Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
In: Uncategorized
Leave a Comment
Membantu individu menemukan nilai, makna, dan tujuan hidup manusia sendiri.
Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi.
Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan bertanggung
jawab atas arah kehidupan sendiri.
Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan
otentik: (1) menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, (2) memilih bagaimana hidup
pada saat sekarang, dan (3) memikul tanggung jawab untuk memilih.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zanial, 2002. Analisis Eksistensial Untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung:
PT Refika Aditama.
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang:
IKIP Semarang Press.
Gunarsa, Singgih D. 1996. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia.
Palmer, Stephen. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Dalam buku Theories of Personality oleh Jess Feist & Gregory J. Feist (2008:301), Eksistensi
artinya muncul atau menjadi. Eksistensi merujuk kepada proses. Eksistensi diasosiasikan
dengan pertumbuhan dan perubahan.
Dalam buku Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi oleh Gerald Corey (1999), terapi
eksistensial juga bertujuan membantu klien menghadapi kecemasan sehubungan dengan
pemilihan nilai dan kesadaran bahwa dirinya bukan hanya sekedar korban kekuatan
kekuatan deterministik dari luar dirinya. Terapi eksistensial memiliki cirinya sendiri oleh
karena pemahamannya bahwa tugas manusia adalah menciptakan eksistensinya yang
bercirikan integritas dan makna.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari
kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam
terapeutiknya, pendekatan eksistensial humanistic memusatkan perhatian pada asumsi
asumsi filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan eksistensial humanistic menyajikan suatu
landasan filosofis bagi orang orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri
khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi
implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan pertanyaan dasar
yang menyangkut keberadaan manusia. Pada dasarnya terapi eksistensial memiliki tujuan
untuk meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya,
yakni bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya
A.
KONSEP DASAR
Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama
adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih alih suatu system
teknik teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Pendekatan terapi eksistensial
bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi
terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep konsep dan asumsi asumsi
tentang manusia. Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep utama dari
pendekatan eksistensial yaitu :
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang
unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin
kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada
pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative alternatif yakni memutuskan secara
bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
2. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi
atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas
keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas
kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut
menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk
mengaktualkan potensi potensinya.
3. Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan
menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya
manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang
bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan
yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga
berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi potensi manusiawinya
sampai taraf tertentu.
Konsep dasar menurut Akhmad Sudrajat adalah :
Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan
dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap
orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu
manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi
diri
Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas
merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self
expression.
Menurut Akhmad Sudrajat individu yang salah suai tidak dapat mengembangkan
potensinya. Dengan perkataan lain, pengalamannya tertekan.
B.
TUJUAN-TUJUAN TERAPEUTIK
a. Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan
dan potensi potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan
kemampuannya. Keotentikan sebagai urusan utama psikoterapi dan nilai eksistensial
pokok. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
1)
2)
3)
Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensial. Penekanan diletakkan pada
pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih alih pada teknik-teknik yang
mempengaruhi klien. Isi pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang, bukan
masalah klien. Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran yang otentik difokuskan
kepada di sini dan sekarang. Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya
berhubungan langsung (Gerald Corey.1988:61).
Pola hubungan :
1. Hubungan klien adalah hubungan kemanusiaan. Konselor berstatus sebagai partner
klien, setara dengan klien sehingga hubungannnya berada dalam situasi bebas tanpa
tekanan.
2. Klien sebagai subjek bukan obyek yang dianalisis dan didiagnosis.
MODEL PENAMPILAN
Dimensi I :
1. Konselor hendaknya selalu menghargai dan menghormati klien apa adanya.
2. Konselor mampu untuk menjadikan dirinya sebagai alat perubah pribadi klien dengan
jalan membuka pengalaman terhadap konsep diri klien.
3. Menghilangkan kepura puraan, dan bersifat otentik.
Dimensi II :
1. Konselor memegang kunci bahwa pendekatan terapi berpusat pada pribadi yang
difokuskan secara bertanggung jawab.
2. Konselor menekankan pada sikap klien untuk menerima dan memahami dirinya.
F.
