Anda di halaman 1dari 12

Komunitas Lamun (Seagrass) Di Pantai Bama Taman Nasional Baluran,

Situbondo
Dwi Y. RAKHMASARI1, Indah S. NOVITASARI1, Baharudin SALAM1, Arzulinda M.
RAHMASYITHA1, Tania P. M. PUTRI1
Ekologi Project 2014, Laboratorium Ekologi
1
Jurusan Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK
Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sepenuhnya
menyesuaikan diri hidup berbenam di dalam laut. Padang lamun (seagrass bed) adalah
hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area pesisir/laut dangkal yang terbentuk oleh
satu jenis lamun (monospecific) atau lebih (mixed vegetation) dengan kerapatan tanaman
yang padat (dense) atau jarang (sparse). Penelitian komunitas lamun yang berada di Pantai
Bama Taman Nasional Baluran ini bertujuan untuk melakukan metode standart guna
mengetahui kerapatan dan penutupan jenis lamun di pantai Bama. Mengidentifikasi serta
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lamun dan persebarannya di Pantai
Bama. Metode yang digunakan pada penelitian komunitas lamun di Pantai Bama adalah metode
line transect dimana antar transek memiliki jarak yang sama hingga 100 m yang dimulai dari
titik garis pantai (inshore). Analisis data yang dilakukan adalah menghitung kerapatan dan
penutupan lamun. Hasil penilitian yang dilakukan di Pantai Bama didapatkan kerapatan dan
penutupan tertinggi yaitu pada spesies Cymodoceae serrulata sedangkan kerapatan terendah
yaitu spesies Enhalus acoroides dan penutupan terendah yaitu Halophila ovalis.
Kata Kunci:, Line Transect, Kerapatan, Lamun, Pantai Bama, Penutupan.

1.

PENDAHULUAN

Kawasan Taman Nasional Baluran


terletak di Kecamatan Banyu putih,
Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur.
Batas wilayah sebelah utara adalah Selat
Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah
selatan Sungai Bajul mati, dan sebelah barat
Sungai Klokoran. Temperatur udaranya 2734 C, curah hujan 900 - 1.600 mm/tahun,
ketinggian tempat 0 - 1.247 mdpl, letak
geografis 729 - 755 LS, 11417 -

11428 BT, serta luasnya mencapai 25.000


ha (Bapeprov jatim, 2010). Pantai Bama
merupakan salah satu ekosistem pantai yang
berada di Taman Nasional Baluran. Pantai
Bama ni merupakan salah satu kawasan
wisata alam. Selain itu, Pantai Bama juga
memiliki fungsi penting sebagai kawasan
konservasi bagi komunitas kawasan pesisir
salah satunya komunitas lamun. Padang
lamun merupakan ekosistem pesisir yang
ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang
dominan
(Wimbaningrum,
2003).
1

Pengertian lamun itu sendiri yaitu tumbuhan


berbunga (Angiospermae) yang tumbuh dan
berkembang baik pada dasar perairan laut
dangkal, mulai daerah pasang surut (zona
intertidal) sampai dengan daerah sublitoral
(Kiswara,1992).
Pertumbuhan lamun dibatasi oleh
suplai nutrien antara lain partikulat nitrogen
dan fosfor yang berfungsi sebagai energi
untuk melangsungkan fotosintesis (Short,
1987). Kedalaman air dan pengaruh pasang
surut, serta struktur substrat mempengaruhi
zonasi sebaran jenis-jenis lamun dan bentuk
pertumbuhannya. Jenis lamun yang sama
dapat tumbuh pada habitat yang berbeda
dengan menunjukkan bentuk pertumbuhan
yang berbeda dan kelompok-kelompok jenis
lamun membentuk zonasi tegakan yang
jelas, baik murni ataupun asosiasi dari
beberapa jenis (Kiswara, 1997).
Di Indonesia terdapat 12 jenis lamun
yang tergolong dalam tujuh marga, yaitu
Enhalus acoroides, Thalassia hempricii,
Halophila decipiens, Halophila ovalis,
Halophila minor, Halophila spinulosa dari
suku Hydrocharitaceae, serta Cymodocea
serrulata, Cymodocea rotundata, Halodule
uninervis,
Halodule
Pinifolia,
Syringingodium
isoetifolium
dan
Thalassodendronciliatum
dari
suku
Potamogetonaceae. Masih ada dua jenis lamun lagi
yang herbariumnya ada di Herbarium Bogoriense
Bogor, yaitu Halophila beccarii dan Ruppia
maritima yang diduga berasal dari perairan
Indonesia (Romimoharto, 2001). Tetapi yang
ditemukan di Pantai Bama hanya beberapa spesies
saja seperti Enhalus acoroides, Thalassia
hemprichii, , Halophila Ovalis, Halophila
Minor , Cymodocea serrulata, Cymodocea

