Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BIOETANOL DARI TEBU

Dosen Pembimbing :
Yuana Susmiati S.TP, M.Si
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Silfia Juliana Ingi Kollyn


Akhmad Firdaus Andre Vahlefi
Bony Ardela Dionanda
Ahmad Fauzi
Mochammad Syafiudin

(B42120211)
(B42120303)
(B42120304)
(B42120315)
(B42120427)

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2014
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan langkah-langkah fermentasi
bioetanol dengan substrat larutan gula hasil persiapan bahan baku.
2. Mahasiswa dapat melakukan proses distilasi bioetanol secara sederhana
dan menghitung rendemen yang dihasilkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana langkah-langkah melakukan proses fermentasi dan distilasi ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara biokimia fermentasi diartikan sebagai pembentukan energi melalui


senyawa organik, sedangkan pengertian dalam bidang industri fermentasi adalah
suatu proses untuk mengubah bahan dasar menjadi suatu produk oleh massa sel
mikroba. Aplikasi proses fermentasi selalu terdiri dari 6 bagian utama proses
yaitu : formulasi medium, sterilisasi, produksi starter, pemeliharaan pertumbuhan
organisme, pemanenan dan pemurnian produk, serta

pembuangan limbah

(Wibowo 1990). Monomer gula dapat diubah secara anaerobik menjadi alkohol
oleh bermacam-macam mikroorganisme. Fermentasi gula sederhana (sukrosa dan
glukosa) menjadi etanol memiliki persamaan stokiometri sebagai berikut :
C12H22O11 + H2O
C6H12O6

4 C2H2OH + 4 CO2
2 C2H5OH + 2 CO2

Fermentasi pada produksi bioetanol dimaksudkan untuk mengubah glukosa


menjadi etanol (alkohol) dengan menggunkan yeast/ragi. Pada tahap fermentasi
ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa
dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim
yang terdapat pada ragi (khamir) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses
fermentasi ini menghasilkan etanol dan CO2. Khamir yang digunakan pada tahap
ini adalah Saccharomyses cerevisiae, yang bisa digunakan dalam pembuatan roti,
anggur dan bir. Penggunaan Saccharomyses cerevisiae merupakan proses
fermentasi dengan kinetika sangat sederhana. Disebut sederhana karena hanya
melibatkan satu fasa pertumbuhan dan produksi, pada fase tersebut glukosa
diubah sacara simultan menjadi biomassa, etanol dan CO 2. Terdapat dua parameter
yang mengendalikan pertumbuhan dan metabolisme khamir dalam keadaan
anaerobik, yaitu konsentrasi gula dan etanol. Secara kinetik glukosa berperan
ganda, pada konsentrasi rendah (kurang dari 1g/l) merupakan substrat pembatas,
sedangkan pada konsentrasi tinggi (lebih dari 300g/l) akan menjadi penghambat.
Pada sisi lain, etanol pada konsentrasi 40 g/l akan menjadi penghambat baik untuk
pertumbuhan biomassa maupun produksi etanol (Mangunwidjadja 1994).
Proses fermentasi alkohol seharusnya dimulai dengan kesetimbangan massa
dan energi, dan bioreaktor yang sesuai diperlukan dalam perhitungan

