Anda di halaman 1dari 28

Factor penyebab gangguan jiwa

Sampai saat ini belum diketahui penyebab (etiologi) yang pasti yang menyebabkan
seseorang Menderita skizofrenia, Beberapa factor yang diduga menjadi penyebab
sikozofrenia antara lain :
1. Faktor genetik;
2. Virus;
3. Auto antibody;
4. Malnutrisi.
Genetik
Dari sebuah penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut :
(1) Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara kandung 10,1%;
anak-anak 12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.
(2) Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik 59,20%;
sedangkan kembar fraternal 15,2%.
Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga
mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini
muncul, karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal.
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang abnormal, skizofrenia
tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yang disebut epigenetik faktor.
Skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan :
(a) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak
janin;
(b) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan;
(c) Komplikasi kandungan; dan
(d) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik
tersebut, bila mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih
besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik
sebelumnya.
Penyebab Umum Gangguan jiwa
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga, secara
somato-psiko-sosial. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala
yang patologik dari unsur psikis. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak
terganggu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, usia dan
Jenis Kelamin, keadaan fisik, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan
dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang
yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar manusia, dan sebagainya.
Perkiraan jumlah penderita beberapa jenis gangguan jiwa yang ada dalam satu tahun di
Indonesia.
Psikosa fungsional 520.000

Sindroma otak organik akut 65.000


Sindroma otak organik menahun 130.000
Retradasi mental 2.600.000
Nerosa 6.500.000
Psikosomatik 6.500.000
Gangguan kepribadian 1.300.000
Ketergantungan obat 1.000
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi
penyebab utamanya mungkin di fisik (somatogenik), dilingkungan sosial (sosiogenik)
ataupun di psikis (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi
beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau
kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan fisik ataupun jiwa. Umpamanya
seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan fisiknya mengalami
penurunan sehingga mengalami penyakit fisik.
Sebaliknya seorang dengan penyakit fisik misalkan kanker yang melemahkan, maka
secara psikologisnya juga akan menurun sehingga kemungkinan mengalami depresi.
Penyakit pada otak sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain adalah seorang
anak yang mengalami gangguan otak (karena kelahiran, peradangan dan sebagainya)
kemudian menjadi hiperkinetik dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi lingkungannya,
terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan
mereka saling mempengaruhi. Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktorfaktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
Neuroanatomi
Neurofisiologi
neurokimia
tingkat kematangan dan perkembangan organik
faktor-faktor pre dan peri - natal
2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) :
Interaksi ibu anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan
kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan)
Peranan ayah
Persaingan antara saudara kandung
inteligensi
hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah
Konsep diri : pengertian identitas diri sendiri versus peran yang tidak menentu
Keterampilan, bakat dan kreativitas
Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)

Kestabilan keluarga
Pola mengasuh anak
Tingkat ekonomi
Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan yang tidak memadai
Pengaruh rasial dan keagamaan
Nilai-nilai

I.

Masalah Utama :
Menarik diri.

II.

Proses Terjadinya Masalah


1.

Pengertian
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan

orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993). Terjadinya


perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stressor presipitasi.
Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predispoisi terjadinya
perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku
tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih
menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
Gejala Klinis :

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul

Menghindar dari orang lain (menyendiri)

Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap


dengan klien lain/perawat

Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk

Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas

Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan


percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap

Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.


(Budi Anna Keliat, 1998)

2.

Penyebab dari Menarik Diri

Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan.
Gejala Klinis

Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)

Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)

Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat, 1999)

3.

Akibat dari Menarik Diri

Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakita adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu
orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan eksternal.
Gejala Klinis :

bicara, senyum dan tertawa sendiri

menarik diri dan menghindar dari orang lain

tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata

tidak dapat memusatkan perhatian

curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut

ekspresi muka tegang, mudah tersinggung


(Budi Anna Keliat, 1999)

III.

Pohon Masalah

Resiko Perubahan Sensori-persepsi :


Halusinasi ..

Isolasi sosial : menarik diri Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


( Budi Anna Keliat, 1999)

IV.

Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji

a. Masalah Keperawatan
1. Resiko perubahan persepsi - sensori : halusinasi
2. Isolasi Sosial : menarik diri
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji
1. Resiko perubahan persepsi - sensori : halusinasi
1). Data Subjektif
1. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata
2. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
3. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4. Klien merasa makan sesuatu
5. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6. Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar
7. Klien ingin memukul/ melempar barang-barang
2). Data Objektif
1. Klien berbicara dan tertawa sendiri
2. Klien bersikap seperti mendengar/ melihat sesuatu
3. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4. Disorientasi

2. Isolasi Sosial : menarik diri


1). Data Subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi. Terkadang hanya berupa
jawaban singkat ya atau tidak.
2). Data Obyektif
Klien terlihat apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di
kamar dan banyak diam.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1). Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2). Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.

