:
a. Satker menyewakan gedung
49
AKRUAL VS KAS
Contoh 1A :
Kapan
Kapan
Kapan
Lanjutan
Penerbitan
Laporan
Keuangan
31 Des '15
Contoh 1A:
1 Jan '15
Peristiwa
Sewa
25 Des'15
Basis Akrual:
Pendapatan
dilaporkan pada
laporan 2015 (LO)
Penerbitan
Laporan
Keuangan
31 Des '16
Penerimaan
uang
10 Jan'16
Basis Kas:
Pendapatan
dilaporkan pada
laporan
2016
51
(LRA)
Lanjutan
Contoh 1B :
Bagaimana
Kapan
pengakuan beban?
Bagaimana
pengakuan belanja?
52
Lanjutan
Contoh 1B:
1 Jan '15
Penerbitan
Laporan
Keuangan
31 Des '15
Peristiwa
penggunaan jasa
pegawai
1 sd 31 Des'15
Basis Akrual:
Beban Pegawai
dilaporkan pada
laporan 2015 (LO)
Penerbitan
Laporan
Keuangan
31 Des '16
Pembayaran
10 Jan'16
Basis Kas:
Belanja Pegawai
dilaporkan pada
laporan
2016
53
(LRA)
Lanjutan
Basis
Kas (LRA)
Akrual
(LO)
Honor pegawai
penjaga
gedung bln Des'15 Basis
dibayar
tgl 10
Jan'16 Rp.2
juta.
2015
2016
2015
2016
Pendapatan
12 jt
12 jt
Belanja/
Beban
2 jt
2 jt
Silpa/Surplus
10 jt
10 jt
NERACA
Basis Kas maupun Basis Akrual
Lihat
Perbedaannya!
2015
Kas
Piutang
2016
0 Kas
12 jt Piutang
10 jt
0
54
Contoh 2:
- Satker menyewa gedung
55
AKRUAL VS KAS
Contoh 2 :
Berapa
2015?
Kapan
Lanjutan
Penerbitan
Laporan
Keuangan
31 Des '15
Contoh 2:
1 Jan '15
Penerbitan
Laporan
Keuangan 31
Des '16
masa sewa
Peristiwa
pembayaran sewa
di awal masa
sewa
1 Okt '15
Basis Kas:
Belanja Jasa
dilaporkan pada
laporan 2015
Rp 24jt (LRA)
Akhir masa
sewa
30
Sept'16
Basis Akrual:
Beban Jasa
dilaporkan pada
laporan 2015
Rp 6jt (LO)
Basis Akrual:
Beban Jasa
dilaporkan pada
laporan
2016
57
Rp 18jt (LO)
Lanjutan
Pendapatan
Belanja/Beban
Surplus/(Defisit)
Basis Akrual
2016
2015
2016
24 juta
6000.000
18.000.000
(-24 juta)
(-6.000.000)
(-18.000.000)
NERACA
2015
Lihat
Perbedaannya!
Kas
Piutang
Kewajiban
2016
0
18.000.000
0
Kas
Piutang
Kewajiban
58
0
0
1
Januari
2015
Mulai akuntansi
akrual dengan
aplikasi SAIBA
Akrual
dan SAIBA
Akrual
dan SAIBA
DAMPAK:
1. Dua sistem akuntansi (SAI dan SAIBA) akan beroperasi
secara paralel di tahun 2015
2. SDM satker memerlukan penguatan kompetensi
dan/ataupenambahan jumlah
3. Sarana dan prasarana tambahan untuk mendukung
kondisi ini diperlukan
Pelaporan
Akrual 31
Des 2015
59
PERUMUSAN
KEBIJAKAN
PENYIAPAN IT,
SARANA, DAN
PRASARANA
SOSIALISASI
DAN
KOMUNIKASI
TRAINING
61
2013
Sosialisasi
Laporan
Keuangan
Berbasis Akrual
Rapim
Rakor
Raker
Pendampingan
2014
Sosialisasi dan
Pelatihan
Laporan Keuangan
Berbasis Akrual
2015
Penerapan Laporan
Keuangan Berbasis
Akrual
Bimbingan Teknis
Pendampingan
Program Percepatan
Akuntabilitas
Keuangan
Pemerintah (PPAKP)
62
Dit. APK
Dit. TP
PPAKP
Setditjen
Sosialisasi/
Training
Sosialisasi/
Training
Upgrading
Training
PENGAJAR
PPAKP
KANTOR
PUSAT
DJPB
SATKER
KEMENAG
Training/
Pembinaan
Stakeholder
s lain (a.l.
KSAP, IAI,
Perguruan
Tinggi)
KANTOR
VERTIKAL DJPB
(KANWIL/KPPN)
Training/
Pembinaan
Sinergi dan Koordinasi modul
PUSDIKLAT/
KANTOR PUSAT KEMENTERIAN
AGAMA
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Lanjutan
2.
3.
65
MEI-JUNI
JUNI
66
Mindset SDM:
Pola
pikir
dari
pimpinan
sampai
dengan
operator/petugas akuntansi masih Cash Toward Accrual
(CTA)
2.
67
2.
SDM:
Sistem:
Lanjutan
3.
4.
69