1, 2006, 21-39
21
Makalah diterima redaksi tanggal 11 November 2005, revisi diterima tanggal 14 Maret 2006.
22
Pendahuluan
23
Sistem kendali bising aktif dibangun dengan menghasilkan sinyal anti bising
(bising sekunder) dari sumber sekunder yang memiliki amplitudo yang sama
dan fasa yang berlawanan dengan bising primer. Kombinasi sinyal anti bising
dengan bising primer menghasilkan sinyal residu minimum melalui prinsip
interferensi destruktif. Pada kendali bising aktif umpan-maju, sebuah sensor
digunakan untuk menangkap sinyal bising primer. Sebuah sensor yang lain
digunakan untuk menangkap sinyal residu yang merupakan selisih antara sinyal
gangguan (sinyal bising setelah melewati jalur primer) dengan keluaran plant.
Sinyal referensi (pada umumnya difilter), bersama-sama dengan sinyal galat
digunakan untuk mengadaptasi pengendali dalam rangka menghasilkan sinyal
anti bising. Dalam impelementasinya sistem kendali bising aktif umpan-maju
mencakup dua tahap: 1) tahap pertama mengidentifikasi jalur sekunder, pada
umumnya dengan menggunakan struktur FIR dan algoritma LMS, dan 2) tahap
kedua menggunakan model FIR jalur sekunder dan struktur adaptif untuk
pengendalian [1-6].
2.1
Algoritma FxLMS
24
I 1
w
i=0
(1)
( n )x ( n i )
(2)
e( n) = d ( n) + g j u ( n j )
(3)
j =0
d (n)
Pengendali
adaptif
x (n )
w(z )
Plant
u (n)
G(z)
e (n )
G(z) r ( n )
Model plant
Gambar 1
e( n) = d ( n) + g j wi x(n i j )
(4)
i =0 j =0
r(n) = g j x(n j )
(5)
w = [ w0
(6)
j =0
dimana
w1
... w I 1 ]T
(7)
25
(8)
(9)
2.2
Dalam algoritma FeLMS, sinyal galat difilter melalui delay dan time-reversed
model plant untuk menghasilkan sinyal galat yang terfilter. Blok diagram
algoritma ini diperlihatkan pada Gambar 2.
d(n)
Pengendali adaptif
Plant
x(n)
u(n)
w(z )
G(z )
+
x(n J +1)
J+1
Gambar 2
f(n J +1)
e(n)
zJ +1G(z1)
Time reversed
model plant
(10)
i = 0 j =0
u ( n) = wi x(n i )
(11)
i =0
(12)
26
dimana
(13)
merupakan sinyal referensi yang tertunda, sedangkan sinyal galat yang terfilter
dalam prakteknya sering ditulis sebagai
J 1
(14)
j =0
dimana g j merupakan koefisien respons impuls filter FIR model plant yang
2.3
d(n)
x(n)
F1(z)
v (n )
c (z )
b(n)
1
min
G (z)
u (n )
G (z )
+
zJ
v(n J )
Gambar 3
zJ GT all(z1)
a(n J)
e(n)
27
(15)
v( z ) = F 1 ( z ) x( z )
(16)
Plant G (z ) terdiri dari komponen allpass dan komponen fasa minimum, dan
oleh karena itu G (z ) dapat ditulis sebagai
G ( z ) = G all ( z ) G min ( z )
(17)
G all ( z ) = G ( z ) G min ( z )
1
(18)
dimana
1
G min ( z )
1
F ( z)
c (z )
(19)
Hasil Simulasi
28
(a)
(b)
(c)
Gambar 4
(a) Plot keluaran jalur sekunder dan keluaran model jalur sekunder.
(b) Plot MSE dan galat identifikasi.
(c) Plot kerapatan spektrum daya jalur sekunder dan sinyal keluaran
model jalur sekunder serta galat.
29
(a)
(b)
(a)
(b)
30
(a)
(b)
(a)
(b)
Tabel 1
31
Algorithm
FxLMS
Filtered-error LMS
Filtered-error LMS dengan
F 1 ( z )
Redaman (dB)
133 Hz
185 Hz
21.9260358
8.518252
Redaman
Global (dB)
8.193283
28.004640
9.040656
8.1517848
29.207417
9.431191
8.483170
31.5020980
6.461462
9.301689
32
(a)
(b)
33
(c)
Gambar 10 (a) Plot keluaran jalur sekunder dan keluaran model jalur sekunder.
(b) Plot galat identifikasi.
(c) Plot kerapatan spektral daya jalur sekunder dan sinyal keluaran
model jalur sekunder serta galat .
153 cm
10 Cm
10 Cm
Mic referensi
Mic galat
Speaker
noise
PreAmplifier
Anti-aliasing
Filter
A/D
Speaker
sekunder
PreAmplifier
Anti-aliasing
Filter
A/D
Power
Amplifier
Power
Amplifier
Low Pass
Filter
Low Pass
Filter
D/A
D/A
TMS320C6701 EVM
34
(a)
(b)
Gambar 12 Hasil kendali bising aktif menggunakan algoritma FxLMS. (a) Plot
sinyal galat sebelum dan sesudah ANC. (b) Plot kerapatan spektral daya
sebelum dan sesudah ANC.
(a)
(b)
35
Gambar 12-15 berturut-turut memperlihatkan plot sinyal galat dan PSD sebelum
ANC dan sesudah ANC dioperasikan dengan menggunakan algoritma Filterederror LMS, Filtered-error LMS dengan F 1 ( z ) , Filtered-error LMS dengan
1
F 1 ( z ) dan Gmin
( z ) dan algoritma FxLMS.
(a)
(b)
(a)
(b)
Pada Tabel 2 diperlihatkan redaman pada sistem kendali bising aktif umpan
maju kanal-tunggal dengan menggunakan beberapa algoritma filtered-error
LMS dan FxLMS dengan mengubah jarak antara speaker sumber bising dan
36
speaker anti bising, yaitu 150cm, 153 cm dan 160 cm. Frekuensi utama dan
harmonisa residu bising pada eksperimen (yaitu 127, dan 159, 255 Hz) berbeda
dengan simulasi (yaitu 133 dan 185 Hz) oleh karena digunakan karakteristik
sinyal bising yang berbeda pada kedua kasus.
Tabel 2
Algoritma
FxLMS
Filtered error
LMS
Filtered error
LMS dengan
F 1 ( z )
PLMS
Jarak
Redaman
Global(dB)
Redaman
Frekuensi
Bising (dB)
127 (Hz)
159 (Hz)
255 Hz)
160
153
150
160
153
150
0.1
0.15
0.18
0.64
0.58
0.56
17.7737
20.9974
16.5069
18.9772
21.5558
18.2636
9.7002
15.8468
7.7776
19.1424
17.6586
3.5453
30.0933
38.5955
33.8089
52.5648
37.5820
7.5230
-2.5329
-2.3244
-3.6536
1.2700
2.1528
-1.0853
160
153
150
160
153
150
0.28
0.3
0.25
0.24
0.22
0.4
22.7106
23.1364
20.9881
26.6007
26.6075
25.2983
19.9651
22.8498
14.6331
30.1538
32.2696
36.9109
26.6685
24.0846
29.6307
41.9983
51.5637
53.6994
-0.7614
-4.0682
-0.7243
4.1785
2.5032
0.6778
37
Foto 1
(kanan).
DSP dan antar muka (kiri), set-up eksperimen kendali bising aktif
Kesimpulan
38
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
39