Anda di halaman 1dari 6

Penyembuhan luka dengan jati

Author : ERLISA NURWAHIDA SUBEKTI


Abstract :
(Oleh Nadia Habibah Risanti, dkk)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membrane, dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Ditinjau dari penyebabnya, luka dibedakan menjadi dua yaitu luka iris dan luka bakar. Luka iris merupakan
luka yang disebabkan oleh benda tajam. Luka ini memiliki sifat tepi-tepi luka licin, tidak terdapat hubungan
antara jaringan dan tidak ada jaringan nekrosa (Marzoeki, 1993). Luka iris dapat ditemukan pada luka insisi
akibat pembedahan, kesembuhannya lebih cepat, dan sedikit jaringan nekrosis pada tepi-tepi luka, keadaan
yang berlawanan ditemukan pada luka menggunakan gunting, elektroscalpel atau laser (Fossum, 1997). Luka
bakar pada dasarnya merupakan fenomena pemindahan panas, meskipun sumber panasnya dapat bervariasi.
Akibat akhir yang ditimbulkan berupa kerusakan jaringan kulit, bahkan pada keadaan cedera multisistemik
dapat menyebabkan gangguan yang serius pada paru-paru, ginjal, dan hati. Efek sistemik dan mortalitas yang
disebabkan karena luka bakar sangat ditentukan oleh luas dan dalamnya kulit yang terkena luka (Ollstein,
1996).
Luka tidak dapat dibiarkan sembuh sendiri karena jika luka tidak dirawat dapat menyebabkan komplikasi
penyembuhan luka yaitu dapat tejadi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi. Tujuan merawat luka
yaitu untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh
adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit (Ismail, 2006).
Percepatan kesembuhan luka yang saat ini banyak dilakukan yaitu dengan cara mempertemukan kedua sisi
luka, pemberian obat-obatan seperti salep antibiotik, dibalut dengan teknik tertentu seperti menggunakan
hidrogel (Thomas, 1997; Fossum, 1997) atau dengan teknik vakum (tenaga negatif) di atas luka dalam
beberapa menit (Thomas, 2001).
Namun, cara penyembuhan itu masih dinilai kurang sederhana oleh sebagian masyarakat sehingga diperlukan
alternatif lain untuk menyembuhkan luka selain menggunakan obat khusus maupun antiseptik. Salah satu
alternatif lain yang bisa dimanfaatkan yaitu dengan manggunakan pucuk daun jati (daun jati muda). Daun jati
muda banyak ditemukan di daerah pedesaan dan juga banyak terdapat di hutan-hutan karena sebagian besar
hutan di Indonesia ditanami oleh pohon jati. Selain keberadaannya yang banyak dan mudah ditemukan, harga
daun jati sangat relatif murah atau bahkan biasanya untuk memperoleh daun jati tidak harus dengan membeli
yaitu dapat dilakukan dengan memetik sendiri.
Daun jati dapat dimanfaatkan secara tradisional di Jawa sebagai pembungkus, termasuk pembungkus
makanan. Daun jati juga banyak digunakan di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai pembungkus
tempe (http://id.wikipedia.org/wiki/Jati). Selain dapat digunakan sebagai pembungkus, daun Jati merupakan
salah satu tanaman obat unggulan Direktoral Jenderal POM yang berkhasiat untuk melangsingkan tubuh
(obesitas). Permintaan pasar tehadap jati cukup tinggi. Daunnya dibutuhkan oleh industri obat diet di
antaranya PT Indofarma sekitar 8-12 ton/bulan (ANON., 2007) sehingga peluang tanaman ini sebagai obat
fitofarmaka cukup potensial. Hasil identifikasi senyawa bioaktif daun jati belanda oleh ISWANTINI et al.
(2003) dengan ekstrak metanol menunjukkan bahwa ditemui beberapa senyawa di antaranya alkaloid, saponin,
flavonoid, steroid, tannin, dan kuinon .
Untuk itu, kemampuan daun jati untuk menyembuhkan luka disebabkan adanya zat antibakteri, dimana zat
tersebut berperan sebagai anti mikroba dan anti jamur. Dengan adanya zat tersebut sebagai antibakteri dapat
menekan pertumbuhan bakteri patogen dan mencegah terjadinya infeksi pada luka sehingga kesembuhan luka
dapat dipercepat. Selain kandungan zat tersebut, daun jati juga mengandung proxeronin, zat itu berperan
dalam peremajaan sel, meregenerasi sel yang rusak serta meningkatkan kerja sel. Dengan adanya proxeronin
dalam daun jati dapat meregenerasi sel yang rusak akibat luka sehingga luka dapat sembuh. Hal ini dapat
menjadi suatu terobosan baru untuk pemanfaatan daun jati yaitu sebagai alternatif penyembuhan luka yang
Page 1