Rotundata, Halodule uninervis, Halodule


Pinifolia, dan Syringodium isoetifolium.
Permasalahan pada penilitian ini adalah
bagaimana cara melakukan metode standart
guna mengetahui kerapatan dan penutupan
jenis lamun di pantai Bama dan bagaimana
mengidentifikasi serta memahami faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan
lamun dan persebarannya di Pantai Bama
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melakukan metode standart guna
mengetahui kerapatan dan penutupan jenis
lamun di pantai Bama. Mengidentifikasi
serta
memahami
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan lamun dan
persebarannya di Pantai Bama.

3. PEMBAHASAN
3.1

Lamun Pantai Bama


Padang lamun merupakan hamparan
vegetasi lamun yang menutupi suatu area
pesisir atau laut dangkal yang terbentuk oleh
satu jenis lamun atau lebih dengan kerapatn
tanaman
yang
padat
atau
jarang
(Romimohtarto,2001).
Lamun
adalah
tumbuhan berbunga angiospermae yang
mampu beradaptasi secara penuh di perairan
yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup
terbenam di dalam air. Lamun memiliki
rhizome daun dan akar sejati seperti halnya
tumbuhan di darat, hidup pada ekosistem
padang lamun terutama di daerah tropis dan
subtropics. Komunitas lamun memegang
peran penting baik secara ekologis, maupun
biologis di daerah pantai dan estuaria.
Disamping itu juga mendukung aktifitas
perikanan, komunitas kerang-kerangan dan
biota avertebrata lainnya (Ghossari,2012).
Beberapa faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap distribusi dan
kestabilan ekosistem padang lamun adalah:
1. Suhu
Perubahan suhu terhadap kehidupan
lamun dapat mempengaruhi metabolisme,
penyerapan unsur hara,dan kelangsungan
hidup lamun. Fotosintesis pada lamun
membutuhkan suhu optimum antara 25C 35C dan pada saat cahaya penuh. Pengaruh
suhu bagi lamun sangat besar, suhu
mempengaruhi proses fisiologis seperti
fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhan, dan
reproduksi (Nybakken, 1992).
2. Salinitas
Toleransi lamun terhadap salinitas
bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang
tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas

yang besar. Salah satu contohnya adalah


Thalassia yang ditemukan hidup di salinitas
3,5 60 namun dengan waktu toleransi
yang singkat. Salinitas juga dapat
berpengaruh
terhadap
biomassa,
produktivitas, kerapatan, lebar daun, dan
kecepatan pulih lamun. Walaupun jenis
lamun memiliki toleransi terhadap salinitas
yang berbeda-beda, namun sebagian besar
memiliki kisaran yang lebar terhadap
salinitas yaitu antara 10 40. Nilai
optimum toleransi terhadap salinitas di air
laut adalah 35 (Pratomo, 2006).
3. Substrat
Lamun dapat ditemukan pada berbagai
karakteristik substrat. Indonesia padang
lamun dikelompokkan kedalam 6 kategori
berdasarkan karakteristik tipe substratnya,
yaitu lamun yang hidup di substrat lumpur,
lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing
karang,dan batu karang (Kiswara, 1999).
Pada penelitian lamun di Pantai
Bama ditemukan 7 spesies lamun yang
terdiri
dari
Cymodocea
serrulata,
Cymodocea
rotundata,
Thalassia
hemprichii,
Enhalus
acoroides,
Syiringodium isoetifolium, Halophila ovalis,
Halodule pinifolia.
Enhalus
acoroides
merupakan
spesies lamun yang menyumbang sebagian
besar biomassa total tumbuhan pada
ekosistem lamun di perairan dangkal.
Enhalus acoroides sebagai salah satu
komponen keanekaragaman hayati daerah
padang lamun, yang berkaitan erat dengan
produktivitas biomassa serta produktivitas
primer yang akan mempengaruhi jumlah,
sebaran dan biomassa lamun tersebut
(Brouns,1986). Daun
berdiri
tegak,
panjang dan seperti pita, memiliki 2 - 5
3

