Gangguan Penyesuaian1
Gangguan Penyesuaian1
190110100019
Adinda Putriandira
190110100030
Catri Damayanti
190110100033
190110100034
Ervini Natasya M.
190110100036
Petra Tauran
190110100039
Tara Aisya R
190110100053
Muty Ceria
190110100084
Destya Finiarty
190110100088
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINAGOR
2013
PERKEMBANGAN DI INDONESIA
Pada tahun 1983-1993 menggunakan PPDGJ-1 atau sama dengan ICD-9 dan DSM III
HIERARKI
WHO mengelompokkan gangguan-gangguan jiwa dalam blok-blok tertentu berdasarkan adanya
persamaan deskriptif dan meletakkan blok-blok tersebut berdasarkan suatu urutan hierarkis.
Pengertian urutan hierarkis disini adalah pada umumnya, gangguan-gangguan jiwa yang secara
hierarkis terletak dalam blok diurutan atas mempunyai lebih banyak unsur (gejala) dari gangguan
jiwa yang terletak dalam blok dibawahnya.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F9098, F99). Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis (tidak ada diagnosis Z03.2,
diagnosis tertunda R69)
Aksis II
Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive, mekanisme defensi
maladaptif). Retardasi Mental (F70-79) (tidak ada diagnosis Z03.2, diagnosis tertunda
R46.8)
Aksis III
Kondisi Medik Umum
Aksis IV
Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan social, pendidikan, pekerjaan,
Aksis V
Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale).
Biasanya untuk fungsi psikologis, sosial dan okupasional.
HIERARKI DIAGNOSIS
Hierarki diagnosis merupakan cara yang sistematik untuk memastikan suatu diagnosis gangguan
jiwa. Bentuknya vertical yaitu dari atas yang bersifat organik kemudian ke bawah yang bersifat
non organik, berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana urutan hierarki lebih tinggi memiliki
tanda dan gejala yang semakin luas.Dikotomi neurotik psikotik tidak digunakan lagi maka dari
itu pengelompokan berdasarkan kesamaan tema/kemiripan gambaran klinik.
AKSIS I
Gangguan Klinis (F00-09, F10-19, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F90-98,
F99)
1. F00-F09 Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan MentalSimtomatik
2. F10-19 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif
Lainnya
3. F20-29 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham (kecuali gangguan
kebribadian skizotipal yaitu F21 yang harus dicatat pada aksis II):
Dalam kelompok ini tercakup gangguan jiwa yg dimasa lalu digolongkan sebagai gangguan
psikotik Skizofrenia dan gangguan waham (paranoid) merupakan bagian utama gangguan
skizotipal yang dalam PPDGJ II masuk kedalam gangguan kepribadian.
4. F30-39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])
Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana
perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa ansietas yang
menyertainya, atau ke arah elasi (suasana perasaan meningkat).
Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik, berat dengan gejala
psikotik
Etiologi
Dasar umum untuk gangguan ini tidak diketahui. Penyebabnya merupakan interaksi antara
faktor biologis, faktor genetik, dan faktor psikososial. Kelainan metabolit amin biogenik
seperti hydroxyindoleacetic
acid (5 HIAA),homovanillic
acid (HVA),
3-metoksi-4--
Manifestasi Klinis
Episode Manik
Pada kelompok ini terdapat afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam
jumlah dan kecepatan aktivitas fisik den mental, dalam berbagai derajat keparahan.
Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk
gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal.
Termasuk:
1. Hipomania
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau berubah
disertai peningkatan aktivitas menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari
berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan bertahan melebihi siklotimia, serta
tidak ada halusinasi atau waham,
Perubahan afek harus disertai energi yang bertambah, sehingga terjadi aktivitas
berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur berkurang, ide-ide
perihal kebesaran, dan terlalu optimistik.
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi
waham kebesaran (delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan
keadaan afek tersebut.
Episode Depresi
Gejala utama:
a. Afek depresi
b. Kehilangan minat dan kegembiraan, serta
c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya
aktivitas.
Gejala lainnya:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
Untuk episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurangkurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Termasuk:
1. Episode depresi ringan
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan
rumah tangga
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya
beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu yang tak terbatas.