pelaksanaanya. Beberapa unsur yang diperlukan dalam rekator fermentasi etanol


meliputi substrat yang meliputi glukosa, nutrisi atau suplemen (oksigen, nitrogen
dan hidrogen, fosfor, sulfur, potassium dan magnesium), mineral (mangan, kobalt,
tembaga, timah), faktor-faktor organik (asam amino, asam nukleat dan vitamin),
serta mikroba berupa Saccharomyces cerivisiae. Khamir dalam proses fermentasi
umumnya mengkonversi glukosa menjadi etanol pada kondisi anaerobik.
Meskipun demikian masih dibutuhkan sedikit oksigen untuk pertumbuhan khamir.
Oksigen yang dibutuhkan pada substrat sebesar 0,05-0,10 mmHg tekanan iksigen.
Proses fermentasi anaerobik tidak membutuhkan oksigen lebih dari itu, karena
oksigen yang lebih akan mendorong pertumbuhan khamir dengan cepat dan
mengkonsumsi glukosa. Pada beberapa kasus, konversi glukosa menjadi etanol
tidak pernah 100%, paling baik konversi maksimum sebesar 95% (Trust 2008).
Saccharomyces cerivisiae merupakan salah satu spesies khamir yang
memiliki daya konversi gula menjadi etanol sangat tinggi. Mikroba ini biasanya
dikenal dengan bakers yeast dan metabolismenya telah dipelajari dengan baik.
Produk metabolik utama adalah etanol, CO2, dan air sedangkan beberapa produk
lain dihasikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Khamir ini bersifat fakultatif
anaerobik. Saccharomyces cerivisiae memerlukan suhu 30oC dan pH 4,0-4,5 agar
dapat tumbuh dengan baik. Selama proses fermentasi akan timbul panas. Bila
tidak dilakukan pendinginan suhu akan terus meningkat sehingga proses
fermentasi terhambat. Saccharomyces cerivisiae yang berupa ragi roti dalam
fermentasi etanol hanya memfermentasi glukosa dan manosa, tetapi tidak dapat
memfermentasi xilosa dan pentosa lainnya. Konsentrasi khmair yang digunakan
pada proses fermentasi sebesar 5g/l bahan kering. Proses fermentasi dikondisikan
pada pH 5,5 dengan suhu 30oC (Sassner 2008).
Menurut Gaur (2006), salah satu yang membatasi tingginya kecepatan
produksi etanol adalah penghambatan pada proses metabolisme khamir oleh
tingginya konsentrasi gula pada substrat dan sebagai produk akhir. Pada industri
yang memproduksi alkohol, umumnya konsentrasi gula pada substrat sebesar 1618%. Apabia konsentrasi substrat lebih dari itu maka akan menyebabkan tekanan
osmotik yang mengurangi efisiensi proses fermentasi. Suhu merupakan faktor

penting yang mempengaruhi pertumbuhan, metabolisme dan daya tahan hidup


mikroorganisme fermentasi. Proses fermentasi pada industri alkohol pada
umumnya menggunakan suhu 25-30oC. Beberapa penelitian dilakukan dengan
suhu fermentasi optimum sebesar 35oC. Selain konsentrasi gula pada substrat dan
suhu, pH juga mempengaruhi proses fermentasi, proses yang umum dilakukan
pada pH 4,5-6.
Tahapan pembuatan bioetanol setelah proses fermentasi adalah pemurnian.
Pada tahap ini proses yang dilakukan adalah proses distilasi dan dehidrasi.
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masingmasing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi
didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Macam-Macam Distilasi
1. Distilasi Sederhana
Prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan berdasarkan
perbedaan titik didih yang jauh berbeda.
2. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat)
Sama prinsipnya dengan distilasi sederhana, hanya distilasi beertingkat ini
memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan
dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Untuk
memisahkan dua jenis cairan yang sama-sama mudah menguap dapat dilakukan
dengan distilasi bertingkat. Distilasi bertingkat sebenarnya adalah suatu proses
distilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional. Kolom
fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan.
Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih
atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang kurang atsiri lebih banyak dalam
kondensat.

3. Distilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang
sulit dipisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat
memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
4. Distilasi Kering
Memanaskan material padat untuk mendapatkann fasa uap dan cairnya.
Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bata
5. Distilasi Vakum
Memisahkan dua komponen yang titik didihnya sangat tinggi, metode yang
digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1
atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang
digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Agenda Praktikum
3.1.1 Acara Praktikum

: Proses Fermentasi dan Distilasi

3.1.2 Hari, Tanggal

: 30 September dan 04 Oktober 2014

3.1.3 Tempat

: Laboratorium Teknik Energi Terbarukan

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat

: - Panci stainless steel

- Kompor

- Pengaduk

- Pipet ukur

- Gelas ukur

- Hand refraktrometer

- pH meter

- Alkohol Meter

3.2.2 Bahan : - Urea


- Substrat Nira

- Aquadest

- H2SO4

- Ragi roti

- NPK

3.3 Langkah Kerja


- PROSES FERMENTASI
1. Siapkan nira yang telah dimasukkan ke lemari pendingin
2. Panaskan nira hingga mencair
3. Hitung dan catat berapa volume nira imbibisi dan nira murni
4. Campur nira murni dan nira imbibisi pada stainless steel
5. Ukur dan catat nilai brix dan pH setelah kedua nira dicampur
6. Lakukan pasteurisasi media dengan suhu hingga mencapai 100oC
7. Dinginkan hasil pasteurisasi sampai suhu ruang atau 40oC
8. Ukur dan catat niali brix serta pH setelah pasteurisasi
9. Tambahkan urea 14,1 gr, NPK 1,7 gr serta ragi roti 14,1 gr
10. Aduk substrat hingga merata lalu diamkan di panci stainless selama 72 jam
- PROSES DISTILASI
1. Ukur nilai pH dan brix setelah dilakukan proses fermentasi
2. Masukkan substrat hasil fermentasi kedalam tabung distilasi
3. Lakukan sterilisasi media dengan suhu hingga mencapai 85oC
4. Ukur kadar alkohol pada distilat yang telah dihasilkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Proses pembuatan bietanol dari tebu berbeda dengan proses pembuatan
bioetanol yang berbahan pati. Bioetanol berbahan pati unruk mendapatkan etanol
kita harus melakukan proses hidrolisis terlebih dahulu sedangkan pada pembuatan
bioetanol berbahan nira atau tebu kita bisa langsung melakukan proses fermentasi
dikarenakan nira sudah menjadi gula dan tidak perlu dikonversi dari tepung untuk
menjadi gula lagi atau melalui proses hidrolisis.
Proses fermentasi diawali dengan pencampuran nira munri dan nira imbibisi
yang telah dimasukkan kedalam lemari pendingin. Sebelum dicampur dihitung

terlebih dahulu nilai volume nira imbibisi yang didapatkan sebanyak 9,62 liter dan
nira murni sebanya 9,37 liter. Setelah dihitung volume yang didapatkan
selanjutnya nira murni dan nira imbibisi dicampur dalam tabung fementor lalu
diukur nilai brix dan nilai pHdan didapatkan hasil nilai brix 15 dan pH 5, nilai pH
dan brix tersebut diukur untuk dimasukkan kedalam rumus untuk menghitung
berapa jumlah nutrisi dan mikroba yang akan ditambahkan kedalam substrat.
Setelah diukur nilai pH dan brix selanjutnya susbtrat dipanaskan hingga suhu 85100oC untuk disterilisasi dari mikroba-mikroba yang lain, setelah mencapai suhu
85-100oC substrat didiamkan hingga suhu 40oC atau suhu ruangan diukur kembali
nilai pH dan brix yang diperoleh yaitu untuk nilai pH 5 dan bric 15,4. Mikroba
yang ditambahkan yaitu ragi roti (fermipan) sebanyak 14,1 gram dan nutrisi yang
ditambahkan yaitu urea dan NPK, urea ditambahkan sebanyak 14,1 gram dan
NPK sebanyak 1,7 gram. Setelah dicampur mikroba dan nutrisi substrat diaduk
hingga mikroba dan nutrisi tercampur lalu didiamkan sampai 72 jam.
Setelah didiamkan selama 72 jam nilai pH dan brix diukur kembali untuk
melakukan proses distilasi. Nilai pH dan brix yang didapatkan yaitu 4 untuk nlai
pH dan brix. Vol substrat dipindahkan ke tabung distilator untuk dilakukan proses
distilasi. Setelah dipindahkan panaskan substrat hingga mencapai suhu 85 oC lalu
tunggu hingga tetesan pertama dari etanol keluar. Tetesan pertama dari etanol
keluar pada menit ke 27.36 detik. Awal dilakukan proses distilasi yaitu hari jumat
pukul 15.29 dan hasil distilasi pertama diambil pada hari sabtu pukul 08.30
menghasilkan etanol sebanyak 220 ml dengan nilai brix 18,4 dan kadar alkohol
70%. Setelah itu pada pukul 08.30 hari sabtu pagi proses distilasi yang kedua
dilakukan dan hasil distilasi diambil pada hari senin pukul 07.00 menghasilkan
alkohol sebanyak 450 ml dan nilai brix 17,8 serta kadar alkoholnya 64%.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai