ALKOHOL
NAMA
NIM
: G 311 11 275
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN
: MUSPIRAH DJALAL
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan bioteknologi pada masa ini terutama dalam bidang
pangan
sudah
tidak
diragukan
lagi.
Bioteknologi
memanfaatkan
A. Alkohol
Alkohol merupakan suatu senyawa organik organik yang tersusun dari
atom C, H dan O dengan rumus umum CnH2n+1OH. Ciri khas alkohol yaitu
terdapatnya gugus OH pada rantai karbon. Rantai karbon dapat berupa
gugus alkil jenuh maupun tidak jenuh, gugus alkil tersubtitusi dan dapat pula
terikat pada rantai siklik. Selain alkohol dengan satu gugus OH dikenal pula
alkohol yang memiliki gugus OH lebih dari satu. Alkohol yang memiliki satu
gugus OH disebut alkohol monohodroksi, alkohol dengan dua gugus OH
disebut alkohol dihidroksi dan seterusnya (Wani, 2012).
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain
alcohol dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini
disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar
pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu
juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol yang
dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki
pengertian yang lebih luas lagi. Alkohol merupakan zat psikoaktif yang sering
digunakan manusia, Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah
dan umbi umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %,
setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol
yang lebih tinggi, bahkan 100 %.Alkohol murni tidaklah dikonsumsi manusia.
Yang sering dikonsumsi adalah minuman yang mengandung bahan sejenis
alkohol, biasanya adalah ethyl alcohol atau ethanol (CH3CH2OH ). Bahan
ini dihasilkan dari proses fermentasi gula yang dikandung dari malt dan
beberapa buah-buahan seperti hop, anggur dan sebagainya. Rumus kimia
umum alkohol adalah CnH2n+1OH' (Eva, 2011).
B. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu spesies khamir yang
memiliki daya konversi gula menjadi etanol sangat tinggi. Mikroba ini
Saccharomyces cerevisiae memerlukan kondisi lingkungan yang cocok
untuk pertumbuhannya, yaitu nutrisi sebagai sumber energi terutama gula,
pH optimum 4-5, temperatur optimum 28 C - 30C serta kebutuhan akan
oksigen terutama pada awal pertumbuhan. Saccharomyces cerevisiae
merupakan organisme fakultatif anaerob yang dapat menggunakan baik
sistem aerob maupun anaerob untuk memperoleh energi dari pemecahan
glukosa. Apabila kondisi optimal dari Saccharomyces cerevisiae baik maka
dapat menghasilkan alkohol dalam jumlah yang besar. Selain itu juga
memiliki toleransi yang tinggi terhadap alkohol, toleransi terhadap alkohol
pada variasi strain berbeda (Elevri, 2006).
Saccharomyces cerevisiae dapat hidup, baik dalam kondisi lingkungan
cukup oksigen maupun kurang oksigen. Organisme yang demikian disebut
aerob fakultatif. Dalam keadaan cukup oksigen, Saccharomyces akan
melakukan respirasi biasa. Akan tetapi, jika dalam keadaan lingkungan
kurang oksigen Saccharomyces akan melakukan fermentasi. Dalam
keadaan anaerob, asam piruvat yang dihasilkan oleh proses glikolisis akan
diubah menjadi asam asetat dan CO2. Selanjutnya, asam asetat diubah
menjadi alkohol. Proses perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut
diikuti pula dengan perubahan NADH menjadi NAD+. Dengan terbentuknya
NAD+, peristiwa glikolisis dapat terjadi lagi. Dalam fermentasi alkohol ini,
dari satu mol glukosa hanya dapat dihasilkan 2 molekul ATP (Faris, 2010).
Pada
tahap
selanjutnya
alkohol
yang
telah
dihasilkan
oleh
o Nutrien
Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrient. Nutrien yang
dibutuhkan digolongkan menjadi dua yaitu nutrien makro dan nutrien
mikro. Nutrien makro meliputi unsur C, N, P, K. Unsur C didapat dari
substrat
yang
mengandung
karbohidrat,
unsur
didapat
dari
penambahan urea, sedang unsur P dan K dari pupuk NPK. Unsur mikro
meliputi vitamin dan mineral-mineral lain yang disebut trace element
seperti Ca, Mg, Na, S, Cl, Fe, Mn, Cu, Co, Bo, Zn, Mo, dan Al.
o Temperatur
Mikroorganisme mempunyai temperatur maksimal, optimal, dan minimal
untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast berkisar
antara 25-30oC dan temperatur maksimal antara 35-47oC. Beberapa jenis
yeast dapat hidup pada suhu 0oC. Temperatur selama fermentasi perlu
mendapatkan perhatian, karena di samping temperatur mempunyai efek
yang langsung terhadap pertumbuhan yeast juga mempengaruhi
komposisi produk akhir. Pada temperatur yang terlalu tinggi akan
menonaktifkan yeast. Pada temperatur yang terlalu rendah yeast akan
menjadi tidak aktif.