Stresor
kehidupan
seringkali
mendahului
episode
pertama
setelah episode depresiawal. Gangguan depresi bukan merupakan gangguan yang ringan,
cenderung menjadi kronik, dan mengalami relaps. Prognosis diperkirakan baik bila
episode ringan, tidak ada gejala psikotik, dan tinggal di RS dalam waktu singkat.
Penatalaksanaan
Prinsip umum:
o Keamanan pasien harus dijamin
o Pemeriksaan diagnostik yang lengkap harus dilakukan
o Rencana pengobatan harus disusun untuk mengatasi semua gejala yang diperkirakan
akan muncul
o Terapi harus menurunkan jumlah dan keparahan stresor pada pasien
o Strategi pengobatan harus disampaikan kepada keluarga pasien
o Pengobatan yang paling efektif adalah kombinasi farmakoterapi danpsikoterapi.
Indikasi rawat:
o Perlu prosedur diagnostik
o Ada risiko bunuh diri atau membunuh
o Ada penurunan kemampuan dasar yang jelas
o Riwayat gejala yang berkembang dengan pesat dan hancurnya sistem pendukung pasien
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang dapat dilakukan adalah terapi kognitif, terapi
interpersonal, dan terapi perilaku.
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik di mana
tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat.
Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikis di bawah sadar yang mempunyai tujuan
tertentu. Ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan
pula dengan adanya penurunan metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus
frontalis dan hemisfer nondominan.
Manifestasi Klinis
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai
permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan
juga telah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak terjadi kelainan yang mendasari keluhannya.
Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b)
Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu (outside the
Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agarofobia, hendaknya
diutamakan diagnosis agarofobia (F40.0)
Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b)
Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu ( highly specific
situation)
c)
Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti agarofobia dan
fobia sosial.
(unpredictable situation)
c)
Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi
dsb.);
b)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c)
sesak
nafas,
keluhan
lambung,
pusing
kepala,
mulut
kering,
dsb)
kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan
panik (F41.0) atau gangguan obsesif-komfulsif (F42.-)
gejala-gejala
anxietas
maupun
depresi,
dimana
masing-masing
tidak
6. F50-59 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik
Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
1994).Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan
(Maramis,
semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf
vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu
neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut
juga gangguan psikofisiologik.
7. F62-69 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa (kecuali gangguan kepribadian
khas, campuran dan lainnya yaitu F60-F61 yang dicatat pada Aksis II)
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala
nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah.
Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian
besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan
kepribadian:
o Obsessive Compulsive Personality Disorder
Seseorangdengan obsessive-compulsive personality disorder adalahseseorang yang
perfeksionis, asik dengan detail, peraturan, dan jadwal.
Hubungan interpersonal
merekaseringbermasalahkarnapermintaanmerekabahwasegalasesuatuharusdilakukandenga
ncara yang benar- tentunyadengancaramereka.
Obsessive-compulsive
personality
disorder
adalahberbedadari
OCD,
DSM-V
Pandanganberlebihterhadapkepentinganseseorang
Antagonis,
Diikutidengan ___
dikarakteristik
Meyakinibahwaseseorangituspesialdandapatdipahamihan
dengan
grandiosity
Kebutuhanbesaruntukdikagumi
dan attention
seeking
Self-centered
Mereka cenderung akan mencari partner dengan status yang lebih tinggi
DSM-V
Ideas of reference
Psychoticism:
Pemikiranygmagis
cognitive
Persepsiygtidakbiasa
dysregulation,
eccentricity,
&
perceptual
and
unusual
Polapemikirandancarabicaraaneh
Memilikipenampilanatauperilakuyganeh
Sedikittemandekat
Merasacemasdiantara orang-orang
restricted
Affectivity:
suspiciousness
Gangguan perkembangan khas yang ditandai oleh penggunaan suara bicara dari anak berada
dibawah tingkat yg sesuai untuk usia mentalnya, sedangkan tingkat kemampuan bahasanya
normal.
F81
Adalah suatu gangguan pada pola normal kemampuan penguasaan keterampilan yang
terganggu sejak stadium awal perkembangan
F82
Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan koordinasi
motorik yang tidak semata disebabkan oleh retardasi intelektual umum atau kelainan
kongenital atau gangguan neurologik yang didapat (kecuali satu yang implisit dalam kelainan
koordinasi). Kelambanan motorik sering dihubungkan dengan hendaya dalam kemampuan
melaksanakan tugas kognitif visuo-spasial.
