Anda di halaman 1dari 7

SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA

Problem Posing untuk


Meningkatkan Aktivitas
Belajar Matematika

DIAH SAVITRI
NI MADE DWIJAYANI

Program Studi Pendidikan Matematika


Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
2014

A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai bidang kehidupan
dan membantu mengembangkan kemampuan atau daya berpikir manusia (BSNP,
2006). Belajar matematika berkaitan erat dengan aktivitas dan proses belajar serta
berpikir. Hal tersebut bertalian erat dengan karakteristik matematika sebagai suatu
ilmu dan human activity, yaitu bahwa matematika adalah pola berpikir, pola
mengorganisasikan pembuktian yang logis, yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat.
Pembelajaran matematika yang berkualitas yang mampu menuntun siswa
agar mau berpikir mandiri tentunya dapat menghasilkan sebuah prestasi belajar
matematika yang baik. Dalam proses pembelajaran matematika secara riil, hal ini
tentu bukan suatu hal yang sederhana. Aktivitas dan proses berpikir akan terjadi
apabila seorang individu berhadapan dengan suatu situasi atau masalah yang
mendesak dan menantang serta dapat memicunya untuk berpikir. Keadaan
tersebut dapat membuat siswa memperoleh kejelasan dan solusi atau jawaban
terhadap masalah yang dimunculkan dalam situasi yang dihadapinya.
Terkait dengan paradigma bahwa efektivitas proses pembelajaran
berkaitan erat dengan prinsip pembelajaran student-centered dan self-regulated,
bahwa, dalam kegiatan belajar siswa harus menjadi individu yang aktif dalam
membentuk pengetahuan, dapat menentukan sendiri proses belajarnya, memilih
pengalaman belajar serta pengetahuan utama yang ingin dicapainya. Selain itu,
terdapat pandangan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa dapat
lebih berkembang dengan memanfaatkan informasi yang telah diterima atau
dikenal dengan istilah going beyond the information given, misalnya melihat di
balik apa yang tertulis, sehingga siswa dapat menggunakan pengetahuan yang
baru secara aktif untuk mengkonstruksi makna belajar (Bruner, 1973).
Problem posing adalah salah satu strategi pembelajaran matematika
dimana siswa dapat mengkonstruksi makna belajar dan berdasar pada masalah.
Problem posing merupakan salah satu strategi penting dalam matematika dan
melibatkan kegiatan berpikir matematis. Beberapa tokoh dalam matematika dan
pendidikan matematika (seperti Freudenthal, 1973 dan Polya 1954) telah
mengidentifikasi problem posing sebagai suatu bagian penting dari pengalaman

matematika siswa, serta meningkatkan inovasi pendidikan dalam pendidikan


matematika. Istilah problem posing telah digunakan untuk menurunkan suatu
masalah baru dan untuk merefleksikan masalah tertentu yang diberikan (Silver,
1994). Jadi, problem posing didefinisikan sebagai arahan dimana peserta didik
mengkonstruksi pertanyaan dalam situasi yang berbeda, seperti dalam kehidupan
nyata atau masalah matematis yang lain.
Sejalan dengan hal tersebut, pergeseran tanggung jawab problem posing
dari guru ke peserta didik dapat meningkatkan interaksi peserta didik dalam seting
kelas dan membimbing peserta didik menjadi pelajar yang independen. Dengan
kata lain, aktivitas problem posing dapat menstimulasi siswa untuk menerapkan
strategi problem solving dengan sukses. Disisi lain, situasi ini dapat menyediakan
kesempatan untuk melibatkan peserta didik pada tingkat yang lebih tinggi pada
hirarki pengetahuan, yang didalamnya termasuk: menganalisa, mengevaluasi,
dan mencipta"(Anderson & Krathwohl, 2001) yang mendukung pemikiran ke
tingkat yang lebih tinggi diantara peserta didik.
Selain itu,menurut Dunker (1945), kegiatan problem posing adalah ketika
seorang problem solver mampu menyatakan kembali suatu masalah yang
diberikan dalam beberapa cara sehingga membuatnya lebih dapat diterima sebagai
solusi. Dalam hal ini, tujuan akhir bukanlah solusi dari suatu masalah yang
diberikan, tetapi menciptakan masalah baru dari situasi atau pengalaman
sebelumnya. Inovasi dalam aktivitas kelas matematika ini dapat mengubah
miskonsepsi siswa tentang matematika hanya aktivitas latihan saja dan membantu
mengembangkan motivasi peserta didik dalam belajar matematika dengan
membimbing mereka menumbuhkan daya tarik eksplorasi matematika.
Demikian juga menurut Silver dan Cai (1996) yang membuat satu
pembedaan di antara dua dugaan problem posing. Pertama, problem posing dapat
dibentuk menjadi satu kasus dari suatu bentuk masalah baru dalam situasi
matematis. Kedua, problem posing juga dapat diinterpretasikan sebagai
reformulasi dari masalah yang diberikan dengan tujuan untuk menemukan
struktur dasar yang lebih dalam dari suatu pertanyaan atau masalah yang
diberikan. Dalam hal ini, peserta didik mencoba untuk menjawab masalah serupa
yang akan memberikan pemahaman mendalam pada permasalahan aslinya.
Penggunaan strategi problem posing yang tepat dapat mempengaruhi
keberhasilan akademik peserta didik, sehingga dapat menjadi strategi yang

