STEP 1
EKG shockable : irama jantung yang bs direverse dengan shock/defibrilasi. Jantung
tidak memompa darah tapi ada denyutnya. Terdapat ventrikel fibrilasi dan ventrikel
tachycardi tanpa nadi.
Ventrikel fibrilasi : depolarisasi ventrikel yg tdk teratur dmn ventrikel tdk bs kontraksi
sbg satu kesatuan dan tdk bs menghasilkan Cardiac Output shg jantung hny bergerak
tp tdk memompa darah..
Defibrilasi : upaya untuk mengembalikan normalitas jantung dgn aliran listrik.
STEP 2
1.
Mengapa dadanya terasa seperti diremas-remas dan dijalarkan sampai rahang kiri?
Apa saja macam- macam nyeri ? apa dermatom nyeri sampai dijalarkan ke rahang
kiri?
2.
Mengapa pengelolaan awalnya diberi O2 dan diberi infus kristaloid + ISDN sublingual
?
3.
4.
5.
6.
Mengapa setelah diberi pengobatan awal pasien tdk responsif? Apa tindakan
selanjutnya?
Apa interpretasi foto thorax CTR >50% dan interpretasi hasil laboratorium ?
Apa kesimpulan px fisik jantung dikesankan kardiomegali, HR : 110x per menit, TD :
110/60 dan hasil EKG : ST elevasi di lead II, II aVF ?
STEP 3
1.
Mengapa dadanya terasa seperti diremas-remas dan dijalarkan sampai rahang kiri?
Apa saja macam- macam nyeri dada ? apa dermatom nyeri sampai dijalarkan ke
rahang kiri?
Angina Pectoris (AP) dibagi menjadi 3: Angina Pectoris Stabil (APS), Angina
Pectoris Unstable (APU), Variant Angina (Prinzmentals Angina). AP adalah
purin bagian dari makanan. Purin adalah salah satu senyawa basa organik
yang menyusun asam nukleat atau asam inti dari sel dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Purin sendiri disintesis
lewat jalur De Novo (intermediet amfibolik), fosforibosilasi purin, fosforilasi
nukleosida purin. Kadar normal asam urat darah pria dewasa <7 mg% dan
wanita <6 mg %. Salah satu faktor resiko asam urat tinggi adalah makanan
kolesterol tinggi. (Kumar, 2009)
Ujung2 akson aferen primer berhubungan dengan neuron spinal yang
mengantarkan sinyal nyeri ke sel2 pusat di otak yang mengatur persepsi
nyeri. Akson dari masing2 sel aferen primer berhubungan dengan banyak
neuron spinal dan masing2 neuron spinal menerima masukan konvergen dari
banyak sel aferen primer. Semua neuron spinal yang menerima masukan dari
visera dan struktur muskuloskeletal, juga mendapat masukan dari kulit.
Karena konvergensi ini, dan karena neuron spinal biasanya hanya diaktivasi
oleh masukan dari kulit, maka aktivitas yang dibangkitkan di dalam neuron
spinal oleh inputdari organ2 dalam sering disalah alamatkan oleh penderita
kepada sebuah tempat yg kurang lebih sama dengan daerah kulit yang
diinervasi saraf spinal yang sama.
Nyeri dada
o Klasifikasi nyeri dada
Ada 2 macam jenis nyeri dada yaitu:
A. Nyeri dada pleuritik
Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral.
Sifatnya tajam dan seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila
batuk atau bernafas dalam dan berkurang bila menahan nafas
atau sisi dada yang sakit digerakan. Nyeri berasal dari dinding
dada, otot, iga, pleura perietalis, saluran nafas besar,
diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis. Nyeri dada
pleuritik dapat disebakan oleh :
- Difusi pelura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan
atau
radang
subdiafragmatik
;
pneumotoraks
dan
penumomediastinum.
B. Nyeri dada non pleuritik
Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral, menetap
atau dapat menyebar ke tempat lain. Plaing sering disebabkan
oleh kelainan di luar paru.
1. Kardial
a. Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau
nyeri substernal yang menjalar ke aksila dan turun ke
bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih sering ke
lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke
epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan
atau tanpa nyeri dada substernal.
Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan
terangsang selama iekemik miokard, akan tetapi korteks
serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri berasal
sari miokard. Karena rangsangan saraf melalui medula
spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya rangsangan
saraf sensoris dari sistem somatis yang lain. Iskemik
miokard terjadi bila kebutuhan 02 miokard tidak dapat
dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pda penyakit jantung
koroner aliran darah ke jantung akan berkurang karena
adanya penyempitan pembuluh darah koroner.
Ada 3 sindrom iskemik yaitu :
- Angina stabil ( Angina klasik, Angina of Effort) :
Serangan nyeri dada khas yang timbul waktu bekerja.
Berlangsung hanya beberapa menit dan menghilang dengan
Angina
tak
stabil
(Angina
preinfark,
Insufisiensi
koroner akut) :
Jenis Angina ini dicurigai bila penderita telah sering
berulang kali mengeluh rasa nyeri di dada yang timbul
waktu istirahat atau saat kerja ringan dan berlangsung
lebih lama.
- Infark miokard :
Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30 menit
dapat
menyebabkan
infark
miokard.
Nyeri
dada
2.
Mengapa pengelolaan awalnya diberi O2 dan diberi infus kristaloid + ISDN sublingual
?
3.
pada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esofagus bagian
bawah, sehingga membuat muntahan mulai bergerak ke dalam esofagus. Dari sini,
kerja muntah spesifik yang melibatkan otot-otot abdomen mengambil alih dan
mendorong muntahan ke luar, seperti yang dijelaskan pada paragraf berikut ini.
KERJA DARI MUNTAH. Sekali pusat muntah telah
cukup dirangsang dan timbul perilaku muntah, efek
yang pertama adalah (1) bernafas dalam, (2)
naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik
sfingter esofagus bagian atas supaya terbuka, (3)
penutupan glotis, dan (4) pengangkatan palatum
mole untuk menutupi nares posterior. Kemudian
datang kontraksi yang kuat ke bawah diafragma
bersama dengan rangsangan kontraksi semua otot
dinding abdomen. Keadaan ini memeras perut di
antara diafragma dan otot-otot abdomen,
membentuk suatu tekanan intragastrik sampai ke
batas yang tinggi. Akhirnya, sfingter esofagus
bagian bawah berelaksasi secara lengkap,
membuat pengeluaran isi lambung ke atas melalui
esofagus.
Jadi, kerja muntah berasal dari suatu kerja memeras otot-otot abdomen
bersama dengan pembukaan sfingter esofagus secara tiba-tiba sehingga isi lambung
dapat dikeluarkan.
ZONE PENCETUS KEMORESEPTOR DARI MEDULA UNTUK MEMULAI MUNTAH
OLEH OBAT-OBATAN ATAU OLEH MOTION SICKNESS. Selain dari muntah yang
dicetuskan oleh rangsangan iritasi traktus gastrointestinal itu sendiri, muntah juga
dapat disebabkan oleh impuls saraf yang timbul pada daerah otak di luar pusat
muntah. Ini terutama berlaku pada daerah kecil yang terletak bilateral pada lantai
ventrikel keempat dekat daerah postrema dan disebut zone pencetus kemoreseptor.
Perangsangan elektrik pada daerah ini juga mencetuskan muntah; yang lebih
penting, pemakaian obat-obat tertentu, termasuk apomorfin, morfin, dan beberapa
derivat digitalis, dapat secara langsung merangsang zone pencetus kemoreseptor
dan memulai muntah. Destruksi daerah tersebut menghambat muntah jenis ini
tetapi tidak menghambat muntah yang ditimbulkan oleh rangsangan iritasi pada
traktus gastrointestinal itu sendiri.
Juga, telah diketahui dengan baik bahwa gerakan perubahan arah tubuh yang
cepat menyebabkan orang tertentu muntah. Mekanisme peristiwa ini adalah sebagai
berikut : Gerakan merangsang reseptor dari labirin, dan impuls ditransrnisikan
terutama melalui intiinti vestibular ke dalam serebelum, kemudian ke zone pencetus
kemoreseptor, dan akhirnya ke pusat muntah untuk menyebabkan muntah.