helai yang menyerupai pita dengan


panjang berkisar 12 30,2 cm sedangkan
lebar kisaran 1,3 1,5 cm. Pada rimpang
terdapat akar- akar yang banyak, dan
terdapat pada daerah pantai yang terlindung
dan di estuaria dan hanya terdapat di daerah
tropis (Endarwati, H.2010).
Thalassia hemprichii memiliki nama
lokal galamu, daunnya berbentuk lurus
sampai melengkung seperti pita, tepian
daun tidak menonjol atau rata dan ujung
daun agak tumpul, panjang 5 - 10 cm. Lebar
daun 1 cm, memiliki rimpang yang keras
tanpa rambut-rambut kaku, biasa tumbuh
dengan jenis lain dan dapat tumbuh hingga
kedalaman 25 meter (Bengen,2001) sering
dijumpai pada substrat
atau puing dari
karang mati (Romimohtarto,2001).
Halophila ovalis memiliki morfologi
daun berbentuk oval dengan tangkai
daun, panjang 1 - 4 cm, dan garis-garis
tulang daun jelas terlihat sebanyak 10
25 pasang, tumbuhan yang berdaun kecil
terdapat pada habitat yang bersubstrat keras
dan pasir disepanjang batas pasang surut air
laut, sedangkan tumbuhan yang berdaun
lebar terdapat pada habitat dengan substrat
yang selalu tergenang. Jenis ini merupakan
jenis dengan kemampuan toleransi suhu
yang tinggi, jenis ini terdapat melimpah baik
di daerah tropis maupun subtropis dan
tumbuh sampai kedalaman 25 meter dan
dominan di daerah intertidal (Endarwati,
H.2010).
Cymodocea rotundata merupakan
jenis spesies lamun yang memiliki ujung
daun halus dan licin, pertulangan daun 9
15. Daun melengkung dan tidak
mengecil ke arah bagian ujungnya.
Panjang daun 5 7 cm, lebar 1,5 - 3 cm,

dan terdapat di daerah intertidal, umumnya


banyak dijumpai di daerah intertidal didekat
dengan hutan mangrove (Bengen,2001).
Syiringodium
iseotifolium
merupakan spesies lamun yang memiliki
daun pipih, bulat seperti lidi dengan
ujung meruncing. Tumbuhan kecil atau
berukuran
pendek,
daun
berbentuk
silindris dan agak panjang berkisar 7 12
cm, memiliki akar tiap nodus majemuk dan
bercabang, daun berbentuk silindris dan
panjang, rimpangan yang tidak berbukubuku, dan tiap tangkai daun terdiri dari 2 - 3
helaian daun. Selain itu juga mempunyai
tangkai daun berbuku-buku (Romimohtarto
dan Juwana, 2001).
Cymodocea serrulata mempunyai
morfologi berbentuk lingkaran dan berserat,
ujung daunnya bergerigi dengan lebar 5 - 9
mm, kelopak daun umumnya triangular
dengan dasar yang sempit, memiliki ruas
atau bekas duduk daun yang terbuka
sehingga
tidak
membentuk
cincin
berkelanjutan yang mengeliling batang, serta
ditemukan pada subtidal yang dangkal
dengan batu karang yang rata.
Halodule pinifolia memiliki daun
lurus dan tipis, ujung daun robek menjadi
dua pada ujungnya, tulang daun tidak lebih
dari tiga, dan biasanya pada bagian tengah
dari tulang-tulang robek. Serta pada ujung
daunnya terdapat 3 titik yang jelas dan
merupakan
spesies
terkecil
dari
genus Halodule (Philips
,1988).
Dan
merupakan spesies lamun yang merupakan
jenis pionir, umum dijumpai pada substrat
berlumpur dan dominan didaerah intertidal
dan mampu tumbuh sampai kedalaman 25
meter (Bengen,2001).