berguna untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik,


dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman matematika peserta didik,
serta juga dapat meningkatkan pelaksanaan problem posing peserta didik
(Kilpatrick, 1987; NCTM, 2000). Dengan kata lain, problem posing yang tepat
harus dihubungkan dalam kelas matematika untuk memperkaya tugas yang
relevan.
Terdapat empat jenis strategi dalam problem posing yaitu i) free problem
posing, ii) semi-structured problem posing, iii) structured problem posing (Akay,
2006), dan iv) What ifWhat if not? (Abu-Elwan, 2007).
Untuk memperoleh kesuksesan dalam usaha problem posing, haruslah
dibiasakan untuk bertanya suatu pertanyaan secara terus menerus ketika dalam
matematika mengalami suatu masalah atau situasi seperti, Apa diubah?,
Apa yang terjadi jika ? , Apa yang terjadi jika tidak ?. Dalam praktiknya,
pertanyaan-pertanyaan ini pantas diajukan, walaupun jika masalah yang
dirumuskan tidak terpecahkan dengan mudah oleh siswa. Melalui pertanyaanpertanyaan ini dapat menumbuhkan rumusan dugaan baru dan kemampuan
problem posing dalam diri peserta didik.
Selain itu, hasil penelitian Silver dan Cai (1996) juga menunjukkan bahwa
kemampuan problem posing berkorelasi positif dengan kemampuan memecahkan
masalah. Atas dasar ini, pengembangan kemampuan problem posing sangat sesuai
digunakan dalam kelas matematika dan dapat membantu meningkatkan
kemampuan siswa. Hal serupa juga diungkapkan oleh Ruseffendi (1998), yaitu
untuk membantu siswa dalam memahami soal dapat dilakukan dengan menulis
kembali soal tersebut dengan kata-kata sendiri, menulis soal dalam bentuk lain
atau dalam bentuk yang operasional.
NCTM telah menekankan pentingnya problem posing dalam pembelajaran
matematika dan merekomendasikan pemakaiannya dalam kelas matematika.
Namun, dalam pelaksanaan pembelajaran selama ini, guru masih sangat jarang
menerapkan strategi problem posing. Banyak hambatan-hambatan yang dihadapi
oleh guru seperti masih kebingungan dengan istilah problem posing, belum
mengetahui kelebihan problem posing, dan tidak dapat menerapkan dengan efektif
strategi problem posing. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis
mengangkat masalah ini dalam seminar yang berjudul Posed Problems:

Thinking Forward for Active Learners (Memunculkan Masalah: Pemikiran


Maju untuk Siswa Aktif)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
beberapa masalah yang berkaitan dengan problem posing sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penerapan problem posing dalam pembelajaran matematika?
2. Bagaimana penerapan problem posing dalam meningkatkan aktivitas belajar
siswa?
3. Apa sajakah hambatan dalam penerapan strategi problem posing?
4. Bagaimanakah cara mengatasi hambatan dalam penerapan strategi problem
posing?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah seminar ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui penerapan problem posing dalam pembelajaran
2.

matematika.
Untuk mengetahui penerapan problem posing dalam meningkatkan aktivitas

