Anda di halaman 1dari 13

STEP 7

1. Fisiologi dari persalinan yg normal?

Tanda Persalinan
2.4.1. Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki bulannya
atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini
memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru masuk
pintu atas panggul menjelang persalinan.
b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.
c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus
(false labor pains).
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah
(bloody show).
Tanda in-partu
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
c. Dapat disertai ketuban pecah dini.
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks.25
2.5. Tahap Persalinan
Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :
2.5.1. Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :
a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat
dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap
jam dan multigravida 2 cm tiap jam.
2.5.2. Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin
didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada
multipara.
2.5.3. Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15
menit setelah bayi lahir.27

2.5.4. Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan),
kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.2
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
Kala I
Kala I adalah stadium pendataran dan dilatasi serviks. Ditandai dengan
keluarnya lender bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika
serviks mendatar dan membuka
1. Fase laten : pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai
pembukaan tiga cm berlangsung dalam tujuh s.d. delapan jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama enam jam
Periode akselerasi : berlangsung dua jam, pembukaan menjadi
empat cm
Periode dilatasi maksimal (steady) : dua jam, pembukaan menjadi
sembilan cm
Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam dua jam
pembukaan menjadi sepuluh cm.
Pendataran serviks adalah pemendekan saluran seviks dari panjangnya
sekitar dua cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir
setipis kertas. Serabut-serabut otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas,
atau dipendekkan menuju segmen bawah uterus, sementara kondisi os
eksternum tetap tidak berubah. Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan
pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantung amnion akan melebarkan
saluran serviks seperti sebuah baji, itu adalah dilatasi serviks. Pada primi
serviks mendatar dulu baru dilatasi, sedangkan pada multi mendatar dan
dilatasi dapat terjadi bersamaan.
c.Kala II
Kala II persalinan adalah stadium ekspulsi janin. Pada kala pengeluaran
janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira dua s.d. tiga menit
sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air
besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, perineum meregang. Dengan his mengedan yang
terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primipara satu setengah s.d. dua jam, pada multipara setengah s.d. satu jam.
d. Kala III
Kala III pesalinan adalah stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta.
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta. Beberapa saat
kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dan kemudian seluruh
plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau
dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung lima s.d. tiga puluh menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira seratus s.d
dua ratus cc. (Williams, 2005)
Tapi ada beberapa buku yang memasukan kala IV sebagai bagian dari kala persalinan

normal.
e.Kala IV
Adalah kala pengawasan selama dua jam setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum dan
untuk menjalin kasih-sayang antara orang tua dan bayi nya (inisiasi menyusui
dini).
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311166ANEH/BAB%20II.pdf
2. Faktor yang mempengaruhi persalinan?

persalinan normal ditentukan oleh 5 faktor utama, yaitu:


1) Tenaga atau Kekuatan (power) : his (kontraksi uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi
diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum rotundum, efektivitas kekuatan mendorong
dan lama persalinan.
2) Janin (passanger) : letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak plasenta.
3) Jalan Lahir (passage) : ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks untuk membuka,
kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang.
4) Kejiwaan (psyche) : persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan orang
terdekat dan intregitas emosional.
5) Penolong : kesiapan alat dan tenaga medis yang akan membantu jalannya persalinan.
http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB%20II%20pdf_0.pdf
3. Jelaskan ttg linea innominata dan interpretasi dari teraba <1/3 lingkaran?
Line innominata = linea terminalis. Mbntuk PAP. Ada promontorium , suatu penonjolan dri
tepi atas corpus VS1. Dilateralnya mulai ada linea terminalis dari ala os. sacri lanjut ke art.
Sacroiliaca, linea arcuata smp eminentia iliopubica, linea pectinea, crista pubica linea
inominata.
Promontorium tidak teraba uk panggul normal bayinya yang besar.
4. Kapan dikatakan HIS itu normal? dan interpretasi dari pemeriksaan obstetri semuanya!
5. Mkasud dari partograf didapatkan dilatasi serviks berada di sebelah kanan garis waspada?
Jelaskan ttg partograf!

Partograf adalah catatan grafik mengenai kemajuan persalinan untuk memantau keadaan
ibu dan janin, untuk menentukan adanya persalinan abnormal yang menjadi petunjuk untuk
tindakan bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul (CPD) jauh sebelum
persalinan menjadi macet.
Cara pengisian partograf APN
Menurut WHO (2000) dan Depkes (2004) cara pengisian partograf modifikasi WHO atau yang dikenal
11

dengan partograf APN meliputi :


Informasi tentang ibu
A. Identitas pasien. Bidan mencatat nama pasien, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, nomor
register pasien, tanggal dan waktu kedatangan dalam "jam" mulai dirawat, waktu pecahnya selaput
ketuban. Selain itu juga mencatat waktu terjadinya pecah ketuban, pada bagian atas partograf
14

secara teliti.

B. Kesehatan dan kenyamanan janin


Bidan mencatat pada kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan:
(1) Hasil pemeriksaan DJJ setiap 30 menit atau lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin. Setiap
kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. DJJ
dicatat dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus;

(2) Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam,
dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak
yang sesuai di bawah lajur DJJ, menggunakan lambang-lambang seperti berikut: (a) U jika ketuban
utuh atau belum pecah; (b) J jika ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih; (c) M jika ketuban
sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium; (d) D jika ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah; (e) K jika ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban atau "kering";
(3) Molase atau penyusupan tulang-tulang kepala janin, menggunakan lambang-lambang berikut ini:
(a) 0 jika tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi; (b) 1 jika tulangtulang kepala janin hanya saling bersentuhan; (c) 2 jika tulang-tulang kepala janin saling tumpang
tindih, tapi masih dapat dipisahkan; (d) 3 jika tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan. Hasil pemeriksaan dicatat pada kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.

14

C. Kemajuan persalinan
kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka
0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Setiap
angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang
lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5
menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin. Masing-masing kotak di bagian ini
menyatakan waktu 30 menit. Kemajuan persalinan meliputi:
(1) Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap 4 jam
atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit. Saat ibu berada dalam fase aktif
persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan dengan simbol "X".
Simbol ini harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks
di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh atau
tidak terputus;
(2) Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit. Kata-kata
"turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka
pembukaan serviks. Berikan tanda "--" pada garis waktu yang sesuai. Hubungkan tanda " " dari
setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
(3) Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm. dan
berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap, diharapkan terjadi laju pembukaan 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.

14

D. Pencatatan jam dan waktu, meliputi:


(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah pembukaan serviks dan penurunan,
tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak
dimulainya fase aktif persalinan;
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan, dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif,
tertera kctak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur
kotak di atasnya ataii lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catat
pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catat waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu
yang sesuai. Bidan mencatat kontraksi uterus pada bawah lajur waktu yaitu ada lima lajur kotak
dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan
satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi daiam 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit

menggunakan simbol:a). bila kontraksi lamanya kurang dari 20 menit; b) bila kontraksi lamanya 20
menit sampai dengan 40 menit; c) bila kontraksi lamanya lebih dari 40 menit.

14,19

E. Mencatat obat-obatan dan cairan intravena (IV)


yang diberikan dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktu. Untuk setiap pemberian
oksitosin drip, bidan harus mendokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitoksin yang
diberikan per volume cairan (IV) dan dalam satuan tetesan per menit (atas kolaborasi
dokter), catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV.

14

F. Kesehatan dan kenyamanan ibu ditulis dibagian terakhir pada lembar depan partograf
berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu, meliputi:
(1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, angka di sebelah kiri bagian partograf berkaitan
dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan atau lebih sering jika dicurigai adanya penyulit menggunakan simbol titik (). Pencatatan
tekanan darah ibu dilakukan setiap 4 jam selama fase aktif persalinan atau lebih sering jika dianggap
akan adanya penyulit menggunakan simbol pencatatan temperatur tubuh ibu setiap 2 jam atau lebih
sering jika suhu tubuh meningkat ataupun dianggap adanya infeksi dalam kotak yang sesuai.
(2) Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam
atau setiap kali ibu berkemih spontan atau dengan kateter. Jika memungkinkan setiap kali ibu
berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.

20

G. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya


Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf,
atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu
saat membuat catatan persalinan. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup: 1)
jumlah cairan per oral yang diberikan; 2) keluhan sakit kepala atau pengelihatan kabur; 3)
konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (spesialis obgin, ataupun dokter umurn); 4)
persiapan sebelum melakukan rujukan; 5) upaya rujukan. Formulir partograf yang digunakan
di Puskesmas PONED kota Medan adalah partograf WHO yang dimodifikasi (APN).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28084/4/Chapter%20II.pdf
6. Hubungan paritas dgn usia ibu pada kasus ini?

a.1. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun
karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan.
Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan
perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima
kehamilannya. Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi
karena proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi.
Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti
sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu

yang akan memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga berisiko mengalami


komplikasi pada ibu dan janin).
Sesuai dengan hasil penelitian di Makassar yang dilakukan oleh Idriyani tahun 2006 dengan
menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami partus tak
maju kemungkinan 1,8 kali lebih besar berumur < 20 tahun dan > 35 tahun dibandingkan umur
20-35 tahun.41
a.2. Paritas
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 0 dan
paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas
lebih tinggi kematian maternal.27
Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan mengalami gangguan kesehatan,
kekendoran pada dinding perut dan kekendoran dinding rahim sehingga berisiko mengalami
kelainan letak pada janin, persalinan letak lintang, robekan rahim, persalinan macet dan
perdarahan pasca persalinan.1
Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh Olva tahun 2001
dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami
partus tak maju kemungkinan 1,3 kali lebih besar yang paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan paritas
1-3
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
7. Kenapa persalinan berlangsung > 10 jam?

Partus Tak Maju


Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2
jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam

Penyebab Partus Tak Maju


Penyebab partus tak maju yaitu :
a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang penting
ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam
perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.27
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul. Panggul yang
sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan
janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya
kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan
molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.28 Kehamilan pada ibu dengan
tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak
sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan
komplikasi obstetri.31
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan
menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga
terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin
besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat
didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala
belum mencapai ukuran lahir normal.

Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :


i. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis
dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).
ii. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan
kelahiran dengan tindakan operasi).
iii. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran besar
yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini). 10
b. Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir pada
presentasi bokong.
b.1. Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena
ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke
dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.32
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis
luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran
pervaginam, lebih sering pada primigravida.33
b.2. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi
kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul
menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah,
bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina.27
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut
panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu
disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi
panggul.
b.3. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada
punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi
pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya
presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin
menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak
ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34%
presentasi muka terjadi pada primigravida.32
c. Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan janin
lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.
d. Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital,
perineum kaku dan tumor vagina

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
8. Hubungan tinggi badan dan berat badan terhadap partus tidak maju?

Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan


Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi dan terjadinya
deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan
dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan
antara luas panggul dan besar kepala janin.1,10
Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang panggul ibu terlalu sempit sehingga
tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi wanita dengan rongga panggul yang
sempit menurun dengan meningkatnya tinggi badan, persalinan macet yang disebabkan panggul
sempit jarang terjadi pada wanita tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu yang
mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan panggul sempit memiliki tinggi badan <
145 cm sebesar 40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm sebesar 1%.50
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
9. Apa saja penyebab partus tidak maju?

Partus Tak Maju


Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2
jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam

Penyebab Partus Tak Maju


Penyebab partus tak maju yaitu :
a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang penting
ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam
perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.27
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul. Panggul yang
sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan
janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya
kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan
molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.28 Kehamilan pada ibu dengan
tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak
sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan
komplikasi obstetri.31
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan
menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga
terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin
besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat
didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala
belum mencapai ukuran lahir normal.
Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :
i. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis
dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).
ii. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan
kelahiran dengan tindakan operasi).

iii. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran besar
yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).10
b. Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir pada
presentasi bokong.
b.1. Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena
ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke
dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.32
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis
luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran
pervaginam, lebih sering pada primigravida.33
b.2. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi
kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul
menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah,
bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina.27
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut
panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu
disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi
panggul.
b.3. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada
punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi
pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya
presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin
menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak
ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34%
presentasi muka terjadi pada primigravida.32
c. Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan janin
lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.
d. Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital,
perineum kaku dan tumor vagina
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
10. Hubungan berat janin terhadap partus tak maju?
Klo 4000-5000 gram klo panggulnya besar itu tak apa2. Tpi klo panggulnya kecil bru bisa
nyebabin partus tak maju.

Bayi uk N, berat N, tinggi nya N. Mungkin bisa ada kelainan di janin tu sprti hydrocephalus.
11. Apa saja resiko yang terjadi pada ibu dan anak jika partus tidak maju (komplikasi)?

Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju


a. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh janin
ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.27 Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh
tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban
pecah dini lebih mudah terjadi.
b. Pembukaan serviks yang abnormal
Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin tidak dapat
turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu
persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika
kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua
yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan
dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks berdilatasi
secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan
kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah
panggul).10
c. Bahaya ruptur uterus
Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan obstetrik
yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur
uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar
50%.23
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen
bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang
sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat
terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah
atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.
Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama jika uterus
melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan
hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.
d. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih, serviks,
vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan
yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi
tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan
fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesikoservikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan
vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya
terjadi pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada
usia dini.10
e. Sepsis puerferalis

Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat antara
awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau
abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui
oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan
penurunan ukuran uterus.34
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan partu tak
maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena
pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.10
2.8.3. Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi
a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau pembengkakan
kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen dan molase (tumpang
tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk
kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang
kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.35
b. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan
kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus.
Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan
sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini
dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
12. Apa yang menyebabkan portio edem nya + ?
.
13. Tindakan apa yang seharusnya dilakukan?
14. Mengapa dilakukan pemeriksaan osborn tes dan gimana interpretasinya?
15. DD
Posisi bayi sudah normal,mungkin kelainan letak.
-distosia/partus lama
Partus lama : gabungan dri kala 1 dan 2 yg lebih dari 18 jam.
-inersia uteri yg fase aktif
Protraksi kelahiran lama
arRest macet . ada arrest of dilatation. Pembukaan lama. Tidakada perubaha dri serviks
selama 2 jam.
ada arrest of descenden . penurunan kepala bayi yg macet. Tidak ada penurunan kepala bayi
> 1 jam.
Persalinan lama : ditunggu dulu
Persalinan macet : diberi oksitosin.
Jk partografi disamping garis waspada induksi okksitosin,amniotomi atau rujuk.
Garis bertindak segera akhiri kehamilan /SC
16. kenapa fase aktifnya memanjang?

17. Distosia : -etiologi, dll


18. Partus macet,partus tak maju,partus lama

Anda mungkin juga menyukai