Tabel.1 Variabel Lingkungan

Keterangan :
D
: Kerapatan jenis (tegakan/m2)
Ni
: Jumlah tegakan jenis I (tegakan)
A
: Luas daerah yang disampling (m2)
(Ghossari,2012).

Pada tabel variabel lingkungan diatas


dapat menunjukkan suhu dan salinitas pada
setiap transek. Pada transek 1 sampai transek 8
menunjukkan kisaran suhu 31C - 35C ,
sedangkan kisaran suhu optimal bagi spesies

lamun untuk fotosintesis membutuhkan suhu


optimum antara 25C - 35C dan pada saat
cahaya penuh (Nybakken, 1992). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kisaran suhu pada
transek 1 sampai transek 8 menunjukkan
suhu yang optimum untuk fotosintesis
lamun, . Sedangkan salinitas pada transek 1
memiliki salinitas 30 dan pada transek 2
sampai 8 memiliki salinitas 34 dan 35,
dan kisaran salinitas optimum pada spesies
lamun yaitu 10 40 (Pratomo, 2006).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kisaran
salinitas pada transek 1 sampai transek 8
menunjukkan salinitas optimum untuk
lamun.
3.2 Kerapatan Lamun di Pantai Bama
Kerapatan jenis lamun yaitu jumlah
total individu suatu jenis lamun dalam unit
area yang diukur (English ,et al. 1997).
Kerapatan dihitung dengan menggunakan
persamaan umum sebagai berikut :

Gambar 1. Grafik Kerapatan Lamun

Dilihat dari grafik kerapatan lamun


di Pantai Bama (Gambar 1) menunjukkan
pada transek 1 terdapat tiga jenis spesies
lamun yang ditemukan yaitu Thalassia
hemprichii, Enhalus
acoroides, dan
Syiringodium isoetifolium. Jenis spesies
lamun yang kerapatannya paling tinggi yaitu
yaitu Syiringodium isoetifolium (400 m2).
Pada transek 2 terdapat dua jenis spesies
lamun yang ditemukan yaitu Halodule
pinifolia, Thalassia hemprichii, Halophila
ovalis, dan Cymodocea serrulata. Jenis
spesies lamun yang kerapatannya paling
tinggi
yaitu
Cymodocea
serrulata
2
(331,6667/m ). Pada transek 3 terdapat lima
jenis spesies lamun yang ditemukan yaitu
Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii,
Enhalus
acoroides,
Syiringodium
isoetifolium dan Halodule pinifolia. Jenis
5

spesies lamun yang kerapatannya paling


tinggi yaitu
yaitu Enhalus acoroides
2
(554,1667/ m ). Pada transek 4 terdapat lima
jenis spesies lamun yang ditemukan yaitu
Cymodocea
serrulata,
Cymodocea
rotundata, Enhalus acoroides, Syiringodium
isoetifolium dan Halopila ovalis. Jenis
spesies lamun yang kerapatannya paling
tinggi yaitu yaitu Syiringodium isoetifolium
(277,25/ m2). Pada transek 5 terdapat tiga
jenis spesies lamun yang ditemukan yaitu
Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides
Syiringodium isoetifolium. Jenis spesies
lamun yang kerapatannya paling tinggi yaitu
yaitu Enhalus acoroides (261/ m2). Pada
transek 6 terdapat enam jenis spesies lamun
yang ditemukan yaitu Cymodocea serrulata,
Cyomodocea
rotundata,
Thalassia
hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila
ovalis, Halodule pinifolia. Jenis spesies
lamun yang kerapatannya paling tinggi yaitu
yaitu Cymodocea serrulata (729,1667/ m2).
Pada transek 7 terdapat empat jenis spesies
lamun yang ditemukan yaitu Cymodocea
serrulata,
Thalassia
hemprichii,
Syiringodium
isoetifolium,
Enhalus
acoroides, dan Halodule pinifolia. Jenis
spesies lamun yang kerapatannya paling
tinggi yaitu yaitu Syiringodium isoetifolium
(437,5/ m2). Pada transek 8 terdapat lima
jenis spesies lamun yang ditemukan yaitu
Cymodocea
rotundata,
Thalassia
hemprichii,
Syiringodium
isoetifolium,
Enhalus acoroides, dan Halophila ovalis.
Jenis spesies lamun yang kerapatannya
paling tinggi yaitu
yaitu Thalassia
2
hemprichii (295,5/ m ).
Sehingga kerapatan lamun tertinggi
di Pantai Bama yaitu pada jenis spesies