F83
Merupakan sisa kategori gangguan yang batasannya tak jelas, konsepnya inadekuat dengan
perkembangan khas campuran dari berbicara dan berbahasa, keterampilan akademik, dan/atau
fungsi motorik, tetapi tidak ada satu gejala cukup dominan untuk dibuat sebagai diagnosis
utama. Sering dihubungkan dengan hendaya dalam fungsi kognitif, dan kategori campuran ini
hanya digunakan jika terjadi tumpang tindih yang jelas. Jadi kategori II harus digunakan jika
dipenuhi kriteria dari dua atau lebih pada F80.-, F81.-, dan F82.
F84
Kelompok gangguan ini ditandai oleh abnormalitas kualitatif dalam interaksi sosial dan pola
komunikasi, kecenderungan minat dan meskipun gambaran gerakan terbatas, stereotiptik,
berulang, abnormalitas kualitatif ini merupakan gambaran yang meluas (pervasif) dari fungsi
individu dalam segala situasi, meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahannya. Sering
terdapat riwayat perkembangan yang abnormal sejak masa bayi, kebanyakan kondisinya nyata
dalam 5 tahun pertama. Dapat terjadi hendaya kognitif umum tapi gangguannya batasan
umum sebagai prilaku yang menyimpang dalam hal hubungan dengan usia mental (tak peduli
individu retardasi atau tidak).
9. F90-98 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan
Remaja
Dengan onset biasanya terjadi pada masa kanak dan remaja. Onset dini ditandai gangguangangguan aktivitas&perhatian, gangguan perilaku, gangguan emosi termasuk gangguan tic,
enuresis-enkopresis, pika, gagap.
F90
F91
F92
F93
F94
F95
Gangguan Tic
F98
Aksis II
Aksis II merupakan klasifikasi dari gangguan kepribadian yaitu melibatkan kekakuan yang
berlebihan, terus menerus dan maladaptif dalam hal berhubungan dengan orang lain dan
penyesuaian terhadap permintaan eksternal. Misal: skizoid, paranoid, skizotipal, antisosial, dsb.
Retardasi Mental melibatkan suatu perlambatan atau hendaya di dalam perkembangan
kemampuan intelektual dan adaptif
F21
F60
F70-F79
Retardasi mental:
Menurut The American Association on Mental Deficiency (AAMD), definisi retardasi mental
mencakup dua dimensi utama yaitu perilaku adaptif dan kecerdasan. Retardasi mental
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum dibawah rata-rata normal
disertai dengan kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang muncul pada periode
perkembangan (Grossman, 1983 cit Drew, 1986, Cytryn dan Lourie, 1980). Perkembangan mental
dianggap terhenti atau tidak berkembang secara lengkap dimana ditandai terutama oleh hendaya
keterampilan selama masa perkembangan sehingga mempengaruhi kemampuan kognitif, bahasa,
motorik, sosial.
Pada PPDGJ III disebutkan bahwa secara umum faktor etiologi retardasi mental terdiri dari faktor
biologis, faktor psikososial atau interaksi keduanya. Faktor biologik yang paling sering terdapat
adalah kelainan kromosom atau metabolisme seperti pada sindroma down, phenil keton uria dan
ibu yang banyak minum alkohol sewaktu hamil. Retardasi mental tanpa etiologi biologik dapat
dikaitkan dengan berbagai jenis deprivasi psikososial seperti deprivasi stimulasi, sosial, bahasa
dan intelektual (PPDGJ II, 1983).
Menurut PPDGJ III (1993) kriteria diagnosis untuk retardasi mental meliputi:
1. Fungsi intelektual umum secara bermakna dibawah rata-rata IQ 70 atau lebih rendah pada
tes yang dilakukan individual (pada bayi karena tes intelegensi yang tersedia tidak dapat
dinilai dengan angka, fungsi intelektual rata-rata dapat dibuat berdasarkan pertimbangan
klinik).