D. Gula Pasir
Sukrosa atau gula pasir merupakan senyawa kimia yang termasuk dalam
golongan karbohidrat, memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat
anhidrous
dan
kelarutannya
dalam
air
mencapai
67,7%
pada
terjadinya
proses
fermentasi
adalah
terbentuknya
air
dari
piruvat
dan
F.
Starter
Starter adalah media dimana mikroorganisme ditempatkan untuk
beradaptasi terhadap media tersebut sebelum ditempatkan pada media yang
berisi nutrisi yang digunakan sebagai fermentasi. Tujuan pembuatan starter
untuk memperbanyak yeast dan untuk melatih yeast tersebut pada kondisi
yang akan difermentasi agar yeast mempunyai kemampuan tumbuh dan
berkembang biak dengan cepat dalam membuat struktur yang sesuai, dapat
menghasilkan enzim dengan cepat untuk mengubah gula menjadi alkohol
serta mempunyai daya fermentasi yang tinggi terhadap glukosa, fruktosa,
galaktosa dan maltose. Hasil biakan yang telah diperoleh dari media
pertumbuhan kemudian ditambahkan ke dalam starter yang merupakan
media pertumbuhan cair yaitu Yeast, Glucose, Pepton yang telah diinkubasi
selama dua hari (Judoadmijojo, 1990).
F. Alkoholmeter
Alkoholmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kadar
alkohol dalam air. Alkoholmeter sebenarnya adalah hidrometer. Hidrometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau kepadatan
relatif) dari cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas air.
Hidrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah batang silinder
dan bola pembobotan dengan merkuri untuk membuatnya mengapung.
Cairan yang akan diuji dituangkan ke dalam wadah yang tinggi, seringkali
sebuah silinder lurus dan hidrometer dengan perlahan diturunkan ke dalam
cairan sampai mengapung bebas. Titik di mana permukaan cairan
menyentuh hidrometer yang dicatat. Di dinding hidrometer biasanya terdapat
skala pengukuran sehingga berat jenis dapat dibaca secara langsung. Ada
berbagai skala dan digunakan tergantung pada konteks. Hidrometer dapat
dikalibrasi untuk kegunaan yang berbeda, seperti alat pengukur jumlah susu
untuk mengukur kepadatan (creaminess) dari susu, saccharometer untuk
mengukur kepadatan gula dalam cairan, atau pengukur banyaknya alkohol
untuk mengukur kadar alkohol yang lebih tinggi. Pengoperasian hidrometer
didasarkan pada prinsip Archimedes bahwa suspensi pada fluida akan
didorong oleh kekuatan yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan.
Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut, lebih jauh
hidrometer akan tenggelam (Aryono,2011).
Alkoholmeter dalam cairan dengan berat jenis rendah seperti
minyak tanah, bensin, dan alkohol, hidrometer akan tenggelam lebih dalam
dan dalam cairan dengan berat jenis tinggi seperti air garam, susu, dan
asam hidrometer tidak akan tenggelam teralu jauh. Biasanya hidrometer
memiliki dua instrumen yang terpisah, satu untuk cairan berat, di mana tanda
1.000 untuk air sudah dekat bagian atas batang, dan satu untuk cairan
ringan, di mana tanda 1.000 sudah dekat bagian bawah. Dalam banyak
industri satu set hidrometer digunakan mencakup rentang berat jenis 1,00,95
dan
0,95-0,9
untuk
memberikan
pengukuran
yang
lebih
- hot plate
- erlenmeyer
- timbangan digital
- pisau
- magnetic stirrer
- incubator
- alumunium foil
- gula pasir
- plastisin
- aquades
- pipet
- kapas
- air mineral
C. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
a. Pembuatan starter alkohol
disiapkan
media
agar
miring
(tempat
menyimpan
biakan
murni
saccaromyces
cereviceae,
kemudian
ditambahkan
aquades
20% 100 mL x 2
8. Gula Pasir
20% 125 mL x 2
A. Hasil
Tabel 01. Hasil pengamatan alkohol
Klp
Warna
Aroma
Busuk/
sedikit
Aroma
aroma
busuk
alkohol
Tidak
Berbau
beralkohol
asam
Tidak
Busuk
beralkohol
Tidak
Bau gula
beralkohol
merah
Sedikit
Berbau
berbau
asam
alkohol
sedikit
Kuning
muda
Kuning
muda
II
Kuning
bening
Kuning
III
Coklat
Coklat
IV
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
kehitaman
VI
Coklat
Coklat gelap
Busuk
VII
Kuning
Kuning
Busuk
VIII
Kuning
Kuning
Sedikit
aroma
alkohol
Busuk
Bau
alkohol
Sedikit
aroma
alkohol
Kadar
Kenampakan
Tidak ada
gelembung
Tidak ada
gelembung
Ada
gelembung
Tidak ada
gelembung
Ada
gelembung
Tidak ada
gelembung
Tidak ada
gelembung
Ada
gelembung
<0
Ada buih
Ada buih
<0
<0
Ada buih
Tidak ada
buih
<0
<0
Ada buih
Tidak ada
gelembung
<0
<0
Ada
gelembung
Tidak ada
gelembung
<0
<0
<0
<0
<0
<0
<0
<0
<0
manis,
berwarna
putih,
dan
dapat
larut
dalam
air
dengan
fermentasi.
pendapat
Sumarsih
Selain
(2003),
itu
bahwa
dipertegas
khamir
pula
memetabolisme
dengan
glukosa
menjadi etanol.