Cymodocea serrulata (94,189 /m2), karena


jenis spesies lamun tersebut tumbuh pada
perairan yang relatif dangkal, dan tinggi
kerapatannya tinggi disebabkan karena
substrat yang cocok untuk habitatnya yaitu
pada subtidal dangkal (Sakaruddin,2011).
Dan pada penelitian ini kisaran substrat
penelitian terletak pada tepi Pantai Bama
yang relatif dangkal dan substratnya
berpasir. Sedangkan untuk nilai kerapatan
yang rendah yaitu spesies Enhalus
acoroides, diduga karena adanya faktor yang
mempengaruhi yaitu tingginya nilai padatan
tersuspensi yang masuk ke perairan yang
mempengaruhi penetrasi cahaya, sehingga
cahaya matahari tidak dapat masuk
(Sakaruddin, 2011). Hal ini sesuai dengan
habitat Enhalus acoroides yang ditemukan
di substrat lumpur sehingga memiliki nilai
padatan teruspensi yang cukup tinggi.
3.3 Penutupan Lamun di Pantai Bama
Penutupan lamun menyatakan luasan
area yang tertutupi oleh tumbuhan lamun
(English et al, 1997). Perhitungan penutupan
jenis lamun pada tiap petak digunakan
rumus :

Keterangan :
C
: Prosentase penutupan jenis lamun i
Mi
: Prosentase titik tengah dari kelas
kehadiran jenis lamun i
fi
: Banyaknya subpetak dengan kelas
kehadiran jenis lamun i sama.
(Poedji Rahajoe,2013).

Gambar 2. Grafik Penutupan Lamun

Dilihat dari grafik penutupan lamun


di Pantai Bama (Gambar 2) menunjukkan
pada transek 1 terdapat tiga jenis spesies
lamun yang ditemukan yaitu Thalassia
hemprichii,
Enhalus
acoroides,
Syiringodium isoetifolium. Jenis spesies
lamun yang penutupannya paling rapat yaitu
Syiringodium isoetifolium ( 26,939 tegakan
/m2 ). Pada transek 2 terdapat empat jenis
spesies lamun yang ditemukan yaitu
Cymodocea
rotundata,
Thalassia
hemprichii, Halophila ovalis, Halodule
pinifolia. Jenis spesies lamun yang
penutupannya paling rapat yaitu Halodule
pinifolia ( 41,252 tegakan /m2 ). Pada
transek 3 terdapat enam spesies jenis lamun
yang ditemukan yaitu Cymodocea serrulata,
Cymodocea
rotundata,
Thalassia
hemprichii,
Enhalus
acoroides,
Syiringodium
isoetifolium,
Halodule
pinifolia. Jenis spesies lamun yang
penutupannya paling rapat yaitu Cymodocea
serrulata (94,189 tegakan/m2). Pada transek
4 terdapat lima spesies jenis lamun yang
ditemukan yaitu Cymodocea serrulata,
Cymodocea
rotundata,
Thalassia
hemprichii, Halophila ovalis, Halodule
pinifolia. Jenis spesies lamun yang

penutupannya paling rapat yaitu Cymodocea


rotundata (17,4981 tegakan/m2). Pada
transek 5 terdapat empat spesies jenis lamun
yang ditemukan yaitu Cymodocea serrulata,
Enhalus
acoroides,
Syiringodium
isoetifolium. Jenis spesies lamun yang
penutupannya paling rapat yaitu Cymodocea
rotundata (17,4981 tegakan/m2). Pada
transek 6 terdapat enam spesies jenis lamun
yang ditemukan yaitu Cymodocea serrulata,
Cymodocea
rotundata,
Thalassia
hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila
ovalis, Halodule pinifolia. Jenis spesies
lamun yang penutupannya paling rapat yaitu
Halodule pinifolia ( 75 tegakan/m2). Pada
transek 7 terdapat tiga spesies jenis lamun
yang
ditemukan
yaitu
Cymodocea
rotundata, Thalassia hemprichii, Halodule
pinifolia. Jenis spesies lamun yang
penutupannya paling rapat yaitu Cymodocea
rotundata
( 46,126 tegakan/m2). Pada
transek 8 terdapat lima spesies jenis lamun
yang
ditemukan
yaitu
Cymodocea
rotundata, Thalassia hemprichii, Enhalus
acoroides,
Syiringodium
isoetifolium,
Halophila ovalis. Jenis spesies lamun yang
penutupannya paling rapat yaitu Enhalus
acoroides ( 30,002 tegakan/m2).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
jenis spesies lamun yang memiliki nilai
penutupan yang tinggi yaitu Cymodocea
serrulata sebesar 94,189 tegakan/m2dan
nilai penutupan yang rendah yaitu Halophila
ovalis sebesar 0,2504 tegakan/ m2. Pada
penelitian ini memiliki penutupan yang
tinggi pada spesies Cymodocea serrulata
karena memiliki habitat pada daerah subtidal
yang dangkal dan batu karang yang rata,
karena perlakuan sampling dilakukan di tepi

pantai sampai daerah transisi lamun karang


Pantai Bama.

Zonasi Padang Lamun pada Pantai


Bama
Komunitas lamun yang berasosiasi di
perairan Pantai Bama sangat bervariasi
jenisnya pada setiap stasiun transek. Dari
penelitian yang dilakukan pada 8 stasiun
transek ditemukan 7 spesies, yaitu Enhalus
acoroides,
Thalassia
hemprichii,

Cymodocea
serrulata,
Cymodocea
rotundata,
Syringodium isoetifolium,
Halophila ovalis, dan Halodule pinifolia.

3.4

Tabel 2. Spesies Lamun pada Tiap Meter

Sebaran lamun pada lokasi penelitian


menunjukkan adanya korelasi antara
karakteristik habitat dengan spesies lamun
yang ada sehingga membentuk zonasi yang
didominasi spesies tertentu. Spesies yang
banyak ditemukan pada stasiun transek
adalah
Cymodocea
rotundata
yang
ditemukan pada meter ke 0, 20, 40, 60, 80
dan 100. Namun hanya ditemukan pada
stasiun transek 3, 4, 5, 6, 7 dan 8.
Cymodocea rotundata ujung daunnya bulat,
datar dengan lebar 2-4 mm, dan halus,
memiliki ruas atau bekas duduk daun yang
tertutup, sehingga membentuk cincin
berkelanjutan yang mengeliling batang, serta
ditemukan pada batu karang yang dangkal
(Bengen, 2001). Cymodocea rotundata
8

banyak ditemukan pada batu karang yang


dangkal (Bengen, 2001), hal tersebut juga
terlihat karena spesies ini jarang ditemukan
pada meter ke 0, 20 dan 100.
Kerapatan dan penutupan tertinggi
pada Padang Lamun di Pantai Bama adalah
Cymodocea serrulata. Spesies ini sering
ditemukan pada daerah subtidal yang
dangkal dengan batu karang yang rata
(Bengen, 2001). Hal ini terlihat dari data
bahwa spesies Cymodocea serrulata
ditemukan melimpah pada meter ke 0, 20
dan 40 serta sedikit ditemukan pada meter
ke 60, 80 dan 100. Menurut Bengen (2001)
habitat spesies Cymodocea rotundata dan
Cymodocea serrulata terdapat di daerah
intertidal, umumnya dijumpai di daerah
intertidal didekat hutan mangrove dengan
substrat pasir berlumpur.
Syringodium isoetifolium umum di
jumpai didaaerah subtidal dangkal dan
berlumpur menurut Bengen (2001). Hal
tersebut terlihat spesies ini ditemukan
melimpah pada meter ke 0 dan sedikit
ditemukan pada meter ke 40 dan 100. Untuk
spesies Halophila ovalis dan Halodule
pinifolia sangat jarang ditemukan dan
termasuk spesies yang tidak mendominasi.
Kedua spesies tersebut ditemukan pada
meter ke 20, 40 dan 60 yang sangat rendah
penuupan maupun kerapatannya. Kedua
spesies ini memiliki beberapa persamaan,
yaitu pertumbuhannya cepat, dan merupakan
jenis pionir. Umum dijumpai pada substrat
berlumpur, dapat merupakan jenis yang
dominan di daerah intertidal dan mampu
tumbuh sampai kedalaman 25 meter
(Bengen, 2001).
Menurut
Romimohtarto
(2001)
Thalassia hemprichii adalah jenis yang

dominan yang terdapat pada rataan terumbu


karang baik yang berdasar pasir atau puing
dari karang mati. Pada habitat ini jenis
tersebut dapat membentuk padang lamun
yang luas dengan sedikit spesies lain yang
terdiri dari Halophila ovalis, Cymodoea
serrulata. Tumbuhan ini terdapat pula pada
dasar lumpur yang berpasir dan lumpur
lembek. Dilokasi tersebut Thalassia
hemprichii tidak berperan sebagai jenis
utama tetapi bersama-sama denghan
Enhalus acoroides (Bengen, 2001). Pada
data yang digambarkan pada (Tabel 2)
Thalassia hemprichii banyak ditemukan
pada meter ke 80 dan 100, spesies ini juga
ditemukan pada meter ke -40 dan 60, namun
kerapatannya sangat rendah. Sedangkan
Enhalus acoroides sangat mendominasi
pada meter ke 80 dan 100 bersama dengan
Thalassia hemprichii. Hal ini karena kedua
spesies ini memiliki tipe habitat pada
substrat berpasir atau daerah puing karang
yang mati dengan kedalaman 25 meter ()
yang menunjukkan bahwa pada meter ke 80
dan 100 mulai mendekati zona transisi
Karang dan Lamun.
Dari analisis data yang dilakukan,
Padang Lamun terlihat ada 2 zonasi yang
didominasi spesies berbeda. Pada zonasi
dangkal dekat dengan pantai spesies yang
mendominasi adalah Cymodocea rotundata
dan Cymodocea serrulata serta banyak
ditemukan spesies lain seperti Syringodium
isoetifolium, Halophila ovalis dan Halodule
pinifolia. Sedangkan pada zona transisi
lamun dan karang banyak ditemukan spesies
Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides
yang saling berasosiasi. Perbedaan zonasi
Cymodocea dan Enhalus acoroides ini
dipengaruhi oleh substrat dan kedalaman.
9

Pada habitat spesies Enhalus acoroides dan


Thalassia hemprichii adalah substrat
berpasir sedangkan spesies lainnya adalah
lumpur berpasir.

acoroides, dan spesies lamun Enhalus


acoroides banyak ditemukan pada meter 80
100 meter.
DAFTAR PUSTAKA

4. KESIMPULAN
Pada
penelitian
ini
dapat
disimpulkan bahwa nilai kerapatan tertinggi
yaitu pada spesies Cymodocea serrulata
(94,189 /m2), karena jenis spesies lamun
tersebut tumbuh pada perairan yang relatif
dangkal, dan tinggi kerapatannya tinggi
disebabkan karena substrat yang cocok
untuk habitatnya yaitu pada subtidal
dangkal. Dan nilai penutupan tertinggi yaitu
pada spesies Cymodocea serrulata sebesar
94,189 tegakan/m2 karena memiliki habitat
pada daerah subtidal yang dangkal dan batu
karang yang rata, karena perlakuan sampling
dilakukan di tepi pantai sampai daerah
transisi lamun karang Pantai Bama. Faktor
faktor yang mempengaruhi lingkungan yang
berpengaruh terhadap distribusi dan
kestabilan ekosistem padang lamun yaitu
suhu optimum antara 25C - 35C dan pada
saat cahaya penuh, salinitas yaitu antara 10
40 dan nilai optimum toleransi terhadap
salinitas di air laut adalah 35, dan untuk
substrat terdapat 6 kategori berdasarkan
karakteristik tipe substratnya, yaitu lamun
yang hidup di substrat lumpur, lumpur
pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang,
dan batu karang. Dan pada zonasi dangkal
pada meter ke 0, 20,40 dan 60 meter
ditemukan 6 spesies lamun yaitu
Cymodocea
serrulata,
Cymodocea
rotundata,
Thalassia
hemprichii,
Syiringodium isoetifolium, Halophila ovalis,
Halodule pinifolia, dan sedikit Enhalus

Bapeprov Jatim. 2010. Taman Nsional


Baluran. http : // www. bappeda.
jatimprov. go. id. Diakses oada
tanggal 01 April 2014.
Bengen,D.G. 2001. Pedoman Teknis
Pengenalan
dan
Pengelolaan
Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian
Sumber Daya Pesisir dan Lautan
IPB. Bogor
Brouns, J. J. W m. , and Heijs, F m L.1986.
Production And Biomass of The
Seagrass Enhalus Acoroides (L.F.)
Royle and Its Epiphytes. Aquatic
Botany. (25): 21-45
Endarwati, H. 2010. Modul 2, Botani Laut.
English, et al.1997. Survey Manual for
Tropical Marine Resources, 2nd
Edition.
Townsville: Australian
Institute of Marine science
Ghossari dan Haris. 2012. Studi Kerapatan
dan Penutupan Jenis Lamun di
Kepulauan Spermonde. Jurnal Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanudin Makassar, Vol.22 pp.156162
Kiswara, W. 1992. Vegetasi Lamun
(Seagrass) di Rataan Terumbu Pulau
Pari, Pulau-pulau Seribu, Jakarta.
Oseanologi di Indonesia. No. 25 : 3149.
Kiswara, W. 1997. Inventarisasi dan
Evaluasi Potensi Laut-Pesisir II
Geologi, Kimia, Biologi, dan
Ekologi. Pusat Penelitian dan
10

Pengembangan Oseanologi Lembaga


Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Kiswara. 1999. Sebaran Lamun di Teluk
Kuta dan Teluk Grupuk, Lombok.
PUSLITBANG Oseanologi LIPI.
Jakarta, Hal.11-25
Nybakken. 1992. Biologi Laut , Suatu
Pendekatan Biologis. PT Gramedia.
Jakarta
Phillips, R. C. And Menez, E. G. 1988.
Seagrass. Smithsonian Contributions
to the Marine Sciences, No. 34.
Smithsonian
Institute
Press,
Washington, D. C.
Poedji Rahajoe, et al. 2013. Tutupan Lamun
dan Kondisi Ekosistemnya di
Kawasan
Pesisir
Madasanger,
Jelenga dan Maluk, Kabupaten
Sumbawa Barat. Jurnal Ilmu dan
Teknologi
Kelautan
Tropis.
Universitas Gadjah Mada Jogjakarta
,Vol.2, No.1 ,pp.36 - 46
Pratomo, dan Yandri. 2006. Komunitas
Lamun Di Perairan Pulau Likooi.
Departement of Marine Science.
Romimohtarto, K,Juana S. 2001. Biologi
laut. Djambatan, Jakarta
Romimohtarto, K. Juwana, S. 2001. Biologi
Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut.Jakarta: Djambatan, 2001.
Romimohtarto,K. dan S. Juwana. 2001.
Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan
tentang Biota Laut. Puslitbang
Oseanologi LlPI : Jakarta.
Sakaruddin, M.Ismail. 2011. Komposisi
Jenis
.
Kerapatan,
Persen
Penutupan, dan Luas Penutupan
Lamun, di Perairan Pulau Panjang
Tahun 1990-2010. Departemen Ilmu
dan Teknologi Kelautan, IPB. Bogor

Short, I.T., 1987. Effect Of Sediment


Nutrient
Seagrassses.
Literature
Review And Mesocosm Experiment.
Marine Botani 27 : 4 57.
Wimbaningrum, R. 2003. Komunitas Lamun
Rataan Terumbu Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran, Jawa Timur. Jurnal
Ilmu Dasar. Vol. 4 No. 1 : 25-32.

11

12

Anda mungkin juga menyukai