EKSITASI KORTIKAL DARI MUNTAH. Berbagai rangsangan psikis,
gambaran yang mengganggu, bau yang memuakkan, dan faktor psikologi
sesuai, juga dapat menyebabkan muntah. Hubungan saraf yang tepat
efek-efek inti tidak diketahui, walaupun mungkin impuls melewati secara
termasuk
lain yang
terhadap
langsung
Jantung dan GI Tract sama-sama dipersarafi oleh n.Vagus tetapi dengan fungus berbeda. Jika
n. Vagus teriritasi (pada IMA, saraf tidak mendapat suplai darah yang cukup, tetapi dipaksa
memberi sinyal untuk memompa lebih berat) akan merangsang n.Vagus untuk GI Tract
juga mual aferen vagal (saraf simpatis) pusat muntah di medulla oblongata
eferen ke GI Tract Pengaktifan saraf kranialis ke wajah, faring, serta neuron-neuron
motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma hiperdistensi antiperistaltk
peregangan GI atas muntah.
4.
Apa interpretasi foto thorax CTR >50% dan interpretasi hasil laboratorium ?
Pembesaran jantung:
Menyeluruh: pericardial efusion .
Lokal: LA, LV, RA, RV.
antikoagulan alamiah)
jaringan fibrotik (fibrotic cap). Plak yang tidak stabil terdiri dari inti yang banyak
mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada
tepi plak yang berdekatan dengan intima yang normal atau pada bahu dari timbunan
lemak. Kadang-kadang keretakan timbul pada dinding plak yang paling lemah karena
adanya enzim protease yang dihasilkan makrofag dan secara enzimatik melemahkan
dinding plak (fibrous cap).
Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan
meyebabkan aktivasi terbentuknya trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah
100% akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila trombus tidak
menyumbat 100%, dan hanya menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angina
tak stabil.
CKMB meningkat ??
Kerusakan miokardium dikenali keberadaanya antara lain dengan menggunakan test
enzim jantung, seperti: kreatin-kinase (CK), kreatin-kinase MB (CKMB) dan laktat
dehidrogenase (LDH).
Enzim jantung antara lain: CK dan CK-MB biasanya mulai meningkat 6 sampai 10
jam setelah kerusakan sel miokardium. Puncaknya 14 sampai 36 jam dan kembali
normal setelah 48 sampai 72 jam. Di samping CK, CK-MB, aktivitas LDH muncul
dan turun lebih lambat melampaui kadar normal dalam 36 sampai 48 jam setelah
serangan IMA, yang mencapai puncaknya 4 sampai 7 hari dan kembali normal 814
hari setelah infark.
Meskipun tidak spesifik untuk hepar, pada kerusakan sel hepar terjadi
peningkatan permeabilitas membran sel sehingga enzym AST dalam sel
masuk ke plasma shg kadar naik.
Nilai Rujukan : (37C)
wanita 10-35 U/l
pria 10-50 U/l
Interpretasi:
Peningkatan tegas (5x/>): hepatitis akut, hepatitis krn obat, sirosis krn
alkohol, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa, AMI, trauma otot
Peningkatan sedang (3-5x): Obstr tr.biliaris, hepatitis kronik, tumor hati
Peningkatan ringan (2-3x): sirosis, perlemakan hati
SGOT (Serum Glutamic Oxal-aceticTransaminase)
AST (Aspartate Amino Transferase)
Normal
: 6 30 U/l
Ditemukan
Normal
: 7 - 32 U/l
Ureum
: 10-50 mg/dl
Kreatinin
: 0.7-1.5 mg/dl
LDH
: 210-425 /L
CPK
: 30-190 /L
CKMB
: <25 /L
SGOT
: 11-41 /L
SGPT
: 10-41 /L
Albumin
: 3.5-5.5 g/dl
Bilirubin total
: <1.10 mg/dl
Direk
: <0.25 mg/dl
Indirek
: <0.75 mg/dl
B.J Plasma
: 1.025-1.029 W/V
Troponin I
: negatif
Natrium
: 136-145 mmol/l
Kalium
: 3.5-5.0 mmol/l
Klorida
: 98-106 mmol/l
Calcium
: 7.6-11.0 mg/dl
PCO2
: 35-45 mmHg
PO2
: 80-100 mmHg
HCO3
: 21-28 mmol/l
Profil Lipid
Ukuran
Kolesterol total
Satuan
mg/dL
HDL
LDL
mg/dL
mg/dL
Trigliserid
mg/dL
5.
Nilai Rujukan
150 200
45 65 (P)
35 55 (L)
< 100 (Direk)
120 190
6.
Mengapa setelah diberi pengobatan awal pasien tdk responsif? Apa tindakan
selanjutnya?
7.
a. ISDN sublingual
Biasanya diberikan 2,5-5 mg, masuk ke plasma sampai konsentrasi maksimum dalam
waktu 6 menit
Diberikan sublingual karena di bawah lidah banyak pembuluh darah, sehingga absorbsi
diharapkan lebih cepat (3-5 menit).
Mekanisme kerja :
-
Vasodilatasi
arterioli,
menurunkan
resistensi
perifer,
mengurangi
Dilatasi vena perifer (obat ini lebih selektif terhadap vena pada dosis
rendah), menurunkan venous return, menurunkan kerja jantung
Sebenarnya terdapat NO endogen yang dihasilkan oleh otot polos dan endotel
pembuluh darah yang dibantu oleh enzim tertentu (Nitrogen Monoksida sintase). Tetapi
jika terjadi artherosklerosis fungsi endotel turun ekspresi enzim tersebut turun
produksi NO turun factor vasodilatasi turun.
Dosis terlalu tinggi menyebabkan penurunan tekanan darah dan takikardi suplai O2
berkurang menurunkan preload syok atau memperparah aritmia
Dose
Duration of Action
"Short-acting"
Nitroglycerin, sublingual
0.151.2 mg
1030 minutes
2.55 mg
1060 minutes
35 minutes
slow-release
12 mg per 4 hours
patch, 1025
mg
per
36 hours
24 810 hours
transdermal
1.52 hours
510
mg
per
24 23 hours
hours
Isosorbide mononitrate oral
20 mg per 12 hours
610 hours
b. Aspilet
Mengandung asam asetil salisilat sebagai anti inflamasi dan lebih efektif sebagai
analgesik
Sebagai anti piretik menghambat COX atau juga IL-1 yang dilepas makrofag saat
inflamasi
Sebagai analgesik menghambat rangsang nyeri pada lokasi subkortikal, hanya pada
nyeri ringan sampai sedang.
Efek lain menurunkan insiden serangan iskemik, angina unstable, trombosis arteri
koronaria (Infark Miokard) dengan cara :
Inhibisi kerja dari PG dan tromboksan A2, kerjanya yaitu : trombosit berubah bentuk
melepas granul agregasi.
Inhibisinya dengan mengasetilisasi COX, sehingga agregasi dan trombosis tidak terjadi
menurunkan penyumbatan.
c. Clopidogrel
Dengan cara menghambat ADP trombosit yang berfungsi melepas trombin sebagai
bahan pembekuan darah. Sehingga diberikan untuk menurunkan thrombus yang dapat
menyumbat pembuluh darah dan memperparah gejala.
Dosis rumatan (setelah 5 jam dari dosis awal) : 75 mg, efektif selama 7-10 hari
d. Simvastatin
Dengan cara menurunkan LDL, menurunkan stress oksidatif dan inflamasi vascular
dengan meningkatkan stabilitas lesi aterosklerosis, sehingga diberikan agar mencegah
keparahan trombosis akibat aterosklerosis karena dislipidemia.
Aterosklerosis teori endothelial injury Kadar plasma LDL tinggi Infiltrasi LDL
kedalam intima injury yang kronik disfungsi endotel LDL teroksidasi ditambah
makrofag monosit dan platelet melekat di pemb.darah monosit dan makrofag ke
lapisan intima pada sel-sel oyang terisi lemak penumpukan lemak pada pembuluh
darah yang kaya lipid sifatnya mudah ruptur turbulensi dan kecepata aliran darah
ruptur thrombus oklusi.
e. Glimepirid
f.
Metformin
Menurunkan kadar gula darah tetapi tidak bergantung pada sel B pancreas yang
berfungsi
8.
Mekanisme kerja
-
Meningkatkan glikolisis
Syok anafilaktik (akibat respon imun Syok anapilaktik syok yang terjadi
secara akut yang di sebabkan oleh reaksi alergi.)
Diagnosis
Anamnesis
Keluhan yang timbul berkaitan dengan etiologi timbulnya syok
kardiogenik, biasanya pada pasien AMI nyeri dada dan biasanya
disertai gejala tiba 2 yang menunjukkan edema paru akut atau bahkan
henti jantung; biasanya terjadi dalam beberapa hari sampai seminggu
setela onset infark tersebut.
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah sistole<90mmHg bahkan bisa < 80 mmHg jika tidak
diberikan obat yang adekuat, denyut jantung cenderung meningkat
sebagai akibat stimulasi simpatis, RR meningkat akibat dari kongesti
paru.
Pemeriksaan dada terdapat ronki
Sianosis dan ekstremitas yang dinginpenurunan perfusi jaringan.
Pemeriksaan Penunjang
o EKG
Dapat membantu untuk menentukan etiologi dari syok
kardiogenik misalnya karena infark miokard dengan EKG bisa
diketahui lokasi infark miokard
o Foto Roentgen dada
Untuk melihat ada tidaknya kardiomegali CTR> 50 % normalnya
CTR<50%, untuk mengetahui tanda2 kongesti paru atau edema
paru pada gagal ventrikel kiri yg berat.
o Ekokardiografi
Modalitas pemeriksaaan yang non invasif sangat membantu
dalam membuat diagnosis dan mencari etiologi dari syok
kardiogenik. Px relatif cepat, aman dan dapat dilakukan secara
langsung di tempat tidur pasien (beadside). Keterangan yang
diperoleh : penilaian fungsi ventrikel kanan dan kiri , fungsi katup2
jantung (stenosis / regurgitasi), tekanan ventrikel kanan dan
deteksi adanya shunt.
o Pemantauan Hemodinamik
Kulit
Dada
Vene-vena
TTV
leher
(Tanda2
Lain-lain
Vital)
Hipovolemik
dingin,
Tidak ada
Tidak
Takepnea,
lembab, pucat,
kelainan
teraba
takikardi,
berbintik-
Haus
hipotensi
bintik
Kardiogenik
Dingin,
Tidak ada
Mungkin
Gallop:Atau
lembab,
kelainan atau
didapatkan
bising
berkeringat
dapat juga
adanya
jantung
banyak.
ditemukan
bendungan
mungkin
tanda-tanda
dapat
gagal jantung
didengar.
kongesif.
Septik
Hangat dan
Tidak ada
Tidak
Takipnea,
Tanda-tanda
kemerahan
kelainan,
teraba
takikardi,
infeksi fokal
hipotensi.
atau
ditemukan
koagulasi
sianosis.
adanya
intravaskuler
pneumonia.
diseminata (
DIC )
Neurogenik
Hangat dan
Tidak ada
CVP
TD
Oliguri
kering
kelainan.
(central
menurun,
/anuri, Pols
Venous
Temperatur
lambat,
Pressure)
menurun,
Status
drop
Hypotensi.
mental:
cemas,
letargi,koma,
Dilatasi
vena.
Anafilaktik
Urtikaria,
Mungkin
Tidak
Takipnea,
Infeksi
bercak-bercak,
didapatkan
teraba
hipotensi,
konjungtiva,
makulopular
bising, mengi,
takikardi,
mual,
atau
batuk,
atau
muntah,
angioedema.
sianosis.
bradikardi.
nyeri
abdomen,
diare.
Obstruktif
Turgor
emboli paru
menurun, mata
tamponade
hipertensi
koarktasio
kordis
pulmoner
aorta
cekung,
primer,
mukosa lidah
kering.
PERBEDAAN
Definisi
STABEL ANGINA
Rasa nyeri yang timbul
karena iskemia
miokardium.
Gejala
UNSTABLE ANGINA
Pasien dengan angina yang
masih baru dalam 2 bulan,
dimana angina cukup berat
dan frekuensi cukup sering,
lebih dari 3 kali per hari.
Pasien dengan angina yang
makin bertambah berat,
sebelumnya angina stabil, lalu
serangan angina timbul lebih
sering, dan lebih berat sakit
dadanya, sedangkan fraktor
presipitasi makin ringan.
Pasien dengan serangan
angina pada waktu istirahat
angina untuk pertama kali
STEMI
Merupakan klasifikasi IMA
yang ditandai dengan
gambaran ST elevasi pada
Penunjang
Lokasi substrenal,
retrosternal dan perik
Sifatnya seperti diteka
dibakar, ditindih, ditus
tusuk, diperah, dipelin
Penjalaran ke lengan k
rahang, gigi, perut, da
jugan kelengan kanan
Nyeri membaik denga
istirahat
Factor pencetus : stres
fisik, emosi
Gejala penyerta : mua
muntah, sulit bernapa
EKG :
hiperakut T,
elevasi segmen ST,
gelombang Q
inversi gelombang T.
LABORAT
CKMB meningkat s
3 jam infark miokard d
mencapai puncak pad
24 jam dan menurun
setelah 48 jam
Cardiac specific tropon
meningkat setelah 2 ja
infark miokard dan
mencapai puncak pad
24 jam dan menurun
setelah 48 jam
Kenaikan 2x lipat dari
keduanya menunjukkan
nekrosis jantung
a. Unstable plaque
Rupture of a lipid plaque with a thin cap is the usual cause the majority are
not hemodynamically in the subendothelial areas predisposes to rupture
speed blood flow, turbulence, vessel anatomy erosion
b. Plaque rupture
After rupture platelet adhesion platelet aggregation coagulation system
is activated thrombin generation
c. Unstable angina
Thrombus the thrombus is platelet rich occlusive thrombus myocardial
necrosis NSTEMI
d. Micro emboli
Micro emboli may originate in the coronary microvasculature small elevation
of cardiac Troponin high risk for progression MI
e. Occlusive thrombus
Thrombus occludes prolonged period STEMI rich in thrombin
Empat faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen jantung :
PATOFISOLOGI
Iskemia
Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan
reversibel. Penurunan suplai oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme
anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkan kematian otot atau nekrosis.
Keadaan nekrosis yang berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung (infark
miokard). Ventrikel kiri merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami
iskemia dan infark, hal ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar
untuk berkontraksi. Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang
dihasilkan tidak cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang
dapat menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG: T
inversi, dan depresi segmen ST.
Gabungan efek hipoksia, menurunnya suplai energi, serta asidosis dapat dengan
cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi pada daerah yang
Infark miokard
Marker
Initial Elevation
Peak
Return to
Baseline
Troponin-I
4 6 hours
24 hours
Up to 10 days
CK-MB
4 8 hours
12 24 hours
3 4 days
Myoglobin
2 4 hours
18 hours
< 24 hours
LDH
10 12 hours
48 72 hours
7 10 days
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
Kelas IV. AP timbul pada waktu istirahat. Hampir semua aktivitas dapat
menimbulkan angina, termasuk mandi, manyapu dan lain-lain.
Nyeri dada yang mempunyai ciri- ciri iskemik miokardium yang lengkap, sehingga
tidak meraguakan lagi untuk diagnosis, disebut sebagai nyeri dada (angina)
tipikal: sedangkan nyeri yang meragukan tidak mempunyai ciri yang lengkap dan
perlu dilakukan pendekatan yang hati-hati disebut angina atipik. Neyri dada
lainnya yang sudah jelas berasal dari luar jantung disebut nyeri non kardiak.
Untuk membantu menentukan nyeri tipikal atau bukan maka baiknya anamnesis
dilengkapi dengan mencoba menemukan adanya faktor risiko baik pada pasien
atau keluarganya seperti kebiasaan makan/ kolesterol, DM, hipertensi, rokok,
penyakir vaskular lain seperti stroke dan penyakit vaskular perifer, obesitas,
kurangnya latihan dan lain-lain.
Pada AP stabil, nyeri dada yang terjadinya agak berat, sekalipun tidak termasuk
UAP, berangsur-angsur turun kuantitas dan inetnsitasnya dengan atau tanpa
pengobatan, kemudian menetap (misalnya beberapa hari sekali, atau baru timbul
pada beban/ stres tertentu atau lebih berat dari sehari-harinya.).
Pada sebagian pasien lagi, nyeri dada bahkan berkurang terus sampai akhirnya
menghilang, yaitu menjadi asimtomatik, walaupun sebetulnya ada iskemi tetap
dapat terlihat misalnya pada EKG istirahatnya, keadaan yang disebut sebagai
silent iskemia; sedangkan pasien-pasien lainnya lagi yang telah asimtomatik, EKG
istirhatnya normal pula, dan iskemi baru telihat pada stres tes.
Penatalaksanaan Angina Stabil
Tujuan pengobatan terutama adalah mencagah kematian dan terjadinya
serangan jantung (infark). Sedangkan yang lainnya adalah mengontrol serangan
angina sehingga memperbaiki kualitas hidup.
Pengobatan terdiri dari afrmakologis dan non fermakologis seperti pennurunan
BB dan lain-lain, termasuk terapi repefusi dengan cara intervensi atau bedah
pintas (CBAG).
Bila ada 2 cara terapi yang sama efektif mengontrol angina maka yang dipilih
adalah terpai yang terbukti lebih efektif mengurangi serangan jantung dan
mencegah kematian. Pada stenosis LM misalnya, bedah pintas koroner lebih
dipilih karena lebih efektif mencegah kematian.
Memang kebanyakan terapi farmakologis adalah untuk segera mengontrol
angiina dan memperbaiki kualitas hidup, tetapi belakangn telah terbukti adanya
terapi farmakologis yang mencegah serangan jantung dan kematian.
Farmakologis
Angina
Penyekat beta
Angiotensin converting enzyme, terutama bila disertai hipertensi atau disfungsi
LV
1. pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup
berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali perhari
2. pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil,
lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit dadanya,
sedangkan faktor presipitasi makin ringan.
3. pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat.
Klasifikasi Angina
berdasarkan beratnya angina
kelas I. Angian yang berat untuk pertama kali, atau makin bertambah beratnya
nyeri dada.
kelas II. Angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam 1 bulan, tapi
tidak ada serangan angina dalam waktu 48 jam terakhir.
kelas III. Adanya serangan angina waktu istirahat dan terjadinya secara akut baik
sekali atau lebih, dlam waktu 48 jam terkahir.
kelas A. Angian tak stabil sekunder, karena adanya anemia, infeksi lain atau
febris.
kelas B. Angina tak stebil yang primer, tak ada faktor ekstra kardiak.
kelas C. Angina yang timbul setelah serangan infark jantung.
Nitrat
Nitrat dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan arteriol perifer,
dengan efektivitas mengurangi preload adan afterload sehingga dapat
mengurangi wall stress dan kebutuhan oksigen. Nitrat juga menambah oksigen
suplai dengan vasodilatasi pembuluh koroner dan memperbaiki aliran darah
kolateral. Dalam keadaan akut nitrogliserin atau isosorbid dinitrat diberikan
secara sublingual atau melalui infus intravena; yang ada di Indonesia terutama
isosorbid dinitrat, yang dapat diberikan secara intravena dengan dosis 1-4 mg per
jam. Karena adanya toleransi terhadap nitrat, dosis dapat dinaikkan dari waktu
ke waktu. Bila keluhan sudah terkendali infus dapat diganti isosorbid dinitrat per
oral.
Penyekat Beta
Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokardium melalui efek
penurunan denyut jantung dan daya kontraksi miokardium. Data-data
menunjukkan penyekat beta dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas
pasien dengan infark miokard, meta analisis dari 4700 pasien dengan angina tak
stabil menunjukkan penyekat beta dapat menurunkan risiko infark sebesar 13 %
(p<0,04).
Semua pasien dengan angina tak stabil harus diberi penyekat beta kecuali ada
kontraindikasi. Berbagai macam beta blocker seperti propanolol, metoprolol,
atenolol, telah diteliti pada pasien dengan angina tak stabil, yang menunjukkan
efektivitas yang serupa.
Kontar indikasi pemberian penyekat beta antara lain pasien dengan asma
bronkial, pasien dengan bradiaritmia.
Antagosis Kalsium
Antagosis kalsium dibagi dalam 2 golongan besar: golongan dihidropiridin seperti
nifedipin dan golongan non dihirdropiridin seperti diltiazem dan verapamil.
Kedua golongan dapat menyebabkan vasodilatasi koroner dan menunjukkan
tekanan darah.
Golongan dihidropiridin mempunyai efek vasodilatasi lebih kuat dan
penghambatan nodus sinus maupun nodus AV lebih sedikit, dan efek inotropik
negatif juga lebih kecil.
Meta analisis studi pada pasien dengan angina tak stabil yang mendapati
antagonis kalsium, menunjukkan tak ada pengurangan angka kematian dan
infark. Pada pasien yang sebelumnya tidak mendapat antagonis pemberian
nifedipin menaikkan infark dan angina yang rekuren sebesar 16%, sedangkan
kombinasii nifedipin dan metoprolol dapat mengurangi kematian dan infark
sebesar 20%. Tapi kedua studi secara statistik tak bermakna. Kenaikan mortalitas
mungkin karena pemberian nifedipin menyebabkan takikardi dan kenaikan
kebutuhan oksigen.
Verapamil dan diltiazem dapat memperbaiki survival dan mengurangi infark pada
pasien dengan sindrom koroner akut dan fraksi ejeksi normal. Denyut jantung
yang berkurang, pengurangan afterload memberikan keuntungan pada golongan
nondihidropiridin. Pada pasien SKA dengan faal jantung normal. Pemakaian
antagonis kalsium biasanya pada pasien yang ada kontraindikasi dengan
antagonis atau telah diberi penyekat beta tapi keluhan angina masih refrakter.
Obat Anti Agregasi Trombosit
Aspirin
Banyak studi telah membuktiksn bshws sdpirin dapat mengurangi kematian
jantung dan infark fatal maupun non fatal dari 51% -72% pada pasien dengan
angina tak stabil. Oleh klarena itu aspirin dianjurkan untuk diberikan seumur
hidup dengan dosis awal 160 mg perhari dan dosis selanjutnya 80 sampai 3325
mg perhari.
Tiklopidin
Tiklopidin suatu derivat tienopiridin merupakan obat lini kedua dalam
pengobatan angina tak stabil bila pasien tidak tahann aspirin. Studi dengan
tiklopidin dibandingkan plasebo pada angina tak stabil ternyata menunjukkan
bahwa kematian dan infark non fatal berkurang 46,3%. Dalam pemberian
tiklopidin harus diperhatikan efek samping granulositopenia, dimana insidens
2,4%. Dengan adanya klopidogrel yang lebih aman pemakaian tiklopidin mulai
ditinggalkan.
Klopidogrel
Inhibitor Glikoprotein IIb/IIIa
Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP Iib/IIIa pada platelet ialah ikatan terakhir
pada proses agregasi platelet. Karena inhibitor GP IIb/IIIa menduduki reseptor
tadi maka ikatan platelet dengan fibrinogen dapat dihalangi dan agregasi platelet
tidak terjadi.
Obat Anti Trombinn
Unfractionated Heparin
Heparin adalah glikosaminoglikan yangterdiri dari pelbagai polisakarida yang
berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang berebda-beda.
Antitrombin III, bila terikat dengan heparin, akan bekerja menghambat trombin
dan faktor Xa. Heparin juga mengikat protein plasma yang lain, sel darah dan sel
endotel, yang akan mempengaruhi bioavailabilitas. Kelemahan lain heparin
adalah efek terhadap trombus yang kaya trombosit dan heparin dapat dirusak
oleh platelet faktor IV.
4-6 jam
4-6 jam
4-6 jam
4-6 jam
Memun
cak
dur
18-24
jam
18-24
jam
18-24
jam
2-3
a
s
i
h
a
r
i
2-3
h
a
r
i
18-24
jam
10
h
a
r
i
10
h
a
r
i
o
ni
n
T)
Patofisiologi Sylvia A.Price, Ed.6. Vol.2
11.
Apa saja indikasi dilakukan defibrilasi dan tindakan resusitasi jantung paru?
STEP 4