Penyembuhan luka dengan jati


mudah dan tanpa efek samping.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka gagasan dalam PKM-GT ini adalah tentang “Efektivitas
Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis) Sebagai Alternatif Penyembuhan Luka”. Gagasan ini juga
didasarkan untuk upaya pemanfaatan daun jati agar daun jati memiliki nilai guna yang lebih tinggi.
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penulisan PKM-GT ini ialah :
Untuk mengetahui penyebab mengapa daun jati dapat dijadikan alternatif untuk menyembuhkan luka.
Untuk mengetahui kandungan yang ada pada daun jati sehingga daun jati dapat dijadikan alternatif dalam
menyembuhkan luka.
Adapun manfaat dari penulisan PKM-GT ini ialah :
Memberikan informasi kepada penderita luka tentang pemanfaatan daun jati yang memiliki nilai ekonomi
tinggi sebagai bahan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan luka.
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan daun jati yang memiliki nilai ekonomi tinggi
tidak hanya sebagai bahan makanan tetapi juga dapat digunakan dalam menyembuhkan luka.

GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membrane, dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Luka tidak dapat dibiarkan sembuh sendiri karena jika luka tidak dirawat dapat menyebabkan komplikasi
penyembuhan luka yaitu dapat tejadi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi. Tujuan merawat luka
yaitu untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh
adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit (Ismail, 2006).
Melihat masalah tersebut, alternatif pengobatan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan berdaya guna tinggi
serta mudah sangat diperlukan dalam mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memunculkan suatu terobosan
baru. Terobosan baru yang penulis ajukan yaitu dengan menggunakan daun jati.
Kandungan daun jati dengan ekstrak metanol menunjukkan bahwa ditemukan beberapa senyawa di antaranya
alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, tannin, dan kuinon (ISWANTINI et al.:2003). Dimana senyawa-senyawa
di atas di ketahui memiliki sifat antibakteri.
Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein
extraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri4. flavonoid merupakan senyawa fenol
sementara senyawa fenol dapat bersifat koagulator protein (Dwidjoseputro D, 1994) .
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh
dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, T, 1991)
Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanisme yang diperkirakan adalah sebagai berikut :
toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan
kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau subtrat mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin
terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri.Tanin diduga dapat mengkerutkan
dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya
Page 2

Penyembuhan luka dengan jati


permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan
mati (Ajizah : 2004). Tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena
diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik (Masduki:1996).Efek antibakteri tanin
antara lain melalui: reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi
genetik.
Saponin mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi melawan fungi. Aktivitas fungisida terhadap Trichoderma
viride telah digunakan sebagai metode untuk mengindtifikasikan saponin. Mekanisme kerja saponin sebagai
antifungi berhubungan dengan interaksi saponin dengan sterol membran (Faure, D. : 2002).
Minyak atsiri secara kimiawi tersusun dari campuran dari senyawa steroid dan senyawa lainya tang berperan
sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak
terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri dan mengandung
proxeronin pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol
berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar
rendahterbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti
penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol
menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis ( Parwata et al., : 2008).
Untuk itu, kemampuan daun jati untuk menyembuhkan luka disebabkan adanya zat antibakteri, dimana zat
tersebut berperan sebagai anti mikroba dan anti jamur. Dengan adanya zat tersebut sebagai antibakteri dapat
mencegah terjadinya infeksi pada luka sehingga kesembuhan luka dapat dipercepat. Selain kandungan zat
tersebut daun jati juga mengandung proxeronin, zat itu berperan dalam peremajaan sel, meregenerasi sel yang
rusak serta meningkatkan kerja sel. Dengan adanya proxeronin dalam daun jati dapat meregenerasi sel yang
rusak akibat luka sehingga luka dapat sembuh.

Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan


Saat ini, pengobatan luka yang diberikan yaitu mempertemukan kedua sisi luka, pemberian obat-obatan seperti
salep antibiotik, dibalut dengan teknik tertentu seperti menggunakan hidrogel (Thomas, 1997; Fossum, 1997)
atau dengan teknik vakum (tenaga negatif) di atas luka dalam beberapa menit (Thomas, 2001). Pengobatan
tersebut menggunakan antiseptik yang mengandung alat dan bahan sebagai berikut: Alkohol 70%; Aqueous
and tincture of chlorhexidine gluconate (Hibitane); Aqueous and tincture of benzalkonium chloride (Zephiran
Cloride); Hydrogen Peroxide; Natrium Cloride 0.9%. Adapun bahan untuk menutup luka meliputi : verband
dengan berbagai ukuran; sedangkan bahan untuk mempertahankan balutan adalah : adhesive tapes; bandages
and binders.
Teknik penyembuhan luka yang dianggap terbaik saat ini adalah dengan membuat lingkungan luka tetap
kering (Potter.P, 1998). Perkembangan perawatan luka sejak ahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah
memulai tentang perawatan luka. Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada
lingkungan kering. Winter (1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-etylen dua kali
lebih cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa migrasi epidermal
pada luka superficial lebih cepat pada suasana lembab daripada kering, dan ini merangsang perkembangan
balutan luka modern ( Potter. P, 1998). Perawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi. Pada
kenyataannya tingkat infeksi pada semua jenis balutan le:mbab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 % pada
balutan kering (Thompson. J, 2000). Rowel (1970) menunjukkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan
migrasi sel epitel ke pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka
dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi perkembangan
balutan lembab ( Potter. P, 1998). Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan
kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptik hanya
untuk yang memerlukan saja karenaefek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya
memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak
secara sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah
reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi
Page 3

Penyembuhan luka dengan jati


dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan. (Walker. D, 1996). Namun, cara
penyembuhan itu masih dinilai kurang sederhana oleh sebagian masyarakat. sehingga diperlukan alternatif lain
untuk menyembuhkan luka selain menggunakan obat khusus maupun antiseptik.

Keadaan Terkini Pencetus Gagasan


Dari dulu hingga sekarang,penyembuhan luka yang dilakukan oleh medis yaitu dengan pemberian antibiotik
dan membiarkannya hingga kering. Penberian antibiotik berupa obat(pil,sirup,salep) seperti amoxicillin
biasanya diberikan pada penderita yang dinilai akut yaitu yang masih belum cukup parah. Pemberian
antibiotik berupa obat(pil, sirup) pada penderita yang belum parah ini masih mungkin dilakukan sebab
antibiotik ini dinilai masih mampu mengatasi luka tersebut. Disisi lain,pemberian antibiotik ini dinilai oleh
masyarakat sebagai pengobatan yang kurang efektif yaitu antibiotik ini dibuat dari bahan yang mengandung
bahan kimia yang berefek sanping baik pada jangka pendek maupun pada jamgka panjang. Selain itu, jika
pemakaian anyibiotik dapat menyebabkan ketrgantungan maka antibiotik ini akan berdampak buruk jika
diberikan secara terus-menerus yang tanpa ada perubahan. Penggunaan antibiotik ini juga memerlukan biaya
yang mahal sedangkan pemakaian daun jati tidak memerlukan biaya yang mahal dan mudah untuk
mendapatkannya serta tidak tercampur oleh bahan-bahan kimia yang dapat berdampak buruk pada kulit.
Pihak-Pihak yang Dipertimbangkan dapat Membantu mengimplementasikan Gagasan
Di dalam pendayagunaan daun jati ini, peran petani pohon jati sangat diperlukan guna lebih memafaatkan
daun dari pohin jati tersebut. Selain daun jati tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi yaitu tidak hanya sebagai
bahan pembungkus dan obat diet tetapi juga dapat digunakan dalam menyembuhkan luka.
Selain petani pohon jati, peran masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk pengembangan pengobatan ini.
Masyarakat berperan dalam pendayagunaan daun pohon jati dan masyarakat dapat mamanfaatkan daun jati ini
sebagai pengobatan luka. Dengan hal tersebut, maka daun jati menjadi lebih bermanfaat dan memiliki nilai
guna yang tinggi.
Langkah-Langkah Strategis Yang Harus Dilakukan Untuk Mengimplementasikan Gagasan
Di dalam pencapaian karya tulis ini,penulis akan melakukan kerjasama-kerjasama dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan masalah yang ada dalam karya tulis ini. Pihak penulis akan melakukan sosialisasi ke
beberapa instansi-instansi sebagai berikut:
Kepada pihak masyarakat, yaitu memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang pemanfaatan daun jati
sebagai alternatif penyembuh luka.
Kepada petani daun jati, yaitu memberikan penjelasan bahwa daun jati juga memiliki nilai guna yang tinggi
yaitu di dalam penyembuhan luka pada hewan-hewan besar dan manusia..
Kepada masyarakat, yaitu memberikan sosialisasi mengenai daun jati yang berpotensi sebagai obat alternative
penyembuhan luka pada hewan dan manusia yang murah, mudah didapat, dan mempunyai nilai guna yang
tinggi serta di dapat proses penyembuhan yang cepat.
Kepada industri obat, yaitu memberikan sosialisasi pada pengusaha industri obat untuk memakai daun jati ini
karena alternatif ini dinilai cukup murah, mudah diperoleh, dan memiliki nilai guna yang tinggi serta di dapat
proses penyembuhan luka yang cepat.
KESIMPULAN
Gagasan Yang Diajukan
Daun jati dapat menjadi alternatif penyembuh luka sebab kandungan daun jati dengan ekstrak metanol
menunjukkan bahwa ditemukan beberapa senyawa di antaranya alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, tannin,
dan kuinon (ISWANTINI et al, 2003). Dimana senyawa-senyawa di atas di ketahui memiliki sifat antibakteri.
Page 4

Penyembuhan luka dengan jati


Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein
extraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri4. flavonoid merupakan senyawa fenol
sementara senyawa fenol dapat bersifat koagulator protein (Dwidjoseputro D, 1994) .
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh
dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, T, 1991)
Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanisme yang diperkirakan adalah sebagai berikut :
toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan
kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau subtrat mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin
terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri.Tanin diduga dapat mengkerutkan
dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya
permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan
mati (Ajizah : 2004). Tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena
diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik (Masduki:1996).Efek antibakteri tanin
antara lain melalui: reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi
genetik.
Saponin mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi melawan fungi. Aktivitas fungisida terhadap Trichoderma
viride telah digunakan sebagai metode untuk mengindtifikasikan saponin. Mekanisme kerja saponin sebagai
antifungi berhubungan dengan interaksi saponin dengan sterol membran (Faure, D. : 2002).
Minyak atsiri secara kimiawi tersusun dari campuran dari senyawa steroid dan senyawa lainya tang berperan
sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak
terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri dan mengandung
proxeronin pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol
berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar
rendahterbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti
penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol
menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis ( Parwata et al., : 2008).
Untuk itu, kemampuan daun jati untuk menyembuhkan luka disebabkan adanya zat antibakteri, dimana zat
tersebut berperan sebagai anti mikroba dan anti jamur. Dengan adanya zat tersebut sebagai antibakteri dapat
mencegah terjadinya infeksi pada luka sehingga kesembuhan luka dapat dipercepat. Selain kandungan zat
tersebut daun jati juga mengandung proxeronin, zat itu berperan dalam peremajaan sel, meregenerasi sel yang
rusak serta meningkatkan kerja sel. Dengan adanya proxeronin dalam daun jati dapat meregenerasi sel yang
rusak akibat luka sehingga luka dapat sembuh.
Teknik Implementasi Yang Dilakukan
Cara pemakaian daun jati guna menyembuhkan luka yaitu dengan cara menumbuk daun jati kemudian
mengoleskan daun jati yang sudah ditumbuk tersebut pada bagian tubuh yang luka secara teratur setiap hari
hingga luka tersebut sudah kering dan dinilai sudah sembuh hingga tidak berbekas lagi pada kulit.

Prediksi Hasil Yang Diperoleh


Daun jati dapat menjadi alternatif penyembuhan luka yang sangat sederhana, murah, dan berdaya guna tinggi.
Selain itu , kandungan zat yang terdapat pada daun jati berperan penting pada proses penyembuhan luka.
Namun di sisi lain, penggunaan daun jati dengan menempelkan daun jati pada kulit harus sering dilakukan
karena keberadaan daun jati karena daun jati tersebut cepat kering sehingga mudah lepas dari kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Fossum, T.W. 1997. Small Animal Surgery. Mosby New York. USA
Marzoeki, D. 1993. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya. Airlangga University Press. Surabaya
Page 5

Penyembuhan luka dengan jati


Ollstein, R.N. 1996. Luka Bakar. Dalam Keterampilan Pokok Ilmu Bedah. Edisi Keempat. T.F. Nealon dan
W.H. Nealon. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Thomas, S. 1997. The Management of Extravasation Injury In Neonates. World Wide Wound.
Thomas, S. 2001. An Introduction to The Use of Vacum Assisted Closure. World Wide Wound.
ISWANTINI, D., L. K. DARUSMAN., E. GUNAWAN, dan Y. NURULITA. 2003. Identifikasi senyawa
bioaktif daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) sebagai pelangsing dengan menggunakan metode
enzimatis (enzyme lipase). Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryoku. IX (2) : 138-142.
ANONYMOUS. 2007. Pasar Tumbuhan Obat; Agrofarmasi (Bagian 1). Naturalife. Pharmacy Bussiness; An
Overview of Pharmacy Related and Healthcare Industry.
ANONYMOUS. 2008. Jati Belanda Si Pelangsing Pengusir Kaki Gajah. Al Jazirah Herbal
Center.8/07020008. http://aljazirah.blogspot.com/2008/08.
http://id.wikipedia.org/wiki/Jati
Dwidjoseputro D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.Robinson, T., 1991, Kandungan
OrganikTumbuhan Tingkat Tinggi, ITB, Bandung : 132-6.
Ajizah, A., 2004, Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium Guajava L.
Bioscientiae, Vol. 1, No. 1 : 31-8.
Masduki I, 1996. Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) terhadap S. aureus dan E. coli. Cermin
Dunia Kedokteran 109 : 21-4.Parwata I.M.O.A. & Dewi P.F.S., 2008, Isolasi Dan Uji Aktivitas
Antibakteri Minyak atsiri Dari Rimpang Lengkuas (Alpinia Galanga L.) Jurnal Kimia 2 (2) : 100-4.
Faure, D. 2002. The family-3 glycoside hydrolises: from housekeeping function to host-microbe interction.
APPLED AND ENVIRONMENTAL MICROBIOLOGY 64(4):1485-1490.
(end)

Page 6

Anda mungkin juga menyukai