3.
4.

belajar siswa.
Untuk mengetahui hambatan dalam penerapan strategi problem posing.
Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan dalam penerapan strategi
problem posing.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Problem Posing
Problem posing adalah salah satu strategi pembelajaran matematika
dimana siswa dapat mengkonstruksi makna belajar dan berdasar pada masalah.
Problem posing merupakan salah satu strategi penting dalam matematika dan
melibatkan kegiatan berpikir matematis. Beberapa tokoh dalam matematika dan
pendidikan matematika (seperti Freudenthal, 1973 dan Polya 1954) telah
mengidentifikasi problem posing sebagai suatu bagian penting dari pengalaman
matematika siswa, serta meningkatkan inovasi pendidikan dalam pendidikan
matematika. Istilah problem posing telah digunakan untuk menurunkan suatu
masalah baru dan untuk merefleksikan masalah tertentu yang diberikan (Silver,

1994). Jadi, problem posing didefinisikan sebagai arahan dimana peserta didik
mengkonstruksi pertanyaan dalam situasi yang berbeda, seperti dalam kehidupan
nyata atau masalah matematis yang lain.
Demikian juga menurut Silver dan Cai (1996) yang membuat satu
pembedaan di antara dua dugaan problem posing. Pertama, problem posing dapat
dibentuk menjadi satu kasus dari suatu bentuk masalah baru dalam situasi
matematis. Kedua, problem posing juga dapat diinterpretasikan sebagai
reformulasi dari masalah yang diberikan dengan tujuan untuk menemukan
struktur dasar yang lebih dalam dari suatu pertanyaan atau masalah yang
diberikan. Dalam hal ini, peserta didik mencoba untuk menjawab masalah serupa
yang akan memberikan pemahaman mendalam pada permasalahan aslinya.
Hal yang paling berpengaruh dalam problem posing yaitu pertanyaanpertanyaan yang diajukan dapat dikembangkan oleh siswa selama proses belajar
mengajar berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya dan juga daya tarik siswa
terhadap masalah yang diberikan (Zahra, 2013). Diperlukan satu kegiatan yang
menarik dalam aktivitas matematika, sehingga siswa dapat merumuskan masalah
dari keadaan tertentu dan menciptakan masalah lagi dengan memodifikasi kondisi
dari satu masalah tertentu. Dengan kata lain, problem posing harus selalu
dihubugkan dengan kegiatan pembelajaran matematika di kelas dan tugas-tugas
yang relevan. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa
strategi problem posing dalam pendidikan, khususnya matematika, telah
didefinisikan sebagai sebuah konsep terarah dimana siswa dapat menyusun sebuah
permasalahan sebagai respon atas suatu keadaan yang berbeda yang berkaitan
dengan kehidupan nyata, masalah matematis, atau masalah yang diberikan oleh
guru.
B. Jenis Jenis Problem Posing
Terdapat empat jenis strategi dalam problem posing yaitu i) free problem
posing, ii) semi-structured problem posing, iii) structured problem posing (Akay,
2006), dan iv) What ifWhat if not? (Abu-Elwan, 2007).
Dalam pelaksanaannya dikenal beberapa jenis model problem posing
antara lain:
1. Situasi problem posing bebas (free problem posing), siswa diberikan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengajukan soal sesuai dengan apa

yang dikehendaki . Siswa dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan


2.

sehari-hari sebagai acuan untuk mengajukan soal.


Situasi problem posing semi terstruktur (semi-structured problem posing),
siswa diberikan situasi/informasi terbuka. Kemudian siswa diminta untuk
mengajukan soal dengan mengkaitkan informasi itu dengan pengetahuan
yang sudah dimilikinya. Situasi dapat berupa gambar atau informasi yang

3.

dihubungkan dengan konsep tertentu.


Situasi problem posing terstruktur (structured problem posing), siswa diberi
soal atau selesaian soal tersebut, kemudian berdasarkan hal tersebut siswa

4.

diminta untuk mengajukan soal baru.


What ifWhat if not?

C. Problem Posing dalam Pembelajaran Berkelompok


D. Problem Posing dalam Pembelajaran Individu
E. Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Strategi Problem Posing Secara
Umum
F. Hasil Penelitian yang Relevan

Anda mungkin juga menyukai