Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Landasan Teori
A. Pengertian
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui
mendeteksi di dinding otot perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit
dan subkutan meliputi jaringan, peritoneal kantung, dan yang
mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ
internal lainnya. Faktor yang termasuk pembedahan mendadak pada
peningkatan tekanan intra-abdomen, yang mungkin terjadi selama
mengangkat beban berat atau batuk yang lebih bertahap dan
berkepanjangan

sehingga

peningkatan

tekanan

intra-abdomen

berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites. (Seymour I.


Schwartz, et.All. Principles of Surgery. Companion handbook.
Jakarta: EGC,2006).
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati
sebuah segmen dari perut atau struktur abdominal yang lain yang
menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati beberapa defect
yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau
melewati struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna,
et.All. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B Saunders
Company,2005)
Hernia adalah penonjolan sebuah organ-organ atau struktur
melalui deteksi di dinding otot perut atau kelemahan pada dinding
rongga perut dimana berisi bagian-bagian tersebut secara normal.
Hernia mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu
terjadi di rongga abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika
Hernia tidak dapat ditempatkan kembali di rongga abdominal, maka
hal itu diketahui sebagai

incarcerated. Dalam situasi ini aliran

mungkin menjadi obstruksi. Ketika Hernia ireduksi dan aliran


intestinal dan supply darah obstruksi, Hernia menjadi terjepit. Ini
akibat dari obstruksi intestinal akut. (Lewis, Heitkemper, Dirksen.

Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical


Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000)
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari
tempatnya yang normal melalui sebuah defek Kongenital atau yang di
dapat.

Hernia

adalah

defek

dalam

dinding

abdomen

yang

memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau


kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong
berisikan materi abnormal. (dr. Jan Tambayong, Patofisiologi untuk
Keperawatan. Jakarta : EGC,2006)
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan
yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia. (Syamsul Hidayat R.
dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC,2005)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan
oleh prosesus vaginalis berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta,2000).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior,
menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui
anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000)
Hernia inguinalis adalah suatu organ tipikal usus besar atau usus
halus, lapisan perut, atau kandung kemih menonjol menembus suatu
celah abdominal di dalam organ tubuh. Struktur hernia inguinalis
mengikuti alur dari saluran sperma (pria) atau roun dligamen (wanita)
ke dalam skrotum atau labia, berturut-turut. (Mathew, 2001, hal 225)
Hernia Inguinalis adalah Sutu penonjolan kandungan ruangan
tubuh melalui dinding yang dalam keadaannormal tertutup. ( Richard
E, 2000 )
Hernia Inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus
inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau
kegagalan menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily L. Betz,2000)

B. Etiologi
1. Kongenital
Terjadi sejak lahir.
2.

Didapat (acquired)
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya
tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama
misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing
(hipertropi prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.

3. Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di


anatranya ; kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda
berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi,
hipertropi prostat
4. Anulus internus yang cukup lebar.
5. Peninggian tekanan intraabdomen kronik yang dapat mendorong isi
hernia melewati melewati annulus internus yang cukup lebar, seperti
batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, hipertrofi prostad,
konstipasi, dan asites. Peninggian tekanan intra abdomen juga dapat
membuka kembali kanalis inguinalis.
6. kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden hernia
meningkat dengan bertambahnya umur, mungkin karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
jaringan penunjang berkurang kekuatannya.
C. Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya
dan hernia menurut sifat atau tingkatanya.
1) Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di
sebelah

lateral

vasa

epigastrika

inferior,menyusuri

kanalis

inguinalis dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis


eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)

Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa


epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
c. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada
wanita dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat
dikanalis femoralis yang membesar secara bertahap menarik
peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam
kantung.
d. Hernia umbilikalis
Batang

usus

melewati

cincin

umbilical.

sebagian

besar

merupakan kelainan yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi


pada wanita dan pada pasien yang memliki keadaan peningkatan
tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau
distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah
sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena
masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak
adekuat.
e. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.

2) Menurut sifat atau tingkatannya :


a. Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring
atau di dorong masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak
mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak
masuk kembali ) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung
pada peritoneum.
c.

Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam
kantung hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan
aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran

keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia


bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa
terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya
terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia
irreponibel
d. Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus
yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit sehingga usus
kehilangan system perdarahannya sehingga mengakibatkan
nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat
dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
D. Patofisiologi
Hernia inguinalis indireksa sebagian besar mempunyai dasar
kangenital karena penonjolan dari prossesus vaginalis peritonei atau
penonjolan peritoneum yang disebabkan oleh penurunan testis yang
menarik peritoneum ke daerah skrotum.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prossesus ini telah
mengalami abliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui knalis
tersegut. Bila prosseus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi),
akan timbul hernia inguinalis lateralis longenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena
menciptakan lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Setiap kondisi yang menyebabkan tekanan intra abdominal memegang
peranan untuk timbulnya dan membesarnya hernia.
E. Manifestasi Klinis
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis
eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek
pada dinding posterior maka hernia jarang sekali menjadi ireponibilis.
Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis
eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis

interna di tekan bila

pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini
sampai skrotum, maka hanya akan sampai kebagian atas skrotum,
sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa
hernia.
Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis eksterna, tidak akan di
temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan
terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum
Cowperi pada ramus superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang
di temukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk
dinding medial hernia.
Gejala lain yang muncul :
a. Adanya benjolan di daerah inguinal
b. Benjolan bias mengecil atau menghilang.
c.

Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra


abdominal.

d. Rasa nyeri , mual muntah

F. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini
disebut hernia inguinalis ireponiblis. pada keadaan ini belum ada
gangguan

penyaluran

isi

usus.

Isi

hernia

yang

tersering

menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah


melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena
infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari
pada usu halus
b.

Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya


usus yang masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus
diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini
disebut hernia inguinalis strangulata

c. pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut


kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul
akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan
pasien menjadi gelisah.

G. Pemeriksaan Penunjang
-

Pemeriksaan fisik
a. Thumb test (Dengan menekan Anulus internus dan klien
mengejar) tidak di dapatkan benjolan keluar.
b. Finger test (test invaginasi jari lewat skrotum ke dalam inguinalis
penderita mengejar) akan terasa benjolan pada jari.
c.

Zremant test (Tangan kanan jari II menekan Anulus internus


kanan, jari III menekan Anulus Ekternus kanan, jari IV menekan
fasa ovalis kanan, penderita mengejar) akan adanya dorongan
pada jari II.

USG

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
konservatif dan pembedahan.
a. Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis
pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat
anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.
b.

Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia )
dan menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis
dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny
plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien
yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak
boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh
mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling
sedikit 6 minggu.
Metode Bassini merupakan tehnik hernioraphy yang pertama
dipublikasi tahun 1887 dan sampai sekarang masih merupakan
operasi baku. Namun ahli bedah harus memilih dan memodifikasi

ttekhnik mana yang akan dipakai sesuai dengan temuan pada


operasi dan patogenesis hernia menurut usia dan keadaan penderita.
Pada bayi dan anak anak dengan hernia congenital lateral yang
factor penyebabnya adalah prosesus vaginalis yang tidak menutup
sedangkan annulus ingunalis internus cukup elastis dan dinding
belakang cukup kuat, hanya dilakukan herniotomy tanpa hernioplasty.
Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakan kanalis inguinalis
dwngan hernia ingunalis medialis besar yang biasanya bilateral.
Dalam hal ini diperlukan hernioplasty yang dilakukan secara cermat
dan teliti. Tidak satupun teknik yang dapat menjamin bahwa tidak
akan terjadi residif. Yang penting diperhatikan adalah mencegah
terjadinya tegangan pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Pada
hernia inguinalis lateralis penyebab residif yang paling sering adalah
menutupan annulus inguinalis internus yang tidak memadai,
diantaranya karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya
lipoma preperitonial atau kantong hernia tidak ditemukan. Pada
hernia inguinalis medialis penyebab residif umunya karena tegangan
yang berlebihan pada jahitan plasti atau kekurangan lain dalam
teknik. Angka residif operasi hernia umumnya mendekati 10 %.