V.

Diagnosis Keperawatan
1). Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi . berhubungan dengan menarik
diri.
2). Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

VI. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa 1 : Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi . berhubungan dengan


menarik diri.
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan
selanjutnya
Tindakan:
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
1. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. perkenalkan diri dengan sopan
3. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4. jelaskan tujuan pertemuan
5. jujur dan menepati janji
6. tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Rasional : Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat
membantu mengurangi stres dan penyebab perasaaan menarik diri
Tindakan
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab


menarik diri atau mau bergaul
2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional :

Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain.

Untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri.


Tindakan :
1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
3. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
2. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
2. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain

3. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan


perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Rasional :

Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa


dilakukan.

Untuk mengetahui perilaku menarik diria dilakukan dan dengan bantuan perawat
bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
Tindakan
1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :

KP

K P P lain

K P P lain K lain

K Kel/ Klp/ Masy


1. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
2. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
3. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
4. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
5. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

4. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain


Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat
menyelesaikan masalah

Tindakan
1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan
orang lain
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Rasional : memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data
yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik pasien serta
keadaan perilaku dan sikap keluarganya
Tindakan
1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

salam, perkenalan diri

jelaskan tujuan

buat kontrak

eksplorasi perasaan klien


1. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

perilaku menarik diri

penyebab perilaku menarik diri

akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

cara keluarga menghadapi klien menarik diri


3. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain

4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien


minimal satu kali seminggu
5. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
Diagnosa 2 : Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan
saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapetutik
1. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Rasional :

Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau
integritas ego diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.

Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien

Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena
ingin mendapatkan pujian
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.1. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
2.1. Utamakan memberikan pujian yang realistik

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan


Rasional :

Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat


untuk berubah.

Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap


mempertahankan penggunaannya
Tindakan:
1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit
2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki
Rasional :

Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri

Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.

Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan
kegiatan
Tindakan:
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan

Kegiatan mandiri

Kegiatan dengan bantuan sebagian

Kegiatan yang membutuhkan bantuan total


1. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya


Rasional :

Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat


meningkatkan motivasi dan harga diri klien

Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien

Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan


kegiatan yang bisa dilakukan

Tindakan:
1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
4. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Rasional:

Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah

Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses


penyembuhan klien.

Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.


Tindakan:

1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di ruma
keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/menarik-diri.html
GANGGUAN ALAM PERASAAN
( DEPRESI )
I. Landasan Teori
II.

Pengertian
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi
seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan
ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh
kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi.
A. Psikodinamik
Gangguan alam perasaan depresi dapat terjadi karena ketidakseimbangan elektrolit,
yaitu perubahan natriun dan kalium didalam neuron (Gibbson dikutip dari Towsend ,
M C, 1995). Perubahan biokimia (noreefinefrin, dopamine dan serotonin) juga
mempengaruhi keadaan emosional individu. Rendahnya kadar noreefinefrin dan
dopamine mengakibatkan individu berada dalam episode depresi dan sebaliknya

meningkatkan kadar norefinefrin dan dopamine didalam otak mengakibatkan perilaku


maniak.
B. Rentang Respon Emosinal
Rentang respon emosi individu dapat berfluktuasi dari respon emosi adaptif sampai
respon maladaptif, seperti pada gambar dibawah.

Respon Maladaptif

Respon Adaptif

Resposif

Reaksi
Kehilangan
Yang Wajar

Supresi

Reaksi
Kehilangan
Yang
Menunjang

Mania/
depresi

Gambar 1. Rentang Respon Emosi


Responsif adalah respon emosional yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada
rentang ini individu dapat berpartisipi dengan dunia eksternal dan internal.
Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh
individu yang mengalami kehilangan dan mengalami proses kehilangan misalnya
bersedih, berfokus pada diri sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi
kehilangan tersebut tidak brerlangsung lama.
Supresi merupakan tahap awal respon emosional yang maladaptive, individu
menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaan tentang
lingkungan.
Reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan
memanjang, tetapi tidak nampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi
berduka yag menajang ini dapat terjadi beberapa tahun.

Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung
dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan
kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan,
penyimpangan seksual.
Depresi adalah sutu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih
dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. Depresi dapat juga digunakan
untuk menunjukkan berbagai fenomena : tanda, gejala, keadaan emosi, reaksi
penyakit atau kondisi klinis secara menyeluruh.