TEKNIK MODEL
Teknik yang digunakan mengikuti alih alih mendahului pemahaman. Karena menekankan
pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan dalam
menggunakan metode metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi
tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase
terapi yang dijalani oleh klien yang sama Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan
metode tunggal, di kalangan terapis eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut
tugas tugas dan tanggung jawab terapis. Psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap
hubungan manusia alih alih system teknik. Para ahli psikologi humanistik memiliki
orientasi bersama yang mencakup hal hal berikut (Gerald Corey.1988:58) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menurut Akhmad Sudrajat teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini
yaitu teknik client centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers.
meliputi: (1) acceptance (penerimaan); (2) respect (rasa hormat); (3) understanding
(pemahaman); (4) reassurance (menentramkan hati); (5) encouragementlimited questioning
(pertanyaan terbatas; dan (6) reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan). (memberi
dorongan); (5)
Melalui penggunaan teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat (1) memahami dan
menerima diri dan lingkungannya dengan baik; (2) mengambil keputusan yang tepat; (3)
mengarahkan diri; (4) mewujudkan dirinya.
I.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENDEKATAN EKSISTENSIAL
HUMANISTIK
Menurut Mahasiswa BK kelebihan dan kelemahan pendekatan eksistensial humanistic adalah
:
Kelebihan
1. Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam
perkembangan dan kepercayaan diri.
2. Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
3. Memanusiakan manusia.
Kelemahannya
1. Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
2. Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas.
3. Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan
ditentukan oleh klien sendiri)
4. Memakan waktu lama.
J.
PENERAPAN / APLIKASI
Dalam buku Gerald Corey (1988:63), Pendekatan eksistensial humanistic tidak memiliki
tekik teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur prosedur terapeutik bisa diambil dari
beberapa pendekatan terapi lainnya. Metode-metode yang berasal dari terapi Gestah dan
Analisis Transaksional sering digunakan, dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis
bisa diintegrasikan ke dalam pendekatan eksistensial humanistic.
Pengalaman Klien Dalam Terapi eksistensial, klien mampu mengalami secara subjektif
persepsi persepsi tentang dunianya. Dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia harus
memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan kecemasan
apa yang akan dieksplorasikan. Melalui proses terapi, klien bisa mengeksplorasi alternatifalternatif guna membuat pandangan -pandangannya menjadi riel.
Penerapan : Eksistensial Humanistik tepat sekali diterapkan pada anak remaja yang
dikembangkan dalam lembaga pendidikan dan diperlukan untuk membentuk manusia yang
mampu bertanggung jawab dalam mengambil keputusan.
Tema-tema dan dalil-dalil utama eksistensial : penerapan-penerapan pada praktek terapi
Dalil 1 : Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu
melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan
memilih yang khas manusia. Kesadaran diri membedakan manusia dengan makhluk-makluk
lain. Pada hakikatnya, semakin tinggi kesadaran diri seseorang, maka ia semakin hidup
sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk
mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Peningkatan kesadaran diri yang mencakup
kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, factor-faktor yang membentuk pribadi,
dan atas tujuan tujuan pribadi, adalah tujuan segenap konseling.
Dalil 2 : Kebebasan dan tanggung jawab
Kebebasan adalah kesanggupan untuk meletakkan perkembangan di tangan sendiri dan untuk
memilih di antara alternatif alternatif. Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan,
determinasi diri, keinginan dan putusan pada pusat keberadaan manusia. Tugas terapis adalah
membantu kliennya dalam menemukan cara-cara klien sama sekali menghindari penerimaan
kebebasannya, dan mendorong klien itu untuk belajar menanggung resiko atas keyakinannya
terhadap akibat penggunaan kebebasannya.
Dalil 3 : Keterpusatan dari kebutuhan akan orang lain
Kita masing-masing memiliki kebutuhan yang kuat untuk menemukan suatu diri, yakni
menemukan identitas pribadi kita. Kita membutuhkan hubungan dengan keberadaankeberadaan yang lain. Kita harus memberikan diri kita kepada orang lain dan terlibat dengan
mereka.
Keberanian untuk ada. Usaha menemukan inti dan belajar bagaimana hidup dari dalam
memerlukan keberanian. Kita berjuang untuk menemukan, untuk menciptakan, dan untuk
memelihara inti dari ada kita.
Pengalaman kesendirian. Bahwa kita memikul tanggung jawab atas pilihan-pilihan kita
berikut hasil-hasilnya, bahwa komunikasi total dari individu yang satu dengan individu yang
lainnya tidak pernah bisa dicapai, bahwa kita adalah individu-individu yang terpisah dari
orang lain, dan bahwa kita adalah unik.
Pengalaman keberhubungan. Bahwa kita bergantung pada hubungan dengan orang lain untuk
kemanusiaan kita, dan kita memiliki kebutuhan untuk menjadi orang yang berarti dalam
dunia orang lain, yang mana kehadiran orang lain penting dalam dunia kita, dan kita
memperbolehkan orang lain memiliki arti dalam dunia kita, maka kita mengalami
keberhubungan yang bermakna.
Dalil 4 : Pencarian makna
Terapi eksistensial bisa menyediakan kerangka konseptual untuk membantu klien dalam
usahanya mencari makna hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan
identitas diri.
Masalah penyisihan nilai-nilai lama. Nilai nilai tradisional (dan nilai nilai yang dialihkan
kepada seseorang) tanpa disertai penemuan nilai nilai lain yang sesuai untuk
menggantikannya.
Belajar untuk menemukan maknadalam hidup. Hidup tidak memiliki makna dengan
sendirinya, manusialah yang harus menciptakan dan menemukan makna hidup itu. Tugas
proses terapeutik adalah menghadapi masalah ketidakbermaknaan dan membantu klien dalam
membuat makna dari dunia yang kacau.
Pandangan eksistensial tentang psikopatologi. Adanya konsep psikopatologi yang
menyatakan tentang dosa eksistensial yang timbul dari perasaan tidak lengkap atau dari
kesadaran seseorang bahwa tindakan-tindakan dan pilihan-pilihannya tidak bisa menyatakan
potensi-potensinya secara penuh sebagai pribadi.
Dalil 5 : Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang
patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan.
Kecemasan sebagai sumber pertumbuhan. Kita mengalami kecemasan dengan
meningkatnyakesadaran kita atas kebebasan dan atas konsekuensi-konsekuensi dari
penerimaan ataupun penolakan kebebasan kita itu.
Pelarian dari kecemasan. Suatu fungsi dari penerimaan kita atas kesendirian dan, meskipun
kita bisa menemukan hubungan yang bermakna dengan orang lain, kita pada dasarnya tetap
sendirian.
Implikasi-implikasi konseling bagi kecemasan. Membantu klien untuk menyadari bahwa
belajar menoleransi keberdwiartian dan ketidaktentuan serta belajar bagaimana hidup tanpa
sandaran dapat merupakan fase yang penting dalam perjalanan dari hidup yang bergantung
kepada menjadi pribadiyang lebih otonom.
Dalil 6 : Kesadaran atas kematian dan non ada
Para eksistensialis tidak memandang kematian secara negative, dan mengungkapkan bahwa
hidup memiliki makna karena memiliki keterbatasan waktu. Karena kita bersifat lahiriah,
bagaimanapun, kematian menjadi pendesak bagi kita agar menganggap hidup dengan serius.
Ketakuatan terhadap kamatian membayangi mereka yang takut mengulurkan tangan dan
benar benar merangkul kehidupan.
Dalil 7 : Perjuangan untuk aktualisasi diri
Setiap orang memiliki dorongan bawaan untuk menjadi seorang pribadi, yakni mereka
memiliki kecenderungan kearah pengembangan keunikan dan ketunggalan, penemuan
identitas pribadi, dan perjuangan demi aktualisasi potensi potensinya secara penuh. Jika
seseorang mampu untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya sebagai pribadi, maka ia
akan mengalami kepuasan yang paling dalam yang bisa dicapai oleh manusia, sebab
demikianlah alam mengharapkan mereka berbuat.
Daftar Pustaka:
Gerald, Corey. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung : PT ERESCO
Feist, Jess & Gregory J Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Mahasiswa BK. 2009. Model-Model Konseling. UMK
http://www.psikologizone.com/konseling-terapi-pendekatan-eksistensial/06511676
http://syarifah-mimien.blogspot.com/2005/03/terapi-eksistensial-humanistik.htm
http://akhmadsudrajat.woordpress.com
Penulis: Devy Wahyu. A, Eny Megawati, Jefri Satya. P Mahasiswa UMK
0
Sindy Arsita
16510556
3PA01
Terapi humanistik
Istilah eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara literal berarti bergerak atau
tumbuh ke luar. Psikologi Eksistensial atau sekarang berkembang dengan nama psikologi
Humanistik atau psikologi holistic berawal dari kajian filsafat yang diawali dari Sorean
Kierkigard tentang eksistensi manusia.
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian
besar konsep- konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia
untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat
ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi,
kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya
memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan.
Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi
tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran
yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
Eksistensial Psychotherapies
Eksistensialis mencari makna eksistensi manusia, dan menekankan pilihan dan individualitas
(sebagai lawan dari gagasan bahwa perilaku kita ditentukan dalam beberapa cara mekanistik).
Martin Heidegger (1889-1976) biasanya disebut sebagai tokoh filsafat eksistensial modern.
Dalam pandangan Heidegger, eksistensi manusia adalah proses, terus berkembang untuk
setiap individu. Tidak statis, tapi selalu menjadi sesuatu yang berbeda (Hergenhahn, 1992).
Unsur-unsur filsafat eksistensial terlihat dalam bentuk psikoterapi yang dikembangkan oleh
Ludrvig Binswanger dan lain-lain
Psikoterapis eksistensial fokus pada tema penting dari kehidupan dan masalah klien, tetapi
penekanannya adalah pada kualitas hubungan terapeutik itu sendiri sebagai agen penting dari
perubahan. Tugas psikoterapi eksistensial adalah menantang klien untuk memeriksa
kehidupan mereka dan mempertimbangkan bagaimana kebebasan mereka terganggu. Yang
membantu mereka untuk menghilangkan hambatan, meningkatkan rasa pilihan mereka, dan
mengerahkan keinginan mereka.
Psikoterapi eksistensial berusaha untuk memahami makna yang unik dari sudut pandang
pengalaman klien yang subjektif dari dalam diri individu atau dunia saat fenomenologisnya.
Hubungan kolaboratif antara klien dan terapis adalah penyembuhan dalam dirinya sendiri,
dan tidak bergantung konseptual pada repair model (Walsh & McElwain.2002, p.272).
Pendekatan eksistensial bukanlah bentuk yang paling banyak dipraktekkan psikoterapi,
namun para praktisi melihatnya sebagai kontras yang menyegarkan untuk terapi mekanistik
lebih bekerja keras dalam mempromosikannya, mengutip dukungan eksperimental
berkembang di beberapa daerah (Cain & Seeman, 2002). Hal ini juga penting dalam
mengatur adegan untuk terapi humanistik yang lebih populer, terutama Carl Rogers berpusat
pada terapi klien.
Konsep-konsep utama :
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang
unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin
besar kesadaran dirinya, maka semakin besar pula kebebasannya untuk memilih altrnatifalternatif. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai dengan tanggung jawab. Manusia
bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
2. Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi
atribut dasar pada manusia. Kecemasan juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas
keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (Nonbeing)
3. Penciptaan Makna
Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan
memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian.
Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang
bermakna. Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri, yakni mengungkapkan
potensi-potensi manusiawinya. Apabila gagal mengaktualisasikan dirinya, maka ia bisa
menjadi sakit.
Proses Teraupetik Tujuan :
Bugental (1965) menyebutkan bahwa keotentikan sebagai urusan utama psikoterapi dan nilai
eksistensial pokok.
Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
1.Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
2.Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
3.Memikul tanggung jawab untuk memilih.
Klien yang neurotic adalah orang yang kehilangan rasa ada, dan tujuan terapi adalah
membantunya agar ia memperoleh atau menemukan kembali kemanusiaannya yang hilang.
Pada dasarnya, tujuan terapi eksistensial adalah :
1.meluaskan kesadaran diri klien
2.meningkatkan kesanggupan pilihannya
3.menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
FUNGSI DAN PERAN TERAPIS
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang
mencakup hal-hal berikut :
Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
Berorientasi pada pertumbuhan
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
Terapi :
- Membangkitkan ke-aku-an nya (eksistensi)
- Bisa juga digabungkan dengan psikoanalisa.
Sumber
1).
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=37&cad=rja&ved=0C
E4QFjAGOB4&url=http%3A%2F%2Fdigilib.sunanampel.ac.id%2Ffiles%2Fdisk1%2F214%2Fjiptiainrizaamalia-10695-4babii.pdf&ei=CSNQUc-HGYOyrAfyw4GIDw&usg=AFQjCNGhrNaw_hs2f2klIwnrwkyQZKQVA&sig2=EpCrpVncJk0kyc_QxnhDmA&bvm=bv.44158598,d.bmk
2)
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=49&cad=rja&ved=0C
FwQFjAIOCg&url=http%3A%2F%2Fwww.psikomedia.com%2Farticle%2Fpdf%3Fid%3D2
408&ei=4CNQUYX9LoOKrgfK3oCQAQ&usg=AFQjCNHit1Gxj2qa5BM353iI7MIvPve0x
A&sig2=C-3Q2KgEK6_Ri8FHioTLvA&bvm=bv.44158598,d.bmk
3) http://www.luphie.com/2013/01/clinical-psychology-psikoterapi.html