Herniotomy dan herniorafi menurut Bassini :


1. Pasien tidur dalam posisi telentang. Dilakukan a dan antisepsis
pada daerah sekitar lipat paha seisi hernia.
2. Lakukan anestesi local menurut Brown atau dengan anestesi
umum.
3. Setelah diyakini anestesi berhasil, lakukan sayatan sepanjang 10
cm terbawah diantara kedua benjolan (poin a dan poin g)
memotong skutis dan subkutan.
4. Fascia dibersihkan lalu disayat, segera tampak aponeurosis M.
oblikus abdominis aksternus dengan krura medial dan lateral
yang merupakan cincin luar kanalis inguinalis. Belah aponeurosis
M. abdominis oblikus eksternus hingga annulus inguinalis ikut
terbelah

5. Kemudian funikulus spermatikus yang diselubungi M. kremaster


dicari dan dibebaskan. Bebaskan pula ligamentum inguinale
yang tebal dan mengkilat di lateral nya dan conjoint area (karena
conjoint tendon hanya terdapat pada 5 % populasi) disebelah
medial.
6. Funikulus spermatikus dipreparasikan lalu ditarik dengan kasa
steril yang dilingkarkan mengelilinginya kearah lateral. Kantong
hernia dicari dengan bantuan dua buah pinset anatomis yang
dicubitkan pada lapisan jaringan yang meliputinya, lalu digunting
dengan hati hati dan dibebaskan lapis demi lapis sampai
akhirnya tampak lapisan yang berwarna biru abu

abu dan

kuat. Ini berarti kita telah mencapai processus vaginalis peritonei


yang merupakan pembungkus kantong hernia.
7. Kantong hernia kemudian dibuka 3 4 cm untuk melihat isinya.
Kemudian kantong hernia dibebaskan secara melingkar penuh
dengan arah melintang pada sumbunya dari jaringan sekitarnya,
yaitu M. kremaster dan semua jaringan ikat dan vascular yang
meliputinya. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati hati untuk
menghindari pendarahan. Lalu dimasukan satu jari kedalam
kantong hernia dan dipegang dengan perantaraan sebuah kasa
steril, lalu dengan tangan yang lain dibebaskan lapisan jaringan
yang meliputinya dengan kasa steril pula. Jari yang memegang
kantong digeserkan sedikit demi sedikit mengikuti arah jari yang
membebaskan kantong tersebut dari luar. Arah pembebasan
harus sedemikian rupa sehingga dari medial ke kalteral dapat
bertemu dalam jarak yang terpendek. Setelah berhasil, maka
dinding kantong hernia dipegang

dengan beberapa

klem,

kemudian dinding kantong tersebut dibebaskan lagi dari jaringan


yang meliputinya sejauh mungkin ke proksimal sampai dapat
ditemukan lapisan lemek preperitoneal. Kantong hernia dijepit
pada batas ini, lalu distalnya dipotong melintang dengan gunting.
Kemudian dilakukan hernioraphy menurut Bassini (Bassini plasty)
sebagai berikut : Setelah fascia tranversa dibelah

- Bassini I, jahitkan dengan benang besar dan kuat dan dengan jarum
yang ujungnya seperti paku, tuberkulum pubikum ke fascia
tranversa dan fascia tranversa lagi kemudian ke conjoint tendon
pada tepi terdekat M. recti abdominis.
- Bassini II, jahitkan dengan jarum biasa dan benang yang sama,
ligamentum inguinale, fascia tranversa, fascia tranversa dan conjoint
tendon diantara tempat jahitan Bassini I dan Bassini III.
- Bassini III, seperti diatas letak dilateral dari Bassini II, bila masih
longgar dapat dilanjutkan IV, V dst.
1.Ikatan Bassini dipersiapkan semua dulu, baru disimpulkan dengan
erat satu per satu.
2.Pada ikatan Bassini III harus sedemikian erat tapi masih cukup
longgar bagi funikulus spermatikus, yaitu bila ujung jari masih bisa
dimasukan dengan mudah diantara annulus inguinalis interna dengan
jahitan Bassini III. Lalu funikulus spermatikus, N. ilioinguinal, dan lain
lainnya dikembalikan ketempatnya.
3.Perdarahan dirawat dan dindng perut kemudian ditutup lapis demi
lapis.
4.fascia dijahit dengan sutera, subkuits dengan cat gut, dan kuits
dengan sutera.
5.luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kasa steril.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan dan keperawatan
Riwayat kesehatan dan keperawatan digunakan untuk mengumpulkan data
tentang kebiasaan kebiasaan pasien yang mencerminkan kebiasaan
sehari hari.
b. Riwayat sosial
Perawat dapat mengumpulkan data tentang cara hidup pasien, latar
belakang pendidikan, sumber sumber ekonomi, agama, kebudayaan dan
etnik pada pasien hernia.
c. Riwayat psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana
asuhan konprehensif. Perawat dapat mengidentifikasi stress maupun
sumber sumber mengatasi stress ( koping ) untuk mengatasi penyakit dan
perubahan yang ada.
d. Aktifitas / istirahat
Gejala
Riwayat pekerjaan yang perlu dikaji. Jangan mengangkat benda berat,
duduk, mengemudi dalam waktu lama.
Tanda
Atrofi otot pada bagian yang terkena, gangguan dalam berjalan dan
keterbatasan dalam mobilisasi.
e.

Eliminasi
Gejala
Konstifasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontinensia /
retensi urine.

f.

Integritas ego
Gejala

Ketakutan dalam timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan dan


financial keluarga.
Tanda

Tanda cemas, depresi, menghindar dari keluarga / orang terdekat.


g. Kenyaman / nyeri
Gejala
Nyeri seperti ditusuk pisau, akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, depekasi, nyeri yang tidak ada hentinya secara intermiten,
nyeri dapat menjalar, ke kaki, lengan, bokong dan kaku pada leher,
keterbatasan mobilisasi.
Tanda
dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara
berjalan berbeda seperti biasanya, pinggang terangkat pada bagian tubuh
yang terkena, nyeri pada daerah luka operasi.
i. Keamanan
Pada luka operasi akan ditemukan adanya tanda nyeri, kemerahan,
bengkak, demam dan penurunan fungsi.
j.

Penyuluhan / pembelajaran
Gejala
Gaya hidup monoton dan hiperaktif
Rencana pemulangan

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi
2) Resiko infeksi berhubungan dengan faktor eksternal (tindakan
pembedahan)
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
kelemahan fisik.

3. Perencanaan
1.

Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri teratasi.
Kriteria hasil

Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang

Tanda tanda vital dalam batas normal

Wajah klien rileks.

Rencana tindakan :
a. Kaji nyeri, lokasi, intensitas ( skala 0 10). Perhatikan penujuk
nonverbal.
Rasional : Mempengaruhi efektivitas intervensi, Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi persepsi reaksi terhadap nyeri.
b. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri
Rasional : Dapat membandingkan nyeri yang ada dari nyeri
sebelumnya
c. Evaluasi tentang keefektifitan dari tindakan mengontrol nyeri yang
telah digunakan
Rasional : Penggunaan persepsi diri/ perilaku untuk menghilangkan
nyeri dapat membantu pasien mengatasinya lebih efektif
d. Ajarkan penggunaan manajemen stress seperti relaksai progresif,
latihan napas dalam, imajinasi, pengalihan perhatian.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningtkan rasa kontrol,
dan dapat meningkatkan koping dalam manejemen nyeri, yang
mungkin menetap untuk periode yang lama..
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai order narkotik
dan analgetik non-narkotik.
Rasional : untuk menurunkan nyeri dan atau spasme otot.
2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan faktor eksternal
(tindakan pembedahan)
Tujuan : klien di harapkan tanda-tanda infeksi tidak terjadi setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses perawatan
Kriteria hasil : tidak ditemukannya tanda tanda infeksi, tanda vital
terutama suhu tidak terjadi peningkatan atau dalam batas normal ( 36,5
37,5 C ) , leukosit normal (4.000 10.000)
Rencana tindakan :
.

a. Observasi luka dari pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna


kulit kecoklatan,bau drainase tidak enak
Rasional : tanda perkiraan infeksi gas gangren
b. Lakukan perawatan luka dengan sistem steril.
Rasional : mencegah kemungkinan infeksi.
c. Lakukan perawatan pen atau kawat steril sesuai protokol dan cuci
tangan
Rasional : mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.
d. Instruksikan klien untuk tidak menyentuh sisi insersi
Rasional : meminimalkan kesempatan untuk kontaminasi
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Antibiotik
Rasional : antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaksis
atau ditunjukan pada mikroorganisme khusus.

Asuhan Keperawatan

Pada Tn.S dengan Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra


Post Hernio Repair H1
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah IV

DisusunOleh :

RATNA DEWI PUSPITA SARI

NIM P07120112072

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC.
Suratun, dkk. 2008. Klien Gangguan System Musculoskeletal: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Jakarta: EGC
Donges Marilynn, E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisilogi. Jakarta : EGC
Dongoes,

M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I


Made Kariasa. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. Bare Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai