Tanda Persalinan
2.4.1. Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki bulannya
atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini
memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru masuk
pintu atas panggul menjelang persalinan.
b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.
c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus
(false labor pains).
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah
(bloody show).
Tanda in-partu
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
c. Dapat disertai ketuban pecah dini.
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks.25
2.5. Tahap Persalinan
Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :
2.5.1. Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :
a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat
dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap
jam dan multigravida 2 cm tiap jam.
2.5.2. Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin
didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada
multipara.
2.5.3. Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15
menit setelah bayi lahir.27
2.5.4. Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan),
kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.2
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
Kala I
Kala I adalah stadium pendataran dan dilatasi serviks. Ditandai dengan
keluarnya lender bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika
serviks mendatar dan membuka
1. Fase laten : pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai
pembukaan tiga cm berlangsung dalam tujuh s.d. delapan jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama enam jam
Periode akselerasi : berlangsung dua jam, pembukaan menjadi
empat cm
Periode dilatasi maksimal (steady) : dua jam, pembukaan menjadi
sembilan cm
Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam dua jam
pembukaan menjadi sepuluh cm.
Pendataran serviks adalah pemendekan saluran seviks dari panjangnya
sekitar dua cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir
setipis kertas. Serabut-serabut otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas,
atau dipendekkan menuju segmen bawah uterus, sementara kondisi os
eksternum tetap tidak berubah. Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan
pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantung amnion akan melebarkan
saluran serviks seperti sebuah baji, itu adalah dilatasi serviks. Pada primi
serviks mendatar dulu baru dilatasi, sedangkan pada multi mendatar dan
dilatasi dapat terjadi bersamaan.
c.Kala II
Kala II persalinan adalah stadium ekspulsi janin. Pada kala pengeluaran
janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira dua s.d. tiga menit
sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air
besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, perineum meregang. Dengan his mengedan yang
terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primipara satu setengah s.d. dua jam, pada multipara setengah s.d. satu jam.
d. Kala III
Kala III pesalinan adalah stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta.
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta. Beberapa saat
kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dan kemudian seluruh
plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau
dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung lima s.d. tiga puluh menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira seratus s.d
dua ratus cc. (Williams, 2005)
Tapi ada beberapa buku yang memasukan kala IV sebagai bagian dari kala persalinan
normal.
e.Kala IV
Adalah kala pengawasan selama dua jam setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum dan
untuk menjalin kasih-sayang antara orang tua dan bayi nya (inisiasi menyusui
dini).
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311166ANEH/BAB%20II.pdf
2. Faktor yang mempengaruhi persalinan?
Partograf adalah catatan grafik mengenai kemajuan persalinan untuk memantau keadaan
ibu dan janin, untuk menentukan adanya persalinan abnormal yang menjadi petunjuk untuk
tindakan bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul (CPD) jauh sebelum
persalinan menjadi macet.
Cara pengisian partograf APN
Menurut WHO (2000) dan Depkes (2004) cara pengisian partograf modifikasi WHO atau yang dikenal
11
secara teliti.
(2) Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam,
dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak
yang sesuai di bawah lajur DJJ, menggunakan lambang-lambang seperti berikut: (a) U jika ketuban
utuh atau belum pecah; (b) J jika ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih; (c) M jika ketuban
sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium; (d) D jika ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah; (e) K jika ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban atau "kering";
(3) Molase atau penyusupan tulang-tulang kepala janin, menggunakan lambang-lambang berikut ini:
(a) 0 jika tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi; (b) 1 jika tulangtulang kepala janin hanya saling bersentuhan; (c) 2 jika tulang-tulang kepala janin saling tumpang
tindih, tapi masih dapat dipisahkan; (d) 3 jika tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan. Hasil pemeriksaan dicatat pada kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
14
C. Kemajuan persalinan
kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka
0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Setiap
angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang
lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5
menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin. Masing-masing kotak di bagian ini
menyatakan waktu 30 menit. Kemajuan persalinan meliputi:
(1) Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap 4 jam
atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit. Saat ibu berada dalam fase aktif
persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan dengan simbol "X".
Simbol ini harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks
di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh atau
tidak terputus;
(2) Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit. Kata-kata
"turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka
pembukaan serviks. Berikan tanda "--" pada garis waktu yang sesuai. Hubungkan tanda " " dari
setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
(3) Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm. dan
berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap, diharapkan terjadi laju pembukaan 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.
14
menggunakan simbol:a). bila kontraksi lamanya kurang dari 20 menit; b) bila kontraksi lamanya 20
menit sampai dengan 40 menit; c) bila kontraksi lamanya lebih dari 40 menit.
14,19
14
F. Kesehatan dan kenyamanan ibu ditulis dibagian terakhir pada lembar depan partograf
berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu, meliputi:
(1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, angka di sebelah kiri bagian partograf berkaitan
dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan atau lebih sering jika dicurigai adanya penyulit menggunakan simbol titik (). Pencatatan
tekanan darah ibu dilakukan setiap 4 jam selama fase aktif persalinan atau lebih sering jika dianggap
akan adanya penyulit menggunakan simbol pencatatan temperatur tubuh ibu setiap 2 jam atau lebih
sering jika suhu tubuh meningkat ataupun dianggap adanya infeksi dalam kotak yang sesuai.
(2) Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam
atau setiap kali ibu berkemih spontan atau dengan kateter. Jika memungkinkan setiap kali ibu
berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
20
a.1. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun
karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan.
Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan
perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima
kehamilannya. Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi
karena proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi.
Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti
sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
8. Hubungan tinggi badan dan berat badan terhadap partus tidak maju?
iii. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran besar
yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).10
b. Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir pada
presentasi bokong.
b.1. Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena
ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke
dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.32
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis
luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran
pervaginam, lebih sering pada primigravida.33
b.2. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi
kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul
menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah,
bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina.27
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut
panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu
disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi
panggul.
b.3. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada
punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi
pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya
presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin
menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak
ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34%
presentasi muka terjadi pada primigravida.32
c. Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan janin
lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.
d. Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital,
perineum kaku dan tumor vagina
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
10. Hubungan berat janin terhadap partus tak maju?
Klo 4000-5000 gram klo panggulnya besar itu tak apa2. Tpi klo panggulnya kecil bru bisa
nyebabin partus tak maju.
Bayi uk N, berat N, tinggi nya N. Mungkin bisa ada kelainan di janin tu sprti hydrocephalus.
11. Apa saja resiko yang terjadi pada ibu dan anak jika partus tidak maju (komplikasi)?
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat antara
awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau
abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui
oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan
penurunan ukuran uterus.34
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan partu tak
maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena
pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.10
2.8.3. Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi
a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau pembengkakan
kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen dan molase (tumpang
tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk
kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang
kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.35
b. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan
kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus.
Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan
sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini
dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
12. Apa yang menyebabkan portio edem nya + ?
.
13. Tindakan apa yang seharusnya dilakukan?
14. Mengapa dilakukan pemeriksaan osborn tes dan gimana interpretasinya?
15. DD
Posisi bayi sudah normal,mungkin kelainan letak.
-distosia/partus lama
Partus lama : gabungan dri kala 1 dan 2 yg lebih dari 18 jam.
-inersia uteri yg fase aktif
Protraksi kelahiran lama
arRest macet . ada arrest of dilatation. Pembukaan lama. Tidakada perubaha dri serviks
selama 2 jam.
ada arrest of descenden . penurunan kepala bayi yg macet. Tidak ada penurunan kepala bayi
> 1 jam.
Persalinan lama : ditunggu dulu
Persalinan macet : diberi oksitosin.
Jk partografi disamping garis waspada induksi okksitosin,amniotomi atau rujuk.
Garis bertindak segera akhiri kehamilan /SC
16. kenapa fase aktifnya memanjang?