2. Bersamaan dengan itu, terdapat kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang
dipertimbangkan menurut umur dan budaya.
3. Timbul sebelum usia 18 tahun
Dalam PPDGJ III (1993), retardasi mental diberi nomor kode F70-F73, F78 dan F79. Karakter
keempat digunakan untuk menentukan luasnya hendaya perilaku, bila hal ini bukan disebabkan
oleh suatu gangguan lain yang menyertai:
F7x.0 =
F7x.1 =
F7x.8 =
F7x.9 =
Bila penyebab retardasi mental diketahui, maka suatu kode tambahan dari ICD-10 harus
digunakan (misalnya F72 Retardasi Mental Berat ditambah E00 Sindroma Defisiensi Yodium
Kongenital).
Ketentuan subtipe retardasi mental meliputi:
F70
: Ringan
Taraf IQ
50-69
F71
: Sedang
Taraf IQ
35-49
F72
: Berat
Taraf IQ
20-34
F73
: Sangat Berat
Taraf IQ
dibawah 20
F78
: Lainnya, bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan memakai prosedur biasa
sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya
buta, bisu tuli dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
F79
: Yang Tidak Tergolongkan (unspecified), bila jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak
ada informasi yang cukup untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.
Untuk klasifikasi yang tidak tergolongkan dipakai apabila terdapat dugaan kuat adanya retardasi
mental tetapi individu tidak dapat dites dengan tes intelegensi standar karena gangguannya terlalu
berat atau mereka tidak kooperatif untuk dites. Keadaan ini dapat terjadi pada anak, remaja atau
dewasa. Pada bayi karena tes yang tersedia tidak menghasilkan nilai IQ menurut angka, maka
penggolongan kedalam diagnosis ini dapat juga dilakukan bila terdapat pertimbangan klinik yang
menunjukkan fungsi intelektual dibawah rata-rata.
AKSIS III
Bab I
A00-B99
Bab II
C00-D48
Neoplasma
Neoplasma adalah massa abnormal jaringan sebagai akibat dari neoplasia. Neoplasia adalah
proliferasi sel abnormal. Pertumbuhan sel melebihi, dan tidak terkoordinasi dengan jaringan
normal di sekitarnya. Pertumbuhan tetap dengan cara yang sama berlebihan bahkan setelah
penghentian rangsangan. Biasanya menyebabkan benjolan atau tumor. Neoplasms mungkin jinak,
pre-malignant atau ganas.
Bab III
D50-D53
1. Amenia
Penyakit yang disebabkan kekurangan sel darah merah atau sel darah merah
kekurangan homoglobin
2. Hemofilia
Penyakit yang disebabkan karena darah sukar membeku dan penyakit ini biasanya
turun menurun.
3. Varises
Penyakit yang diakibatkan oleh pembuluh darah kaki yang melebar karena tekanan
darah, sehingga fungsinya sedikit terganggu dan mengakibatkan pembuluh darah
jadi terlihat.
4. Leukemia
Penyakit yang disebabkan adanya kelebihan produksi sel darah putih.
Bab IV
E00-E90
Penyakit endokrin adalah penyakit yang pada umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan
dalam beberapa bagian dari sistem endokrin, yang terdiri dari kelenjar yang bertanggung jawab
untuk menciptakan dan mengatur hormon-hormon yang diperlukan untuk fungsi-fungsi tubuh
penting.
Bab VI
G00-G99
Penyakit Sistem Saraf pada Manusia : Gangguan dan Kelainan - Seperti halnya sistem tubuh yang
lain, sistem saraf juga dapat mengalami kelainan atau kerusakan sel sehingga tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya
kecelakaan, makanan atau minuman seperti alkohol, virus, dan lain-lain. Beberapa gangguan pada
susunan saraf antara lain sebagai berikut.
