Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI

AIDS atau sindroma kehilangan kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala


penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah system kekebalan dirusak oleh
virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderisa AIDS mudah terkena
berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasite, dan virus tertentu yang bersifat
oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering sekali menderita keganasan, khususnya
sarcoma Kaposi dan limfomayang hanya menyerang otak. (UI)
AIDS merupakan penyakit menular seksual yang paling penting, bertanggung
jawab atas tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sifilis pada masa puncaknya. (COLOR ATLAS AND SINOPSIS BLA BLA)
Semua penyakit menular seksual yang bersifat inflamasi akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya transmisi pada orang yang terpapar HIV. Penyakit menular
seksual non inflamasi seperti vaginosis bacterial dan infeksi HPV juga dapat
meningkatkan resiko transmisi HIV. (COLOR ATLAS AND SINOPSIS BLA BLA)

EPIDEMIOLOGI
Pada remaja dan dewasa yang mencerminkan usia dengan risiko penggunaan
narkoba dan aktivitas seksual yang tinggi. Pada tahun 2008 di Amerika Serikat, dari
41,269 pasien yang baru di diagnosis sebagai penderita HIV 0-14 tahun 0.5%, 15-19
tahun 4.5%, 20-29 tahun 26.8%, 30-39 tahun 25.5%, 40-49 tahun 26.2% dan 50 tahun
keatas 16.5%.
Laki laki menempati 75% dan perempuan 25% dari total penderita HIV.
Jumlah laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh bila dipandang dari transmisi yang
bersifat heteroseksual. 57% dari total kasus baru pada tahun 2008 merupakan
transmisi melalui hubungan seksual antar lelaki, yang menempati 2-3% dari total
populasi. 32% dari total kasus baru merupakan transmisi heteroseksual.
Penggunaan narkoba yang bersifat injeksi merupakan penyebab transmisi pada
13% dari jumlah total kasus baru.
Pada tahun 2008, 52% dari yang terdiagnosis sebagai kasus HIV baru di
Amerika Serikat merupakan bangsa African American, yang merupakan 12% dari
total populasi. (COLOR ATLAS AND SINOPSIS BLA BLA)

ETIOLOGI
Agen kausatif penyakit ini adalah human immunodeficiency virus (HIV) tipe 1
dan 2, yang ditransmisi melalui darah atau sekresi tubuh lainnya, dan aktivitas seksual
merupakan jalur transmisi utama di seluruh dunia. HIV-1 merupakan virus
predominan yang tersebar di seluruh dunia dan bertanggung jawab atas hampir semua
kasus yang terjadi di Amerika Serikat dan kebanyakan negara maju. Infeksi HIV-2
terbatas pada daerah endemik. (COLOR ATLAS AND SINOPSIS BLA BLA)
HIV adalah virus sitopatik diklasifikasikan dalam family Retroviridae,
subfamily Lentivirinae, gentus Lentivitus. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk
famili retrovirus, termasuk RNA dengan berat molekul 9.7 kilobases. Pemeriksaan
dengan mikroskop electron memperlihatkan bahwa HIV memiliki banyak tonjolan
eksternal yang dibentuk oleh protein utama dari envelope, gp120 di sebelah luar dan
gp41 di transmembran. Gp120 memiliki afinitas tinggi terutapa region V3 terhadap
reseptor CD4 sehingga bertanggungjawab pada awal interaksi dengan sel target.
Sedangkan gp41 bertanggung jawab dalam proses internalisasi atau adsorpsi. (BUKU
HIV AIDS NASRONUDIN)