II. Proses Keperawatan


A. Pengkajian.
1. Faktor predisposisi
a. Faktor genetic, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan
diteruskan melalui garis keturunan.
b. Teori agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi
diakibatkan oleh perasaan marah yang yang dialihkan pada diri sendiri.
Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara
perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan
diri sendiri.
c. Teori kehilangan, berhubungan dengan factor perkembangan misalnya
kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis
denagn orang yang sangat dicintai, individu tidak berdaya mengatasi
kehilangan.
d. Teori kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi sebagai akibat
gangguan perkembangan terhadap penilaian diri, yaitu penilaian negatif
terhadap diri, sehingga terjadi gangguan proses pikir. Individu menjadi

pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat dan tidak berharga serta
hidup sebagai tidak harapan.
e. Model belajar ketidakberdayaan, mengemukakan bahwa depresi terjadi
karena individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu
menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul
keyakinan

individu

akan

ketidakmampuannya

mengendalikan

kehidupannya sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang


adaptif.
f. Model perilaku, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya
penguatan positif selama bereaksi dengan lingkungan.
g. Model biologis, mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi
perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya
endokrin dan hipersekresi kortisol.

2. Faktor presipitasi
Ada lima stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan:
a.

Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk


kehilangan cinta seseorang, fungsi tubuh, status atau harga diri.

b.

Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang


mendahului episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat
ini dan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah

c.

Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi


berkembangnya depresi, terutama pada wanita.

d.

Sumber koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan


inter personal dan organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber
pendukung social, menambah stress individu.

e.

Ketidak seimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam


perasaan. Khususnya obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat adiktif.
Kebanyakan penyakit kronis yang melemahkan sering disertai depresi.

Depresi pada usia lanjut akan menjadi komplek jika disertai kerusakan
organic dan gejala depresi secara klinik.
3. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang
adalah denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang
hebat. Pada depresi mekanisme koping yang digunakan adalah represi,
supresi, mengingkari dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan
mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan karena kurang
efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
4. Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran
utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal yang tinggi. Pada
keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi
agitasi.
Perilaku yang berhubungan dengan depresi (Stuart & Sundeen, 1995 hal. 215)
Afektif

Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,


perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus

Kognitif

asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.


Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi,
hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran

Fisik

merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.


Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan,
konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri
dada, over acting, perubahan berat badan, gangguan selera
makan, gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap

Tingkah laku

seksual.
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable,
berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.

B.

Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional adalah


1. Ketidakberdayaan
2. Berduka disfungsional
3. Keputusasaan
4. Resiko tinggi terhadap cedera
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
6. Defisit perawatan diri
7. Gangguan pola tidur
8. Resiko mencedrai diri
C.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi mencedrai diri berhubungan dengan harga diri rendah, koping
individu tidak efektif.
2.

Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan selera makan.

C. Perencanaan
Tujuan Umum :
Setelah tindakan perawatan diterapkan, klien dapat berespon emosional
No

yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta senang yang dapat diterima
oleh lingkungan.
Tujuan Khusus

Klien terlindungi dari Klien


dari
mencederai

Rasionalisasi
dengan

gangguan Rawat

klien

upaya alam perasaan berat berada

dirumah sakit bila

diri dalam resiko tinggi untuk

ada resiko bunuh

sendiri atau bunuh melakukan bunuh diri


diri.
Klien

Tindakan

mampu Perubahan

diri yang tinggi

lingkungan Secara

terus

mengembangkan diri

dapat

melindungi

mengurangi

klien,

stress

memberikan

dan

sumber

pengembangan baru

menerus evaluasi
klien

terhadap

kemungkinan
melakukan bunuh
diri
Bantu klien untuk
dapat

beradptasi

dengan
lingkungan
3

Klien
membina
terapeutik

mampu Klien

depresi

hubungan enggan

terlibat

dalam

pendekatan yang

terapeutik.

hangat, menerima

Diperlukan cara agar klien

klien apa adanya

dapat

dan

dengan hubungan

perawat .

barunya.
biasanya Lakukan

menerima

dan

bertahan dalam hubungan


terapeutik.

bersifat

empati
Mawas diri dan
dapat
mengendalikan
perasaan

dan

reaksi diri perawat


sendiri (misalnya
rasa

marah,

frustasi
4

Klien

dan

empat)
mampu Klien depresi mempunyai Tunjukkan respon

mengenali

dan kesul;itan

mengekspresikan

mengidentifikasi

emosinya

mengekspresikan
perasaannya.

dalam
dan

emosinal

dan

menerima klien
Gunakan
kemampuan
berkomunikasi.

Berikan

respon

empati

dengan

berfokus

pada

perasaan

bukan

pada

kenyataan

yang terjadi.
Mengaku
kesedihan
dan

klien
berikan

harapan
Bantu klien untuk
mengekspresikan
perasaannya.
Bantu klien untuk
mengekspresikan
perasaan
marahnya dengan
tepat
Bantu klien untuk
menurunkan
tingkat
kecemasannya :
1.

Sediakan
waktu

untuk

berdiskusi

dan

bina hubungan
yang

sifatnya

supportif.
2.