Bab VII
H00-H59
Bab VIII
H60-H95
Bab IX
J00-J99
Bab X
J00-J99
Bab XI
K00-K93
Bab XII
L00-L99
Bab XII
M00-M99
1.osteoporosis
2.osteomalacia
3.scoliosis
4.osteomielitis
5.osteoarthtritis
6.rheumatoidarthtritis
7.spondylitis
8.kanker tulang
9.kelainan otot
10.amputasi
11.fraktur
12.sport injuries
13.strains
14.dislokasi dan sublukasi
Bab XIV
N00-N99
Uretra : saluran kecil yang berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh
Bab XV
O00-O99
Bab XVI
P00-P96
Bab XVII
Q00-Q99
Malformasi kongenital atau cacat lahir adalah suatu kelainan struktural, perilaku, faal, dan
metabolik yang terdapat pada waktu lahir. Cacat lahir merupakan penyebab kematian kelima, kirakira 21% dari semua kematian bayi, ilmu yang mempelajari sebab-sebab terjadinya malformasi
kongential adalah teratologi. Faktor penyebabnya adalah faktor lingkungan dan faktor genetik.
Deformasi disebabkan oleh gaya-gaya mekanik dalam jangka waktu yang lama. Deformasi sering
kali mengenai sistem kerangka otot. Anomali ini dapat sembuh setelah lahir.
Bab XVIII
R00-R99
Bab XIX
S00-T98
Bab XX
V01-Y98
Bab XXI
Z00-Z99
AKSIS IV
Pada aksis IV, para ahli mengelompokkan masalah psikososial yang dapat menyebabkan penyakit
mental, seperti :
-masalah pekerjaan
-masalah rumah tangga
-masalah ekonomi
-kesulitan interpersonal
AKSIS V
Penilaian Fungsi secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)
Pada aksis V ini para ahli mengelompokkan fungsi adaptif seseorang kepada level-level tertentu
dalam sebuah Global Assesment of Functioning (GAF) scale. Skala ini digunakan agar dapat
melihat bagaimana hubungan sosial seseorang, fungsi pekerjaannya, serta bagaimana seseoarng
menggunakan waktu luangnya. . Aksis V ini yang nanti akan banyak terjadi perubahannya pada
DSM V.
Aksis V adalah skala penilaian secara global mencakup assessment menyeluruh tentang fungsi
psikologis sosial dan pekerjaan klien.
Adalah skala penilaian global terhadap fungsi-sering. Fungsional diartikan sebagai kesatuan dari 3
bidang utama yaitu fungsi sosial, fungsi pekerjaan, fungsi psikologis. Fungsi berupa skala dengan
100 poin. 100 mencerminkan tingkat fungsi tertinggi dalam semua bidang. Pasien yang memiliki
tingkat fungsional tertinggi sebelum suatu episodepenyakit biasanya mempunyai prognosis yang
lebih baik dibandingkan mereka yang mempunyai tingkat fungsioal rendah. Digunakan juga untuk
mengindikasikan taraf keberfungsian tertinggi yang mungkin dicapai selama beberapa bulan pada
tahun sebelumnya.
91-100 : gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi
81-90 : gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa
71-80 : gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial
61-70 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik
51-60 : gejala dan disabilitas sedang
41-50 : gejala dan disabilitas berat
31-40 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat
dalam beberapa fungsi
21-30 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir
semua bidang
11-20 : bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi
dan mengurus diri
01-10 : persisten dan lebih serius
0
Gangguan
tidak adekuat
organik
Gangguan
simtomatik
Simptomatik
mental
Gangguan
F1 Gangguan Mental dan Perilaku F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol
organik
akibat
dan termasuk
Gangguan
dan obat/zat
F12,
F14
Gangguan
mental
dan
perilaku
akibat
pengunaan
opioida/kanabinoida/kokain
F13, F15, F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau
hipnotika/stimulansia lain/halusinogenika
F17,
F18,
F19
Gangguan
mental
dan
perilaku
akibat
penggunaan
Skizofrenia dan F2
Skizofrenia,
Gangguan F20, F21. F23 Skizofrenia, gangguan skizotipal, psikotik akut dan sementara
mental
psikotik
terkait
Gangguan
F3
Gangguan Suasana Perasaan F30, F31 Episode manik, gangguan afektif bipolar
afektif
(Mood [Afektif])