PATOFISIOLOGI
TRANSMISI
Perkiraan tingkat resiko transmisi HIV pada sekali paparan dari sumber HIV
berkisar antara 90% pada paparan melalui transfusi darah hingga 0.005% melalui
hubungan penerima oral seks. Transmisi seksual merupakan metode transmisi
tertinggi pada kasus di seluruh dunia. Umumnya hubungan penis-vagina dan penisanal. (COLOR ATLAS AND SINOPSIS BLA BLA)
Metode transmisi melalui transmisi seksual adalah umumnya hubungan penis-vagina
atau penis-anal, paparan oral-genital, dan yang sangat jarang adalah kontak bibir.
Resiko transmisi sangat dipengaruhi oleh alat pelindung, penyakit menular seksual
lainnya, sirkumsisi, viral load, terapi antiretroviral, dan factor-faktor lain.
Beberapa jenis aktivitas seksual memiliki efikasi terhadap transmisi HIV yang
bervariasi. Hubungan pervaginam merupakan jalur transmisi paling umum, namun
bukanlah jalur yang paling efisien. Transmisi seksual paling tinggi terjadi pada
hubungan anal, yang menjelaskan tingginya prevalensi HIV/AIDS pada laki-laki yang
berhubungan seks dengan laki-laki. Transmisi melalui pertukahan darah akibat
penggunaan obat-obatan terlarang, dengan berbagi peralatan injeksi juga sering terjadi
pada beberapa populasi tertentu. Transmisi dari ibu ke neonatus pada saat proses
persalinan, atau perawatan postnatal merupakan penyebab utama seorang anak
dengan HIV. Transmisi nosocomial terhadap pekerja kesehatan, terutama melalui
cedera dengan instrument tajam yang terkontaminasi merupakan asus yang jarang.
Transmisi melalui transfuse dan transplantasi organ sekarang jarang karena sudah
dilakukan pemeriksaan universal pada donor. Pemeriksaan umum pada wanita hamil,
dengan kombinasi terapi antiretroviral (ARV) pada bayi yang lahir dari ibu yang
terinfeksi telah mengurangi terjadinya transmisi pada negara maju dan mulai
memegang peranan pada negara-negara berkembang. (COLOR ATLAS AND
SINOPSIS BLA BLA)
Para transmisi parenteral biasanya dapat terjadi bila bertukar peralatan injeksi
diantara pengguna narkoba, transfuse darah, donasi organ, dan transmisi nosocomial.
Transmisi vertikal dari ibu ke anak dapat terjadi melalui intra uterin, perinatal saat
melahirkan, dan post natal karena perawatan. Pada negara maju sekarang jarang
terjadi, dan pada negara berkembang jumlahnya semakin berkurang dengan adanya
skrining HIV maternal, profilaksis perinatal dengan antiretroviral, dan metode
pemberian ASI yang sudah dimodifikasi.
MASA INKUBASI
Onset dari infeksi primer HIV umumnya 10-20 hari setelah paparan. Tanpa
terapi antiretroviral, AIDS (HIV stage 3) timbul 5-10 tahun setelah infeksi, dan jarang
pada <1 tahun atau >20 tahun. (COLOR ATLAS AND SINOPSIS BLA BLA)
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditemukan hal-hal yang mendukung diagnosis
HIV/AIDS, antara lain keadaan resiko tinggi atau paparan terhadap infeksi HIV yang
diketahui, tinggal pada daerah dengan prevalensi tinggi, penggunaan narkoba noninjeksi, riwayat penyakit menular seksual, dan pekerja seks komersial. (COLOR
ATLAS AND SINOPSIS BLA BLA)

Manifestasi Klinis
HIV Primer
Pada infeksi HIV primer biasanya 50-80% pasien memiliki sindroma
retroviral akutyang menimbulkan gejala berupa demam (38-40C), nyeri tenggorokan
atau faringitis, ruam morbiliform, malaise atau lelah, limfadenopati servikal atau
general, sakit kepala, myalgia dan/atau arthralgia, anoreksia dan/atau penurunan berat
badan, gejala gastrointestinal, atau ulserasi mukokutan. Durasi umumnya 10-14 hari
(rentang 7-42 hari). Gambaran klinis biasanya tidak spesifik, dapat menyerupai
infeksi lain. (COLOR ATLAS AND SINOPSIS BLA BLA)

HIV/AIDS Stage 1-3


Setelah infeksi primer, umumnya pasien tetap asimptomasik sampai penyakit
oportunistik teradi. Manifestasi yang sering terjadi antara lain limfadenopati
generalisata persisten, gejala konstitusional (demam, penurunan berat badan,
malaise), gejala saluran napas, diare kronis atau persisten, dermatitis seboroik, ulkus
herpetic kronik, kutil anogenital rekuren, moluskum kontagiosum rekuren atau
resisten, gejala neuropsikologikal (neuropati perifer, demensia), sarcoma Kaposi para
kulit, trombositopenia imunogenik, gingivitis, kandidiasis (oral, esophageal, genital),
leukoplakia oral, ulkus aphtosa oral, dan fever of unknown origin. (COLOR ATLAS
AND SINOPSIS BLA BLA)

PEMBANTU DIAGNOSIS
Pemeriksaan anti-HIV dapat dilakukan setelah 12 minggu sejak infeksi.
Pemeriksaan dilakukan dengan 3 jenis Elisa yang berbeda. Bila hasilnya non-reaktif
tetapi klinis diduga menderita AIDS perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk konfirmasi
dengan metode western blot. (BUKU UI)

KLASIFIKASI
Berdasarkan Zubairi Djoeban Depkes RI 1994, HIV/AIDS dibagi menjadi 3 tingkat
klinis: (BUKU UI)
1. Tingkat klinis 1 (asimptomatik/limfadenopati generalisata persisten (LGP)
a. Tanpa gejala sama sekali
b. LGP
2. Tingkat klinis 2 (dini)
a. Penurunan berat badan kurang dari 10%
b. Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seboroik,
prurigo, onikomikosis, ulkus pada mulut yang berulang
c. Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran nafas atas berulang, misalnya sinusitis
3. Tingkat klinis 3 (menengah)
a. Penurunan berat badan >10%
b. Diare kronik lebih dari 1 bulan, tanpa diketahui sebabnya
c. Demam yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan,
hilang timbul maupun terus menerus
d. Kandidosis mulut

e. Bercak putih berambut di mulut (hairy leukoplakia)


