Anda di halaman 1dari 1

Sindrom metabolik dan aterosklerosis pada orang dengan

HIV
Oleh: hivandhepatitis.com, 4 Mei 2007
Bukti bahwa orang dengan HIV berisiko lebih tinggi terhadap penyakit jantung terus bertambah. Walau
ini diduga akibat gabungan berbagai infeksi virus jangka panjang dan terapi antiretroviral (ART),
mekanisme yang tepat belum sepenuhnya dimengerti.
Sebagaimana dilaporkan dalaml jurnal Clinical Infectious Diseases edisi 15 Mei 2007, para peneliti dari
Universitas Tufts mengamati hubungan antara aterosklerosis karotid dan koroner dengan sindrom
metabolik pada Odha dewasa.
Aterosklerosis, atau pengerasan pembuluh darah, berarti timbunan karang dan hilangnya kelenturan
pembuluh darah. Aterosklerosis koroner berdampak pada pembuluh darah yang membawa darah menuju
jantung, dan dapat memicu serangan jantung, sementara aterosklerosis karotid koroner berdampak pada
pembuluh darah yang membawa darah ke otak dan dapat memicu stroke.
Dalam penelitian terhadap 314 laki-laki dan perempuan HIV-positif, para peneliti mengukur ketebalan
media intima karotid yang umum dan yang internal (c-IMT, ukuran kondisi pembuluh darah) dengan
menggunakan ultrasonografi. Mereka juga mengukur kalsium pembuluh darah koroner menggunakan
tomografi penghitungan resolusi tinggi. Kemudian mereka membandingkan ukuran c-IMT dan skor
kalsium pembuluh darah koroner pasien dengan and tanpa sindrom metabolik, sebagaimana yang
didefinisikan sebagai kriteria Panel III oleh National Cholesterol Education Program/Adult Treatment.

Hasil
Peserta dengan sindrom metabolik lebih cenderung untuk memiliki ukuran c-IMT yang umum > 0,8
mm, dibandingkan mereka yang tidak memiliki sindrom metabolik (17% banding 7%; P = 0,009).
Tetapi, kedua kelompok hampir serupa dalam kecenderungan untuk mempunyai ukuran c-IMT
internal > 1,0 mm (20% banding 13%; P = 0,15, perbedaan yang tidak bermakna secara statistik).
Peserta dengan sindrom metabolik lebih cenderung mempunyai skor kalsium pembuluh darah
koroner yang positif dibandingkan mereka yang tidak mempunyai sindrom metabolik (80% banding
47%; P < 0,0001).
Dalam model multivariat yang disesuaikan untuk jenis kelamin, usia, ras/etnis, dan merokok, pasien
dengan sindrom metabolik lebih cenderung mempunyai kelainan ukuran c-IMT umum secara
bermakna (OR 2,9) dan kalsium pembuluh darah koroner terdeteksi (OR 4,9), tetapi tidak ukuran
c-IMT internal lebih tinggi (OR 1,6).

Kesimpulan
Dalam kesimpulannya, para penulis menulis, Penelitian kami menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi
HIV dengan sindrom metabolik mungkin berisiko lebih tinggi terhadap aterosklerosis koroner subklinis
dan mendukung skrining untuk sindrom metabolik bagi pasien HIV yang berisiko terhadap penyakit
jantung.
Ringkasan: Metabolic Syndrome and Atherosclerosis in People with HIV
Sumber: A Mangili, DL Jacobson, J Gerrior, and others. Metabolic Syndrome and Subclinical Atherosclerosis in Patients Infected with HIV.
Clinical Infectious Diseases 44(10):1368-1374. May 15, 2007.

Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/

Anda mungkin juga menyukai