Gangguan
Gangguan
F4 Gangguan neurotik, Gangguan F40, F41 Gangguan anxietas fobik atau lainnya
neurotik
dan neurotik
gangguan
Stress
F43, F45, F48 reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian, gangguan
kepribadian
F5
Sindrom
Perilaku
yang F50-F55, F59 Gangguan makan, Gangguan tidur, disfungsi seksual atau
dewasa
Gangguan
masa
remaja,
Retardasi
F6 Gangguan Kepribadian dan F60-F69 Gangguan kepribadian, gangguan kebiasaan dan impuls, gangguan
Perilaku Masa Dewasa
F7 Retardasi Mental
kanak, mental
dan Gangguan masa F8
Gangguan
dan
F9
perkembangan
Emosional dengan Onset Biasanya atau fungsi sosial khas, gangguan Tic atau gangguan perilaku dan emosional
Gangguan
Perilaku
lainnya
1. Gangguan mental
F0 Gangguan mental
organik termasuk
Gangguan mental
simtomatik
2. Gangguan akibat
F1 Gangguan mental
1. Skizofrenia dan
F2 Skizofrenia,
2. Gangguan afektif
F3 Gangguan suasana
perasaan (mood
[afektif])
1. Gangguan Neurotik *
F4 Gangguan Neurotik,
gangguan somatoform
dan gangguan yang
berkaitan dengan stres
2. Gangguan
F5 Sindrom perilaku
kepribadian dan
yang berhubungan
dengan gangguan
fisiologis dan faktor
fisik
F6 Gangguan
kepribadian dan
perilaku masa dewasa
1. Retardasi mental *
F7 Retardasi mental
2. Gangguan masa
F8 Gangguan
perkembangan
perkembangan
perkembangan *
psikologis
F9 Gangguan perilkaku
dan emosional dengan
onset pada masa kanak
dan remaja
II.
Fl Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif
Lainnya
III.
IV.
Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan
gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
F7 Retardasi Mental
Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lain. Hendaya perilaku adaptif selalu ada.
X.
XI.
F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak
dan Remaja
Pada beberapa jenis gangguan jiwa ( misalnya gangguan mental organik ) terdapat berbagai tanda
dan gejala yang sangat luas. Pada beberapa gangguan lainnya (seperti gangguan cemas) hanya
terdapat tanda dan gejala yang sangat terbatas. Atas dasar ini, dilakukan suatu penyusunan urutan
blok-blok diagnosis yang berdasarkan suatu hierarki, dimana suatu gangguan yang terdapat dalam
urutan hierarki yang lebih tinggi, mungkin memiliki ciri-ciri dari gangguan yang terletak dari
hierarki lebih rendah, tetapi tidak sebaliknya. Terdapatnya hubungan hierarki ini memungkinkan
untuk penyajian diagnosis banding dari berbagai jenis gejala utama.
Urutan Hierarki Blok Diagnosis Gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ-III :
I.
II.
III.
IV.
V.
Sindrom Perilaku yang berhubungan dengan gangguan Fisiologisa dan faktor fisik(F50F59 )
a. Ciri khas : gejala disfungsi fisiologis, etiologi non organik
VI.
VII.
VIII.
IX.
Gejala Perilaku dan Emosional dengan Onset Masa Kanak dan Remaja ( F90-F98 )
a. Ciri khas : gejala perilaku / emosional, onset masa kanak
X.
1. Perubahan budaya yang cepat dan penyakit kejiwaan kehilangan budaya lama, misalnya
pada urbanisasi dan modernisasi,
2. Kontak dan interaksi antar budaya, misalnya kawin antar suku, agama, ataupun
transmigrasi.
Jenis-jenis culture bound syndrome and Psychopathology yang ada di Indonesia
1. Kesurupan (umum)
Kesurupan berasal dari bahasa Jawa yang berarti kemasukan sesuatu hal yang gaib.
Kesurupan memang selalu dikaitkan dengan fenomena gaib, yaitu seseorang yang kerasukan
makhluk halus sehingga manusia yang kerasukan mempunyai kepribadian ganda dan mulai
berbicara sebagai individu lain. Menurut ilmu medis modern, kondisi ini adalah suatu keadaan
perubahan kesadaran yang disertai tandatanda yang tergolong dalam gangguan disosiatif atau
kepribadian ganda atau dapat pula merupakan gejala serangan akut dari gangguan psikotik
schizophreniform. Masyarakat JawaTimur misalnya selalu menggunakan bantuan para dukun atau
kyai dalam mengobati seseorang yang kesurupan.
