Anda di halaman 1dari 10

TENSION TYPE HEADACHE

SKENARIO 1B
Seorang perempuan 28 tahun, sekretaris pada sebuah perusahaan swasta,
datang ke puskesmas dengan keluhan sering nyeri kepala sejak 4tahun
yang lalu. Hilang timbul, terutama pada siang hari.
Kata Kunci

Perempuan

28 tahun

Riwayat Pekerjaan (Sekretaris)

Nyeri Kepala

4 tahun lalu

Hilang timbul

Terutama siang hari

Pertanyaan : (Tutorial Pertemuan ke 2)

Bagaimana klasifikasi nyeri kepala berdasarkan IHS

Tentukan deferensial diagnosis dan jelaskan masing-masing DD

Definisi :
(TTH) adalah sakit kepala yang terasa seperti tekanan atau ketegangan di
dalam dan disekitar kepala. Nyeri kepala karena tegang yang menimbulkan nyeri
akibat kontraksi menetap otot- otot kulit kepala, dahi, dan leher yang disertai
dengan vasokonstriksi ekstrakranium. Nyeri ditandai dengan rasa kencang seperti
pita di sekitar kepala dan nyeri tekan didaerah oksipitoservikalis (Hartwig dan
Wilson, 2006).
Epidemiologi :

Sekitar 78% orang dewasa pernah mengalami TTH setidaknya sekali dalam
hidupnya

Usia terbanyak adalah 25-30 tahun, namun puncak prevalensi meningkat di


usia 30-39 tahun.

Sekitar 40% penderita TTH memiliki riwayat keluarga dengan TTH

Prevalensi seumur hidup pada perempuan mencapai 88%, sedangkan pada


laki-laki hanya 69%

Rasio perempuan:laki-laki adalah 5:4

Meskipun jarang, TTH dapat dialami setelah berusia 50-65 tahun

Etiologi :
Secara umum diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Organik, seperti: tumor serebral, meningitis, hidrosefalus
b. Gangguan fungsional, misalnya: lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia,

ketidaknormalan endokrin, obesitas, intoksikasi, dan nyeri yang direfl


eksikan.
Faktor Risiko TTH : tidak mampu relaks setelah bekerja, gangguan tidur, tidur
beberapa jam setiap malam.

Faktor Pemicu TTH : kelaparan, dehidrasi, pekerjaan/ beban yang terlalu berat
(overexertion), perubahan pola tidur, dan fluktuasi hormonal wanita. Dan pemicu
tersering adalah Stres dan konflik emosional.
Kkasifikasi

Menurut International Headache Society Classification, TTH terbagi atas 3 yaitu :


1. Infrequent episodic tension-type headache

Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam <1 hari/bulan (atau <12 hari/
tahun), nyeri kepala berakhir dalam 30 menit 7 hari bilateral, menekan,
mengikat, tidak berdenyut, mild atau moderate, tidak ada mual/muntah,
mungkin ada fonofobia/fotofobia, sama sekali tidak ada hubungannya dengan
penyakit nyeri kepala lain.
2. Frequent episodic tension-type headache

Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1- 15 hari/bulan dalam waktu


paling tidak selama 3 bulan (atau 12 -180hari pertahunnya), nyeri kepala berakhir
dalam 30 menit- 7 hari, bilateral, menekan, mengikat, tidak berdenyut, mild

ormoderate, tidak ada mual/ muntah, mungkin ada fonopobia/ fotopobia, sama
sekali tidak ada hubungannya dengan penyakit nyeri kepala lain.
3. Chronic tension-type headache

Nyeri kepala yang berasal dari ETTH yang timbul >15 hari/bulannya dalam waktu
> 3 bulan (atau >180 hari/tahun).

Patomekanisme :
TTH episodik berevolusi menjadi TTH kronis
Serabut sensorik mengandung neuropeptida jumlah dan peranan yang paling
besar adalah CGRP (Calcitonin gene related peptide), (subsatnce p), NKA (neurokinin
A), Pituitary adenylate Cyclase activating peptida (PACAP), Nitric Oxida (NO),
molekul pristaglandin E2 (PGE2), Bradikininm, serotonin (S-TH), dan ATP. Yang
dapat mengaktivasi atau mensensitasi nociceptor.
TTH sering diasosiasikan dengan kelainan psychological stress
psikopatologi, terutama ansietas dan depresi. Depresi yaitu suatu keadaan yang
dicirikan oleh suasana hati tidak menyenangkan yang meresap disertai kehilangan
seluruh minat dan ketidak mampuan merasakan kesenangan. Pada penderita depresi,
stress, dan gangguan kecemasan (ansietas) di jumpain adanya deficit kadar serotonin,
dan nor-adrenalin di otaknya. Serotonin dan nor-adrenalin adalah neurotransmitter
yang berperan dalam proses nyeri maupun depresi, yang mengurus mood. Adanya
deficit kadar serotonin, sehingga terjadi vasokontriksi pada pembuluh darah dan
membawanya ke ambang nyeri kepala (pain threshold). Serotonin didegradasi oleh
kerja enzymatic monoamine oxidase dan dikeluarkan melalui urin berbentuk 5hydroxyindoleacetic acid (Mumenthaler dan Mattle, 2004).
TTH dapat disebabkan karena stress, alkohol,dan hormonal yang akan
menstimulasi simpatis nervous system sehingga terjadi peningkatan nor-epinefrine
yang di sebarkan ke spindles muscle dan menyebabkan vasokontriksi. Nor-epinefrine
juga di sebarkan ke pembuluh darah sehingga terstimulus cervical simpatis ganglia
dan merasa nyeri disekitar leher (Wesley, 2001).

Langkah-Langkah Diagnosis
o Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri kepala seperti

Anamnesa Terpimpin : Kualitas nyeri khas : ditekan, diikat, tidak berdenyut,


rasa ditekan, tidak enak, atau berat.
Lokasi : pada kedua sisi kepala (bilateral), leher, pelipis, dan
dibagian dahi.
Anamnesa Pribadi : berhubungan dengan pekerjaan
Anamnesa Keluarga : Penyakit-penyakit dalam keluarga
Anamnesa penyakit terdahulu : Apakah pernah sakit yang serius
o Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan pericranial tenderness dicatat dengan total tenderness score
1. Pada palpasi manual gerakan memutar kecil dan tekanan kuat dengan
jari ke dua dan ke tiga di daerah frontal, temporal, masseter,
pterygoid, sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot trapezius,
dijumpai pericranial muscle tenderness, dapat dibantu dengan
palpometer.

Palpasi, pada delapan pasang otot dan insersi tendon (yaitu: otototot masseter, temporal, frontal, sternocleidomastoid, trapezius,
suboccipital, processus coronoid dan mastoid).
Palpasi dilakukan dengan gerakan rotasi kecil jari kedua dan ketiga
selama 4-5 detik.
Tenderness, dinilai dengan empat poin (0,1,2, dan 3) di tiap lokasi
(local tenderness score); nilai dari kedua sisi kiri dan kanan dijumlah
menjadi skor tenderness total (maksimum skor 48 poin).
Penderita TTH diklasifikasikan sebagai terkait (associated)
(skor tenderness total lebih besar dari 8 poin) atau tidak terkait (not
associated) (skor tenderness total kurang dari 8 poin) dengan
pericranial tenderness.
Pada TTH juga dijumpai variasi TrPs, yaitu titik pencetus nyeri otot
(muscle trigger points). Baik TrPs aktif maupun laten dijumpai di otototot leher dan bahu penderita TTH. TrPs berlokasi di otot-otot
splenius capitis,splenius cervicis, semispinalis cervicis, semispinalis
capitis, levator scapulae, upper trapezius, atau suboccipital. TrPs di

otot-otot superior oblique, upper trapezius, temporalis, sub occipital,


dan sternocleidomastoid secara klinis relevan untuk diagnosis TTH
episodik dan kronis.
o Pemeriksaan Penunjang :
Pencitraan (neuroimaging) otak atau cervical spine, analisis CSF, atau
pemeriksaan

serum

dengan

laju

endap

darah

(erythrocyte

sedimentation rate).
Neuroimaging terutama direkomendasikan untuk: nyeri kepala
dengan pola atipikal. Pemeriksaan funduskopi untuk papilloedema
atau abnormalitas lainnya penting untuk evaluasi nyeri kepala
sekunder.
Sumber :

Neuroscience Department, Brain and Circulation Institute of Indonesia

(BCII) Surya University, Indonesia_Dito Nugroho_Tension Type Headeche)