Beri waktu
untuk
berespon.

klien

3.

Beri
perawatan
individu sebagai
manusia
layaknya.

Klien
memodifikasi

mampu Memodifi

memodifikasi Diskusikan

pola pola kognitif yang negatif

kognitif yang negatif

tentang

masalah

yang

dihadapi

meningkatkan

klien

tanpa

pengendalian diri, tingkah

memintanya

laku dan perubahan harga

untuk

diri

menyimpulkannya

akan

membantu

.
Identifikasi
pemikiran

yang

negatif dan Bantu


untuk
menurunkannya
melalui interupsi
atau substitusi.
Bantu klien untuk
meningkatkan
pemikiran

yang

positif.
Evaluasi
ketepatan persepsi
klien, logika dan
kesimpulan yang
dibuat klien.
Identifikasi

persepsi

klien

yang tidak tepat,


penyimpangan
dan pendapatnya
yang

tidak

rasional
Bantu klien untuk
dapat

merubah

tujuan yang tidak


realistis ketujuan
yang realistis.
Kurangi

tujuan-

tujuan yang tidak


mungkin dicapai.
Kurangi penilaian
klien yang negatif
terhadap dirinya.
Bantu klien untuk
menyadari

nilai

yang dimilikinya

atau

perilakunya

dan

perubahan

yang terjadi.
Klien mampu untuk Penampilan prilaku yang Beri
tanggung
aktif mencapai tujuan baik
yang realistik

akan

jawab

untuk

mengurangi/menghilangkan

melakukan terapi

perasaan tak berdaya dan

tindakan

putus asa.

terorientasi.
Beri
kepada

yang
dorongan
klien

untuk melakukan

kegiatan

secara

teratur atau beri


kebebasan
melakukan
kegiatan sehingga
energi klien dapat
disalurkan.
Persiapkan
program
dapat

yang
dilakukan

dengan baik.
Tetapkan

tujuan

yang

realistis,

relevan

dengan

kebutuhan
dan

klien

minatnya

serta

difokuskan

pada

kegiatan

yang positif.
Fokuskan
kegiatan pada saat
ini,

bukan

kegiatan

pada

masa

atau

lalu

masa dating
Beri pujian jika
klien

berhasil

melakukan
kegiatan

atau

penampilannya
bagus

Pertahankan
penampilan

atau

kegiatan

jika

mungkin.
Buat

jadwal

exercise

fisik

dalam
7

Klien mampu untuk Sosialisasi


melakukan hubungan mengurangi
interpersonal

rencana

keperawatan.
akan Kaji kemampuan
kesempatan

klien

untuk

untuk menarik diri dan

bersosialisasi dan

akan meningkatkan harga

dukungan

yang

diri, melalui pemanfaatan

diperlukan

serta

dari dukungan lingkunagn

minat klien

yang tepat dan menerima.

Diskusikan
sumber
yang

social
ada

dan

dapat digunaka.
Tunjukkan
kemampuan
bersosialisi

yang

efektif.
Gunakan role play
dalam melakukan
interaksi social.
Beri umpan balik
dan

pujian

terhadap
kemampuan klien
dalam melakukan
hubungan

interpersonal yang
efektif.
Beri

dorongan

kepada

klien

untuk
meningkatkan
hubungan
sosialnya

dalam

lingkungan

yang

lebih luas.
Beri

dorongan

dengan

penuh

kekeluargaan
terhadap

respon

emosional

klien

yang adaptif.
Beri

dukungan

dan

libatkan

dalam

terapi

keluarga
terapi
8

Klien

dan
kelompok

jika diperlukan.
mampu Perawatan fisik dan terapi Lengkapi

meningkatkan

somatic diperlukan untuk

pengkajian

kesehatan fisik dan mengatasi perubahan fisik

tentang kesehatan

kesejahteraannya.

fisiologi klien.

yang

terjadi

karena

gangguan alam perasaan

Bantu klien untuk


memenuhi
kebutuhan
perawatan
terutam

diri

kebutuhan nutrisi,
dan

kebersihan

diri.
Anjurkan

klien

untuk

dapat

melakukan
pemenuhan
kebutuhan
perawatan
secara

diri
mandiri

jika
memungkinkan.
Berikan

terapi

pengobatan.
D. Evaluasi
9. Semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali.
10. Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal
dapat digali.
11. Perubahan pola tingkah laku dan respon klien tersebut tampak.
12. Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi
sepenuhnya.
13. Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri telah dilakukan.
14. Tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien.
15. Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien.
grahacendikia.wordpress.com/.../asuhan-pada-pasien-gangguan-alam-perasaandepresi/
http://tanyasaja.detik.com/pertanyaan/16094-napza-itu-apa-tho-

Anda mungkin juga menyukai