2. Bebainan (Bali)
Bebainan adalah kemasukkan bebai, yaitu roh yang dapat menguasai manusia,
menyakiti, atau membunuh. Bebai diperoleh dengan pemeliharaan dari kecil sampai dewasa,
kemudian siap dipakai oleh yang memelihara. Yang dapat mengobati bebainan adalah balian
(dukun). Gejalanya adalah perubahan kesadaran, tingkah laku agitatif yang terjadi mendadak,
disertai kebingungan, halusinasi dan gejolak emosi. Episode ini cepat menghilang dan disertai
periode amnesia.
Contoh penelitian mengenai bebainan ini adalah dari Suryani (1981) mengenai fenomena
bebainan di beberapa desa di Bali. Suryani melaporkan bahwa lebih sering wanita usia muda atau
belum kawin pernah mengalami bebainan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hari raya Bali dan
stress emosional.
3. Cekik (Jawa Tengah)
Cekik adalah suatu histeria konversi dengan kejangkejang seluruh badan dan kesadaran
menurun, sebelum jatuh kejang selalu menunjukkan seperti orang tercekik lehernya. Sebagian
besar mengalami halusinasi visual menjelang atau saat serangan. Terjadi di desa Babalan,
kecamatan Wedung, kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada setiap tahun dalam bulan puasa
menjelang lebaran. Santoso dan Pranowo menyebutnya sebagai sindroma tekak. Contoh
penelitian mengenai cekik ini adalah penelitian Sumitro (1981) di desa Babalan, dan melaporkan
bahwa wanita lebih sering mengalami cekik dari pada pria, hampir merata pada umur dewasa,
tingkat pendidikan dan sosial-ekonomi rendah, serta berhubungan dengan kepercayaan mistik
bahwa roh halus akan mengambil orang-orang tertentu di desa. Ternyata epidemi ini hilang
dengan sendirinya sesudah bulan Puasa terlewati.
Masyarakat lokal Demak manganalisa fenomena cekik sebagai gangguan dari hantu cekik
yang muncul setahun sekali. Analisa tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat
akan penyakit-penyakit gangguan kejiwaan akibat budaya.
KUIS
1. Suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis bermakna dan yang disertai penderitaan
atau distress pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunya fungsi atau disfungsi
seseorang adalah .
Jawaban: gangguan jiwa
2. GMO teermasuk pada aksis berapa?
Jawaban: Aksis I
3. Urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa diciptakan berdasarkan
Jawaban: luasnya tanda dan gejala
Klasifikasi yang membahas mengenai kondisi medis umum pada DSM-IV adalah?
Jawaban: Aksis 3
Sumber
Kring, Ann M., dkk. 2011. Abnormal Psychology 12th Edition International Student Version.
Singapore: John Wiley & Sons.
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Cetakan 1.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya
http://wikimed.blogbeken.com/gangguan-afektif, diakses pada tanggal 24 September 2013 pukul 20.30
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32281/3/Chapter%20II.pdf, diakses pada tanggal 24
September 2013 pukul 20.35
http://fransiscakumala.wordpress.com/2010/02/09/definisi-klasifikasi-gangguan-jiwa-dandiagnosis-multiaksial/
http://id.scribd.com/doc/94183555/Diagnosis-Multiaksial diakses pada tanggal 24 September 2013 pukul
20.00
http://akademikfsi.blogspot.com/2012/07/gangguan-jiwa.html
xa.yimg.com kq groups
name PSI-K
Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/penyakit-sistem-saraf-manusiagangguan-kelainan.html#ixzz2fp2lqjsx diunduh pada hari Selasa 24 September 2013 pukul 9:56 PM
http://anjhuthe.blogspot.com/2012/08/macam-macam-penyakit-pada-gangguan.html diunduh
pada hari Selasa 24 September 2013 pukul 10:05 PM
http://silviaquerida.blogspot.com/2012/05/sistem-genitourinaria.html diunduh pada hari Selasa 24
September 2013 pukul 10:10 PM
http://www.forumsains.com/kesehatan/cacat-lahir-dan-teratologi/ diunduh pada hari Selasa 24
September 2013 pukul 10:13