DIAH SAVITRI
NI MADE DWIJAYANI
A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai bidang kehidupan
dan membantu mengembangkan kemampuan atau daya berpikir manusia (BSNP,
2006). Belajar matematika berkaitan erat dengan aktivitas dan proses belajar serta
berpikir. Hal tersebut bertalian erat dengan karakteristik matematika sebagai suatu
ilmu dan human activity, yaitu bahwa matematika adalah pola berpikir, pola
mengorganisasikan pembuktian yang logis, yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat.
Pembelajaran matematika yang berkualitas yang mampu menuntun siswa
agar mau berpikir mandiri tentunya dapat menghasilkan sebuah prestasi belajar
matematika yang baik. Dalam proses pembelajaran matematika secara riil, hal ini
tentu bukan suatu hal yang sederhana. Aktivitas dan proses berpikir akan terjadi
apabila seorang individu berhadapan dengan suatu situasi atau masalah yang
mendesak dan menantang serta dapat memicunya untuk berpikir. Keadaan
tersebut dapat membuat siswa memperoleh kejelasan dan solusi atau jawaban
terhadap masalah yang dimunculkan dalam situasi yang dihadapinya.
Terkait dengan paradigma bahwa efektivitas proses pembelajaran
berkaitan erat dengan prinsip pembelajaran student-centered dan self-regulated,
bahwa, dalam kegiatan belajar siswa harus menjadi individu yang aktif dalam
membentuk pengetahuan, dapat menentukan sendiri proses belajarnya, memilih
pengalaman belajar serta pengetahuan utama yang ingin dicapainya. Selain itu,
terdapat pandangan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa dapat
lebih berkembang dengan memanfaatkan informasi yang telah diterima atau
dikenal dengan istilah going beyond the information given, misalnya melihat di
balik apa yang tertulis, sehingga siswa dapat menggunakan pengetahuan yang
baru secara aktif untuk mengkonstruksi makna belajar (Bruner, 1973).
Problem posing adalah salah satu strategi pembelajaran matematika
dimana siswa dapat mengkonstruksi makna belajar dan berdasar pada masalah.
Problem posing merupakan salah satu strategi penting dalam matematika dan
melibatkan kegiatan berpikir matematis. Beberapa tokoh dalam matematika dan
pendidikan matematika (seperti Freudenthal, 1973 dan Polya 1954) telah
mengidentifikasi problem posing sebagai suatu bagian penting dari pengalaman
matematika.
Untuk mengetahui penerapan problem posing dalam meningkatkan aktivitas
3.
4.
belajar siswa.
Untuk mengetahui hambatan dalam penerapan strategi problem posing.
Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan dalam penerapan strategi
problem posing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Problem Posing
Problem posing adalah salah satu strategi pembelajaran matematika
dimana siswa dapat mengkonstruksi makna belajar dan berdasar pada masalah.
Problem posing merupakan salah satu strategi penting dalam matematika dan
melibatkan kegiatan berpikir matematis. Beberapa tokoh dalam matematika dan
pendidikan matematika (seperti Freudenthal, 1973 dan Polya 1954) telah
mengidentifikasi problem posing sebagai suatu bagian penting dari pengalaman
matematika siswa, serta meningkatkan inovasi pendidikan dalam pendidikan
matematika. Istilah problem posing telah digunakan untuk menurunkan suatu
masalah baru dan untuk merefleksikan masalah tertentu yang diberikan (Silver,
1994). Jadi, problem posing didefinisikan sebagai arahan dimana peserta didik
mengkonstruksi pertanyaan dalam situasi yang berbeda, seperti dalam kehidupan
nyata atau masalah matematis yang lain.
Demikian juga menurut Silver dan Cai (1996) yang membuat satu
pembedaan di antara dua dugaan problem posing. Pertama, problem posing dapat
dibentuk menjadi satu kasus dari suatu bentuk masalah baru dalam situasi
matematis. Kedua, problem posing juga dapat diinterpretasikan sebagai
reformulasi dari masalah yang diberikan dengan tujuan untuk menemukan
struktur dasar yang lebih dalam dari suatu pertanyaan atau masalah yang
diberikan. Dalam hal ini, peserta didik mencoba untuk menjawab masalah serupa
yang akan memberikan pemahaman mendalam pada permasalahan aslinya.
Hal yang paling berpengaruh dalam problem posing yaitu pertanyaanpertanyaan yang diajukan dapat dikembangkan oleh siswa selama proses belajar
mengajar berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya dan juga daya tarik siswa
terhadap masalah yang diberikan (Zahra, 2013). Diperlukan satu kegiatan yang
menarik dalam aktivitas matematika, sehingga siswa dapat merumuskan masalah
dari keadaan tertentu dan menciptakan masalah lagi dengan memodifikasi kondisi
dari satu masalah tertentu. Dengan kata lain, problem posing harus selalu
dihubugkan dengan kegiatan pembelajaran matematika di kelas dan tugas-tugas
yang relevan. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa
strategi problem posing dalam pendidikan, khususnya matematika, telah
didefinisikan sebagai sebuah konsep terarah dimana siswa dapat menyusun sebuah
permasalahan sebagai respon atas suatu keadaan yang berbeda yang berkaitan
dengan kehidupan nyata, masalah matematis, atau masalah yang diberikan oleh
guru.
B. Jenis Jenis Problem Posing
Terdapat empat jenis strategi dalam problem posing yaitu i) free problem
posing, ii) semi-structured problem posing, iii) structured problem posing (Akay,
2006), dan iv) What ifWhat if not? (Abu-Elwan, 2007).
Dalam pelaksanaannya dikenal beberapa jenis model problem posing
antara lain:
1. Situasi problem posing bebas (free problem posing), siswa diberikan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengajukan soal sesuai dengan apa
3.
4.