Proses pembuatan alkohol dilakukan dengan menambahkan mikroba
yaitu mikroba golongan khamir Saccharomyces cerevisiae yang sebelumnya
telah diisolasi untuk mendapatkan biakan murni. Dalam proses fermentasi
alkohol khamir Saccharomyces cerevisiae adalah khamir yang dapat
mengubah gula menjadi etanol. Hal ini sesuai dengan
, bahwa
yeast dan untuk melatih yeast tersebut pada kondisi yang akan difermentasi
agar khamir (yeast) dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik,
menghasilkan enzim dengan cepat dan dapat memfermentasi glukosa
dengan daya yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Judoadmijojo (1990), bahwa
tujuan pembuatan starter untuk memperbanyak yeast dan untuk melatih
yeast tersebut pada kondisi yang akan difermentasi agar yeast mempunyai
kemampuan tumbuh dan berkembang biak dengan cepat dalam membuat
struktur yang sesuai, dapat menghasilkan enzim dengan cepat untuk
mengubah gula menjadi alkohol serta mempunyai daya fermentasi yang
tinggi terhadap glukosa, fruktosa, galaktosa dan maltosa.
Pembuatan starter dilakukan dengan menyiapkan media agar miring
(tempat menyimpan biakan murni Saccaromyces cereviceae), kemudian
diambil 5% dari biakan murni Saccaromyces cereviceae, kemudian
ditambahkan aquades sebanyak 5 ml dan diaduk, setelah tiu diambil 5 ml
dan dipindahkan ke dalam erlenmeyer yang berisi aquades, 5% pepton, 5%
glukosa, dan 4% yeast extract. Hal ini sesuai dengan Judoadmijojo (1990),
bahwa hasil biakan yang telah diperoleh dari media pertumbuhan kemudian
ditambahkan ke dalam starter yang merupakan media pertumbuhan cair yaitu
Yeast, Glucose, Pepton yang telah diinkubasi selama dua hari.
Langkah yang kedua adalah pembuatan larutan gula yang nantinya akan
menjadi substrat bagi khamir. Larutan gula dibuat dengan menimbang gula
pasir sebanyak 20 gram dan dilarutkan dalam 200 ml aquades setelah itu
dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirer. Kemudian larutan gula
yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam 2 botol You C
masing-masing sebanyak 100 mL, lalu ditutup dengan kapas dan alumunium
foil. Larutan gula digunakan dalam fermentasi alkohol karena khamir memiliki
daya konversi gula yang tinggi dan dapat menghasilkan enzim yang dapat
mengubah gula menjadi etanol. Hal ini sesuai dengan Biologi (2012), bahwa
berfungsi
sebagai
pemacu
perubahan
sukrosa
menjadi
manusia.
Fermentasi
alkohol
merupakan
fermentasi
yang
pada
awal
pertumbuhan.
Apabila
kondisi
optimal
dari
Hasil dari parameter aroma pada minggu kedua adalah tidak beraroma
alkohol dan pada minggu ketiga berbau asam hal ini disebabkan pada
minggu kedua tidak terbentuk alkohol dan pada minggu ketiga berbau asam
pada minggu ketiga mulai berbau asam disebabkan karena oksigen
mengkontaminasi sampel sehingga mulai ada jenis bakteri lain dari genus
Acetobacter yang mengubah alkohol menjadi asam asetat dengan bantuan
udara dan menghambat pertumbuhan bakteri Saccharomyces cereviccae.
Anonim (2013b) bahwa Acetobacter adalah sebuah genus bakteri penghasil
asam asetat, ditandai dengan kemampuannya mengubah etanol (alkohol)
menjadi asam asetat (asam cuka) dengan bantuan udara.
Kadar alkohol sampel pada minggu kedua tidak dapat diukur oleh oleh
alkoholmeter karena kadarnya masih dalam jumlah sedikit begitupula pada
minggu ketiga. Hal ini disebabkan alkohol yang tebentuk belum cukup banyak
untuk menenggelamkan alkoholmeter atau dengan kata lain berat jenis
sampel masih tinggi daripada massa jenis air akibat kandungan alkohol yang
masih sangat sedikit. Massa jenis alkohol lebih rendah daripada massa jenis
air yaitu 0,8 gr/cm3 sehingga alkoholmeter akan tenggelam karena
mekanisme kerja alkoholmeter didasarkan pada massa jenis air yaitu 1
gr/cm3. Hal ini sesuai pernyataan Aryono (2011) bahwa alkoholmeter dalam
cairan dengan berat jenis rendah seperti minyak tanah, bensin, dan alkohol,
hidrometer akan tenggelam lebih dalam dan dalam cairan dengan berat jenis
tinggi seperti air garam, susu, dan asam hidrometer tidak akan tenggelam
teralu jauh.
DAFTAR PUSTAKA
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu mikroba yang digunakan dalam