Beras dalam proses pemasakannya menjadi nasi menghasilkan sisa air rebusan yang
berlebih dan oleh masyarakat air rebusan ini sering dimanfaatkan untuk dikonsumsi oleh
anak-anak. Mereka beranggapan bahwa air rebusan beras ini memiliki kandungan gizi yang
cukup baik untuk kesehatan sehingga dengan alasan tersebut masyarakat yang tingkat
ekonominya rendah menganggap air rebusan beras ini dapat dimanfaatkan sebagai minuman
alternatif pengganti susu yang harganya relatif mahal.
Kebiasaan masyarakat untuk mengkonsumsi air rebusan beras telah berlangsung
dalam jangka waktu yang lama tanpa mereka mengetahui seberapa besar manfaatnya bagi
kesehatan tubuh, karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan
karbohidrat, protein dan mineral yang terkandung di dalam air rebusan beras.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
Protein Kjeldahl
Tabung reaksi
Penangas air
Beaker glass
Glass elenmeyer
Kompor pemanas.
Bahan yang digunakan :
Selenium
H2SO4
NaOH
H3BO3
HCl
Pb(CH3COO)2
KI
Na2CO3
Na2S203
NH4OH.
LANGKAH PERCOBAAN
a. Penentuan Karbohidrat
10 gr rebusan beras ditambah 50 ml aquadest, Pb asetat, diencerkan hingga 100 ml dan
disaring. Filtratnya ditambah Na2CO3, diencerkan hingga 250 ml, dikocok dan disaring.
Filtratnya dipipet 25 ml dan dimasukkan ke dalam elenmeyer, ditambah larutan Luff Schorl,
di didihkan selama 10 menit, dinginkan dan ditambah 15 ml KI 20%, 25 ml H2SO425 % dan
dititrasi dengan Na2S203 0.1 N hingga berwarna kuning pucat, ditambah indikator amilum
dan dititrasi hingga berwarna putih susu, dicatat volume Na2S203.
b. Penentuan Protein
5 gr air rebusan beras dimasukkan dalam labu Kjeldahl, ditambah 0.5 gr Se dan 35 H2SO4
Dideduksi selama 2 jam. Setelah 2 jam didinginkan, diencerkan dengan aquadest hingga 250
ml dan ditambah NaOH 45% hingga larutan bersifat basa dan didestilasi. Destilat ditampung
dalam 25 ml H3BO3 3% yang telah ditambah indikator campuran (metil biru dan metil merah)
dan dititrasi dengan HCl 0.1 N.
c.
Karbohidrat (g)
Protein (g)
Sampel
Mineral (g)
Ca (mg)
Fe (mg)
Sumbersari
0.024
1.78
0.48
0.68
Silo
0.024
1.52
0.64
0.36
Sukorambi
0.024
1.12
0.24
0.70
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa kadar karbohidrat, protein dan mineral yang
terdapat dalam air rebusan beras dapai menyamai susu sapi. Kandungan karbohidrat, protein
dan mineral dalam air rebusan beras memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan susu sapi.
Meskipun begitu masih bermanfaat digunakan sebagai penggantisusu dan ada beberapa
keunggulan
dari air rebusan beras diantaranya bahwa air rebusan diperoleh dari hasil
pemasakan beras yang didalamnya tidak ada penambahan bahan pengawet, sehingga terbebas
dari kemungkinan zat-zat kimia yang tidak diinginkan masuk ke dalam tubuh (dibanding
dengan susu yang di dalamnya ditambahkan bahan pengawaet).
Selain itu air rebusan beras dapat diperoleh sebagai hasil samping yang seharusnya
dibuang justru dimanfaatkan. Jadi secara ekonomi tidak merugikan, bahkan menguntungkan
karena mampu memberikan asupan nutrisi tanpa mengeluarkan dana. Dalam penelitian ini
kandungan protein dihitung sebagai total protein dan karbohidrat total sementara dalam susu
biasanya karbohdrat sebagai laktosa.
KESIMPULAN
Air rebusan beras memiliki kandungan karbohidrat, protein dan mineral yang tidak
terlalu tinggi, namun iar rebusan beras ini dapat dimanfaatkan sebagai minuman tambahan
yang relatif lebih aman dikonsumsi karena bebas dari bhan pengawet dan tidak perlu
mengeluarkan dana.
PENUTUP
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat meyelesaikan artikel ini.
Artikel ini disusun dengan maksud untuk memberikan informasi kepada masyarakat
bahwa air rebusan beras dapat digunakan sebagai minuman yang bergizi karena mengandung
karbohidrat, protein dan mineral yang setara dengan susu.
Penulis menyadari bahwa di dalam artikel ini terdapat banyak kekurangan dan masih
perlu penyempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-saran yang
membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Jussawalla. 2006. Cara Natual. Jakarta : Prestasi Pustaka
Soendoro, R. 1997. Prinsip-prinsip Biokimia Edisi kedua. Jakarta : Erlangga
Wilbraham, C. Antony. 1992. Kimia Organik dan Hayati. Bandung : Penerbit ITB