Penatalaksanaan :
Tujuan penatalaksanaan adalah reduksi frekuensi dan intensitas nyeri kepala
(terutama TTH) dan menyempurnakan respon terhadapterapi abortive. Terapi dapat
dimulai lagi bila nyeri kepala berulang.
FARMAKOLOGI :
Ibuprofen (400 mg), parasetamol (1000 mg), ketoprofen (25 mg).
Ibuprofen lebih efektif daripada parasetamol. Kafein dapat meningkatkan efek
analgesik. Analgesik sederhana, nonsteroidal anti-infl ammatory drugs (NSAIDs),
dan agen kombinasi adalah yang paling umum direkomendasikan.
Suntikan botulinum toxin (Botox) diduga efektif untuk nyeri kepala primer,
seperti: tension-type headache, migren kronis, nyeri kepala harian kronis
(chronic daily headache).
Botulinum toxin adalah sekelompok protein produksi bakteri Clostridium
botulinum. Mekanisme kerjanya adalah menghambat pelepasan asetilkolin di

sambungan otot, menyebabkan kelumpuhan flaksid. Botox bermanfaat


mengatasi kondisi di mana hiperaktivitas otot berperan penting. Riset tentang
Botox masih berlangsung.

NON-FARMAKOLOGI
Latihan relaksasi, relaksasi progresif, terapi kognitif, biofeedback training,
cognitive-behavioural therapy, atau kombinasinya. Solusi lain adalah modifi kasi
perilaku dan gaya hidup. Misalnya: istirahat di tempat tenang atau ruangan
gelap. Peregangan leher dan otot bahu 20-30 menit, idealnya setiap pagi hari,
selama minimal seminggu. Hindari terlalu lama bekerja di depan komputer,
beristirahat 15 menit setiap 1 jam bekerja, berselang-seling, iringi dengan
instrumen musik alam/klasik. Saat tidur, upayakan dengan posisi benar, hindari
suhu dingin. Bekerja, membaca, menonton TV dengan pencahayaan yang tepat.
Menuliskan pengalaman bahagia dan terapi tawa.

Pencegahan :

Untuk profilaksis TTH kronis, dapat diberikann golongan antidepresan, misalnya:


amitriptyline (10-75 mg, 1-2 jam sebelum tidur untuk meminimalkan pening saat
terbangun). Efek samping amitriptyline adalah: mulut kering dan penglihatan kabur.
Bila belum efektif, diberikan mirtazepine.
Penderita TTH kronis dianjurkan membatasi konsumsi analgesik bebas (tanpa resep
dokter) hingga 2 kali seminggu untuk mencegah berkembangnya sakit kepala harian
kronis (chronic daily headache). Penderita TTH kronis dianjurkan berhenti merokok.
Buku harian nyeri kepala (headache diary) sangat membantu dokter menilai frekuensi
dan mencegah TTH bertambah parah. Berpola hidup sehat, bekerja, berolahraga, dan
beristirahat secara seimbang.

Prognosis :
Pada penderita TTH dewasa berobat jalan yang diikuti selama lebih dari 10
tahun, 44% TTH kronis mengalami perbaikan signifikan, sedangkan 29% TTH
episodik berubah menjadi TTH kronis.61 Studi populasi potonglintang Denmark yang
ditindaklanjuti selama 2 tahun mengungkapkan rata-rata remisi 45% di antara
penderita TTH episodik frekuen atau TTH kronis, 39% berlanjut menjadi TTH
episodik dan 16% TTH kronis. Secara umum, dapat dikatakan prognosis TTH
baik.

Fakultas Kedokteran
Universitas Al-Khairaat

Laporan Tutorial
Palu, 20 November 2014

SISTEM NEUROPSIKIATRI
MODUL 2
LEMAH SEPARUH BADAN
SKENARIO 1B

Nama

: Gita Regina Agussalim

Stambuk

: 12-777-063

Kelompok

: VI (Enam)

Pembimbing

: dr. Alfrida Sp.S


: dr. Intje Norma

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
2014

Fakultas Kedokteran
Universitas Al-Khairaat

Laporan Tutorial
Palu, 20 November 2014

SISTEM NEUROPSIKIATRI
MODUL 2
LEMAH SEPARUH BADAN
SKENARIO 1B

Nama

: Faraichun Bachmid

Stambuk

: 12-777-059

Kelompok

: VI (Enam)

Pembimbing

: dr. Alfrida, M.Kes, Sp.S


: dr. Intje Norma

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
2014

Referensi
1. Neuroscience Department, Brain and Circulation Institute of Indonesia
(BCII) Surya University, Indonesia_Dito Nugroho_Tension Type
Headeche)
2. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Prosesproses penyakit Vol.2 Edisi 6. Penerbit Buku Kedoteran
3. Slide Sefalgia dr. Akbar Sp.S
4. Http://www.usu _selfagia_nyerikepala.co.id
5. http//www.CDK.Migrain.brain and circulation institute Indonesi.co.id

Anda mungkin juga menyukai