f. Tuberkulosis paru setahun terakhir
g. Infeksi bacterial berat, misalnya pneumonia
Berdasarkan CDC, klasifikasi klinis pada infeksi HIV terdiri atas 4 stage.
Infeksi primer HIV apabila didapatkan test HIV positif menggunakan PCR atau
lainnya; atau pemeriksaan darah terhadap antigen p24 HIV positif, dan antibodi HIV
negatif. Infeksi HIV stage 1 dikatakan apabila jumlah limfosit CD4+ 500 sel/mm3
dan tidak terdiagnosis sebagai AIDS. Stage 2 dimana CD4+ 200-499 sel/mm3 dan
tidak terdiagnosis sebagai AIDS. Stage 3 (AIDS) dimana apabila CD4+ <200 sel/mm3
atau terdapat tanda-tanda yang mendukung diagnosis AIDS. (COLOR ATLAS AND
SINOPSIS BLA BLA)
Penyakit oportunistik dan kondisi lain yang menggambarkan terjadinya
AIDS pada pasien dengan infeksi HIV adalah: kandidiasis respiratorik, kandidiasis
esophagus, kanker serviks yang bersifat infasif, coccidioidomycosis ekstrapulmoner,
cryptococcosis ekstrapulmoner, cryptosporidiosis intestinal > 1 bulan, retinitis
cytomegalovirus (CMV) dengan kehilangan pengelihatan atau penyakit CMV yang
melibatkan organ lain selain hepar, splen, atau kelenjar limfa, ensefalopati akibat
HIV, infeksi herpes simpleks dengan komplikasi (ulserasi kronik >1 bulan, bronchitis,
pneumonia, esophagitis), histoplasmosis ekstrapulmoner, isosporiosis intestinal >1
bulan, limfoma (Burkitt, Immunoblastic, Primary brain lymphoma), infeksi
mikobakterium ekstra pulmoner, tuberculosis, pneymonia pneumocystis jiroveci,
leukoensefalopati progresif multifokal, septisemia akibat salmonella yang rekuren,
toksoplasmosis serebri, dan sindroma wasting. (COLOR ATLAS AND SINOPSIS
BLA BLA)
TERAPI PROFILAKSIS
Profilaksis post-paparan dengan obat antiretroviral efektif dalam mencegah
infeksi HIV pada model binatang, dan terbukti mencegah infeksi pada pekerja
kesehatan yang terpapar di tempat kerja oleh trauma atau paparan membrane mukosa
oleh darah yang terkontaminasi HIV. Berdasarkan model binatang, terapi ini
diberikan dalam 72 jam setelah paparan, dan lebih baik 24 jam sebelum. Namun,
pemberian lebih dari 72 jam tetap boleh diberikan pada beberapa kondisi tertentu.
Regimen pengobatan untuk profilaksis
CDC telah menetapkan >15 regimen yang secara biologis mampu mencegah infeksi
HIV. Terapi dilakukan selama 3-5 hari selama masih dalam proses memastikan
adanya paparan. Pada paparan dengan resiko sedang (hubungan seks pervaginam
tanpa proteksi, dengan pasangan risiko tinggi tetapi tidak diketahui keadaan infeksi
HIV) dapat diberikan Emtricitabine 200 mg/ tenofovir 300 mg (Truvada) P.O sekali
sehari selama 28 hari. Sedangkan pada resiko tinggi (hubungan seks pervaginam atau
anal tanpa proteksi dengan pasangan yang terinfeksi atau dengan resiko yang sangat
tinggi) dapat diberikan Efavirenz 600 mg/ Emtricitabine 200 mg/ tenofovir 300 mg
(Atripla) PO sehari sekali selama 28 hari, atau Emtricitabine 200 mg/ tenovofir 300
mg (Truvada) PO sekali sehari dan atazanafir (Reyataz) 300 mg sehari sekali dan
ritonavir (Norvir) 100 mg shari sekali selama 28 hari. (COLOR ATLAS AND
SINOPSIS BLA BLA)

PENCEGAHAN
Berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi penularan penyakit
antara lain, kontak seksual harus dihindari dengan orang yang diketahui menderita
AIDS dan orang yang sering menggunakan obat bius secara intravena. Mitra seksual
multipel atau hubungan seksual dengan orang yang mempunyai banyak teman kencan
seksual, memberikan kemungkinan lebih besar mendapat AIDS. Cara hubungan
seksual yang dapat merusak selaput lender rektal, dapat memperbesar kemungkinan
mendapatkan AIDS. Kasus AIDS pada orang yang menggunakan obat bius intravena
dapat dikurangi dengan memberantas kebiasaan buruk tersebut dan melarang
penggunaan jarum suntik bersama. Semua orang yang tergolong berisiko tinggi AIDS
seharusnya tidak menjadi donor. Para dokter harus ketat mengenai indikasi medis
transfusi darah autolog yang dianjurkan untuk dipakai. (UI)
PROGNOSIS
Sepuluh tahun setelah infeksi HIV 50% penderita mengalami AIDS. Bila tidak
diatasi dengan segera prognosis AIDS buruk karena HIV menginfeksi system imun
terutama sel CD4 dan akan menimbulkan destruksi sel tersebut, akibatnya banyak
sekali penyakit yang dapat menyertainya. Dengan pemberian ARV sedini mungkin
ternyata perjalanan penyakit bisa memanjang. (UI)

Anda mungkin juga menyukai